Share

Suami dan Kebohongan-Kebohongannya
Suami dan Kebohongan-Kebohongannya
Author: suchz.indyra

1. Fakta Masa Lalu

Author: suchz.indyra
last update Last Updated: 2021-11-07 10:40:52

Setelah berjuang bangkit dari patah hati yang melelahkan hidupnya, Lentera akhirnya mampu meneruskan hidup dengan menikahi Arion. Namun, semua berubah saat tiga tahun kemudian, seorang teman lama tiba-tiba mendatangi butiknya dan memesan baju lamaran. Orang itu adalah Kanya, orang yang membuat Lentera lari sekencang-kencangnya sampai ke sini, meninggalkan mimpinya menjadi arsitek interior di Jakarta lalu banting stir mengurus butik keluarga di Surabaya.

Awalnya, Kanya merupakan sosok adik tingkat yang menggemaskan, mereka sangat akrab layaknya saudara kandung. Namun, semua berubah setelah Lentera mengetahui kenyataan bahwa ternyata Kanya menjalin hubungan dengan Zyanendra, seorang yang waktu itu belum benar-benar resmi menjadi mantan pacarnya. Sejak itu, Kanya menjelma menjadi sosok paling menyeramkan di hidupnya. Lentera memutuskan untuk pergi sejauh-jauhnya, memutus segala hal yang berkaitan dengannya dan Zyan. Dia tak menyangka jika harus kembali berhadapan lagi dengan Kanya dan orang-orang di masa lalunya.

Lentera menghela napas panjang saat ponselnya berbunyi, Kanya mengirimi foto cantiknya memakai baju rancangan Lentera.

“Makasih banyak, Kak Tera. Cantik sekali bajunya.”begitu isi pesannya.

Lentera tak bisa langsung menjawab. Terlalu banyak hal yang ia tahan ketika mewujudkan baju lamaran Kanya. Kenangan akan Zyanendra kembali menyiksanya, tentang perpisahan yang menyakitkan, janji yang teringkari, pelarian yang melelahkan, juga tentang pernikahan yang terpaksa ia lakukan.

Hubungannya dengan Zyan memang rumit. Keduanya saling mencintai dan sudah berpacaran sejak tahun pertama kuliah, namun saat diajak serius berkomitmen, Zyan menolak karena terikat janji dengan mendiang ayahnya. Ayahnya ingin Zyan mencari sosok gadis kecil yang ia simpan fotonya untuk dijadikan istri. Gadis itu adalah anak sahabat sang ayah. Kenyataan itu pun membuat Lentera merasa tak nyaman jika harus meneruskan hubungan.

Lentera menganggap perjanjian itu sebuah kekonyolan. Hubungan mereka pun akhirnya "selesai" saat dia yang teramat lelah akhirnya memberi Zyan pilihan: berjuang bersama atau tidak sama sekali. Lalu Zyan memilih pilihan kedua, sebuah pilihan yang meluluhlantakan jiwa dan raga Lentera seketika. Saat itu, untuk pertama kalinya, Lentera merasakan perih pedihnya patah hati yang sering diceritakan orang-orang. Dia merasakan sendiri betapa patah hati memang semenyeramkan itu.

Kini, setelah bertahun-tahun berlalu. Kanya tiba-tiba saja menghubunginya untuk minta dibuatkan baju. Dia akan bertunangan. Dengan Zyankah? Benarkah Zyanendra akhirnya memutuskan bertunangan dengan Kanya? Lalu, bagaimana dengan gadis kecil yang harus dia cari itu? Zyan tidak menemukannya atau gadis itu mau melepaskannya untuk Kanya?

Sejenak, terbit rasa sesal yang mengaliri darahnya. Seandainya Lentera bisa sedikit bersabar dan tidak buru-buru meminta Zyan mengambil keputusan, akankah sekarang dia dan Zyan bisa bersama selamanya? Lentera buru-buru mengusir pikirannya. Dia tidak mau kembali mengenang masa lalunya. Apapun yang terjadi, dengan siapa Zyan bertunangan atau menikah, itu sama sekali bukan lagi menjadi urusannya.

Karena itulah, Lentera memutuskan untuk tidak bertanya. Dari proses pengukuran, pemilihan model, pembuatan pola, pemotongan kain, proses menjahit, sampai baju ini selesai dibuat, Lentera sama sekali tidak berani menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan calon suami Kanya. Bahkan, sampai hari ini, saat hari lamarannya tiba dan dia mengirimkan foto itu, Lentera masih juga tak berani bertanya.

Lentera hanya memandangi wajah Kanya yang sangat cantik. Pantas saja Zyan seolah lupa pernah mengatakan bahwa ia akan sulit jatuh cinta dengan perempuan lain, bahkan mungkin tak kan pernah menikah jika tidak dengannya. Sebulan. Hanya sebulah setelah perpisahan yang tak melegakan itu, Zyan justru mengumumkan hubungannya dengan Kanya.

Lentera kembali menghela napas. Ia menutup pesan Kanya lalu beralih untuk membalas pesan yang lain. Dia masih tak punya kata-kata untuk membalas pesan itu meski sekadar pujian untuk baju rancangannya sendiri. Satu-satunya yang ingin dia katakan padanya—tetapi selalu saja ia urungkan—adalah sebuah pertanyaan dengan siapa dia bertunangan.

Dia beralih lagi ke storyapps untuk melihat-lihat story teman-teman. Ada story Kanya yang sedang membagikan hari bahagianya. Kanya juga memosting foto bersama pasangannya, memamerkan cincin di jari manis mereka.

Melihatnya, Lentera tersentak seketika. Bukan Zyanendra? Ya, Kanya ternyata tidak bertunangan dengan Zyan. Laki-laki yang ada di samping Kanya itu bukan Zyan. Entah kenapa tiba-tiba tubuh Lentera bergetar. Ada desir aneh yang tak bisa dia pahami apa nama perasaan yang dibawa desir itu. Seperti ada perasaan lega, tetapi juga kecewa dan sesal yang membaur jadi satu.

Akhirnya, Lentera pun memberanikan diri untuk membalas story tersebut."Selamat, Cantiik. Bajunya jadi bagus banget dipakai kamu." dia mengetik balasan dengan cepat. Berharap Kanya pun membalas cepat pula.

"Bikinan siapa dulu dong bajunyaaa hehehe. Makasih banyaak ya Kak. Nanti bikinin lagi yak buat baju akad, hihi" Kanya membalas, lalu mereka pun saling berbalas pesan.

"Siaap. Kabarin jauh-jauh hari yaa."

"Pastii, Kaaak"

"Atau malah udah ditentuin?"

"Hehe belum, Kak. Tapi insya Allah sebelum akhir tahun. Doain yah."

"Selalu. Seneng banget deh kamu udah lamaran dan mau nikah. Lama banget kita gak berkabar kan yah. Aku kira kamu lamarannya sama Zyan."

Huh. Akhirnya, terlontar juga pertanyaan itu. Kanya terlihat offline, Lentera harap-harap cemas menantikan balasan Kanya. Entah apa yang dia harapkan, entah apa pula yang dia cemaskan. Satu hal yang akhirnya harus dia akui, sampai sekarang, Zyanendra masih seringkali menyita pikirannya meski kini ada Arion di sampingnya.

"Iya, Kak. Lama banget. Sejak Kakak pulang kampung kita hampir gak pernah kontakan lagi, kan. Tapi aku suka lihat i***a kakak sih, makanya tahu kalau kakak bikin butik. Kebetulan calonku orang Surabaya, Kak. Makanya aku sempetin ke butik Kakak." Akhirnya Kanya membalas. Membacanya, hati Lentera mencelos, ia sedikit menyesal kenapa tidak bertanya tentang calon suaminya sejak dulu.

Jika tahu calonnya orang Surabaya, sudah pasti itu bukan Zyan dan dia tidak perlu menahan banyak pertanyaan. Dia juga tak perlu menjalani hari-harinya dengan penuh kegalauan.

"Hahay. Kak Zyan? Aku mah bentaran doang Kak sama dia. Jadi pelarian doang aku Kak wkwk." Kanya membalas lagi.

Lentera mengernyit. Ada perasaan aneh mengaliri hatinya."Pelarian?"

"Iya, pelarian dari Kak Tera hahahaha." lanjut Kanya.

"Eh? Kok gitu. Padahal aku seneng lho pas tahu dia sama kamu. Kalian cocok. Tapi mungkin belum jodohnya ya." Tera masih berusaha tenang untuk membalas pesan meski perasaannya semakin tak karuan.

"Iya, Kak. Jadi Kak Zyan ngedeketin aku karena aku mirip-mirip sama Kak Tera gitu. Kita kan sama-sama suka ngecraft sama masak, kan. Ya, lama-lama aku sadar aja kalau Kak Zyan belum bisa move on dari Kakak. Kak Zyannya juga mengakui dan minta maaf, akhirnya kami putus deh."

Astaga! Lentera menggigit bibir mengetahui fakta itu. Saat ia baru akan mengetik, Kanya sudah mengirim pesan lagi.

"Iya, Kak. Belum jodoh. Kak Zyan tuh sayang banget sama Kak Tera. Tapi ya belum jodoh ya, Kak. Kayak yang dibilang Kak Zyan di video itu. Aku sampe nangis lho, Kak, pas lihat."

"Hah? Video? Video apa?"

"Video buat hadiah nikahan Kakak. Kak Tera udah lihat, kan?"

Video? Memang saat Lentera menikah tiga tahun lalu, Dannesh, teman Zyan mengucapkan selamat sekaligus mengatakan semoga ia menyukai video yang dibuat mereka. Namun, Lentera sama sekali tak pernah mendapatkan video itu. Dia pikir Zyan pasti berbuat alay lalu memutuskan untuk tidak jadi mengirimkannya.

"Enggak, Nya. Gak ada yang kirim aku video."

"Wah, serius? Waktu itu Kak Zyan sama Kak Dannesh bikin video buat hadiah nikahan Kakak. Ada ucapan dari temen-temen lain juga, Kak. Aku juga ikutan kok."

"Kak Zyan juga bilang videonya udah diterima sama suami Kakak."

Apa? Suaminya? Arion? Video apa, kenapa Arion gak pernah bilang kalau dia dapat kiriman video?Lenera penasaran. Apakah suaminya menyembunyikan sesuatu?

Karena gemas, Tera segera memencet tombol call, ia ingin langsung bicara dengan Kanya.

“Halo, Kak?”

“Iya, Nya. Sorry ya aku telepon. Ganggu gak?”

“Enggak, kok. Seneng banget malah bisa telponan sama Kak Tera. Kangen tahu, Kak.”

“Iya, aku juga kangen kamu. Sekali lagi selamat ya, atas pertunangannya.”

“Makasih, Kak. Hehe.”

“Oh iya, soal video yang kamu omongin tadi. Kamu masih nyimpen gak videonya? Aku beneran belum pernah liat soalnya.”

Kanya menelan ludah. “Kak Tera belum lihat videonya? Kok aneh?” batinnya. “Yah, aku gak nyimpen. Waktu itu cuman dikasih liat doang sama Kak Dannesh. Kakak serius belum lihat?”

“Hmmm. Iya, aku gak tahu apa-apa soal video itu.”

“Jadi Kak Tera juga gak tahu kalau…”

“Kalau apa?”

Astaga! Kanya kembali menelan ludah. Sepertinya dia sudah melakukan kesalahan dengan kembali membicarakan video itu.

“Hm, aku gak enak sih, Kak, mau ngomongnya.”

“Apa, sih, Nya? Emang di video itu Zyan ngomong apa?”

“Hmmm…”

“Kanya, please…”

“Kak Tera coba hubungin Kak Dannesh aja deh, gimana? Kayaknya sih Kak Dannesh punya salinan videonya.” Kanya coba mengalihkan perhatian.

“Iya, oke. Tapi please kasih tahu dong apa isi video itu.”

“Kak Tera gak papa emang kalau tahu?”

“Lha, emang kenapa?”

“Gak galau, kan?”

“Galau? Kayak ABG aja galau-galauan.”

“Hmmm, yaudah deh, aku kasih tahu. Tapi janji ya jangan galau.”

“Iya, iih, kamu apaan sih, aku udah jadi istri orang juga kali.”

“Iya, intinya Kak Zyan tuh menyesal banget karena udah ninggalin Kakak. Dia juga nyesel karena memilih jadian sama aku. Kak Zyan tahu banget kalau dia udah nyakitin Kak Tera, tapi dia gak pernah punya kesempatan buat minta maaf sama Kakak. Kak Tera nutup semua komunikasi sama anak-anak kampus, kan?”

Lentera mencelos. Sudut matanya yang mencair membuatnya tetap bergeming. Tangannya reflek terkulai, menjauhkan ponsel yang semula menempel di telinganya.

“Halo, Kak Tera?” Kanya mendadak bingung karena omongannya tidak direspons. Teleponnya masih tersambung, tetapi orang yang diajak bicara tak lagi menyahut.

“Haloo…”

“Ah, iya. Kanya, sorry sorry.”

“Kak Tera gak kenapa-kenapa, kan?”

“Enggak, gak papa. Yaudahlah, ya, btw makasih banget ya Kanya infonya. Nanti aku coba tanya suamiku, deh, soal video itu.”

“Iya, Kak. Bisa jadi gak kebaca juga, kan, di email.”

“Iya, sekali lagi makasih, ya.”

“Sama-sama, Kak.”

“Oh, ya, tolong kirimin nomor Dannesh ya, Nya.”

“Siap, Kak. Bye.”

Lentera menutup teleponnya. Ada desir aneh yang mengaliri darahnya. Meski sudah sekian tahun lalu berlalu, segala sesuatu yang berkaitan dengan Zyan tak pernah bisa ia abaikan begitu saja. Lentera semakin ingin menyelidiki terkait video itu. Apakah mungkin, Airon sengaja menyembunyikan video itu darinya? Jika benar iya, mungkinkah ada hal lain lagi yang selama ini Airon sembunyikan?

Sementara itu, Kanya juga menutup teleponnya dengan hati gamang. Dia merasa bersalah karena tak mengatakan yang sebenarnya. Meski sebenarnya ingin berterus terang, tetapi Kanya merasa tak berhak untuk menjelaskan bahwa Lentera berkaitan erat dengan janji Zyan pada ayahnya. Dalam video itu, sebenarnya Zyan mengungkapkan bahwa foto gadis kecil yang diberikan ayahnya itu adalah tak lain dan tak bukan adalah foto Lentera kecil.

Related chapters

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   2. Janji Konyol

    Zyanendra pernah berjanji pada ayahnya untuk mencari seorang gadis yang merupakan anak dari sahabat ayahnya. Sebelum ayahnya meninggal, dia memberikan foto gadis itu dan berwasiat agar menikahi gadis itu. Ayahnya memberikan sebuah alamat kontrakan di Jakarta. Kontrakan itu adalah milik ayah sang gadis yang menolong ayah Zyan saat bangkrut karena imbas Asian Financial Crisis 1998 lalu. "Berjanjilah, Zyan. Berjanjilah kalau kamu tak akan menikah sebelum menemukan gadis itu." "Ta..pi, Pah... Zyan..." "Hanya itu cara papah berterima kasih kepada keluarganya. Kecuali jika dia menolakmu, jangan pernah menikahi gadis lain." "Pah...bangun, Pah. Pah, jangan tinggalin Zyan! Papaaaah!" Zyan menangis sekencang-kencangnya. Untuk pertama kalinya dalam hidup dia kehilangan orang yang paling berarti dalam hidupnya. Perasaan Zyan campur aduk, foto gadis kecil di genggaman tangannya seolah mengisyaratkan bahwa hidupnya setelah ini tak akan lagi sama. Sudah pukul delapan pagi, namun rintik gerimis

    Last Updated : 2021-11-07
  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   3. Arion

    Arion memperhatikan istrinya dari tadi. Lentera terlihat sedang memikirkan sesuatu sampai tak fokus pada mie goreng yang dipesannya. “Sayang?” tegur Arion. “Eh, ya? Kenapa?” “Mikirin apa, sih?” “Hm, enggak. Mendadak inget mendiang ibu. Ibu dulu suka bikinin aku mie goreng kayak gini.” jawab Lentera tak ingin Arion curiga kalau sebenarnya dia sedang memikirkan Zyanendra, mantan pacarnya. Namun, dia tak sempurna bohong, saat bingung begini, dia memang selalu ingat ibunya. “Iya, dulu kalau aku main ke rumah juga pasti digorengin bakwan sama ibu kamu.” Lentera mengangguk pelan, sudut matanya berair. “Makasih, ya, sayang.” “Buat?” “Buat semuanya. Biasanya setiap kali aku sedih, ibu selalu nemenin aku. Aku inget banget dulu, waktu aku patah hati pas tahu Zyan pacaran sama Kanya dan ngerasa terpuruk banget, aku gak bisa cerita banyak sama ibu. Karena waktu itu kan ibu sakit-sakitan. Untung aku ketemu kamu, aku inget banget dulu kamu yang selalu nemenin aku ngelewatin hari-hari berat

    Last Updated : 2021-11-07
  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   4. Video Itu

    Di butik, Lentera menghentikan gambar sketsanya karena kembali teringat soal pembicaraannya dengan Kanya tadi. Pikirannya masih berkelindan pada penjelasan Kanya dalam video yang barusan ia lihat. Apakah benar kalau Zyan menyesal saat berpacaran dengan Kanya? Apakah alasan Zyan belum menikah sampai sekarang karena Zyan masih mencintainya?Lentera buru-buru mengusir pikirannya.“Tera, kamu udah nikah. Jangan pikirin soal Zyan lagi!” katanya pada dirinya sendiri.“Tapi aku penasaran sama isi video itu. Apa benar Arion gak tahu soal video itu? Kalau tahu kenapa Arion gak kasih liat ke aku ya? Dannesh, aku harus tanya ke dia soal video itu.”Tanpa pikir panjang, Lentera segera menghubungi Dannesh. “Gila, loe, Ra. Sekian tahun ngilang terus tiba-tiba ngehubungin gue cuman buat nanyain video?” kata Dannesh yang masih merasa aneh mendapat telepon dari kawan lamanya, Tera.“Hahaha. Ya maaf, Dan. Gue terlalu sibuk menata hidup ceritanya. Jadi masih punya gak videonya?”“Ada kayaknya sih di lap

    Last Updated : 2021-11-17
  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   5. Kanya

    Menaiki pesawat Surabaya—Jakarta benar-benar membuat Arion pusing. Dia kembali teringat saat-saat bersama ayah dan ibunya. Dulu, mereka sering bolak-balik Jakarta—Surabaya untuk mengunjungi nenek. Arion meremas-remas tangannya sepanjang perjalanan. Semenyebalkan apapun perjalanan ini, Arion harus tetap menjalaninya karena ia perlu ketemu langsung dengan Kanya. Dia harus memastikan bahwa Kanya tidak bicara macam-macam soal video itu kepada Tera, istrinya. “Loe serius, loe gak kasih tahu apa yang Zyan bilang di video itu, kan?” tanya Arion begitu sampai di pintu rumah Kanya. Kanya yang baru bersiap pergi, buru-buru mengatur napas karena kaget. Sial! Dia kalah cepat. Sejak mendapat pesan dari Andrew bahwa Arion mau ketemu sama dia, Kanya mencoba beralasan agak pertemuan itu tidak jadi dilaksanakan. Namun, bukan Arion jika dia tak bisa menjalankan apa yang dia mau. Karena sudah tertangkap basah, mau tidak mau, Kanya harus menghadapi sepupu jauhnya itu. “Sebenernya gue gak niat kasih t

    Last Updated : 2021-11-17
  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   6. Hari Penentuan

    Setahun setelah perpisahannya dengan Zyan, dengan membawa sejuta harapan, Lentera mendatangi Telaga Pohon dan menunggu lama di sana. Bibirnya tersenyum simpul mengenang pertemuannya dengan Zyan di awal masa orientasi dulu. Terlalu banyak hal dalam hidupnya yang telah dilalui bersama Zyanendra. Lentera tak pernah menduga apabila pada akhirnya hubungannya dengan Zyan harus selesai begitu saja. Dalam hati, Lentera menyesali ketergesa-gesaanya dalam meminta Zyan untuk berkomitmen. Setelah dipikir-pikir lagi, Zyan benar, seharusnya Lentera menemani Zyan mencari gadis di foto itu lalu bersama-sama memperjuangkan cinta mereka. Satu tahun menghilang dari Zyan adalah hal yang paling menyiksa bagi Lentera. Meski ia sudah bertemu Arion yang setiap hari tak henti berusaha membuatnya tertawa, perasaannya masih terus terpaut pada Zyanendra. Oleh karena itu, hari ini Lentera memutuskan untuk datang, untuk mengoreksi keputusannya setahun lalu, untuk meminta maaf atas sikapnya yang terlampau kekana

    Last Updated : 2021-11-26
  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   7. Siasat Arion

    Setahun setelah perpisahannya dengan Zyan, dengan membawa sejuta harapan, Lentera mendatangi Telaga Pohon dan menunggu lama di sana. Bibirnya tersenyum simpul mengenang pertemuannya dengan Zyan di awal masa orientasi dulu. Terlalu banyak hal dalam hidupnya yang telah dilalui bersama Zyanendra. Lentera tak pernah menduga apabila pada akhirnya hubungannya dengan Zyan harus selesai begitu saja. Dalam hati, Lentera menyesali ketergesa-gesaanya dalam meminta Zyan untuk berkomitmen. Setelah dipikir-pikir lagi, Zyan benar, seharusnya Lentera menemani Zyan mencari gadis di foto itu lalu bersama-sama memperjuangkan cinta mereka. Satu tahun menghilang dari Zyan adalah hal yang paling menyiksa bagi Lentera. Meski ia sudah bertemu Arion yang setiap hari tak henti berusaha membuatnya tertawa, perasaannya masih terus terpaut pada Zyanendra. Oleh karena it

    Last Updated : 2021-12-01
  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   8. Malaikat Itu Bernama Arion

    Jakarta dan segala keindahannya tak pernah mampu membuat Arion kerasan untuk tinggal di dalamnya. Jalanan Jakarta selalu menyuguhkan kegetiran dalam hidupnya, mengingatkannya pada mendiang kedua orangtuanya yang meninggal dalam kecelakaan mobil lima belas tahun silam. Kalau bukan untuk menghadiri peresmian pembangunan apartemen baru keluarga Brata, Arion tak kan mau ke Jakarta. Arion lebih suka tinggal di Surabaya bersama neneknya.Peresmian Topping Off The Brata Residence berlangsung lancar. Arion turut serta dalam penutupan semen terakhir bersama jajaran direksi. Dia juga menekan sirine dan memotong tumpeng sebagai tanda bahwa The Brata Residence resmi dibuka. Apartemen dengan 5 tower yang berisi 5000 unit itu menjadi bagian dari kelompok apartemen mewah di Jakarta dengan fasilitas ekslusif seperti skypooldan kafe di rooftop serta private lift.Setelah menyerahkan acara kepada Direktur Utama dan Direktur Marketing Bra

    Last Updated : 2021-12-06
  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   9. Luka Itu

    “Ra, kamu baik-baik aja, kan?” melihat Lentera masih bersembunyi di belakang telapaknya, Zyanendra merasa begitu khawatir. Dia tidak mengerti mengapa setelah menjelaskan apa yang terjadi padanya di Hari Penentuan, Lentera jadi tak henti mengeluarkan air mata.“Ra, ada kata-kata aku yang salah, ya? Kenapa kamu nangis?” ucapnya khawatir.Lentera membuka wajahnya perlahan. Ia lantas mengatur napasnya kemudian meminum air yang Zyanendra sodorkan padanya.“Makasih.” kata Lentera setelah meminum satu teguk saja.“Sebenernya apa yang terjadi, Ra? Ada apa sama Arion?”Lentera kembali menangis. Pertanyaan Zyanendra benar-benar sulit untuk dia jawab. Lentera seperti kehilangan kata-kata setelah mengetahui kejadian tentang masa lalunya itu. Dia teringat lagi betapa dulu setiap hari dia selalu berkata kepada Arion betapa dirinya masih sangat mencintai Zyanendra. Lalu, Arion menguatkannya, mendukungnya untuk menem

    Last Updated : 2021-12-07

Latest chapter

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   14. Duri di Hati Arie

    "Tahu, gak, Mbak? Apa yang bikin aku betah tinggal di Surabaya?" kata Lentera sembari menyeruput es coklat di hadapannya."Apa?" tanya Mbak Arie penasaran."Banyak, sih, Mbak Arie salah satunya.""Oh, ya?"Lentera menganguk cepat. "Yap. Gak kebayang gimana membosankannya hidupku kalau gak ada Mbak Arie. Gak ada orang yang bisa aku ajak main-main, hehehe.""Dasar kamu. Generasi bucin ya begini ini, waktu pacaran ke mana-mana sama pacarnya sampe gak punya temen deket. Giliran putus, beneran jadi literally sendiri! Hahaha." goda Mbak Arie."Iiih, Mbak Arieee! Berat tahu, Mbak." Lentera manyun."Ehehe, iya sorry..sorry. Semoga segera dapat ganti yang lebih baik, ya."Lentera mendengus. Agaknya sulit baginya untuk membuka hati baru untuk menggantikan Zyanendra. Mbak Arie sangat tahu itu.Sejak pulang ke Surabaya, Mbak Arielah yang menjadi sosok pendengar yang baik bagi Lentera. Memang baginya, sejak dulu Mbak Arie bukan sekadar orang kepercayaan ibunya. Mbak Arie adalah kakak perempuan yang

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   13. Dua Wajah Mbak Arie

    "Jadi Lentera masih terus berkomunikasi dengan Zyanendra?" tanya Arion sinis.Arie mengangguk mantap. "Lentera juga sudah tahu kalau Pak Arion sepupuan sama Kanya."Arion mendengus kesal. "Bagaimana dia bisa tahu?" gumamnya gusar."Zyanendra memberitahunya.""Kanya memberi tahu Zyanendra?""Entahlah, Lentera hanya bilang dia tahu dari Zyanendra.""Jadi bagaimana menurutmu?""Sepertinya Lentera memang masih menyimpan perasaan kepada Zyanendra."Brak! Arion mengebrak meja. Arie tersentak, kaget."Berapa kali aku bilang jangan pernah mengatakan itu lagi kepadaku!" Arion meninggikan suara."Sorry. Aku hanya menyampaikan apa yang selama ini aku lihat.""Bah! Jadi sebenarnya kamu ada di pihak siapa?""Sedari awal aku gak pernah memihak siapa-siapa. Kamu tahu, aku hanya melakukan tugas, sesuai kesepakatan yang kita buat." kata Arie tenang."Lagian, aku udah berkali-kali juga bilang dan ngingetin kamu untuk menghentikan semua ini. Lentera itu dari dulu sampai sekarang masih mencintai Zyanendr

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   12. Menepi

    Lentera akhirnya tinggal di apartemen untuk sementara. Dua hari ini dia hanya berdiam diri di kamarnya, mematikan ponselnya, serta menyerahkan segala urusan kantor kepada Mbak Arie. Di luar apartemennya, dua ajudan Arion menjaga dan mengawasinya. Juga gesit memesankan makanan dan membantu Lentera memenuhi kebutuhan harian yang lain.Beberapa kali Mbak Arie mengunjunginya untuk membicarakan urusan kerja sekaligus memberinya nasihat untuk memaafkan Arion. Namun, Lentera hanya mendengarkan saja. Lentera tahu, sangat tahu, Mbak Arie pasti disuruh Arion untuk membujuknya. Arion selalu melakukan segala cara untuk merayunya kembali ke pelukannya. Dulu, saat sedang badmood PMS dan Lentera ngambek karena hal sepele, Arion akan membelikannya es krim, bunga, atau hal-hal romantis lainnya melalui Mbak Arie. Arion tahu, jika sedang sebal, Lentera tak ingin melihat wajahnya. Mbak Arie selalu menjadi "utusan" untuk memperbaiki hubungannya dengan Lentera."Mungkin, memang kamu sama Zyan belum jodoh.

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   11. Kebohongan yang Terkuak

    Lentera merebahkan diri di sofa kantor. Matanya sembab, hatinya ngilu, pikirannya kacau berantakan. Mbak Arie menanyakan kondisinya, namun Lentera hanya menepiskan tangan, tak menjawab. "Mau saya buatkan teh anget, Mbak?" tanya Mba Arie. Lentera mengangguk kecil, lalu memilih memejamkan mata. Ciri khasnya jika tak mau diganggu. Mbak Arie bersiap pergi dan tak bertanya lagi begitu meletakkan segelas teh anget di hadapan Lentera. Dia tak mau mengganggu. Namun, Lentera justru bangkit dan mengajaknya bicara. "Mbak. Lagi gak sibuk, kan?" tanya Lentera. "Eh, enggak kok Mbak, Mbak Tera butuh bantuan saya?" "Enggak, cuman pengen ditemenin aja di sini. Bisa, kan?" Mbak Arie mengangguk tanpa mengerti apa yang sedang terjadi. Dia melihat Lentera beberapa kali mengambil napas panjang kemudian membuangnya. Namun, sama sekali tak mengatakan sepatah kata pun. "Mbak Tera lagi ada masalah, ya?" tanya Mbak Arie pada akhirnya. "Hmm. Aku gak tahu sih, Mbak ini disebut masalah apa engga." "Mbak T

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   10. Pelukan yang Dirindukan

    Pesta pernikahan Arion dan Lentera yang super mewah dilaksanakan di hotel milik keluarga Arion. Hari itu menjadi hari paling membahagiakan bagi Arion. Setelah berjuang meluluhkan hatinya, Arion akhirnya resmi menikah dengan Lentera. Tak mudah membuat Lentera lepas dari bayang-bayang Zyanendra. Arion tahu betul betapa Lentera mencintai Zyanendra. Dulu, setiap hari, dia harus menadahi air mata Lentera yang tak henti menetes karena Zyanendra. Mendengar Lentera berkeluh kesah tentang pujaan hatinya itu sebenarnya membuat Arion muak semuak-muaknya. Namun, dia tak punya cara lain. Hanya itu satu-satunya cara untuk mengambil hati Lentera, yakni menjadi sahabatnya. Maka pada waktu Lentera memutuskan untuk membuka hati untuknya, Arion girang tak terperi. Usahanya selama ini ternyata tak sia-sia. Hingga datanglah hari itu, hari ketika Lentera telah sempurna menjadi miliknya. “Sayang, kita tukeran HP yuk.” kata Lentera yang masih merebahkan diri di bahu Arion.

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   9. Luka Itu

    “Ra, kamu baik-baik aja, kan?” melihat Lentera masih bersembunyi di belakang telapaknya, Zyanendra merasa begitu khawatir. Dia tidak mengerti mengapa setelah menjelaskan apa yang terjadi padanya di Hari Penentuan, Lentera jadi tak henti mengeluarkan air mata.“Ra, ada kata-kata aku yang salah, ya? Kenapa kamu nangis?” ucapnya khawatir.Lentera membuka wajahnya perlahan. Ia lantas mengatur napasnya kemudian meminum air yang Zyanendra sodorkan padanya.“Makasih.” kata Lentera setelah meminum satu teguk saja.“Sebenernya apa yang terjadi, Ra? Ada apa sama Arion?”Lentera kembali menangis. Pertanyaan Zyanendra benar-benar sulit untuk dia jawab. Lentera seperti kehilangan kata-kata setelah mengetahui kejadian tentang masa lalunya itu. Dia teringat lagi betapa dulu setiap hari dia selalu berkata kepada Arion betapa dirinya masih sangat mencintai Zyanendra. Lalu, Arion menguatkannya, mendukungnya untuk menem

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   8. Malaikat Itu Bernama Arion

    Jakarta dan segala keindahannya tak pernah mampu membuat Arion kerasan untuk tinggal di dalamnya. Jalanan Jakarta selalu menyuguhkan kegetiran dalam hidupnya, mengingatkannya pada mendiang kedua orangtuanya yang meninggal dalam kecelakaan mobil lima belas tahun silam. Kalau bukan untuk menghadiri peresmian pembangunan apartemen baru keluarga Brata, Arion tak kan mau ke Jakarta. Arion lebih suka tinggal di Surabaya bersama neneknya.Peresmian Topping Off The Brata Residence berlangsung lancar. Arion turut serta dalam penutupan semen terakhir bersama jajaran direksi. Dia juga menekan sirine dan memotong tumpeng sebagai tanda bahwa The Brata Residence resmi dibuka. Apartemen dengan 5 tower yang berisi 5000 unit itu menjadi bagian dari kelompok apartemen mewah di Jakarta dengan fasilitas ekslusif seperti skypooldan kafe di rooftop serta private lift.Setelah menyerahkan acara kepada Direktur Utama dan Direktur Marketing Bra

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   7. Siasat Arion

    Setahun setelah perpisahannya dengan Zyan, dengan membawa sejuta harapan, Lentera mendatangi Telaga Pohon dan menunggu lama di sana. Bibirnya tersenyum simpul mengenang pertemuannya dengan Zyan di awal masa orientasi dulu. Terlalu banyak hal dalam hidupnya yang telah dilalui bersama Zyanendra. Lentera tak pernah menduga apabila pada akhirnya hubungannya dengan Zyan harus selesai begitu saja. Dalam hati, Lentera menyesali ketergesa-gesaanya dalam meminta Zyan untuk berkomitmen. Setelah dipikir-pikir lagi, Zyan benar, seharusnya Lentera menemani Zyan mencari gadis di foto itu lalu bersama-sama memperjuangkan cinta mereka. Satu tahun menghilang dari Zyan adalah hal yang paling menyiksa bagi Lentera. Meski ia sudah bertemu Arion yang setiap hari tak henti berusaha membuatnya tertawa, perasaannya masih terus terpaut pada Zyanendra. Oleh karena it

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   6. Hari Penentuan

    Setahun setelah perpisahannya dengan Zyan, dengan membawa sejuta harapan, Lentera mendatangi Telaga Pohon dan menunggu lama di sana. Bibirnya tersenyum simpul mengenang pertemuannya dengan Zyan di awal masa orientasi dulu. Terlalu banyak hal dalam hidupnya yang telah dilalui bersama Zyanendra. Lentera tak pernah menduga apabila pada akhirnya hubungannya dengan Zyan harus selesai begitu saja. Dalam hati, Lentera menyesali ketergesa-gesaanya dalam meminta Zyan untuk berkomitmen. Setelah dipikir-pikir lagi, Zyan benar, seharusnya Lentera menemani Zyan mencari gadis di foto itu lalu bersama-sama memperjuangkan cinta mereka. Satu tahun menghilang dari Zyan adalah hal yang paling menyiksa bagi Lentera. Meski ia sudah bertemu Arion yang setiap hari tak henti berusaha membuatnya tertawa, perasaannya masih terus terpaut pada Zyanendra. Oleh karena itu, hari ini Lentera memutuskan untuk datang, untuk mengoreksi keputusannya setahun lalu, untuk meminta maaf atas sikapnya yang terlampau kekana

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status