Setelah mas Bagas berangkat Aku langsung menyiapkan untuk masak pesanan ke 2,aku gak mau mengecewakan atasan mas Bagas. Aku juga mau cari pelanggan sebanyak-banyaknya. "Assalamu'alaikum.. Sari nih buat Rafif," mbak Niar datang dengan membawa puding coklat. Mbak Niar langsung masuk karena memang pintu depan tidak di kunci, mbak Niar sudah biasa saja masuk ke sini gak perlu basa basi. "Wa’alaikumsalam... Apaan nih Mbak pake bawa-bawa ginian," ucapku sambil menerima puding dari mbak Niar. "Makasih banget ini lho, tamu kok bawa suguhan sendiri ini gimana, bikin gak enak aja mbak Niar nih," ucapku tulus. "Ini buat Rafif kok, kemarin anak-anak minta puding coklat, aku buat aja banyak sekalian,Rafif juga mungkin akan suka," kata mbak Niar. "Ya pasti suka banget, puding, coklat lagi, mantap," ucapku sambil mengacungkan jempol. "Ya udah sekarang aku bantuin apa nih Sar?" tanya mbak Niar sambil ngambil pisau dan talenan. " Nah itu udah tau, tinggal potong-potong perbumbuan saja, sudah d
Ketika kami di lobi mereka sedang berada di depan meja resepsionis,setelah itu mereka lanjutkan berjalan sepertinya menuju kamar. Aku dan mbak Niar masih diam diam mengikuti.Ketika di lorong mereka bukan cuma bergandengan tangan tapi berciuman. "Astagfirullah apa ini?" ucapku sambil memundurkan langkah hampir saja oleng. Mbak Niar langsung mengaktifkan kameranya mode vidio.Setelah mereka masuk kamar kamipun putar arah.Kakiku lemas hampir gak bisa jalan sangkin shoknya menyaksikan pemandangan horor di depan mata."Mereka siapa Sar?" tanya mbak Niar penasaran. "Yang laki-laki namanya Bayu dia suami adiknya mas Bagas yang perempuan namanya Sinta istri adiknya mas Bagas," jawabku masih shok."Kamu lelet banget liat begitu diam aja, untung aku cepet-cepet rekam kegiatan mereka," ucap mbak Niar sambil menggandeng tanganku yang sudah panas dingin. "Aku gak kepikiran Mbak, aku shok banget, gak nyangka aku Mbak," jawabku masih linglung. "Gimana bisa mereka selingkuh, sama sodara lagi,
"Gas,proyeknya sudah hampir selesai paling juga gak sampai sebulan selesai," ucap mas Halim ketika makan siang. "Selesai gimana Mas, kan belum rampung ini bangungan," tanyaku bingung. "Tapi proyeknya di bubarkan gak tau kenapa, Pak Anto yang bilang kemarin, makanya sekarang beliau gak datang, lagi ngurusi berkas-berkas katanya," kata mas Halim sambil menghabiskan minumnya. "Duh, sayang sekali ya,aku berharap banyak di sini Mas, pendapatanku kan dari sini," ucapku lesu. "Makanya aku crita sekarang biar kamu bisa persiapan sebelum benar-benar berhenti." ucap mas Halim. "Mas sendiri rencananya mau kerja apa nanti?" tanyaku. "Aku mau pulang kampung, Bapaknya Niar sudah sepuh, sering sakit-sakitan, sudah lama mereka meminta kami untuk pulang kampung dan mengurus ternaknya," ucap mas Halim. "Tapi aku menundanya karena ingin pulang sekedar bawa apa gitu,buat orang tua, tapi nyatanya boro-boro bawa apa, bisa makan dan biaya sekolah lancar saja sudah Alhamdulillah," lanjutnya seraya men
"Sudah hampir magrib kok baru pulang Mas, ada lembur?" tanyaku sambil menyuguhkan kopi. "Nggak, tadi sebelum pulang ada ngobrol dulu sama pak Anto," jawab mas Bagas datar. "Mas mandi dulu Dek udah maghrib juga," ucap mas Bagas sambil berlalu ke kamar mandi. "Ya," jawabku singkat. "Dek, besok gak usah bikin nasi bungkus dulu ya, " kata mas Bagas seusai sholat maghrib. " Kenapa Mas?" tanyaku bingung. "Besok Mas gak ke proyek lagi," jawab mas Bagas. "Kenapa Mas?" tanyaku khawatir. "Barusan pak Anto telepon, mulai besok Mas kerja di toko bahan bangunan milik bos Lee, karena pengerjaan proyek akan dihentikan dalam waktu dekat," terang mas Bagas. "Gak tau juga alasan pastinya apa, yang jelas mas sudah dicarikan kerjaan gantinya sama Pak Anto," lanjutnya. "Ooh Pak Anto baik banget Mas sampai nyariin kerjaan lain buat gantinya," ucapku lega. "Iya pak Anto memang baik, kebetulan pemilik toko bahan bangunan ini bos Lee namanya, kenal baik sama pak Anto," jawab mas Bagas. "Mas Halim
"Mas Bagas istrinya dateng nih nyariin," panggil mbak intan kasir toko ini. "Iya Mbak saya datang," jawabku setengah berteriak. "Ada masalah apa sampai Sari datang ke sini," batinku. "Dek ada apa, kok sampai nyusul ke sini?" tanyaku khawatir sambil berjalan mendekat. "Ini Mas adek bawain makan siang,” ucap Sari semangat sambil menunjukan rantangnya. “Adek bawa banyak nih barangkali teman-teman Mas juga ada yang berkenan nyobain masakanku," ucap Sari sambil menyodorkan rantang besar. “Adek kok bisa sampai sini, tau alamatnya dari siapa?” tanyaku khawatir. “Tadi mbak Niar yang tanyain ke mas Halim,” jawab Sari sambil menyunggingkan senyum. "Dek, di sini sudah di siapin makan siang dari bos," ucapku masih mematung.“Ooo gitu,trus gimana ini Mas, jadi mubadzir dong ini,” ucap Sari kecewa. “Kamu si mau bawa makanan gak ngabari Mas dulu,” ucapku sambil menggandeng Sari ke pinggiran toko. “Soalnya sudah terlanjur belanja banyak kemarin, adek gak tau kalau hari ini Mas pindah kerja,
Sepulangnya dari mengantar makanan ke toko,seperti biasa aku pulang dengan naik angkot. Ketika mobil angkot berhenti di perempatan lampu merah aku melihat Sinta dan Bayu sedang bermesraan di dalam mobil.Apesnya seketika itu Sinta juga melihat keberadaanku. Kemudian dia segera merubah posisi duduknya dan menatapku tajam,matanya seperti hampir lepas dari tempatnya. Untung aku segera bisa menguasai diri, aku mencoba bersikap tenang dan tersenyum mengejek padanya.Aku tak mau terlihat lemah di depannya, meskipun nyatanya aku shok berat. [Awas kamu kalau berani macam-macam denganku] satu pesan masuk dari Sinta. [Bukan Aku yang sudah berani macam-macam, tapi Kamu] balasku segera kemudian menatapnya dengan menampilkan senyum ejekan.[Lihat saja akan ku buat perhitungan jika kamu sampai berani padaku] balas Sinta. [ Aku tunggu ] balasku cepat. Sesaat aku dan Sinta saling menatap tajam, sampai akhirnya mobil yang kami tumpangi masing-masing melaju. Takkan gentar apalagi takut aku mengh
“Iya jadi mulai besok kamu gak akan saya gaji tiap bulannya Gas,” ucap bos Lee masih senyum senyum. Membuatku semakin penasaran saja. Aku masih diam tanpa komentar sambil menunggu ucapan bos Lee selanjutnya dengan deg degan. "Setiap bulan akan ada rekap hasil penjualan, nanti 30 persen untukmu 30 persen masuk saya 30 persen untuk modal 10 persen untuk urusan gaji karyawan," kata bos Lee menjelaskan. “Jadi saya gak akan gaji kamu lagi, tapi kamulah yang ngurus gajimu sendiri,” ucap bos Lee sambil tertawa. "jadi bayaran kamu adalah 30 persen dari total keuntungan bersih,jadi semakin banyak barang yang keluar semakin banyak pendapatan kamu," lanjutnya lagi. "Apa saya pantas mendapatkan itu semua Bos, padahal saya gak ada modal sama sekali di sini bagaimana bisa saya dapat bagian keuntungan?" kataku ragu-ragu. “Kemudian perlu kamu tau setelah ini kamu jangan berharap bonus lagi, saya gak akan memberimu bonus ya, kamu cari bonus kamu sendiri bisa?!” ucap bos Lee tegas. “Bos bisa saj
"Assalamu'alaikum Dek..." Mas Bagas langsung menghampiriku di belakang dengan terburu-buru lalu memelukku. "Wa'alaikumsalam.. ada apa ini Mas?" tanyaku kaget sambil melepas pelukan mas Bagas. Kemudian mas Bagas langsung menceritakan semua yang terjadi di toko. Aku hanya mampu berucap syukur dengan bahagia.Aku sungguh bersyukur dengan tanggungjawab baru mas Bagas. "Alhamdulillah Mas.. Segala masalah yang kita hadapi kemarin satu persatu terjawab sudah, benar-benar segala musibah pasti membawa berkah," ucapku besyukur sambil memeluk mas Bagas. "Dek sudah lama kita gak menengok Ibu, besok kan mas libur kerja, kalau besok ke rumah Ibu gimana?" tanya mas Bagas terlihat ragu. Seketika aku teringat tentang Sinta dan Bayu. "Gimana Dek? ditanya malah melamun," ucap mas Bagas mengagetkanku. "Oh iya iya Mas, besok kita jenguk Ibu ke rumah," jawabku gamang. "Ada apa Dek? ada masalah?" tanya mas Bagas seraya menatapku lekat. "Nggak, gak ada masalah aku cuma teringat Ibu yang sudah la