SUAMI WARISAN
122 – Jerat Hasrat
Narendra betul-betul membuatnya gila.
Walaupun ada cincin segede gaban terselip di jarinya, yang menandakan kepemilikan Mahesa terhadapnya, namun Rengganis benar-benar tak bisa menahan godaan dari Narendra.
Aroma feromon yang pekat di antara mereka membuat garis batas kini melebur di antara Rengganis dan Narendra.
Dipicu oleh hormon yang meningkat ketika haid membuat Rengganis semakin bertekuk lutut oleh gairahnya.
Malam itu, ketika Rengganis mandi dan mengganti pembalutnya, dia menyadari bahwa darah haidnya sudah mengering. Diperiksanya kelaminnya untuk memastikan dia benar-benar sudah bersih, namun seperti biasa, masih ada beberapa hari sampai darahnya berhenti total.
Rengganis memakai pantyliner dan mulai berdandan untuk makan malam bersama tim. Namun, ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya.
“Siapa?” Rengganis berseru sambil bergegas menghampiri pintu.
“Saya,
SUAMI WARISAN 123 – Pulang ke Pelukan Dering alarm membangunkan Rengganis yang terkaget-kaget. Dia mendorong Narendra yang menindih badannya dengan sebelah kaki, memperlakukannya bagaikan guling yang sedang dipeluk. Rengganis berseru, “Naren, bangun! Kita harus segera berangkat!” Narendra yang didorong Rengganis, berguling ke samping dan langsung terjaga, “Hah?” Rengganis memeriksa ponselnya; ada banyak miscalled dari Mahesa, Andri dan Rika. “Jam berapa?” tanya Narendra sambil mengucek matanya. “Hampir jam sebelas. Rika ngasih tau kalau Sarah dibawa ke IGD. Semalaman dia muntah-muntah. Yang lainnya udah nunggu di resto. Kita berdua dicariin…” Rengganis merapikan rambutnya yang berantakan. “Hm.” Narendra kelihatan cuek, dia malah kembali merebahkan diri di atas bantal-bantal kemudian memejamkan kembali matanya. “Heh! Bangun… cepetan balik ke kamar! Jangan sampe ada yang lihat kamu di sini!”
SUAMI WARISAN 124 – Segitiga Natalie seorang model profesional yang terkenal dengan kemampuannya menciptakan chemistry dengan setiap lelaki yang jadi pasangannya dalam iklan video atau foto promosi. Sifatnya yang mudah bergaul secara alamiah membuatnya mudah disukai siapa saja. Dia tidak butuh waktu lama untuk dekat dengan Narendra. Begitu sampai di Busan, Natalie mengajak semua kru untuk makan bersama. Dia duduk di sebelah Narendra dan memonopoli lelaki itu selama acara makan. Mau tak mau, kedekatan mereka terjalin begitu saja, bahkan tanpa Narendra sadari, dia merasa nyaman di dekat Natalie. Perempuan ini begitu piawai memainkan perannya sebagai pasangan Narendra hingga tak jarang, Natalie menunjukkan gestur-gestur yang hanya dilakukan oleh pasangan di muka umum; seperti menggandeng lengan Narendra, bergelayut manja dan tertawa-tawa. Keduanya berhasil menciptakan atmosfer pasangan yang sedang jatuh cinta di depan kamer
SUAMI WARISAN125 – Di Atas AwanJadwal kepulangan mereka sudah ditentukan. Natalie mengirim jadwal dan lokasi bandara tempat mereka berkumpul untuk naik ke pesawat pribadi yang disewa Natalie.“Are you OK?” tanya Mahesa ketika melihat Rengganis untuk kesekian kalinya menguap selama perjalanan di taksi mewah yang membawa mereka menuju bandara.Rengganis mengangguk, “Aku capek…” keluhnya dan menyandarkan kepalanya di bahu Mahesa.“’Kan udah aku bilang kalau enggak usah maksain kalau barangnya enggak ketemu…” ujar Mahesa dengan nada setengah jengkel “jadinya kamu capek…”Seharian ini mereka menghabiskan waktu mengelilingi toko, mencari hadiah dan oleh-oleh untuk keluarga dan persiapan pernikahan.Rengganis sempat kesal karena tidak menemukan titipan oleh-oleh yang diminta Maya namun akhirnya mneyerah setelah Mahesa memberinya pilihan; beli ata
SUAMI WARISAN126 – Dosa TermanisMahesa benar-benar sudah tidak tahan lagi. Tubuh Rengganis terasa panas menempel di tubuhnya, menggodanya untuk memulai aksi lebih jauh lagi. Dia mengangkat kepalanya dari lekukan leher Rengganis dan sekali lagi bertanya pada Natalie, “Hey, Nat. Can I have the bedroom, please…?”Natalie yang sedang berasyik masyuk dengan lelaki lain selagi Narendra tak ada, menoleh dan berseru ceria, “Sure, sure! Jangan lupa kunci pintunya kalau enggak mau kita ganggu, hahahaha…!”Natalie yang sudah teler mengibaskan tangannya pada mantan Bosnya itu. Seorang lelaki botak menghampirinya dan menarik Natalie ke dalam ciuman kasar.Tak berapa lama, pasangan itu mulai bercumbu mesra.“We need to get to the bedroom, Hon. Let’s go.” Mahesa menarik Rengganis bangkit dari kursi.Rengganis sudah benar-benar mabuk. Matanya setengah te
SUAMI WARISAN127 – Mimpi“Neng …. Neng Ganis, geulis…”Bulu mata Rengganis bergetar ketika suara lembut yang dibawa angin melayang, menembus pendengarannya.Suara yang asing itu kembali memanggilnya, “Neng Rengganis…”Nadanya mendayu, sehalus sutra membelai sukma.Rengganis membuka matanya dan mengerjap. Di mana dia?Semilir angin hangat menerpa wajahnya ketika Rengganis terduduk di atas hamparan rumput hijau yang empuk. Gemerisik daun yang terinjak oleh sepasang kaki membuatnya menoleh. Seorang perempuan anggun berkain batik dan kemben melangkah mendekat. Rambutnya yang hitam panjang digelung di tengkuknya, berhias oleh untaian melati dan jepit bunga yang terbuat dari emas dan perak. Aroma manis menggelitik hidungnya seiring jarak mereka yang memendek.Jantung Rengganis langsung berdegup kencang ketika dia mengenali siapa perempuan yang mendatanginya di
SUAMI WARISAN128 – Sisa SemalamRengganis terbangun dengan kepala pusing.Dia memegangi kepalanya yang berputar dan mengerang kesakitan. Erangannya membangunkan dua orang yang tidur di kedua sisinya.“Honey, what happened?!” seru Mahesa panik.Narendra mengambil air minum dan menyodorkannya pada Rengganis, “Minum.”Rengganis meneguk air yang diberikan Narendra dan memandang berkeliling ruangan. Tak ada yang aneh. Mereka juga masih berpakaian lengkap, hanya berbagi selimut yang sama.Dua lelaki dengan wajah bantal menatapnya khawatir.“You OK, Baby?” tanya Mahesa sambil merapikan rambut Rengganis yang berantakan.Rengganis menggeleng, “Aku mimpi aneh…”Berbagai macam adegan berkelebatan dalam benaknya dengan tempo yang cepat, hingga kepalanya kembali terasa pusing.“Aneh?” tanya Mahesa sementara Narendra menatapnya waspad
SUAMI WARISAN129 – PingitHari pernikahan Rengganis dan Mahesa semakin mendekat.Rengganis semakin sibuk mengurus persiapan menjelang hari H sembari tetap menyicil pekerjaan sebelum dia benar-bnar mengambil cuti panjang.Namun di sela-sela kesibukan sebagai calon pengantin, Mahesa dan Rengganis tetap memenuhi kewajiban mereka berbakti kepada orang tua. Maka ketika Ibu Mahesa minta waktu untuk makan siang bersama, keduanya datang dengan senang hati, tidak menyangka bahwa di pertemuan itu Ibu menodong Rengganis untuk melakukan sesuatu sebagai calon manten.Tak lain, tak bukan… PINGITAN.“Ibu enggak pernah jalani pingit, sih… tapi impian Ibu punya menantu yang menjalani pingit, jadi ibu bisa ngurus calon menantu ibu sampai hari pernikahan.”Rengganis dan Mahesa saling bertukar pandang. Mereka tidak mengira acara makan siang bersama Ibu Mahesa ternyata bukan hanya membahas soal pernikahan, na
SUAMI WARISAN130 – PamitanRengganis bimbang.Matanya nyalang memandang jarum jam yang bergerak pelan melewati detik demi detik yang terasa lama. Semakin dia menunda, semakin tegang rasanya.Dia tau maksud Narendra dengan ‘panggilan’ khusus mereka.Namun Rengganis ngeri. Kamarnya berada di paviliun atau rumah tamu yang terpisah dengan rumah utama, sedikit terpencil dan punya privasi tingkat tinggi. Tapi setiap jam ada satpam yang berpatroli.Kalau sampai ada orang yang melihat dia menyeludupkan orang ke dalam kamarnya, apalagi lelaki, tamat sudah riwayatnya.Nama Narendra kembali muncul di layar ponselnya, ini panggilan ke lima dalam satu jam terakhir. Tak satu pun panggilannya diterima oleh Rengganis, dia belum berani mengambil risiko.Narendra tidak menyerah begitu saja, selain membombardir Rengganis dengan panggilannya, dia juga mengiriminya banyak pesan.‘Ini kesempatan terakhir
KEKASIH AKHIR PEKAN Sekuel of Suami Warisan by Serafina Di umurnya yang telah menginjak angka 25 tahun, Sasikirana belum pernah pacaran. Dulu dia bersekolah di rumah karena sering berpindah-pindah hingga membuatnya kesulitan untuk bersosialisasi. Namun sekarang, Sasi seorang kurator galeri seni yang andal. Suatu hari, Sasi diminta Direktur Galeri untuk membuat pameran seorang pelukis misterius. Sasi berhasil menemukan alamatnya di pedesaan yang terpencil. Di sana dia bertemu sang pelukis. Tak disangka, di pertemuan pertama mereka, lelaki itu malah menawarinya untuk jadi kekasihnya setiap akhir pekan. Apakah Sasi menerima tawarannya? “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu jadi kekasihku setiap akhir pekan?” -SNIPPET KEKASIH AKHIR PEKAN- “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu menjadi kekasihku setiap akhir pekan?” Sasi memandang lelaki yang berdiri di ha
SUAMI WARISAN 175 – Sailendra [TAMAT] -EMPAT TAHUN KEMUDIAN- Diri kita bisa pulih sekaligus merasa hancur di waktu yang bersamaan. Pulih adalah perjalanan yang melibatkan penerimaan atas diri selagi kita hancur, berbenah kemudian membangun kembali diri kita. Waktu menjadi satu-satunya obat bagi Rengganis. Menit berganti jam, kemudian hari berubah jadi minggu sampai tak terasa tiga tahun sudah berlalu. Bayi mungil itu kini tumbuh menjadi balita yang menggemaskan. Celotehannya menceriakan ruangan, derap langkah kakinya menggemakan keriuhan yang hanya berjeda ketika dia memejamkan mata. “Gimana kabarnya?” pertanyaan itu tidak pernah alpa ditanyakan Mahesa setiap kali dia menelepon Rengganis. “Baik.” Rengganis tersenyum sambil melirik lelaki kecilnya yang berlarian di sekeliling ruangan “makasih kadonya, ya. Dia seneng banget…” Terdengar tawa Mahesa di seberang telepon, “Ya, begitu liha
SUAMI WARISAN 174 – Lembaran Baru Gemuruh guntur terdengar di kejauhan. Kilatan cahaya memantul di atas kaca jendela. Rengganis buru-buru menutup tirai jendela, udara terasa pengap ketika awan hitam menggumpal di atas langit Jakarta. Bayinya terbangun, matanya yang bulat mengerjap-ngerjap sementara badannya bergerak-gerak gelisah. Rengganis tersenyum kemudian mengangkat bayinya dari boks “Cup, cup, Sayang …. Kaget, ya?” Bayinya tak banyak menangis. Hanya sesekali gelisah dan merengek ketika popoknya basah. Dia begitu tenang, begitu mirip dengan ayahnya. Rengganis menimang-nimang bayinya, matanya lekat memandangi setiap inci wajah bayi lelaki yang paling tampan itu. Semakin dilihat, semakin terlihat jelas kemiripan antara buah hatinya dan Narendra. Hidungnya …. Matanya …. Caranya menatap mengingatkannya pada lelaki itu. Bayi yang baru berusia beberapa bulan itu bagaikan pinang dibelah dua dengan lelaki yan
SUAMI WARISAN173 – Terputus KutukanMak Saadah yang sudah renta masih mampu naik ke gunung untuk mencari kayu bakar. Tubuhnya yang kurus terbakar matahari tidak pernah meninggalkan gunung yang selama ini menjadi sumber penghidupannya.Walaupun anak-anaknya kerap kali mengingatkan untuk berhenti mencari kayu bakar karena di rumah sudah ada kompor gas, namun Mak Saadah tidak menghiraukan omongan anak-anaknya. Ada kesenangan sendiri berada di hutan gunung.Hidup di desa yang berubah sangat cepat membuat Mak Saadah kewalahan. Cucu-cucunya tidak mau diajak ke kebun apalagi ke hutan, mereka lebih senang diam di rumah dengan hapenya, bermain game dan marah-marah jika kuotanya habis.Daripada pusing mendengar cucu dan menantunya bertengkar soal kuota internet yang tak dimengerti olehnya, Mak Saadah memilih pergi ke hutan. Perasaannya mengatakan bahwa di sana ada sesuatu yang sedang menunggunya.“Mau kemana, Mak?” tan
SUAMI WARISAN 172 – Perpisahan & Kebenaran Tak pernah sekalipun terlintas dalam benak Rengganis – begitu pun dengan orang tuanya – bahwa dia akan bercerai secepat ini, padahal pernikahan mereka masih seumur jagung. “Tapi masih mending lu, Kak. Daripada Kim Kardashian yang cuma nikah 72 hari.” Maya berusaha membesarkan hati Rengganis, namun tidak mempan. Rengganis masih mellow. Dulu dia memang berniat untuk menceraikan Mahesa dan memilih Narendra, namun sekarang Narendra tak tentu rimbanya. Dia ingin marah, namun tidak tau diarahkan kemana amarahnya itu. Sejak kepulangannya dari RS, kemudian tinggal kembali di kamarnya, tak sehari pun Rengganis melewatkan sehari tanpa menangis. Papa dan Mama jadi serba salah. Mereka sudah berusaha menghibur Rengganis, namun masih suka mendengar isak lirih anaknya itu di malam hari. Walau pada pagi dan siang harinya Rengganis bisa menutupi kesedihannya, tapi di malam ya
SUAMI WARISAN171 – Binasa-FLASHBACK-Mobil yang dikendarai Narendra seolah tidak punya rem. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, terburu-buru seperti dikejar setan.Dia keluar dari rumah sakit, terus masuk ke tol kemudian ngebut menuju hutan. Menurunkan kecepatan jika lalu lintas padat, namun setiap ada kesempatan, Narendra terus menginjak gas.Sang Akang baru berhenti ketika sampai di depan rumah warisan.Lelaki itu masuk ke dalam rumah, menaruh beberapa barang di kamarnya, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.Kali ini dia pergi menuju hutan. Masuk ke dalam, terus ke tengah, meleburkan diri di antara rapatnya pepohonan. Tanpa bekal, tanpa persiapan. Hanya baju yang melekat di badan.Ingatannya yang masih segar menjadi modalnya untuk menyusuri jalan setapak yang dahulu mudah dia susuri. Sekarang, setelah kekuatannya menghilang, Narendra hampir kehabisan napas untuk mencapai tujuan.
SUAMI WARISAN170 – Hiduplah, Berbahagialah Beberapa saat yang lalu, di ruang operasi ….Sekelompok orang yang terdiri dari dokter utama, dokter anestesi, asisten dan perawat mengelilingi meja operasi.Tubuh Rengganis tergolek di atasnya. Tak sadarkan diri namun sedang berjuang untuk melahirkan bayinya.Sementara itu di balik kaca jendela, berdesakan dokter-dokter muda yang menonton proses kelahiran. Mereka mengamati setiap tindakan dengan cermat, tak lupa mencatat untuk laporan.Semua orang gugup, juga bersemangat.“Coba perhatikan tekanan darahnya, kelihatannya normal, kaya orang tidur gitu, ya?” bisik seorang calon dokter spesialis, dia menyenggol temannya agar melihat angka yang menunjukkan tekanan darah Rengganis.“Iya, luar biasa. Kekuatan seorang perempuan yang melewati masa kritis kemudian melahirkan dalam keadaan koma. Ini jarang banget di Indonesia!”&ld
SUAMI WARISAN 169 – Kelahiran -Beberapa Bulan Kemudian- “Pa, uangnya masih ada untuk biaya lahiran Rengganis?” tanya Mama dengan suara khawatir. Papa yang baru saja masuk ke kamar dengan handuk terlilit di pinggangnya mengangguk, “Masih banyak. Cukup untuk biaya Rengganis lahiran dan biaya hidup mereka.” Terdengar helaan napas lega dari Mama yang duduk di atas ranjang. Di sekitarnya tersebar tagihan rumah sakit, laptop dan kalkulator. Mama sedang sibuk menghitung biaya rumah sakit Rengganis dan biaya hidup mereka. “Untung saja si Narendra ini ngasih uang ya, Pa. Kalau enggak, aduh… Mama enggak tau apa jadinya nasib Rengganis sama bayinya.” Mama membetulkan letak kacamatanya kemudian menyipit memandang layar monitor laptop “ini gimana sih bikin rumusnya?” Papa membuka pintu lemari untuk mengambil baju. Pikirannya melayang kembali pada peristiwa sepeninggal Narendra. Kondisi Rengganis
SUAMI WARISAN 168 – Satu Menit Saja Sepeninggal Papa, Narendra menunggu dengan jantung berdebar sampai waktu bezuk tiba. Dia duduk di kursi panjang, terpisah dari orang-orang yang juga menunggui anggota keluarga mereka yang dirawat di ICU. Lelaki itu tertunduk memandang kedua tangannya di atas lutut. Matanya terpejam sementara bibirnya komat-komit. Pak Wawan yang penasaran dengan sosok lelaki yang terasa familiar itu tidak bisa lepas memandangi Narendra. Lelaki paruh baya yang mendengar cerita mengenai keributan tempo hari yang melibatkan keluarga Rengganis dan Narendra, tidak habis pikir kenapa lelaki yang bukan suami wanita yang terbaring koma di ICU itu bertahan terus di RS sementara lelaki yang katanya suaminya malah datang dan pergi dengan penampilan perlente. Seakan tenang-tenang saja dengan keadaan istrinya yang sedang koma. “Sepertinya cerita mereka lebih daripada perselingkuhan biasa…” gumam Pak Wawan tanpa sada