POV Caca"Untuk apa kami marah? Karena tahu kakakmu telah mencelakai kami?" tanya papa."Ca, apa yang dilakukan kakakmu sungguh menyadarkan kami, terutama Mama, betapa berharganya kamu, tapi aku dan Sandi malah menyia-nyiakan kamu," sambung mama.Ada mamaku yang terharu mendengar penuturan Mama Sarah, terlihat dari paras wajahnya yang kini berkaca-kaca."Mah, Pah, apakah ini tandanya aku harus tetap mempertahankan pernikahanku dengan Mas Sandi?" tanyaku.Papa tertawa kecil, ia melambaikan tangannya untuk segera menghampirinya."Papa tidak pernah memaksakan kamu untuk balik dengan Sandi, itu hak kamu sebagai wanita yang pernah disakiti, kamu berhak bahagia juga dengan siapapun yang kamu mau," ujar papa.Kemudian Mama Marni menghampiriku, ibu yang selalu mendampingi ketika aku terperosok masalah. Ia yang lebih dulu pasang badan untuk membantuku. Begitu pula dengan Kak Sony, mungkin ia melakukan hal ini karena kasih sayangnya padaku begitu besar."Benar kata Pak Tyo, kamu dan anak-anak b
Dua puluh tahun kemudianVira kini berusia 24 tahun. Ia sudah menikah dengan seorang lelaki bernama Syam. Laki-laki mapan yang berprofesi sebagai seorang dokter. Sementara Yura, usianya kini 22 tahun, rencananya tahun ini akan dilamar oleh seorang pengusaha kaya bernama Jimmy. Laki-laki tersebut hasil perjodohan dari Sandi, ayah kandung Yura."Aku nggak setuju kalau Yura menikah dengan Jimmy, Sayang," ucap Alfa, pria yang menikahi Caca setelah bercerai dengan Sandi. Setelah menikah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki, usianya masih 18 tahun saat ini, namanya Rafael."Itu pilihan papanya, aku nggak enak nolaknya, Mas," timpal Caca.Dulu mereka memang sahabat, Caca dan Alfa bersatu karena jodoh yang tertukar. Sandi yang dulunya suami Caca justru berjodoh dengan Amara yang merupakan sahabat dari Caca sendiri."Gue juga papanya mereka," sungut Alfa kesal."Tuh kan kumat lagi, kita udah sepakat untuk nggak elu elu gue gue lagi," ketus Caca.Alfa menghela napas, dia membuang tangannya
"Ca, kita perlu bicara," ujar Sandi.Kali ini ucapan Sandi membuat Caca gemetar. Akhirnya telepon genggam dialihkan pada Alfa, suaminya."Ada apa sebenarnya?" tanya Alfa."Bisa ke rumahku nggak, Fa?" tanya Sandi balik. "Kita perlu bicara langsung, nggak bisa melalui sambungan telepon," lanjut Sandi.Alfa terdiam sejenak, bola matanya diedarkan ke arah Caca yang kini duduk sambil memegang pelipisnya. Dia tampak memiliki firasat jelek terhadap anaknya itu."Oke, besok ya, sekarang udah malam. Tolong titip Yura, jangan sampai keluar dari rumahmu dulu, besok kami ke sana," timpal Alfa."Ya, ditunggu besok pagi," jawab Sandi.Kebetulan malam ini malam minggu, besok juga hari libur, jadi mereka memang bisa datang menemui Sandi meskipun pagi.Alfa menuntun istrinya untuk ke kamar. Caca yang terlihat murung pun disuruh istirahat oleh Alfa."Kira-kira kabar apa ya? Ya udah kenapa?" Caca bertanya tapi matanya terlihat kosong."Kita nggak bisa nebak meskipun punya prasangka jelek, aku tahu kamu
"Yura, sejak kapan kamu di situ, Nak?" Sandi terkejut dan bertanya berbarengan dengan Caca. Mereka berdiri serempak saat mendengar anaknya mengajukan pertanyaan tersebut.Dulu mereka sepakat untuk merahasiakan semuanya dari anak-anak yang masih kecil. Tiap kali Vira dan Yura bertanya kenapa memiliki mama dan papa dua? Mereka selalu kompak karena keduanya adalah orang tua Vira dan Yura. Namun, rahasia itu kini terbongkar dengan sendirinya, bahkan Yura yang tengah patah hati mendengar dengan telinganya sendiri dari mulut kedua orang tuanya.Tentu Yura sudah paham arti kata selingkuh, usianya sudah sangat matang dan bahkan dia sendiri mengalami hal yang sama dengan sang mama.Yura melangkahkan kakinya, dia tidak menjawab sepatah kata pun apa yang dipertanyakan keduanya. Kini Yura berdiri di tengah-tengah mereka."Serapat apa pun bangkai, pasti akan tercium juga, kalian memang pintar menyembunyikan rahasia dari anak sendiri, hebat," ucap Yura, bahkan diiringi dengan tepukan tangan."Yura,
Sepanjang jalan Yura menangis sambil menggendong tasnya. Dia kesal pada takdir dan keluarganya sendiri."Kenapa cuma Ayah yang baik padaku? Padahal dia orang lain, tidak ada darah yang mengalir di tubuh Ayah," ucap Yura bermonolog sambil melambaikan tangannya untuk memanggil tukang ojek yang kebetulan ada di pangkalan.Biasanya anak memang mengingat seseorang yang merangkulnya saat saat sedang terpuruk. Tadi Alfa yang selalu mencegah Sandi berbuat macam-macam pada Yura. Jadi dia teringat terus, apalagi ketika Sandi hendak menampar Yura dengan telapak tangan sudah mengambang di depan wajah putrinya itu. Tentu kejadian itu akan diingat Yura dan terngiang-ngiang selalu di kepalanya.Ponsel Yura terus berdering, panggilan masuk dari Caca tak berhenti sejak ia meninggalkan rumah. Yura menoleh ke belakang, ada Alfa yang tengah mengejar ojek yang ditumpangi oleh Yura."Yura! Berhenti, Nak!" Alfa berteriak.Yura menoleh dengan mata berembun. "Ayah yang mengejarku. Papa ke mana?" Yura bicara s
"Bicarakan di rumah, jangan di jalan seperti ini," ucap Alfa menasihati calon menantunya.Akhirnya mereka kembali ke rumah Sandi. Jimmy menyusul di belakangnya dengan mobil sedan berwarna hitam. Jimmy memicingkan mata sambil tersenyum. Dia mengetuk-ngetuk jarinya di gagang setir. "Kenapa juga gue bisa ketahuan sama Yura. Kalau Papi tahu, kena omel dah gue, secara dia pilihan Papi," gerutu Jimmy sambil menuju rumah Sandi. "Anggi juga kenapa nggak mau putus sih? Malah godain gue terus, nggak kuat kan iman gue ini, apalagi si Bejo, alat perang, nggak bisa diajak kompromi kalau lihat yang seksi," tambah Jimmy lagi.Setibanya di rumah Sandi, mereka langsung masuk. Begitu juga dengan Jimmy, dia mengantongi kunci mobil lalu mengekor di belakang Yura dan Alfa. Mereka sudah saling kenal, jadi sudah tahu silsilah keluarga. Sandi terkejut tiba-tiba ada Jimmy di belakang Alfa dan Yura. Namun, mereka tetap menjaga sikap, Jimmy dipersilakan duduk dan ikut bicara di tengah-tengah perselisihan kelua
Ketika Caca bicara seperti itu, Yura pun langsung berdiri. Dia menarik pergelangan tangan sang mama lalu sebelah kanannya mencekal paksa sang ayah. Caca dan Alfa diajak pulang oleh Yura."Yura, kita belum selesai bicara," ucap Jimmy."Kamu bicara aja dengan papaku, kalian itu sama, tidak ada yang beda dengan kalian!" sungut Yura.Dia langsung mengembalikan badan dan menarik kedua orang tuanya itu keluar. Mereka langsung pergi dari rumah Sandi dan Amara."Yura! Kamu jangan seperti itu, papa akan kehilangan pekerjaan kalau kamu membatalkan pernikahan!" Sandi berteriak seperti itu pada Yura. Hal itulah yang membuat anak kedua dari pernikahan Sandi dan Caca itu menghentikan langkahnya. Dia menatap sang papa dengan memicingkan matanya. Langkah Yura sangat berat tapi tetap memaksa diri untuk menghampiri sang papa."Bagaimana bisa seorang papa, lebih mementingkan pekerjaan ketimbang hati anaknya? Inikah pantas disebut papa? Aku rasa enggak, ternyata apa yang dilakukan Mama itu sudah sangat b
"Vira tadi mencoba bunuh diri, Mah." Caca kaget ketika Syam mengatakan hal itu padanya."Bunuh diri? Ada apa ini, Syam?" cecar Caca."Mah, ceritanya nanti aja, sekarang susul kami di rumah sakit tempat aku praktek ya," jawab Syam yang berprofesi sebagai dokter.Kemudian Caca pamit pada Yura, dia mengatakan satu hal pada anaknya tentang Vira. Caca sendiri nyaris tak percaya dengan apa yang dilakukan Vira tadi."Mah, aku ikut ya," bujuk Yura.Awalnya Caca tidak mengizinkan, tapi Alfa yang akhirnya membolehkan Yura untuk ikut.Mereka segera ke rumah sakit menemui Vira dan Syam, bahkan Caca menyuruh Alfa untuk mempercepat laju mobil.Sepanjang jalan Caca berprasangka buruk pada Syam, sebab Vira tidak mungkin seperti itu jika tidak ada satu masalah."Pasti mereka lagi ribut, terus Vira benar-benar buntu otaknya," ucap Caca. Bahkan dia menggigit jarinya ketika ngobrol dengan Alfa di dalam mobil."Sudahlah kita positif thinking aja, mungkin Vira lagi banyak pikiran," timpal Alfa mencoba menen
Tidak heran jika Vira harus diperiksa kondisi jiwanya. Sebab apa yang hampir dia lakukan memang sudah pasti karena frustasi dengan apa yang terjadi.Sepele memang, mendua saat sudah menjalin ikatan pernikahan. Namun, dampaknya untuk orang yang sangat mempercayai pasangan sepenuhnya itu akan ke jiwa."Anakku nggak gila," ucap Caca untuk kesekian kalinya."Ma, jangan gitu, sabar ya, Mbak Vira hanya diperiksa dulu," tutur Yura untuk sekadar menenangkan.Caca menggelengkan kepalanya. Kemudian dia mundur dan menemui Syam yang tengah bicara dengan Alfa."Syam! Kamu harus bertanggung jawab!" bentak Caca. "Ma, aku pasti akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Vira," timpal Syam. Lelaki yang sangat mencintai Vira pun menyadari kesalahannya. Tiba-tiba dia teringat dengan kejadian itu. Dimana Syam secara tidak sadar menggauli seorang wanita magang di rumah sakit saat jaga malam.Kala itu, Syam tengah bertugas, wanita yang magang satu bulan di rumah sakit memberikan secangkir teh han
"Ada apa, Syam?" Berkali-kali Alfa menegur menantunya itu, tapi Syam masih saja mematung dan tak melanjutkan ucapannya.Akhirnya, Caca tidak sabaran, dia menghampiri Syam yang masih saja diam.Plak!Tanpa basa-basi Caca bersikap tegas. Ini bukan ikut campur urusan rumah tangga anaknya, tapi sikap Caca hanya ingin menegaskan."Saya katakan pada kamu, ya, Syam. Jika kamu berbuat salah, maka tanggung jawab, jangan malah diam!" caci sang mama pada menantunya.Syam berlutut di kaki Caca. Dia menundukkan kepalanya. Nyaris hal ini membuat satpam yang tengah berkeliling pun melerai mereka."Tolong jangan buat keributan, di sini rumah sakit, bukan untuk meributkan sesuatu," ucap satpam sambil menunjuk dengan satu jari.Napas Caca semakin memburu, dia benar-benar tidak sabaran dengan sikap menantunya itu."Syam, kamu dokter tegas dikit!" sentak Caca.Akhirnya Syam angkat bicara, dia memulai dengan kata maaf pada Caca dan Alfa."Ma, Pa, maaf telah menyakiti hati Vira, Syam telah menghamili anak
"Vira tadi mencoba bunuh diri, Mah." Caca kaget ketika Syam mengatakan hal itu padanya."Bunuh diri? Ada apa ini, Syam?" cecar Caca."Mah, ceritanya nanti aja, sekarang susul kami di rumah sakit tempat aku praktek ya," jawab Syam yang berprofesi sebagai dokter.Kemudian Caca pamit pada Yura, dia mengatakan satu hal pada anaknya tentang Vira. Caca sendiri nyaris tak percaya dengan apa yang dilakukan Vira tadi."Mah, aku ikut ya," bujuk Yura.Awalnya Caca tidak mengizinkan, tapi Alfa yang akhirnya membolehkan Yura untuk ikut.Mereka segera ke rumah sakit menemui Vira dan Syam, bahkan Caca menyuruh Alfa untuk mempercepat laju mobil.Sepanjang jalan Caca berprasangka buruk pada Syam, sebab Vira tidak mungkin seperti itu jika tidak ada satu masalah."Pasti mereka lagi ribut, terus Vira benar-benar buntu otaknya," ucap Caca. Bahkan dia menggigit jarinya ketika ngobrol dengan Alfa di dalam mobil."Sudahlah kita positif thinking aja, mungkin Vira lagi banyak pikiran," timpal Alfa mencoba menen
Ketika Caca bicara seperti itu, Yura pun langsung berdiri. Dia menarik pergelangan tangan sang mama lalu sebelah kanannya mencekal paksa sang ayah. Caca dan Alfa diajak pulang oleh Yura."Yura, kita belum selesai bicara," ucap Jimmy."Kamu bicara aja dengan papaku, kalian itu sama, tidak ada yang beda dengan kalian!" sungut Yura.Dia langsung mengembalikan badan dan menarik kedua orang tuanya itu keluar. Mereka langsung pergi dari rumah Sandi dan Amara."Yura! Kamu jangan seperti itu, papa akan kehilangan pekerjaan kalau kamu membatalkan pernikahan!" Sandi berteriak seperti itu pada Yura. Hal itulah yang membuat anak kedua dari pernikahan Sandi dan Caca itu menghentikan langkahnya. Dia menatap sang papa dengan memicingkan matanya. Langkah Yura sangat berat tapi tetap memaksa diri untuk menghampiri sang papa."Bagaimana bisa seorang papa, lebih mementingkan pekerjaan ketimbang hati anaknya? Inikah pantas disebut papa? Aku rasa enggak, ternyata apa yang dilakukan Mama itu sudah sangat b
"Bicarakan di rumah, jangan di jalan seperti ini," ucap Alfa menasihati calon menantunya.Akhirnya mereka kembali ke rumah Sandi. Jimmy menyusul di belakangnya dengan mobil sedan berwarna hitam. Jimmy memicingkan mata sambil tersenyum. Dia mengetuk-ngetuk jarinya di gagang setir. "Kenapa juga gue bisa ketahuan sama Yura. Kalau Papi tahu, kena omel dah gue, secara dia pilihan Papi," gerutu Jimmy sambil menuju rumah Sandi. "Anggi juga kenapa nggak mau putus sih? Malah godain gue terus, nggak kuat kan iman gue ini, apalagi si Bejo, alat perang, nggak bisa diajak kompromi kalau lihat yang seksi," tambah Jimmy lagi.Setibanya di rumah Sandi, mereka langsung masuk. Begitu juga dengan Jimmy, dia mengantongi kunci mobil lalu mengekor di belakang Yura dan Alfa. Mereka sudah saling kenal, jadi sudah tahu silsilah keluarga. Sandi terkejut tiba-tiba ada Jimmy di belakang Alfa dan Yura. Namun, mereka tetap menjaga sikap, Jimmy dipersilakan duduk dan ikut bicara di tengah-tengah perselisihan kelua
Sepanjang jalan Yura menangis sambil menggendong tasnya. Dia kesal pada takdir dan keluarganya sendiri."Kenapa cuma Ayah yang baik padaku? Padahal dia orang lain, tidak ada darah yang mengalir di tubuh Ayah," ucap Yura bermonolog sambil melambaikan tangannya untuk memanggil tukang ojek yang kebetulan ada di pangkalan.Biasanya anak memang mengingat seseorang yang merangkulnya saat saat sedang terpuruk. Tadi Alfa yang selalu mencegah Sandi berbuat macam-macam pada Yura. Jadi dia teringat terus, apalagi ketika Sandi hendak menampar Yura dengan telapak tangan sudah mengambang di depan wajah putrinya itu. Tentu kejadian itu akan diingat Yura dan terngiang-ngiang selalu di kepalanya.Ponsel Yura terus berdering, panggilan masuk dari Caca tak berhenti sejak ia meninggalkan rumah. Yura menoleh ke belakang, ada Alfa yang tengah mengejar ojek yang ditumpangi oleh Yura."Yura! Berhenti, Nak!" Alfa berteriak.Yura menoleh dengan mata berembun. "Ayah yang mengejarku. Papa ke mana?" Yura bicara s
"Yura, sejak kapan kamu di situ, Nak?" Sandi terkejut dan bertanya berbarengan dengan Caca. Mereka berdiri serempak saat mendengar anaknya mengajukan pertanyaan tersebut.Dulu mereka sepakat untuk merahasiakan semuanya dari anak-anak yang masih kecil. Tiap kali Vira dan Yura bertanya kenapa memiliki mama dan papa dua? Mereka selalu kompak karena keduanya adalah orang tua Vira dan Yura. Namun, rahasia itu kini terbongkar dengan sendirinya, bahkan Yura yang tengah patah hati mendengar dengan telinganya sendiri dari mulut kedua orang tuanya.Tentu Yura sudah paham arti kata selingkuh, usianya sudah sangat matang dan bahkan dia sendiri mengalami hal yang sama dengan sang mama.Yura melangkahkan kakinya, dia tidak menjawab sepatah kata pun apa yang dipertanyakan keduanya. Kini Yura berdiri di tengah-tengah mereka."Serapat apa pun bangkai, pasti akan tercium juga, kalian memang pintar menyembunyikan rahasia dari anak sendiri, hebat," ucap Yura, bahkan diiringi dengan tepukan tangan."Yura,
"Ca, kita perlu bicara," ujar Sandi.Kali ini ucapan Sandi membuat Caca gemetar. Akhirnya telepon genggam dialihkan pada Alfa, suaminya."Ada apa sebenarnya?" tanya Alfa."Bisa ke rumahku nggak, Fa?" tanya Sandi balik. "Kita perlu bicara langsung, nggak bisa melalui sambungan telepon," lanjut Sandi.Alfa terdiam sejenak, bola matanya diedarkan ke arah Caca yang kini duduk sambil memegang pelipisnya. Dia tampak memiliki firasat jelek terhadap anaknya itu."Oke, besok ya, sekarang udah malam. Tolong titip Yura, jangan sampai keluar dari rumahmu dulu, besok kami ke sana," timpal Alfa."Ya, ditunggu besok pagi," jawab Sandi.Kebetulan malam ini malam minggu, besok juga hari libur, jadi mereka memang bisa datang menemui Sandi meskipun pagi.Alfa menuntun istrinya untuk ke kamar. Caca yang terlihat murung pun disuruh istirahat oleh Alfa."Kira-kira kabar apa ya? Ya udah kenapa?" Caca bertanya tapi matanya terlihat kosong."Kita nggak bisa nebak meskipun punya prasangka jelek, aku tahu kamu
Dua puluh tahun kemudianVira kini berusia 24 tahun. Ia sudah menikah dengan seorang lelaki bernama Syam. Laki-laki mapan yang berprofesi sebagai seorang dokter. Sementara Yura, usianya kini 22 tahun, rencananya tahun ini akan dilamar oleh seorang pengusaha kaya bernama Jimmy. Laki-laki tersebut hasil perjodohan dari Sandi, ayah kandung Yura."Aku nggak setuju kalau Yura menikah dengan Jimmy, Sayang," ucap Alfa, pria yang menikahi Caca setelah bercerai dengan Sandi. Setelah menikah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki, usianya masih 18 tahun saat ini, namanya Rafael."Itu pilihan papanya, aku nggak enak nolaknya, Mas," timpal Caca.Dulu mereka memang sahabat, Caca dan Alfa bersatu karena jodoh yang tertukar. Sandi yang dulunya suami Caca justru berjodoh dengan Amara yang merupakan sahabat dari Caca sendiri."Gue juga papanya mereka," sungut Alfa kesal."Tuh kan kumat lagi, kita udah sepakat untuk nggak elu elu gue gue lagi," ketus Caca.Alfa menghela napas, dia membuang tangannya