Menaiki pesawat Surabaya—Jakarta benar-benar membuat Arion pusing. Dia kembali teringat saat-saat bersama ayah dan ibunya. Dulu, mereka sering bolak-balik Jakarta—Surabaya untuk mengunjungi nenek. Arion meremas-remas tangannya sepanjang perjalanan. Semenyebalkan apapun perjalanan ini, Arion harus tetap menjalaninya karena ia perlu ketemu langsung dengan Kanya. Dia harus memastikan bahwa Kanya tidak bicara macam-macam soal video itu kepada Tera, istrinya. “Loe serius, loe gak kasih tahu apa yang Zyan bilang di video itu, kan?” tanya Arion begitu sampai di pintu rumah Kanya. Kanya yang baru bersiap pergi, buru-buru mengatur napas karena kaget. Sial! Dia kalah cepat. Sejak mendapat pesan dari Andrew bahwa Arion mau ketemu sama dia, Kanya mencoba beralasan agak pertemuan itu tidak jadi dilaksanakan. Namun, bukan Arion jika dia tak bisa menjalankan apa yang dia mau. Karena sudah tertangkap basah, mau tidak mau, Kanya harus menghadapi sepupu jauhnya itu. “Sebenernya gue gak niat kasih t
Setahun setelah perpisahannya dengan Zyan, dengan membawa sejuta harapan, Lentera mendatangi Telaga Pohon dan menunggu lama di sana. Bibirnya tersenyum simpul mengenang pertemuannya dengan Zyan di awal masa orientasi dulu. Terlalu banyak hal dalam hidupnya yang telah dilalui bersama Zyanendra. Lentera tak pernah menduga apabila pada akhirnya hubungannya dengan Zyan harus selesai begitu saja. Dalam hati, Lentera menyesali ketergesa-gesaanya dalam meminta Zyan untuk berkomitmen. Setelah dipikir-pikir lagi, Zyan benar, seharusnya Lentera menemani Zyan mencari gadis di foto itu lalu bersama-sama memperjuangkan cinta mereka. Satu tahun menghilang dari Zyan adalah hal yang paling menyiksa bagi Lentera. Meski ia sudah bertemu Arion yang setiap hari tak henti berusaha membuatnya tertawa, perasaannya masih terus terpaut pada Zyanendra. Oleh karena itu, hari ini Lentera memutuskan untuk datang, untuk mengoreksi keputusannya setahun lalu, untuk meminta maaf atas sikapnya yang terlampau kekana
Setahun setelah perpisahannya dengan Zyan, dengan membawa sejuta harapan, Lentera mendatangi Telaga Pohon dan menunggu lama di sana. Bibirnya tersenyum simpul mengenang pertemuannya dengan Zyan di awal masa orientasi dulu. Terlalu banyak hal dalam hidupnya yang telah dilalui bersama Zyanendra. Lentera tak pernah menduga apabila pada akhirnya hubungannya dengan Zyan harus selesai begitu saja. Dalam hati, Lentera menyesali ketergesa-gesaanya dalam meminta Zyan untuk berkomitmen. Setelah dipikir-pikir lagi, Zyan benar, seharusnya Lentera menemani Zyan mencari gadis di foto itu lalu bersama-sama memperjuangkan cinta mereka. Satu tahun menghilang dari Zyan adalah hal yang paling menyiksa bagi Lentera. Meski ia sudah bertemu Arion yang setiap hari tak henti berusaha membuatnya tertawa, perasaannya masih terus terpaut pada Zyanendra. Oleh karena it
Jakarta dan segala keindahannya tak pernah mampu membuat Arion kerasan untuk tinggal di dalamnya. Jalanan Jakarta selalu menyuguhkan kegetiran dalam hidupnya, mengingatkannya pada mendiang kedua orangtuanya yang meninggal dalam kecelakaan mobil lima belas tahun silam. Kalau bukan untuk menghadiri peresmian pembangunan apartemen baru keluarga Brata, Arion tak kan mau ke Jakarta. Arion lebih suka tinggal di Surabaya bersama neneknya.Peresmian Topping Off The Brata Residence berlangsung lancar. Arion turut serta dalam penutupan semen terakhir bersama jajaran direksi. Dia juga menekan sirine dan memotong tumpeng sebagai tanda bahwa The Brata Residence resmi dibuka. Apartemen dengan 5 tower yang berisi 5000 unit itu menjadi bagian dari kelompok apartemen mewah di Jakarta dengan fasilitas ekslusif seperti skypooldan kafe di rooftop serta private lift.Setelah menyerahkan acara kepada Direktur Utama dan Direktur Marketing Bra
“Ra, kamu baik-baik aja, kan?” melihat Lentera masih bersembunyi di belakang telapaknya, Zyanendra merasa begitu khawatir. Dia tidak mengerti mengapa setelah menjelaskan apa yang terjadi padanya di Hari Penentuan, Lentera jadi tak henti mengeluarkan air mata.“Ra, ada kata-kata aku yang salah, ya? Kenapa kamu nangis?” ucapnya khawatir.Lentera membuka wajahnya perlahan. Ia lantas mengatur napasnya kemudian meminum air yang Zyanendra sodorkan padanya.“Makasih.” kata Lentera setelah meminum satu teguk saja.“Sebenernya apa yang terjadi, Ra? Ada apa sama Arion?”Lentera kembali menangis. Pertanyaan Zyanendra benar-benar sulit untuk dia jawab. Lentera seperti kehilangan kata-kata setelah mengetahui kejadian tentang masa lalunya itu. Dia teringat lagi betapa dulu setiap hari dia selalu berkata kepada Arion betapa dirinya masih sangat mencintai Zyanendra. Lalu, Arion menguatkannya, mendukungnya untuk menem
Pesta pernikahan Arion dan Lentera yang super mewah dilaksanakan di hotel milik keluarga Arion. Hari itu menjadi hari paling membahagiakan bagi Arion. Setelah berjuang meluluhkan hatinya, Arion akhirnya resmi menikah dengan Lentera. Tak mudah membuat Lentera lepas dari bayang-bayang Zyanendra. Arion tahu betul betapa Lentera mencintai Zyanendra. Dulu, setiap hari, dia harus menadahi air mata Lentera yang tak henti menetes karena Zyanendra. Mendengar Lentera berkeluh kesah tentang pujaan hatinya itu sebenarnya membuat Arion muak semuak-muaknya. Namun, dia tak punya cara lain. Hanya itu satu-satunya cara untuk mengambil hati Lentera, yakni menjadi sahabatnya. Maka pada waktu Lentera memutuskan untuk membuka hati untuknya, Arion girang tak terperi. Usahanya selama ini ternyata tak sia-sia. Hingga datanglah hari itu, hari ketika Lentera telah sempurna menjadi miliknya. “Sayang, kita tukeran HP yuk.” kata Lentera yang masih merebahkan diri di bahu Arion.
Lentera merebahkan diri di sofa kantor. Matanya sembab, hatinya ngilu, pikirannya kacau berantakan. Mbak Arie menanyakan kondisinya, namun Lentera hanya menepiskan tangan, tak menjawab. "Mau saya buatkan teh anget, Mbak?" tanya Mba Arie. Lentera mengangguk kecil, lalu memilih memejamkan mata. Ciri khasnya jika tak mau diganggu. Mbak Arie bersiap pergi dan tak bertanya lagi begitu meletakkan segelas teh anget di hadapan Lentera. Dia tak mau mengganggu. Namun, Lentera justru bangkit dan mengajaknya bicara. "Mbak. Lagi gak sibuk, kan?" tanya Lentera. "Eh, enggak kok Mbak, Mbak Tera butuh bantuan saya?" "Enggak, cuman pengen ditemenin aja di sini. Bisa, kan?" Mbak Arie mengangguk tanpa mengerti apa yang sedang terjadi. Dia melihat Lentera beberapa kali mengambil napas panjang kemudian membuangnya. Namun, sama sekali tak mengatakan sepatah kata pun. "Mbak Tera lagi ada masalah, ya?" tanya Mbak Arie pada akhirnya. "Hmm. Aku gak tahu sih, Mbak ini disebut masalah apa engga." "Mbak T
Lentera akhirnya tinggal di apartemen untuk sementara. Dua hari ini dia hanya berdiam diri di kamarnya, mematikan ponselnya, serta menyerahkan segala urusan kantor kepada Mbak Arie. Di luar apartemennya, dua ajudan Arion menjaga dan mengawasinya. Juga gesit memesankan makanan dan membantu Lentera memenuhi kebutuhan harian yang lain.Beberapa kali Mbak Arie mengunjunginya untuk membicarakan urusan kerja sekaligus memberinya nasihat untuk memaafkan Arion. Namun, Lentera hanya mendengarkan saja. Lentera tahu, sangat tahu, Mbak Arie pasti disuruh Arion untuk membujuknya. Arion selalu melakukan segala cara untuk merayunya kembali ke pelukannya. Dulu, saat sedang badmood PMS dan Lentera ngambek karena hal sepele, Arion akan membelikannya es krim, bunga, atau hal-hal romantis lainnya melalui Mbak Arie. Arion tahu, jika sedang sebal, Lentera tak ingin melihat wajahnya. Mbak Arie selalu menjadi "utusan" untuk memperbaiki hubungannya dengan Lentera."Mungkin, memang kamu sama Zyan belum jodoh.
"Tahu, gak, Mbak? Apa yang bikin aku betah tinggal di Surabaya?" kata Lentera sembari menyeruput es coklat di hadapannya."Apa?" tanya Mbak Arie penasaran."Banyak, sih, Mbak Arie salah satunya.""Oh, ya?"Lentera menganguk cepat. "Yap. Gak kebayang gimana membosankannya hidupku kalau gak ada Mbak Arie. Gak ada orang yang bisa aku ajak main-main, hehehe.""Dasar kamu. Generasi bucin ya begini ini, waktu pacaran ke mana-mana sama pacarnya sampe gak punya temen deket. Giliran putus, beneran jadi literally sendiri! Hahaha." goda Mbak Arie."Iiih, Mbak Arieee! Berat tahu, Mbak." Lentera manyun."Ehehe, iya sorry..sorry. Semoga segera dapat ganti yang lebih baik, ya."Lentera mendengus. Agaknya sulit baginya untuk membuka hati baru untuk menggantikan Zyanendra. Mbak Arie sangat tahu itu.Sejak pulang ke Surabaya, Mbak Arielah yang menjadi sosok pendengar yang baik bagi Lentera. Memang baginya, sejak dulu Mbak Arie bukan sekadar orang kepercayaan ibunya. Mbak Arie adalah kakak perempuan yang
"Jadi Lentera masih terus berkomunikasi dengan Zyanendra?" tanya Arion sinis.Arie mengangguk mantap. "Lentera juga sudah tahu kalau Pak Arion sepupuan sama Kanya."Arion mendengus kesal. "Bagaimana dia bisa tahu?" gumamnya gusar."Zyanendra memberitahunya.""Kanya memberi tahu Zyanendra?""Entahlah, Lentera hanya bilang dia tahu dari Zyanendra.""Jadi bagaimana menurutmu?""Sepertinya Lentera memang masih menyimpan perasaan kepada Zyanendra."Brak! Arion mengebrak meja. Arie tersentak, kaget."Berapa kali aku bilang jangan pernah mengatakan itu lagi kepadaku!" Arion meninggikan suara."Sorry. Aku hanya menyampaikan apa yang selama ini aku lihat.""Bah! Jadi sebenarnya kamu ada di pihak siapa?""Sedari awal aku gak pernah memihak siapa-siapa. Kamu tahu, aku hanya melakukan tugas, sesuai kesepakatan yang kita buat." kata Arie tenang."Lagian, aku udah berkali-kali juga bilang dan ngingetin kamu untuk menghentikan semua ini. Lentera itu dari dulu sampai sekarang masih mencintai Zyanendr
Lentera akhirnya tinggal di apartemen untuk sementara. Dua hari ini dia hanya berdiam diri di kamarnya, mematikan ponselnya, serta menyerahkan segala urusan kantor kepada Mbak Arie. Di luar apartemennya, dua ajudan Arion menjaga dan mengawasinya. Juga gesit memesankan makanan dan membantu Lentera memenuhi kebutuhan harian yang lain.Beberapa kali Mbak Arie mengunjunginya untuk membicarakan urusan kerja sekaligus memberinya nasihat untuk memaafkan Arion. Namun, Lentera hanya mendengarkan saja. Lentera tahu, sangat tahu, Mbak Arie pasti disuruh Arion untuk membujuknya. Arion selalu melakukan segala cara untuk merayunya kembali ke pelukannya. Dulu, saat sedang badmood PMS dan Lentera ngambek karena hal sepele, Arion akan membelikannya es krim, bunga, atau hal-hal romantis lainnya melalui Mbak Arie. Arion tahu, jika sedang sebal, Lentera tak ingin melihat wajahnya. Mbak Arie selalu menjadi "utusan" untuk memperbaiki hubungannya dengan Lentera."Mungkin, memang kamu sama Zyan belum jodoh.
Lentera merebahkan diri di sofa kantor. Matanya sembab, hatinya ngilu, pikirannya kacau berantakan. Mbak Arie menanyakan kondisinya, namun Lentera hanya menepiskan tangan, tak menjawab. "Mau saya buatkan teh anget, Mbak?" tanya Mba Arie. Lentera mengangguk kecil, lalu memilih memejamkan mata. Ciri khasnya jika tak mau diganggu. Mbak Arie bersiap pergi dan tak bertanya lagi begitu meletakkan segelas teh anget di hadapan Lentera. Dia tak mau mengganggu. Namun, Lentera justru bangkit dan mengajaknya bicara. "Mbak. Lagi gak sibuk, kan?" tanya Lentera. "Eh, enggak kok Mbak, Mbak Tera butuh bantuan saya?" "Enggak, cuman pengen ditemenin aja di sini. Bisa, kan?" Mbak Arie mengangguk tanpa mengerti apa yang sedang terjadi. Dia melihat Lentera beberapa kali mengambil napas panjang kemudian membuangnya. Namun, sama sekali tak mengatakan sepatah kata pun. "Mbak Tera lagi ada masalah, ya?" tanya Mbak Arie pada akhirnya. "Hmm. Aku gak tahu sih, Mbak ini disebut masalah apa engga." "Mbak T
Pesta pernikahan Arion dan Lentera yang super mewah dilaksanakan di hotel milik keluarga Arion. Hari itu menjadi hari paling membahagiakan bagi Arion. Setelah berjuang meluluhkan hatinya, Arion akhirnya resmi menikah dengan Lentera. Tak mudah membuat Lentera lepas dari bayang-bayang Zyanendra. Arion tahu betul betapa Lentera mencintai Zyanendra. Dulu, setiap hari, dia harus menadahi air mata Lentera yang tak henti menetes karena Zyanendra. Mendengar Lentera berkeluh kesah tentang pujaan hatinya itu sebenarnya membuat Arion muak semuak-muaknya. Namun, dia tak punya cara lain. Hanya itu satu-satunya cara untuk mengambil hati Lentera, yakni menjadi sahabatnya. Maka pada waktu Lentera memutuskan untuk membuka hati untuknya, Arion girang tak terperi. Usahanya selama ini ternyata tak sia-sia. Hingga datanglah hari itu, hari ketika Lentera telah sempurna menjadi miliknya. “Sayang, kita tukeran HP yuk.” kata Lentera yang masih merebahkan diri di bahu Arion.
“Ra, kamu baik-baik aja, kan?” melihat Lentera masih bersembunyi di belakang telapaknya, Zyanendra merasa begitu khawatir. Dia tidak mengerti mengapa setelah menjelaskan apa yang terjadi padanya di Hari Penentuan, Lentera jadi tak henti mengeluarkan air mata.“Ra, ada kata-kata aku yang salah, ya? Kenapa kamu nangis?” ucapnya khawatir.Lentera membuka wajahnya perlahan. Ia lantas mengatur napasnya kemudian meminum air yang Zyanendra sodorkan padanya.“Makasih.” kata Lentera setelah meminum satu teguk saja.“Sebenernya apa yang terjadi, Ra? Ada apa sama Arion?”Lentera kembali menangis. Pertanyaan Zyanendra benar-benar sulit untuk dia jawab. Lentera seperti kehilangan kata-kata setelah mengetahui kejadian tentang masa lalunya itu. Dia teringat lagi betapa dulu setiap hari dia selalu berkata kepada Arion betapa dirinya masih sangat mencintai Zyanendra. Lalu, Arion menguatkannya, mendukungnya untuk menem
Jakarta dan segala keindahannya tak pernah mampu membuat Arion kerasan untuk tinggal di dalamnya. Jalanan Jakarta selalu menyuguhkan kegetiran dalam hidupnya, mengingatkannya pada mendiang kedua orangtuanya yang meninggal dalam kecelakaan mobil lima belas tahun silam. Kalau bukan untuk menghadiri peresmian pembangunan apartemen baru keluarga Brata, Arion tak kan mau ke Jakarta. Arion lebih suka tinggal di Surabaya bersama neneknya.Peresmian Topping Off The Brata Residence berlangsung lancar. Arion turut serta dalam penutupan semen terakhir bersama jajaran direksi. Dia juga menekan sirine dan memotong tumpeng sebagai tanda bahwa The Brata Residence resmi dibuka. Apartemen dengan 5 tower yang berisi 5000 unit itu menjadi bagian dari kelompok apartemen mewah di Jakarta dengan fasilitas ekslusif seperti skypooldan kafe di rooftop serta private lift.Setelah menyerahkan acara kepada Direktur Utama dan Direktur Marketing Bra
Setahun setelah perpisahannya dengan Zyan, dengan membawa sejuta harapan, Lentera mendatangi Telaga Pohon dan menunggu lama di sana. Bibirnya tersenyum simpul mengenang pertemuannya dengan Zyan di awal masa orientasi dulu. Terlalu banyak hal dalam hidupnya yang telah dilalui bersama Zyanendra. Lentera tak pernah menduga apabila pada akhirnya hubungannya dengan Zyan harus selesai begitu saja. Dalam hati, Lentera menyesali ketergesa-gesaanya dalam meminta Zyan untuk berkomitmen. Setelah dipikir-pikir lagi, Zyan benar, seharusnya Lentera menemani Zyan mencari gadis di foto itu lalu bersama-sama memperjuangkan cinta mereka. Satu tahun menghilang dari Zyan adalah hal yang paling menyiksa bagi Lentera. Meski ia sudah bertemu Arion yang setiap hari tak henti berusaha membuatnya tertawa, perasaannya masih terus terpaut pada Zyanendra. Oleh karena it
Setahun setelah perpisahannya dengan Zyan, dengan membawa sejuta harapan, Lentera mendatangi Telaga Pohon dan menunggu lama di sana. Bibirnya tersenyum simpul mengenang pertemuannya dengan Zyan di awal masa orientasi dulu. Terlalu banyak hal dalam hidupnya yang telah dilalui bersama Zyanendra. Lentera tak pernah menduga apabila pada akhirnya hubungannya dengan Zyan harus selesai begitu saja. Dalam hati, Lentera menyesali ketergesa-gesaanya dalam meminta Zyan untuk berkomitmen. Setelah dipikir-pikir lagi, Zyan benar, seharusnya Lentera menemani Zyan mencari gadis di foto itu lalu bersama-sama memperjuangkan cinta mereka. Satu tahun menghilang dari Zyan adalah hal yang paling menyiksa bagi Lentera. Meski ia sudah bertemu Arion yang setiap hari tak henti berusaha membuatnya tertawa, perasaannya masih terus terpaut pada Zyanendra. Oleh karena itu, hari ini Lentera memutuskan untuk datang, untuk mengoreksi keputusannya setahun lalu, untuk meminta maaf atas sikapnya yang terlampau kekana