Beranda / Pernikahan / Suami yang Tak Diinginkan / 48. Tak Ada Alasan Menolak.

Share

48. Tak Ada Alasan Menolak.

Penulis: Butiran_Debu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-11 20:07:39

Juwita melirik Hendra yang termenung di depannya. “Makanannya ga enak?” tanya Juwi. Wajahnya menunjukkan kemurungan seperti seorang istri yang takut suaminya tidak menyukai masakan itu.

Hendra menggelengkan kepala dan menjawab terburu, “Nggak kok. Ini enak.”

“Terus, kenapa termenung? Aku perhatiin dari tadi, sarapan kamu nggak habis-habis.”

Perlu kah Hendra mempertanyakannya? Lantas jika ia bertanya, apakah Juwi akan kembali pada sifat aslinya? Sekejap Hendra termenung, bingung bagaimana akan menyikapi kepedulian Juwi yang tiba-tiba.

Dan sebagai orang yang bertingkah aneh itu, Juwi juga bukan tidak tahu Hendra sedang bingung padanya. Dia sudah memikirkan hal ini sejak tadi malam. Dia harus membicarakan ini dengan Hendra sebelum semuanya menjadi semakin berantakan.

“Lilis nemuin aku, dia bilang kamu suruh dia minta ijin aku,” ucap Juwi membuka pembicaraan.

“Dia salah tanggap, aku nggak suruh dia minta ijin karena aku setuju ide gilanya. Aku pikir dia akan mengerti, nyatanya malah datan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Arthur Arthur
koin nya besar ceritanya terlalu pendek tak sepadan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami yang Tak Diinginkan   49. Kamu Harus Berubah!

    "Kita ngapain ke sini, Wi?" tanya Hendra yang kebingungan melihat keanehan Juwi. Bagaimana dia tidak bingung? Juwita membawa Hendra memasuki butik besar yang menyediakan sangat banyak pakaian pria. Butik itu terlihat sangat mewah dan dipenuhi pakaian dari merek terkenal. Hendra yang datang hanya dengan pakaian ala kadarnya sampai merasa minder."Juwi, kita ngapain? Ayo pulang, ngapain di sini?" Hendra mencolek Juwita yang sedang tersenyum disambut pelayan butik."Kamu mau berubah kan? Kamu nggak mau selalu dipandang rendah dan hanya dianggap sebagai suami nggak berguna?"Hendra tertegun, dia menatap Juwita mencari maksud dari tujuan perempuan itu. Bagaimana pun Hendra masih terus berpikir Juwita bukan istri sebenarnya, lantas kenapa harus peduli? Suatu saat Juwi akan bosan dan pernikahan mereka berakhir. Tidak ada alasan untuk Juwi peduli dengan pandangan orang tentangnya. Apalagi Juwita langsung sigap memilih sangat banyak pakaian untuk Hendra, lengkap dengan setelah jas yang sanga

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • Suami yang Tak Diinginkan   50. Selamat Datang, Pak Hendra.

    “Wi, kamu serius datang sama aku ke kantor?” tanya Hendra tidak percaya. Wanita yang menjadi istri keduanya itu hanya tersenyum melirik sejenak dan kembali fokus menatap ke depan.“Iya. Kenapa, memangnya salah pergi sama kamu?” sahut Juwi enteng.“Nggak salah, sih. Tapi apa nggak aneh?” lagi lagi Hendra bertanya, yang hanya dijawab senyum oleh Juwita.Hendra sudah setuju akan bekerja dengan Juwita. Dia pikir, daripada terus bekerja di pabrik memang tidak ada salahnya mengikuti perkataan Juwita. Hendra juga lelah harus bertengkar melulu dengan Juwi, hanya karena dia terus menolak ajakan bekerja di kantor. Tapi datang berdua akan menyita perhatian banyak orang, apalagi dengan status Juwita yang tidak terlalu banyak orang tahu, bisa menimbulkan pikiran buruk tentang mereka. Hendra tidak ingin Juwita menjadi tertimpah masalah karena keberadaannya.Mobil itu memasuki halaman bangunan perusahaan milik Juwita. Hendra sudah tahu keluarga istrinya lah pemilik perusahaan tersebut, dan dia sema

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-13
  • Suami yang Tak Diinginkan   51. Aku Tidak Ingin Kamu Malu

    "Semua yang ada di sini, mungkin kalian bingung siapa Pak Hendra yang baru kalian sambut,"Juwita menatap para karyawannya. Mereka memang belum tahu siapa Hendra, hanya beberapa orang penting saja yang sudah Juwi kabarkan bahwa dia akan membawa suaminya ke kantor. Mereka semua hanya tahu nama lelaki itu adalah Hendra.Tangan Juwi terarah pada Hendra lantas berkata, "Dia suami saya, orang yang sangat berpengaruh di hidup saya. Pak Hendra yang akan membantu saya menjalankan perusahaan ini. Kalian harus melihatnya seperti melihat saya, karena dia yang akan menjadi direktur selanjutnya, dalam waktu dekat.""Baik, Bu Juwi."Keterkejutan Hendra semakin tak bisa disembunyikan, refleks dia lirik Juwita di sebelahnya. Apa maksud perempuan ini?Juwita menyadari pertanyaan di mimik wajah suaminya, dan dia tetap tenang. Juwi pun mengakhiri perkenalan suaminya pada seluruh karyawan yang ada."Baik lah, terima kasih untuk waktu kalian. Silakan lanjutkan kembali pekerjaan kalian." Dia lirik Hendra d

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14
  • Suami yang Tak Diinginkan   52. Aku Ingin Menjadi Istri yang Sesungguhnya

    "Duduk di sini," ucap Juwita mendudukkan Hendra di sofa empuk di sebelahnya.Lelaki itu ragu-ragu mengikuti apa yang Juwi katakan, dia duduk dan rasanya sangat tak pantas dia berada di sana. Hendra ingin berdiri kembali tapi Juwi menekan pundaknya. Di atas meja terletak sebuah papan nama bertuliskan nama Hendra Aditya, dan di bawahnya tertulis sebagai gelar wakil direktur. Juwi sudah mempersiapkan itu sejak lama, saat dia menawarkan Hendra bekerja dengannya."Mulai sekarang, kamu jadi wakil aku. Kamu harus banyak belajar tentang perusahaan kita, sampai kamu benar-benar paham," kata Juwi, suaranya pelan dan sedikit terdengar sedih.Bayangannya suatu saat nanti Hendra yang akan duduk di singgah sananya, sedangkan Juwi bisa tinggal di rumah merawat anak-anak mereka. Harapan yang sederhana tapi terasa sangat tinggi untuk diraih."Wi, aku masih sangat baru, seharusnya aku memulai dari bawah," ucap Hendra, sungkan dia menerima kedudukan yang Juwita berikan sebagai wakil direktur. "Jangan m

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-15
  • Suami yang Tak Diinginkan   53. Berciuman di Mobil

    Sejak Hendra bisa menerima Juwita menjadi istrinya, hubungan keduanya menjadi lebih baik setiap hari. Tak ada perasaan canggung saat keduanya berbicara, tidak terbatas seperti hubungan mereka sebelumnya. Juwi juga tidak pernah lagi menunjukkan perasaan cemburunya terhadap Lilis, sebab 24 jam sehari Hendra selalu berada di sini.Tapi, di balik kepuasan Juwi memiliki Hendra, dia tetap merasa bersalah setiap kali teringat wajah lugu Alan. Putra Hendra bersama Lilis. Ada rasa bersalah bagi Juwi yang mengatakan dirinya sangat egois tidak memberi Hendra ijin menemui anak itu. Bagaimana lagi, rasa cemburu membayangkan Hendra dan Lilis mungkin akan bermesraan saat bertemu, membuatnya terpaksa mengedepankan ego."Sudah siap sarapannya?"Hendra datang dari belakang mengejutkan Juwita yang tengah berdiri menatap meja makan. Perempuan itu segera memutar tubuhnya melihat ke belakang.Lihat lah penampilan Hendra yang sekarang. Dia sangat jauh berbeda dengan Hendra yang pertama kali saat Juwita bert

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16
  • Suami yang Tak Diinginkan   54. Maafkan Aku Demi Alan

    Dua orang yang tengah asyik berciuman itu tidak menyadari seseorang tengah menuju pada mereka. Terlihat sangat nikmat mereka bertukar air liur, yang membuat Hendra ingin meledak melihat tingkah istrinya itu. Hendra sangat marah, tidak tahan dia hanya memergoki keduanya. Tanpa berpikir panjang, Hendra melayangkan tinjunya ke punggung lelaki itu.Acara ciuman keduanya pun terhenti oleh sakit yang dirasakan Steve, dia memutar buru-buru melihat ke belakang."Apa-apan kamu?"Baru tiga kata yang keluar dari mulut Steve, Hendra sekali lagi memberi hadiah tinju untuk lelaki itu.Lilis juga sangat terkejut, matanya membulat melihat Hendra membabi buta memukul Steve di laur sana."He-Hendra?" panggil Lilis tidak yakin. "Itu bukan Hendra, tidak mungkin," lanjutnya.Wajahnya memang sangat mirip dengan Hendra, tapi penampilannya sangat jauh berbeda. Hendra juga terlihat lebih gagah dan tampan di balik setelan jas yang hitam mengilat. Lilis sampai terperangah, tidak mampu berkata-kata dalam beberap

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-17
  • Suami yang Tak Diinginkan   55. Lilis Tidak Akan Berubah

    Hendra bergeming menatap Lilis yang terus membujuknya. Demi Alan katanya, entah apa yang akan Hendra katakan jika sudah menyangkut nama anak mereka. Lilis terus saja memohon semantara pikiran Hendra tidak bisa di tempatnya, sekarang."Hendra, tolong dong jangan marah, Sayang... kamu tau aku sayang banget sama kamu, kan? Aku beneran khilaf, dia menggoda aku di saat kamu nggak ada, aku bener bener minta maaf, Hen..." mohon Lilis lebih mengencangkan isak tangisnya. Steve yang kebingungan pun menjadi bahan fitnahnya.Steve yang seorang publik figur tentu kesal mendengar ucapan Lilis yang justru melimpahkan kesalahan padanya. Enak saja si Lilis, meski Steve memang sudah tahu Lilis itu bersuami, tujuannya adalah untuk mendapatkan uang dari Lilis. Dia tidak ingin namanya menjadi buruk lantas kehilangan nama baiknya di depan televisi.Steve maju ke depan dan meminta penjelasan dari Lilis. "Lis, kenapa jadi aku? Aku nggak rayu kamu. Kamu sendiri nggak bilang udah punya suami ke aku. Aku nggak

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-18
  • Suami yang Tak Diinginkan   56. Katakan Padaku, Jangan Hanya Diam.

    Menatap kesunyian, ternyata Hendra benar-benar pergi, Lilis menunduk ia merasa tidak mau kehilangan sesosok Hendra. Ia pikir laki-laki itu bisa ia peralat apa lagi Hendra sudah terlihat kaya dengan penampilan menggoda. “Steve, tolongin aku...” panggil Lilis, ketika mobil Hendra meninggalkan tempat tersebut. Laki-laki yang mempunyai wajah tampan khas idol itu mencoba membantu Lilis berdiri."Hendra, Steve, dia... aku nggak bisa lepasin dia, apa yang harus aku lakukan, Sayang?" Steve mendecih, dia masih kesal mengingat perkataan Lilis yang tadinya memojokkan Steve. "Bukannya tadi kamu nuduh-nuduh aku? Terus sekarang kamu panggil sayang, biar apa? Kamu pembohong, Lis."Lilis memegang wajah Steve dan menatap lelaki itu serius. "Aku memang bikin kamu marah, tapi itu hanya di depan Hendra, Steve. Aku memang bohong, tapi semua itu karena aku nggak mau kehilangan kamu. Aku udah sayang banget ke kamu, aku nggak mau kamu pergi saat tau aku punya suami," katanya penuh permohonan.Karena Stev

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19

Bab terbaru

  • Suami yang Tak Diinginkan   305. Maukah Menikah Denganku? (END)

    Sejenak Hendra menunduk. Dia menatap lantai di bawah kakinya dan memikirkan pertanyaan itu. Cinta... Hendra tersenyum kecil.Tentu saja dia mencintai Juwita, dan cinta itu pula yang membuatnya selalu sabar dengan semua cobaan pernikahan mereka. Tapi Hendra tidak akan lupa bahwa cinta pula yang membuatnya menjadi suami yang terjual. Karena rasa cintanya pada Lilis dan tidak ingin istrinya bercerai, Hendra yang bodoh pun menerima pernikahan tertulis dengan Juwita.Bukankah cinta itu pula yang membuatnya menjadi menderita? Meski sangat mencintai Juwita, Hendra juga ingin mempertahankan harga dirinya.“Mencintai adalah hal yang sangat mematikan, sampai aku menjadi menantu Anda pun itu karena dulu aku mencintai mantan istriku. Jika sekali lagi aku mengalah demi cinta, bukan tak mungkin akan kehilangan harga diri lagi. Maka kuputuskan, bercerai adalah jalan yang sudah sepatutnya,” ucap Hendra dengan yakin.Juwita tidak kuasa mendengar perkataan Hendra, air matannya mengalir lebih deras oleh

  • Suami yang Tak Diinginkan   304. Tak Ada Cinta Tersisa?

    Hendra mengangguk, tidak ingin mengulur waktu sehingga membuat orang-orang berharap banyak padanya. Semuanya harus diakhiri agar Juwita tidak terus merendahkannya.“Nggak mungkin,” bisik Juwita patah hati, kedua tangan memegangi kepalanya yang belum mampu menerima kenyataan. “Kamu nggak mungkin menanda tanganinya, kamu pasti berbohong.” Dia tatap suaminya dengan mata memelas, sungguh tidak Juwita harapkan benar-benar bercerai dari Hendra.“Maaf mengecewakan kamu. Tapi... kedatanganku ke sini untuk mengantarkan surat cerai itu.” Hendra mengeluarkan amplop yang Juwita kirimkan itu, dan membuka bagian yang sudah dia tanda tangani. Dia letakkan berkas itu di atas meja agar semua orang bisa melihatnya. “Aku hanya mengabulkan permintaan kamu. Dan lagi, aku rasa kita tidak mungkin meneruskan pernikahan yang sejak awal tidak sehat. Aku tidak ingin terus dikenal sebagai suami yang dibeli, maka itu memang sebaiknya kita bercerai saja.”Sebagai lelaki, Hendra punya harga diri. Meski di awal sud

  • Suami yang Tak Diinginkan   303. Mengantar Surat Cerai

    Berkali-kali Juwita melirik ke pintu utama rumah orang tuanya. Duduknya tak bisa diam, bergeser setiap menit seakan tidak sabaran. Sofa yang didesain sangat empuk itu seakan tidak nyaman menjadi tempatnya. Dia melirik lagi, dan itu terus saja terulang setiap kali dia mendengar suara pergerakan seseorang di sekitarnya.Maria mengamati putrinya itu dari anak tangga, tampak penyesalan dan ragu-ragu di wajah cantik Juwi yang belakangan ini terlihat semakin kurus. Dia mendatangi putrinya dan duduk di sebelah Juwi.“Wi, tenangkan dirimu,” kata Maria, mungkin dengan ucapan itu putrinya bisa merasa lebih baik. “Pikirkan anak di kandungan kamu. Jika mamanya stres, anak kamu juga akan ikut stres di dalam sana.Mata sayu Juwi menatap mamanya ragu dan dia berkata, “Entah lah, Ma. Aku tidak bisa tenang sebelum melihat Hendra datang. Aku takut jika dia tidak benar-benar menemuiku,” katanya.Hendra memang tidak pernah berkata akan datang menemui Juwita, melainkan Armaja lah yang akan ditemui lelaki

  • Suami yang Tak Diinginkan   302. Tolong Maafkan Juwita.

    Setelah mendapatkan bukti itu, polisi langsung memeriksanya. Benar saja, video yang Steve berikan sebagai bukti jelas adalah editan. Banyak bukti yang Armaja bawa sehingga Steve tidak bisa berkutik sekarang. Bukan hanya itu, Armaja juga berhasil menangkap pelaku yang selama ini bersembunyi di belakang Steve, sebagai orang yang mengunggah di media sosial.“Bukan saya yang bersalah, Pak! Dia yang lebih dulu memukul saya!” Steve meronta di tangan polisi. Dia terus menuduh Hendra lah yang sudah memukulnya terlebih dahulu, tapi bukti-bukti yang dibawa oleh Armaja tidak bisa dibohongi.Hendra yang masih sangat shock dengan kejadian ini, hanya bisa diam menyaksikan Armaja dan polisi menyelesaikan masalah mereka. Lelaki itu memeluk putranya erat, menenangkan Alan yang masih sesunggukan.“Dia yang memukul saya! Dia yang seharusnya ditangkap!” Steve menunjuk-nunjuk pada Hendra, sangat memuakkan. Bahkan ketika semua bukti sudah terarah padanya, lelaki itu masih saja ingin menyalahkan Hendra.And

  • Suami yang Tak Diinginkan   301. Pa, Kenapa Kita di Sini?

    Jalan raya itu sangat ramai oleh mobil-mobil yang berlalu lalang. Tak ada cela jika pun Hendra ingin lari dari kejaran polisi yang tengah menunggunya di luar sana. Pasrah. Hanya itu yang bisa Hendra lakukan sekarang. Dia tidak mungkin berlarian di jalanan menggendong Alan, seperti yang tadi dilakukannya. Bisa-bisa membuat Alan menjadi celaka.“Pak, bagaimana selanjutnya? Kita tidak bisa lewat, apakah kita harus menabrak mobil lainnya agar memberikan jalan?” tanya Rahmat dari bangku kemudi, dia tidak rela bosnya tertangkap begitu saja.Akan tetapi, Hendra sudah lelah. Perkataan Rahmat terlalu berisiko dan dia tidak ingin membuat masalah yang lebih besar.Dia melepaskan sebelah tangan dari punggung Alan, kemudian membuka pintu mobil itu sangat pelan.“Pak, jangan keluar. Bagaimana nasib Alan jika bapak sampai ke kantor polisi?” Rahmat masih mengingatkan.“Kita tidak mungkin membuat masalah yang lebih besar lagi, Mat. Aku tidak ingin kamu ikut ke dalam masalah ini.” Dia pun keluar dari

  • Suami yang Tak Diinginkan   300. Tertangkap.

    Taksi yang Hendra tumpangi dengan Alan pun meluncur di jalanan. Sopir taksi itu merasa iba melihat Alan yang menangis berkata takut, dia membayangkan andaikan dirinya bersama anaknya yang ada di posisi Hendra sekarang. Meski sebenarnya pak sopir juga terlihat ketakutan, wajahnya berkeringat saat melihat dua petugas polisi dari kaca spion-nya.“Bapak ini mau ke mana, toh? Saya nggak berani kalo Suria Hotel, itu terlalu jauh, takutnya dikejar sama polisi. Saya juga punya anak istri, Pak, tidak berani berurusan dengan mereka,” kata pak sopir, nadanya gemetar saat bertanya.Hendra pun tidak mungkin melibatkan orang lain dalam kasusnya. Suria Hotel terbilang jauh dari posisi mereka sekarang, sangat benar yang dikatakan sang sopir kalau petugas kepolisian itu mungkin tengah mengejarnya. Lagian, Hendra juga tidak mungkin pergi ke sana lagi, akan sangat gampang jika polisi melacaknya.Beruntung saja ponselnya terselip di saku celana Hendra, sehingga dia bisa menghubungi Rahmat untuk meminta

  • Suami yang Tak Diinginkan   299. Mereka Kejar Kita, Pa....

    Ketika Hendra masih memaksa Lilis agar keluar dari mobilnya, dua mobil lainnya datang ke tempat itu. Berhenti tepat di sebelah Hendra, membuatnya bertanya-tanya siapa kira-kira orang yang datang di dalam sana. Hendra menghela napas panjang ketika melihat itu adalah Steve dan beberapa orang dengan kamera besar.Reporter lagi?Astaga... entah sampai kapan Hendra harus bertemu dengan orang-orang itu, dia sudah sangat lelah.Tidak cukup hanya Steve dan reporter saja yang datang ke sana. Tidak lebih dari dua menit, ada mobil polisi yang juga ikut parkir di halaman warga yang luas itu. Entah apa yang akan terjadi di ke depan nanti, Hendra sudah sangat lelah berpikir. Menghadapi Lilis saja sudah membuatnya kesulitan, kenapa Steve harus datang ke sini membawa reporter dan polisi?“Itu perempuan yang menghancurkan kaca mobil saya, tolong tangkap dia, Pak. Meski Lisa adalah istri saya, saya tidak terima mobil saya dirusak begitu saja,” kata Steve pada polisi, menunjuk Lilis di dalam mobil Hendr

  • Suami yang Tak Diinginkan   298. Aku Ikut

    “Jangan bawa Alan, Hendra! Kamu nggak boleh bawa dia sebelum kasih duit ke aku!”Hendra sudah berhasil merebut paksa Alan dari Lilis dan Ratna, tapi saat akan membawanya masuk ke mobil, Lilis segera menghentikan Hendra. Perempuan itu betul-betul tak merelakan Hendra pergi tanpa memberinya uang. Lilis bahkan bergantung di kaki Hendra, memegangi agar lelaki itu tidak bisa bergerak.“Kasih aku uang dulu! Kamu nggak boleh pergi dari sini sebelum ngasih aku uang!” kata Lilis terus berteriak, memeluk kaki Hendra sangat erat.Setiap kali Hendra akan melangkah, kakinya selalu ditahan oleh Lilis. Bahkan hampir saja Hendra terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan.“Lepasin, Lilis! Kamu ini jangan bikin malu!” Hendra berkata geram, orang-orang sudah berkerumun menyaksikan mereka di halaman itu. Sudah seperti suami kejam saja Hendra dengan posisi Lilis memeluk kakinya.“Nggak! Aku nggak bakal lepasin kaki kamu, sebelum kasih aku uang!” sahut Lilis semakin mempererat pelukannya di kaki Hend

  • Suami yang Tak Diinginkan   297. Berikan Alan Padaku!

    Dalam kecewanya yang mendalam terhadap Steve, Lilis mencengkeram baju lelaki itu, lalu merosot perlahan-lahan. Saat itu dia mendengar deru mesin mobil di sebelahnya, dalam keputusasaan dia melihat ke kanan, berharap seseorang mungkin mendengar pertengkarannya dengan Steve. Mungkin seseorang itu bisa bersaksi untuk Lilis, bahwa semua ini sudah direncanakan Steve, dan laki-laki itu adalah alasannya bercerai dari Hendra.“He-Hendra. I-itu Hendra!” seru Lilis penuh harap. Dia berpikir Hendra bisa membantunya untuk itu.Namun, benarkah Hendra mau membantunya? Meski laki-laki itu mendengar pertengkarannya dengan Steve, Hendra tidak mungkin mau membantu Lilis. Harapan yang tadi sempat singgah, perlahan menjadi rasa takut.“Tidak! Dia tidak boleh mengambil Alan!” seru Lilis lantas berdiri. “Jangan ambil Alan! Alan milikku!”Tidak Lilis hiraukan lagi Steve yang kebingungan melihatnya, Lilis sudah berlari kembali ke dalam mobil. Dia harus menghentikan Hendra sebelum lebih dulu mengambil Alan.

DMCA.com Protection Status