Hari ini semua kumpul di rumah Ibu, tak terkecuali Ardi dan Hastuti bersama keluarga masing-masing. Karena hari ini terasa begitu panas, aku membuat es teh untuk semua orang di sini. Tak lama setelah aku menyajikan es teh, Sinta membawa kopi dan meletakan di depan Bayu. Semua orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing,sehingga tidak ada yang menyadari hal itu. Aku tak tahan membiarkan kejadian ini berlalu begitu saja. "Bayu meskipun panas begini lebih suka minum kopi panas daripada es teh ya," ucapku sengaja ku buat keras. Semua orang menoleh ke arah Bayu, dan Sinta terlihat panik. "Sejak kapan ada kopi di sini, Mas Bayu bikin kopi sendiri?" tanya Nisa bingung. "Kamu si Nis, gak buatin Bayu kopi jadinya Sinta yang buatin kopinya Bayu," Sindirku."Ya tadi aku pengin ngopi trus Bayu nitip sekalian jadi aku bikin juga buat Bayu," jawab Sinta tenang tapi tetap terlihat panik di mataku. "Kenapa Mas Bayu gak minta Nisa buat bikinin Mas?" tanya Nisa. "Ya Aku pikir tadi kamu sibuk
Baru 5 tahun aku menikah dengan mas Ardi tapi hubunganku sudah begitu hambar, jangankan kata-kata romantis bahkan bercinta seminggu sekali pun tidak selalu kami lakukan. Mas Ardi selalu beralasan capek karena urusan pekerjaan.Di hari minggu atau hari libur lainnya tak pernah kami pergi keluar sekedar jalan-jalan di mall atau makan di luar.Alasannya tetap sama,capek dan sebaiknya libur itu untuk istirahat. Aku justru capek karena kebiasaanya yang hanya kerja dan sisanya tidur. Akukan perempuan normal aku juga rindu belaian suami, rindu dimanjakan suami, tapi setiap kali aku mengeluh jawab mas Ardi selalu sama. "Aku capek kerja untuk kamu dan Tania, demi kalian hidup senang dan tak kekurangan apapun, harusnya kamu senang aku mau capek untuk kalian," kata mas Ardi dengan ketus.Itu adalah jawaban mas Ardi setiap kali aku mengeluh minta waktu padanya. Jabatan menejer membuatnya banyak uang tapi tak punya waktu untukku.Aku juga kerja tapi aku masih punya keinginan untuk bercinta, unt
"Habis ini kita nonton yuk, ada film romantis," ucap Bayu mesra waktu itu. "Tentu saja, kenapa tidak," jawabku dengan suara manja dan senyum terbaikku. Entah karena terbawa suasana film yang romantis atau karena aku jarang dibelai kami jadi berciuman sangat intens. Setelah keluar dari nonton film ada rasa ingin di sentuh lebih. Bayu memelukku mesra dari samping sambil tangannya sedikit menyentuh bagian sensitifku, aku yang memang haus dengan belaian tak menolak perlakuannya. "Ke hotel aja yuk Bay," ajakku sambil begelayut manja. "Apa mas Ardi gak masalah kalau kamu keluar lama?" ucap Bayu sambil menjawil daguku."Hari ini mas Ardi lembur sampe malem," ucapku menggoda. “Aku akan hubungi suster Tania jika mas Ardi telepon bilang aku sedang belanja bulanan,” ucapku meyakinkan Bayu. "Kalo gitu kita ke hotel yuk?" ajak Bayu sambil menggandeng tanganku cepat. Aku menjawabnya dengan anggukan dan senyum lebar. Ini adalah kali pertama aku akan melakukan dengan orang lain selain suamik
Sampai akhirnya ketika semua berkumpul di rumah Ibu karena Ibu sakit,ternyata mbak Sari punya vidioku sedang berciuman dengan Bayu di hotel. Jika vidio itu sampai ke mas Ardi mampus aku. Bukan aku takut berpisah, jika memang mas Ardi menceraikanku mungkin dengan mudah akan ku minta Bayu juga menceraikan Nisa dan kita menikah aku tau Bayu sudah bucin denganku karena sudah kecanduan servisku. Tapi aku lebih berat ke Tania, mas Ardi sangat dekat dengan Tania anak semata wayangku.Meskipun mas Ardi jauh dari memanjakanku tapi dia sangat perhatian pada anak kami sehingga Tania sangat bergantung pada mas Ardi."Tania,bunda beliin boneka gede niih," ucapku sambil memeluk Tania. "Ooh,, " jawab Tania cuek. "Kok Tania gitu si, gak suka sama bonekanya? mau di belikan lagi yang lain?" ucapku merayu. Ya semalam mas Ardi gak pulang karena urusan pekerjaan, dan tentu saja aku habiskan waktuku untuk bermalam bersama Bayu. Karena itu sekarang aku harus merayu putri kecilku biar nggak ngambek ka
Kembali ke mas Bagas. "Kapan Lee balik dari singapura?" tanya seseorang yang belum ku ketahui namanya di toko. "Belum tau Pak, kemungkinan masih lama katanya di sana sekitar sebulanan Pak, ada yang bisa saya bantu," jawabku sopan. "Oh iya begini, perkenalkan namaku Heru aku sahabat sekaligus rekan bisnis Lee," ucap Pak Heru sambil mengulurkan tangannya. "Saya Bagas Pak saya yang bertanggung jawab di toko ini," jawabku seraya menyalami Pak Heru. "Jadi saya sama Lee menjalin kerja sama untuk proyek pembangunan jembatan, kami sepakat kalau toko Lee ini akan menjadi pemasok utama segala kebutuhan material pembangunan jembatan itu sampai selesai," kata Pak Heru menjelaskan. "Masalahnya proses pengerjaannya akan segera dimulai tapi Lee malah pergi,kan saya yang repot jadinya," ujar Pak Heru panjang lebar. "Iya, ayahnya baru saja meninggal jadi Bos Lee harus pulang ke Singapura untuk waktu yang cukup lama karena harus mengurus bisnis ayahnya juga di sana, katanya begitu Pak," jawabku
"Mas Bagas,apa bos Lee masih belum bisa di hubungi?" tanya mbak Intan padaku. "Belum nih, menurut kalian aku harus gimana nih?" tanyaku meminta saran pada mbak Intan dan Andi. "Maaf ya Mas, bukannya saya mau sok menasehati,tapi seperti yang kita tahu kalau harga material itukan mahal apalagi untuk pembuatan jembatan tentu membutuhkan sangat banyak material," ucap Andi. "Jadi kalau saran saya ada uang ada barang, selama uangnya belum ada sebaiknya materialnya gak usah dikirim dulu Mas," lanjutnya. "Iya Mas sekarang saja sudah sampai ratusan juta," tambah mbak Intan. "Kalau seperti ini terus lama-lama uang modal habis, trus kita mau bayar pake apa kalau ada barang datang," ucap mbak Intan lagi. “Uang untuk gaji karyawan juga gak ada lho Mas,mereka gak akan mau tau kondisi toko tahunya setiap tanggal 1 Mas Bagas kasih gaji ke mereka,” ucap mbak Intan panjang lebar. "Masalahnya Pak Heru bilang dia sudah bayar ke bos Lee," jawabku putus asa. "Bos Lee kan tau perputaran uang di to
Seminggu berikutnya. "Aku sudah mengerahkan orang-orang kepercayaanku untuk mengurus masalah Heru itu," ucap bos Chintya. "Aku tidak bisa bertemu langsung dengannya, dan lagi meskipun aku bisa bertemu langsung kita tidak bisa menuntut karena kamu sudah tanda tangan atas nama toko," bentak bos Chintya padaku. "Aku tidak mau tau pokoknya kamu harus ganti semua kerugian toko, dan ingat kamu gak usah hubungi Lee karena kamu bisa mengganggu masa pemulihannya," ucapnya lagi seraya menunjuk mukaku. "Maaf Bos, tapi saya gak ada uang sebanyak itu Bos," ucapku memelas pada bos Chintya. "Lalu kamu mau lepas tangan dari tanggung jawabmu itu, pokoknya saya akan perkarakan masalah ini melalui jalur hukum," ancam bos Chintya. "Kamu silahkan bayar sejumlah kerugian toko atau kamu mau mendekam di penjara," ucap bos Chintya masih emosi. "Beri saya waktu Bos, saya akan usahakan uangnya segera," ucapku mengharap belas kasihan dari bos. "Ok saya tunggu," jawab bos Chintya sambil melangkah ke luar
"Assalamu'alaikum Dek," ucapku menyusul Sari di dapur. "Wa'alaikumussalam," jawab Sari kaget sekaligus bahagia sambil memelukku. "Mas kok bisa bebas padahal kan kita belum bayar uang tebusannya," ucap Sari sambil melepas pelukannya dan mencium punggung tanganku. "Ibu yang bebasin Dek" jawabku datar sambil menarik kursi dan duduk. "Kok Ibu gak bilang sama adek ya, Ibu langsung yang jemput mas?" tanya Sari sambil ikut duduk di depanku. "Sudahlah kita bersyukur saja karena mas sudah bisa pulang," jawabku masih datar. "Dek, mas mau keluar dulu ya," pamitku."Kemana mas,baru juga sampai rumah,gak kangen sama Rafif Mas, padahal kan sudah hampir sebulan Mas gak ketemu Rafif?" rengek Sari. "Kerumah Ibu," jawabku singkat. "Adek ikut Mas, adek mau berterimakasih sama Ibu," pinta Sari. "Gak usah lah biar mas aja cukup," potongku segera. "Kenapa Mas?" tanya Sari bingung. "Ya gak papa biar mas sendiri saja," ucapku sambil berlalu pergi tanpa menghiraukan ucapan Sari lagi. ***Sesampain