Share

Takut dipecat

Author: Siti Aisyah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bude Lasmi mendekat lalu mengambil baju pengantin itu. "Wah, selain pamer dibelikan pizza, kamu juga mau pamer kalau baju pengantinnya sudah ada? Tetapi menurutku, baju ini biasa saja," ujarnya dengan tampang merendahkan.

Aku mengambil alih baju itu. "Ini saja sudah bersyukur, Bude."

"Tentu saja, calon suamimu hanya orang biasa. Kamu harus tahu diri dengan tidak minta yang aneh-aneh atau pun yang mahal-mahal. Untuk pernikahan juga sederhana saja. Jika punya uang lebih baik buat modal berumah tangga atau buat nyicil beli rumah. Calon suamimu itu belum punya rumah sendiri, kan?" tanyanya sinis.

"Bude ke sini hanya berniat untuk menghinaku? Memangnya tidak punya pekerjaan lain yang lebih bermanfaat?" tanyaku mulai sebal. Rasa hormat pada orang yang lebih tua menguap begitu saja melihat tingkahnya yang sebelas duabelas dengan Mia. Rupanya pepatah yang mengatakan buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya itu memang benar adanya.

Wanita yang rambutnya sudah mulai memutih, tetapi tidak mau disebut tua itu mencebik. "Suka-suka aku lah," ujarnya sambil berlalu.

Aku dan ibu hanya geleng kepala melihat tingkahnya.

Rasa kesal berganti senyum semringah saat mendengar deru sepeda motor bebek berhenti di halaman. Aku hafal betul siapa pemiliknya. Benar saja, segera aku keluar dan kulihat lelaki berkaus biru dan memakai topi turun dari kendaraan roda dua itu. Ia membuka helm dan tersenyum lebar begitu melihatku.

Rasa lelah jelas tergambar di wajah tua lelaki yang merupakan cinta pertamaku itu. Meski usianya sudah tidak muda lagi, tetapi semangatnya untuk mencari nafkah masih berkobar.

Kuraih tangan ayah dan menci umnya dengan takzim. Satu gelas teh manis sudah ibu sajikan di atas meja berikut kotak pizza tadi.

"Apa ini, El?" tanya ayah seraya menunjuk pizza di hadapannya.

"Ini namanya pizza, Pak. Mas Rizal yang belikan untuk kita." Aku mengambil satu potong makanan khas Itali lalu mengulurkan pada Ayah. "Ayo dimakan, Yah. Biar Ibu juga bisa segera makan. Dari tadi sudah pingin banget, tetapi nunggu Ayah pulang."

"Lho, kok Ibu?" kata Ibu dengan dahi berkerut.

Aku tersenyum. "Memang iya, kan? Sekarang ayo kita makan sama-sama."

Aku mendekatkan pizza ke mulut ayah dan segera kumasukkan pizza dan lekas digigitnya. "Gimana rasanya, Yah? Enak?"

Ayah memutar bola mata sementara mulutnya terus mengunyah. Seulas senyum terbit di bibirnya. "Lumayan."

"Lho, kok lumayan? Apa itu artinya pizza ini rasanya biasa saja? Tidak istimewa?" tanyaku dengan dahi berkerut. Aku pikir ayah akan mengacungkan dua jempol dan bilang sangat enak makan makanan untuk pertama kalinya ini.

Ayah tersenyum. "Enak, tetapi tetap masih enak buatan Ibu. Lagi pula makanan ini tidak cocok di lidah Ayah yang terbiasa makan singkong."

Aku dan Ibu tertawa mendengar ucapan ayah.

"Lagi, Bu, Yah?" tanyaku saat melihat masih ada enam potong pizza di dalam kotak. Ayah dan ibu hanya mengambil masing-masing satu potong berbentuk segitiga dan aku tidak ikut makan karena tadi sudah.

Ayah menggeleng. "Itu biar buat adikmu saja. Dia pasti suka."

"Tambah lagi nggak apa-apa, Yah. Masih ada ini." Aku mengambil satu potong lagi dan mengulurkan padanya, tetapi ia tetap menggeleng.

"Sudah cukup, El."

"Ibu juga. Rasa penasaran dengan rasa pizza sudah terobati. Enak, sayang sekali harganya mahal, ya," sahut ibu. "Kalau Rizal tidak membelikan, pasti selamanya kita tidak akan pernah bisa merasakan pizza, ya." Ibu tertawa pun dengan ayah.

Aku tersenyum. Dalam hati aku berdoa semoga punya banyak rezeki agar bisa membelikan pizza dengan uangku sendiri nanti.

***

"Mbak Elly cantik sekali," kata Delia dengan mata berbinar. Lalu gadis yang saat ini masih duduk di bangku SMA kelas dua belas itu menoleh pada Ayah.

"Gimana, Yah? Mbak Elly cantik, kan, pakai baju ini?"

"Cantik sekali anak Ayah," kata Ayah dengan mata berkaca-kaca saat aku mencoba memakai baju pengantin di hadapannya.

Saat ini aku bersama Ayah, ibu, serta Delia sedang berada di kamar.

"Ayah nangis?" tanyaku saat melihat sudut matanya mengembun yang lekas diusapnya dengan segera.

Lelaki yang sangat kusayangi tersenyum. "Ayah menangis karena bahagia, tetapi Ayah juga sedih. Sebentar lagi kamu akan pergi meninggalkan kami. Pasti nanti akan selalu merindukanmu."

Kuhela napas perlahan. Kugenggam erat tangan yang kulitnya sudah mulai berkeriput itu. "El, tidak pergi, Yah. Selamanya El akan tetap menjadi anak Ayah dan Ibu."

"Setelah menikah kamu pasti akan ikut suamimu karena sejak saat itu dia berhak membawanya ke mana pun ia pergi, tetapi tidak apa. Ayah hanya bisa berdoa semoga kamu bahagia hidup bersama Rizal," kata Ayah dengan suara parau.

Lekas aku memeluknya yang diikuti oleh ibu dan juga Delia.

Ayah mengurai pelukan dan berkata. "Tidurlah. Sudah malam. Besok harus bekerja, kan?"

Aku mengangguk. Iya, aku masih tetap bekerja seperti biasa dan besok aku akan mengurus berkas-berkas untuk persyaratan pernikahan termasuk imunisasi sebelum nikah sebagai persyaratan pernikahan.

***

Aku baru saja selesai sarapan bersama Ayah, ibu, serta Delia saat ponselku berbunyi. Ada pesan masuk dari Rizal yang memberitahukan akan menjemputku agar bisa berangkat bareng.

Tidak lama kemudian, dia datang dengan sepeda motor. Setelah meminta izin pada Ayah dan ibu, aku segera naik dengan memboncengnya.

"Tunggu, Nak," kata Ayah saat Rizal bersiap menstarter motornya.

Lelaki yang entah kenapa terlihat semakin tampan dan gagah di mataku itu mematikan kembali motornya lalu menatap Ayah. "Iya, Yah, ada apa?" tanyanya sopan.

"Kali ini Ayah izinkan kalian berangkat bareng, tetapi besok nggak usah, ya. Selama kalian belum sah menjadi suami istri sebaiknya tidak sering bepergian dulu, takutnya menjadi fitnah," kata Ayah lembut.

"Baik, Yah. Maaf," kata Rizal sopan.

"Ya udah. Silakan kalian berangkat. Nanti dimarahin sama boss kalau telat," kelakar Ayah.

"Baik, Yah." Aku dan Rizal berkata bersamaan.

"Tapi, saya rasa boss tidak akan marah pada calon pengantin seperti kita. Iya, nggak?" Rizal melirikku sambil tersenyum.

Aku membalas senyumannya. "Yang namanya boss tidak peduli calon pengantin atau bukan. Pokoknya siapa yang telat pasti kena marah. Paling parah kalau nanti potong gaji. Udah, yuk, kita berangkat!"

"Potong gaji? Itu tidak akan terjadi," kata Rizal seraya menstarter motor, tetapi baru saja motor mulai berjalan, Tiba-tiba terdengar teriakan.

"Tunggu, Zal!" Mia melambaikan tangan.

Related chapters

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Hinaan dari Sepupu

    "Kenapa tidak mau bicara dengan Mia?" tanyaku dengan suara terbang bersama angin. Saat ini kami sedang dalam perjalanan menuju tempat kerja. Tadi Rizal tetap melajukan motornya dan mengabaikan mantan kekasih yang memanggil dan berjalan dengan tergopoh-gopoh itu. "Malas aja. Lagi pula ini sudah siang, kalau meladeni Mia, kita pasti akan terlambat," jawab Rizal dengan tetap fokus mengemudi. Aku tersenyum meski Rizal tidak melihatnya. Dia juga pasti tidak mau gajinya dipotong jika datang terlambat. "Zal. Terima kasih, ya?" ucapku setelah turun dari motor. Kubuka helm berwarna hitam dan mengulurkan padanya. "Untuk?" "Pizza yang kemarin. Berkat kamu, keluargaku bisa mencicipi makanan yang sebelumnya mustahil dapat kami beli karena harganya mahal," ucapku jujur. Aku tersenyum saat teringat betapa bahagianya Delia makan pizza tadi sore. Bahkan ia harus mengambil beberapa foto untuk diabadikan. Bagi orang lain, pizza adalah makanan yang biasa, tetapi tidak bagi kami. Tidak heran jika D

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Signal Pertolongan

    Mataku terasa berkabut mengingat ayah di rumah yang sedang sakit sedangkan saudara kandungnya sendiri tidak mau peduli. "Kenapa masih berdiri di situ? Kurang jelas kalau aku tidak akan mengizinkan suamiku mengantar ayahmu?" kata Bude Lasmi lagi. Kutekan dadaku kuat-kuat untuk mengurai rasa sesak yang semakin menghimpit. Pepatah mengatakan darah lebih kental daripada air, tetapi aku tidak pernah merasakan itu dari keluarga ayah. Mereka seolah sengaja membentang jarak karena perbedaan ekonomi di antara kami. Ayah adalah tiga bersaudara. Bude Lasmi, kakak perempuannya memiliki suami yang bekerja sebagai mandor bangunan, kakak pertamanya memiliki toko sembako yang saat ini tinggal bersama nenek. Bisa dikatakan di antara mereka bertiga hanya ayah yang keadaan ekonominya tidak melimpah seperti kakak-kakaknya. Dengan tubuh lunglai aku berbalik. Tujuanku sekarang adalah ke rumah nenek. Di sana juga ada mobil milik Pakde Pras. Semoga anak pertama dari nenekku itu berkenan mengantar ayah ke

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Mobil Siapa

    "Bagaimana keadaan Ayah?" tanya Rizal. Tidak menunggu waktu lama ia sudah sampai di rumah sakit meski sudah ku larang. Lelaki yang sudah memakai seragam toko berwarna merah hitam itu mendekat ke ranjang tempat ayah berbaring dengan selang infus di tangannya. "Ayah kelelahan dan tensi darahnya naik," jawabku seraya mengusap tangan ayah. Kutatap wajahnya yang sudah terlihat lebih segar meski saat ini tengah terpejam. "Kita nggak usah masuk bekerja hari ini," kata Rizal. "Kita?" tanyaku dengan dahi berkerut. "Iya, kita. Aku dan kamu." Rizal menunjuk dadanya lalu menunjukku. "Kalau kita bekerja, siapa yang akan menjaga Ayah di sini? Ibu pasti lelah, sementara Delia harus sekolah." Aku menggeleng. "Tidak, Zal. Aku memang berencana untuk tidak masuk, tetapi kamu jangan." Lelaki berkulit putih itu tersenyum. "Nggak apa-apa. Aku sudah minta izin untuk tidak masuk hari ini. Nggak usah khawatir gaji kita kena potong. Semuanya biar aku yang urus." Aku tertawa kecil. "Memangnya kita ini s

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Lamar aku

    POV MiaBetapa damainya hati ini melihat aneka tanaman bunga yang sedang mekar. Angin semilir yang berembus menerpa wajahku menambah syahdunya suasana sore ini. Sapaan salam membuyarkan lamunanku yang sedang berangan tentang masa depan memiliki suami berwajah tampan dan kaya raya. Mia yang cantik ini akan menjadi ratu yang semua keinginannya terpenuhi. "Waalaikumsalam." Aku mengerucutkan bibir saat melihat yang datang adalah Pak RT dengan sebuah buku serta pulpen di tangannya. "Ada apa, Pak?" tanyaku tanpa mempersilakan lelaki berkumis itu duduk. "Saya mau menagih dana sosial, Mbak Mia," "Mbak Mbak. Sejak kapan aku nikah dengan kakakmu. Memangnya aku setua itu sampai harus dipanggil Mbak? Panggil nama saja. Nggak usah pakai Mbak," ucapku ketus. "Baik, Mia. Saya datang ke sini karena mau menagih dana sosial." Dahiku berkerut. "Dana sosial? Buat apa? Itu bukan urusanku." "Pak Daris masuk rumah sakit. Sesuai kesepakatan kita bersama bahwa setiap ada salah seorang warga yang diraw

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Dia Lelaki Sederhana

    PoV EllySuasana di rumah sudah mulai banyak orang. Tidak terasa hari pernikahanku dengan Rizal akan digelar besok sesuai dengan rencana awal, bukan dimajukan seperti keinginan Rizal. Di dapur ada beberapa ibu-ibu yang sedang memasak untuk acara besok. Rencananya akan ada acara sederhana dengan mengundang satu RT saja. Satu minggu sudah aku tidak bertemu dengan Rizal karena aku harus menjalani masa pingitan seperti permintaan ayah meski sebenarnya aku keberatan. Seharusnya masa pingitan ini adalah selama satu bulan, tetapi aku hanya mengajukan cuti selama satu minggu saja. Satu minggu tidak bertemu dengan Rizal nyatanya rasa rindu ini semakin membelenggu. Aku rindu senyum manis dan tawa renyah yang selalu menggodaku. Ah, dia adalah lelaki sederhana yang mampu membuatku terpesona dan tidak bisa menolak saat dia menyatakan cinta. "El, aku mau bicara, boleh?" tanya Rizal saat kami tengah makan siang bersama. Waktu itu selain kami berdua ada juga Fatma yang juga teman satu pekerjaan.

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Calon Istri Boss?

    PoV AuthorDi sebuah rumah megah, Irma--suami Pras tengah menunggu kepulangan suaminya dengan gelisah. Matahari sudah mulai tenggelam di ufuk barat dan sebentar lagi malam menjelang, tetapi sang suami belum juga pulang. "Sudahlah, Bu. Nggak udah dikit-dikit dilihat, dikit-dikit nengok, kalau sudah saatnya, Ayah pasti pulang," kata Venny--sang anak yang sedang asyik dengan ponselnya. Gadis itu merasa sebal melihat ibunya terus melongok ke jendela dan sesekali melihat ke jalan menunggu ayahnya pulang. "Seharusnya ayahmu itu sudah pulang. Berapa lama sih perjalanan dari sini ke rumah sakit?" Irma mengerucutkan bibir. "Mungkin masih menunggu Elly beres-beres, Bu. Sabar aja, nanti juga pulang." "Jika benar Mas Pras harus menunggu mereka beberes dulu, aku harus minta tambah ongkos. Waktu itu berharga. Seharusnya mereka menelepon minta jemput saat semua sudah selesai bukannya malah meminta Mas Pras menunggu. Dia pikir, kita nggak punya pekerjaan apa!" Wanita yang masih terlihat cantik di

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Hinaan Mia

    Elly tertawa saat wanita yang memperkenalkan diri dengan nama Vivi itu mengatakan calon suaminya adalah seorang boss. Namun, segera ia menguasai diri. Rizal memang boss bagi wanita yang bertugas merias dirinya itu karena dia yang akan membayar atas kerja kerasnya hari ini, bukan? Vivi meminta asistennya untuk menyiapkan semua alat yang dibutuhkan. Vivi hanya bisa tepok jidat saat Elly bilang belum mandi. "Saya pikir habis mandi langsung ganti baju dan mekap lima menit, beres. Mas Rizal tidak pernah bilang kalau saya harus mekap sebelum akad." Elly nyengir. "Iya, Pak Rizal bilang ini kejutan karena dia pikir akad nikah lebih penting dari pesta itu sendiri. Karena itu dia ingin sang pengantin tampil istimewa sehingga terlihat sempurna saat difoto," kata Vivi. Gadis yang kesehariannya selalu memakai kerudung instan sehingga sering dibilang tidak gaul dan dibilang mirip emak-emak oleh Mia itu bergegas ke kamar mandi. Hanya berselang sepuluh menit, Elly sudah selesai mandi sehingga me

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Sah

    Dengan percaya diri, Mia menuju rumah Elly untuk tebar pesona, tetapi di ruang tamu masih sepi. Yang ramai hanya di bagian dapur oleh ibu-ibu yang sedang menyiapkan makanan untuk para tamu yang akan datang sebentar lagi. Karena masih sepi, Mia memutuskan untuk pulang dulu. Hana dan Daris dapat bernapas lega setelah memastikan semua makanan sudah siap. Sementara itu, Elly masih berada di kamar untuk mekap yang akan selesai tidak lama lagi. "Masya Allah, benarkah ini aku?" kata Elly setelah selesai dandan dan Vivi memintanya untuk bercermin. "Saya tidak bohong, kan, kalau akan membuat semua orang pangling? Bahkan Mbak sendiri pun hampir tidak mengenali wajah sendiri. Gimana? Suka nggak dengan hasil kreasi tangan saya?" tanya Vivi mata berbinar. Elly mengusap pipinya dan kembali menatap ke cermin. "Iya, Mbak. Saya suka." Vivi bernapas lega. "Saya jamin Pak Rizal akan semakin cinta dengan Nona Elly.""Elly." Elly meralat. "Iya, Elly. Saya lupa, padahal tadi sudah panggil mbak." Viv

Latest chapter

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Ending

    Tangan Andra gemetar saat menanda tangani berkas persetujuan bahwa istrinya harus dilakukan tindakan operasi caesar saat akan melahirkan. Lelaki itu sebenarnya keberatan Mia dioperasi karena dia tahu biayanya lebih mahal dibandingkan dengan lahiran normal. Namun, demi keselamatan istri dan calon anaknya dia tetap tanda tangan juga. Perkara uang, bisa dipikir nanti. Dia memang sudah punya tabungan, tetapi hanya cukup untuk digunakan jika Mia lahiran normal sedangkan dia tidak berani minta pada mertuanya meski dia tahu orang tua Mia punya banyak uang. Dia tahu, mertuanya terutama sang ibu tidak menyukainya sebagai menantu karena dia hanya anak pembantu. Andra takut ibu istrinya itu tidak mau membantunya. Dan yang paling membuatnya takut adalah mertuanya mau memberi bantuan asalkan dia mau berpisah dengan Mia. Tidak. Apa pun alasannya, Andra tidak mau berpisah dengan Mia terlebih setelah adanya buah hati di antara mereka. Setelah menunggu hampir satu jam lamanya, akhirnya operasi ca

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Terbongkar

    "Akhirnya kamu ketemu jodohnya juga, Vin. Ibu bilang juga apa? Lelaki tampan dan sukses seperti kamu pasti akan mendapat jodoh wanita yang cantik dan sukses juga," kata Irma seraya mengusap pucuk kepala anak lelakinya itu. Besok adalah hari pernikahan Alvin dengan seorang wanita pilihan neneknya yang masih ada hubungan kekerabatan dengan keluarga mereka. "Ibu senang kamu mau menikah dengan pilihan Nenek yang sudah pasti jelas asal usulnya. Jelas bibit bebet dan bobotnya. Cantiknya sungguhan dan kekayaannya juga bukan bohongan." Irma sengaja meninggikan suaranya agar orang-orang yang sedang berada di dapur itu mendengar ucapannya termasuk Lasmi. Di dapur sedang banyak orang yang sedang membantu memasak untuk acara esok hari. Lasmi yang sedang mengulek cabai di dapur untuk membuat sambal goreng hanya melengos mendengar ucapan Irma. Kakak iparnyanya itu sedang memuji anaknya, tetapi terdengar menyebalkan baginya. Bagaimana tidak? Lasmi merasa seolah sang kakak ipar sedang menyindir

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Kecewa

    "Minum dulu, Bu." Mia membantu Lasmi duduk setelah beberapa saat yang lalu siuman dari pingsan. Wanita itu tidak sadarkan diri setelah mengetahui fakta yang sebenarnya kalau besannya hanya seorang pembantu di rumah mewah itu. Ucapan Venny kembali terngiang di kepalanya. Ternyata keponakannya itu tidak bohong. Mau ditaruh di mana mukanya nanti saat bertemu gadis yang sudah pernah memberi tahu siapa Andra yang sebenarnya, tetapi dia malah tidak percaya. Segelas teh yang masih mengepulkan asap diangsurkan Mia pada sang ibu.Lasmi enggan menerima minuman itu dan membiarkannya tetap berada di tangan Mia. Kenyataan bahwa anak gadisnya hanya bersuamikan seorang anak pembantu membuatnya tidak berselera meski hanya minum saja. Geri mengambil alih minuman itu dari tangan Mia lalu memberikan pada sang istri. "Minum dulu agar tubuhmu sedikit bertenaga. Kulihat wajahmu begitu pucat." Akhirnya Lasmi mau minum. Dia menatap Mia seraya menyeruput sedikit demi sedikit minuman manis itu. Rasa hang

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Ingat Mantan

    "Kenapa, Mas? Kok kayak lagi banyak pikiran gitu?" tanya Elly saat berada di meja makan dan melihat suaminya seperti tidak selera makan. "Ah, enggak. Aku nggak apa-apa, kok." Lelaki bermata teduh itu hanya membolak-balik makanan di hadapannya. Nasi di piringnya belum berkurang separuhnya padahal punya Elly sudah mulai habis. Elly menghela napas perlahan. Dia berdiri lalu mengambil piring milik Rizal. "Masakanku nggak enak, ya? Aku ganti aja, ya? Mau minta dimasakin apa? Atau mau pesan online aja." Rizal tersenyum. Diambilnya kembali piring miliknya dari tangan sang istri. "Nggak usah. Makanan ini enak. Rasanya pas di lidah. Apalagi ini juga makanan favorit aku." Lelaki itu mengambil sebiji udang goreng tepung lalu mencocolnya dengan saus dan menggigitnya. "Tetapi kenapa kayak nggak enak gitu? Tuh, lihat makanan aku sudah hampir habis sedangkan kamu masih banyak." Elly menunjuk piring Rizal. "Kalau memang ada masalah, cerita sama aku, Mas. Apa mungkin ada masalah di toko?" Lel

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Kenyataan

    Andra mengumpat dalam hati. 'Siapa sebenarnya wanita itu? Kenapa dia bisa tahu aku? Si@l. Kenapa orang-orang sepertinya tidak suka melihat aku bahagia sedikit saja.'"Katakan padaku, Mas. Kalau yang dibilang Venny itu tidak benar." Mia mengulangi pertanyaannya.Andra mendongak. Ditatapnya Mia yang terlihat sangat cantik sempurna di matanya. "Iya, Mia, aku__Tangan Mia terulur. Jarinya mendarat di bibir Andra. "Ssstt. Aku percaya seratus persen sama kamu karena aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri. Sepupuku itu memang begitu, dia paling nggak suka melihat aku bahagia. Dari dulu kami memang nggak pernah akur. Selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik. Namun, sekarang akulah pemenangnya. Dia pasti iri." Mia berkata sambil melirik Venny yang duduk diapit Alvin dan ibunya. Venny melotot. Dia tidak terima dengan ucapan Mia. "Eh, siapa bilang aku iri? Yang kukatakan ini be__Venny tidak melanjutkan ucapannya karena mulutnya dibekap oleh Alvin lalu mengajaknya berdiri dan menarik

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Setelah Sah

    "Kalau bukan Rizal yang memberi tahu pada Mia, lalu siapa? Rizal nggak mungkin berani bersumpah atas nama Tuhan.Mungkinkah ada seseorang yang tahu siapa aku sebenarnya dan orang itu kenal dengan Mia?" Andra berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Sebuah kamar berada dekat dapur yang luasnya tentu saja tidak seluas punya sang majikan. Iya, dia memang diperbolehkan pinjam barang termasuk pakaian milik Ferdi, tetapi untuk fasilitas kamar tidur tetap menempati kamar pembantu dan sama sekali tidak diperkenankan tidur di kamar majikan. Pikiran Andra gelisah. Sesekali ia mengacak rambutnya karena frustrasi. Lelaki bertubuh tinggi itu berjalan menuju jendela. Tatapan matanya tertuju pada pohon-pohon di samping rumah yang rimbun Berharap hatinya tenang jika pandangannya teralihkan. Alih-alih tenang, lelaki itu justru semakin gelisah. Lalu ia berjalan kembali menuju ranjang dan menjatuhkan bobotnya di sana dengan kasar. "Aduh, aku jadi takut Mia membatalkan pernikahan ini jika tahu siap

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Dia Datang

    "Dikasih tahu tapi nggak percaya, ya, udah." Venny pulang ke rumahnya dengan menghentakkan kaki dan terus menggerutu. "Padahal di sini terlihat siapa Andra yang sebenarnya." Venny menatap video yang ia rekam di ponselnya beberapa hari yang lalu.Waktu itu Venny sedang jalan-jalan dan tanpa sengaja melewati depan rumah Andra. Dia melihat calon suami sepupunya itu sedang mengepel lantai sambil sesekali mengusap keringatnya yang bercucuran di pelipis. Dahi Venny berkerut melihat pemandangan yang tak lazim baginya itu. Wanita itu kagum dengan Andra. Jarang-jarang ada orang kaya yang mau melakukan pekerjaan rumahnya sendiri apalagi mengepel lantai yang sangat melelahkan dan membuat pinggang encok. Akan tetapi, rasa kagum itu berubah menjadi heran saat di lain kesempatan ia melihat Andra yang turun dari mobil dengan tergesa-gesa lalu berlari memutar menuju pintu mobil untuk membukanya. Saat seorang wanita tua turun dari mobil, Andra menaruh hormat dengan membungkukkan badannya. "Siapa w

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Terancam Batal

    "Ada apa, Mas? Mas kenal dengan calon suami Mia?" tanya Elly saat keduanya dalam perjalanan pulang dari rumah Mia. Rizal menarik tangan sang istri. "Kita bicara di dalam saja." Rizal menghela napas besar. "Sebenarnya ini rahasia. Sangat rahasia," ucap lelaki tampan berbaju batik itu setelah keduanya duduk di ranjang yang dulu menjadi kamar Elly. "Rahasia?" tanya Elly dengan dahi berkerut. "Yupz, tetapi aku sudah janji di antara kita tidak akan ada rahasia lagi, kan?" "Sebenarnya ini ada apa, Mas? Katakan saja agar aku tidak penasaran." Akhirnya Rizal menceritakan semuanya tentang siapa Andra--calon suami sepupu istrinya itu. "Hah? Maksudnya si Andra itu sebenarnya bukan orang kaya seperti yang Mia kira?" tanya Elly. Rizal mengangguk. Wanita itu ingat dengan ucapan Mia kemarin yang mengatakan kalau dirinya akan dilamar secara resmi oleh orang tampan dan kaya tujuh turunan. Punya rumah bagus dan mobil mewah. "Kalau begitu aku harus menemui Mia untuk memberitahukan ini. Sebelum

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Aku Percaya Kamu, Sayang

    "Serius si Mia sudah ada yang mau ngelamar?" tanya Venny saat Lasmi datang mengundang keluarganya untuk datang ke rumah menyaksikan lamaran adik sepupunya itu. Lasmi tersenyum. "Tentu saja. Mia akan dilamar orang kaya yang tampan dan punya rumah mewah. Pokoknya setelah ini Mia bakal jadi ratu." Venny mencibir. Hatinya merasa terbakar. Sepupu yang selalu dia anggap sebagai rival itu menikah lebih dulu meski sebenarnya usianya memang lebih tua Mia dua tahun. Mia sudah selesai kuliah dan dirinya masih berjuang membuat skripsi. "Aku nggak percaya Mia dapat orang kaya apalagi yang tampan." Venny mendengkus. Tidak rela rasanya jika Mia mendapatkan lelaki sesuai harapan. Lasmi tersenyum sinis. "Aku nggak memaksa kamu untuk percaya, tapi yang jelas dia lebih segalanya daripada Alvin. Kakakmu itu pasti akan menyesal telah menolak Mia pada waktu itu jika pada akhirnya anakku mendapat yang terbaik." Muka Lasmi memerah. Darahnya menggelegak saat ingat penolakan Alvin atas Mia yang menaruh h

DMCA.com Protection Status