SUAMI WARISAN
114 – Pertanyaan Paling Indah
Selama film berlangsung, Mahesa sebenarnya gelisah.
Namun lelaki itu bisa menutupinya dari Rengganis. Perempuan itu terlihat larut dalam jalan cerita filmnya, bahkan sesekali dia mengusap matanya ketika sampai di adegan yang cukup menguras air mata.
“You OK?” bisik Mahesa.
Rengganis mengangguk, dia mengusap sudut matanya dan bergumam, “Aku lupa bawa tisu.”
Mahesa melepaskan dasinya dan mengulurkannya pada Rengganis, “Saputanganku ketinggalan di spa, pakai ini aja dulu.”
Rengganis tersenyum simpul dan bergumam, “Thanks.”
Ketika filmnya berakhir dan mereka turun menuju pintu keluar, mata Rengganis sembab dan dasi Mahesa basah oleh air mata.
“Film selanjutnya sedih enggak, ya?” tanya Rengganis, mereka berdua berjalan menyusuri lorong menuju Studio 3, dia mengusap hidungnya yang memerah, suaranya terden
SUAMI WARISAN115 – Pernikahan Abad Ini“Good morning, Honey.”Rengganis yang baru saja membuka matanya seketika tersenyum melihat Mahesa yang berbaring di sebelahnya melemparkan senyum cerah yang bisa mengalahkan sinar matahari pagi ini.“Hai,” sapa Rengganis, pipinya bersemu ketika menyadari dia masih polos di bawah selimut.“I got something for you.” Mahesa mengambil sesuatu dari nakas, sebuah kotak berlapis kulit dengan inisial HW. Lelaki itu membuka kotak dan napas Rengganis tercekat di tenggorokannya. Dia menutup mulutnya tidak percaya.Di antara lapisan beludru lembut itu terdapat cincin bertahtakan berlian emerald cut yang elegan dan mewah. Sinarnya begitu menyilaukan, membuat Rengganis tak bisa berkata-kata.“Aku udah enggak peduli lagi dengan momentum, Rengganis,” bisik Mahesa, dia mengambil cincin itu dan meraih tangan Rengganis yang polos tanpa perhiasan,
SUAMI WARISAN116 – Cinta dan Cemburu“Itu benar?!”Rengganis berjengit, dia hanya memandang Narendra tanpa jawaban. Hanya sorot matanya yang seolah mengkonfirmasi semuanya.Narendra meraih tangan Rengganis dan mengangkatnya di depan wajahnya. Dia langsung menyipitkan matanya ketika menangkap kilau berlian di jari Rengganis.KURANG AJAR!“Dimana Mahesa?!” Narendra hendak pergi mencari lelaki sialan itu, namun tangan Rengganis menahannya, “Mau ngapain?”“Saya harus meremukkan tengkoraknya.” Gumamnya diantara giginya yang gemertak. Narendra menyentakkan tangan Rengganis.“Naren!” panggil Rengganis, “kamu enggak usah cemburu.”Narendra menoleh, matanya jelas-jelas memancarkan sorot cemburu bercampur marah, “Bagaimana bisa saya tidak cemburu? Kamu istri saya!”“Tidak ada orang yang tau.” Rengganis
SUAMI WARISAN117 – Lapang DadaTok! Tok! Tok!“Rengganis!”Rengganis yang hari itu sedang ngebut menyelesaikan pekerjaannya sebelum cuti panjang, sama sekali tidak mendengar ketukan dan panggilan Rika di balik pintu. Kedua telinganya disumpal oleh earbuds yang memutar lagu cukup keras.Dia sedang on fire.Bahkan ada gantungan D&D di depan pintunya, namun Rika terpaksa menganggu konsentrasi Rengganis karena berita yang dibawanya sangat, sangat penting.“Rengganis!” Rika menepuk bahunya.“HAH…!” Rengganis melonjak kaget, dia melotot pada Rika “ya ampun ngagetin aja!” tangannya melepaskan earbuds dari telinganya.“Sorry, tapi lo harus tau ini,” Rika yang bergegas pergi kemari begitu mendengar berita yang menghebohkan itu kini tersengal-sengal mengatur napasnya.“Ada apa?” tanya Rengganis heran, dia meraih gelas air
SUAMI WARISAN118 – Tukar TakdirNarendra itu licik.Rengganis tau itu.Sejak pertama kali bertemu, sudah banyak kali Narendra memanipulasinya agar mengikuti keinginannya.Kali ini, Rengganis tidak akan tunduk padanya.Dia sudah punya Mahesa, dia tidak perlu Narendra lagi.“Habis manis sepah dibuang…” gerutu Narendra yang mengintip isi kepala Rengganis. Dia terkekeh pelan, tanpa humor dan terdengar getir.“Terserah kamu mau bilang apa. Yang jelas, aku akan tetap menikahi Mahesa.” Rengganis memandangnya tajam.Narendra mengangguk, “Selamat menempuh hidup baru.” Dia beranjak dari duduknya dan menghampiri Rengganis.Tubuh perempuan itu refleks menegang ketika Narendra menginvasi ruang pribadinya. Lelaki itu merunduk dan menarik dagunya untuk memberinya ciuman perpisahan.Rengganis memejamkan matanya ketika Narendra menutup jarak di antara mereka, b
SUAMI WARISAN119 – Musim Gugur di Seoul-A WEEK LATER-Panggilan untuk penumpang atas nama Rengganis terdengar dari speaker. Sementara Rengganis tergopoh-gopoh berlari menuju pintu keberangkatan.Kedua tangannya penuh dengan barang bawaan. Sialan, Mahesa… gara-gara lelaki itu, dia jadi terlambat!Mana belum makan lagi.“Come on, Baby… you can do it! RUN! FASTER…!” seru Mahesa yang berdiri menyemangati Rengganis yang bergegas mengejar pesawatnya yang hendak take off “BYE… I LOVE YOU…!”Rengganis mengacungkan jari tengahnya pada Mahesa sebelum menghilang. Huh, udah salah, masih sempat-sempatnya teriak ‘I Love You’ di depan orang banyak. Dasar geblek!Makin mendekati hari pernikahan mereka, makin kelihatan sifat aslinya.Napas Rengganis sudah Senen-Kemis ketika akhirnya dia berhasil masuk ke dalam pesawat. Seorang Pramu
SUAMI WARISAN120 – Dominasi NarendraSarah kolaps.Namun tidak ada yang menyadari kalau Bos mereka itu kolaps karena sedang hamil. Mereka semua menyangka Sarah drop karena kelelahan dan cuacanya yang dingin.Sarah tidak muncul saat makan siang. Rika terpaksa menjaga Bosnya di kamar suite-nya sementara yang lainnya makan siang di restoran dekat hotel.Bukan hanya Sarah yang kondisinya berubah begitu menginjakkan kaki di Korea, Narendra juga lama-kelamaan mulai oleng. Napasnya mulai pendek-pendek dan dia makan lebih banyak daripada biasanya.Rengganis yang duduk di sebelahnya menyenggolnya di bawah meja kemudian berbisik di antara bisingnya orang-orang yang makan di sekitar mereka, “Kamu enggak apa-apa?”Narendra mengangguk. Dia meraih gelas soju yang ada di depannya dan bertanya pada Heo Jun, “Bisa tuangkan?”Heo Jun dengan senang hati menuangkan soju untuk tamunya, kemudian Narendra
SUAMI WARISAN121 – Terpikat PesonaSepanjang hari itu, Rengganis tidak bisa konsentrasi.Kemejanya lengket di daerah dada. Walaupun sudah dilap oleh tisu basah, dia masih bisa menghidu aroma Narendra dari kulitnya.Untung saja hari ini dia memakai coat panjang di atas setelan kemeja dan roknya. Kaus kaki dan boots setinggi lutut melengkapi penampilannya yang stylish. Rengganis menangkap lirikan para lelaki yang berpapasan dengannya selama mereka shooting di tempat terbuka.Lokasi shooting pertama berada di Gwanghwamun. Gerbang yang menjadi pintu masuk ke Istana Gyeongbokgung yang ada di kawasan Jongno-gu, pusat kota Seoul.Daerah yang selalu jadi tujuan wisatawan itu lumayan ramai. Rombongan Rengganis cukup menyita perhatian ketika mereka menjalani shooting. Narendra yang terlihat gagah dengan pesonanya membuat banyak kepala menoleh padanya. Cukup banyak yang berhenti dan menonton jalannya shooting.Perempuan-pere
SUAMI WARISAN 122 – Jerat Hasrat Narendra betul-betul membuatnya gila. Walaupun ada cincin segede gaban terselip di jarinya, yang menandakan kepemilikan Mahesa terhadapnya, namun Rengganis benar-benar tak bisa menahan godaan dari Narendra. Aroma feromon yang pekat di antara mereka membuat garis batas kini melebur di antara Rengganis dan Narendra. Dipicu oleh hormon yang meningkat ketika haid membuat Rengganis semakin bertekuk lutut oleh gairahnya. Malam itu, ketika Rengganis mandi dan mengganti pembalutnya, dia menyadari bahwa darah haidnya sudah mengering. Diperiksanya kelaminnya untuk memastikan dia benar-benar sudah bersih, namun seperti biasa, masih ada beberapa hari sampai darahnya berhenti total. Rengganis memakai pantyliner dan mulai berdandan untuk makan malam bersama tim. Namun, ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya. “Siapa?” Rengganis berseru sambil bergegas menghampiri pintu. “Saya,
KEKASIH AKHIR PEKAN Sekuel of Suami Warisan by Serafina Di umurnya yang telah menginjak angka 25 tahun, Sasikirana belum pernah pacaran. Dulu dia bersekolah di rumah karena sering berpindah-pindah hingga membuatnya kesulitan untuk bersosialisasi. Namun sekarang, Sasi seorang kurator galeri seni yang andal. Suatu hari, Sasi diminta Direktur Galeri untuk membuat pameran seorang pelukis misterius. Sasi berhasil menemukan alamatnya di pedesaan yang terpencil. Di sana dia bertemu sang pelukis. Tak disangka, di pertemuan pertama mereka, lelaki itu malah menawarinya untuk jadi kekasihnya setiap akhir pekan. Apakah Sasi menerima tawarannya? “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu jadi kekasihku setiap akhir pekan?” -SNIPPET KEKASIH AKHIR PEKAN- “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu menjadi kekasihku setiap akhir pekan?” Sasi memandang lelaki yang berdiri di ha
SUAMI WARISAN 175 – Sailendra [TAMAT] -EMPAT TAHUN KEMUDIAN- Diri kita bisa pulih sekaligus merasa hancur di waktu yang bersamaan. Pulih adalah perjalanan yang melibatkan penerimaan atas diri selagi kita hancur, berbenah kemudian membangun kembali diri kita. Waktu menjadi satu-satunya obat bagi Rengganis. Menit berganti jam, kemudian hari berubah jadi minggu sampai tak terasa tiga tahun sudah berlalu. Bayi mungil itu kini tumbuh menjadi balita yang menggemaskan. Celotehannya menceriakan ruangan, derap langkah kakinya menggemakan keriuhan yang hanya berjeda ketika dia memejamkan mata. “Gimana kabarnya?” pertanyaan itu tidak pernah alpa ditanyakan Mahesa setiap kali dia menelepon Rengganis. “Baik.” Rengganis tersenyum sambil melirik lelaki kecilnya yang berlarian di sekeliling ruangan “makasih kadonya, ya. Dia seneng banget…” Terdengar tawa Mahesa di seberang telepon, “Ya, begitu liha
SUAMI WARISAN 174 – Lembaran Baru Gemuruh guntur terdengar di kejauhan. Kilatan cahaya memantul di atas kaca jendela. Rengganis buru-buru menutup tirai jendela, udara terasa pengap ketika awan hitam menggumpal di atas langit Jakarta. Bayinya terbangun, matanya yang bulat mengerjap-ngerjap sementara badannya bergerak-gerak gelisah. Rengganis tersenyum kemudian mengangkat bayinya dari boks “Cup, cup, Sayang …. Kaget, ya?” Bayinya tak banyak menangis. Hanya sesekali gelisah dan merengek ketika popoknya basah. Dia begitu tenang, begitu mirip dengan ayahnya. Rengganis menimang-nimang bayinya, matanya lekat memandangi setiap inci wajah bayi lelaki yang paling tampan itu. Semakin dilihat, semakin terlihat jelas kemiripan antara buah hatinya dan Narendra. Hidungnya …. Matanya …. Caranya menatap mengingatkannya pada lelaki itu. Bayi yang baru berusia beberapa bulan itu bagaikan pinang dibelah dua dengan lelaki yan
SUAMI WARISAN173 – Terputus KutukanMak Saadah yang sudah renta masih mampu naik ke gunung untuk mencari kayu bakar. Tubuhnya yang kurus terbakar matahari tidak pernah meninggalkan gunung yang selama ini menjadi sumber penghidupannya.Walaupun anak-anaknya kerap kali mengingatkan untuk berhenti mencari kayu bakar karena di rumah sudah ada kompor gas, namun Mak Saadah tidak menghiraukan omongan anak-anaknya. Ada kesenangan sendiri berada di hutan gunung.Hidup di desa yang berubah sangat cepat membuat Mak Saadah kewalahan. Cucu-cucunya tidak mau diajak ke kebun apalagi ke hutan, mereka lebih senang diam di rumah dengan hapenya, bermain game dan marah-marah jika kuotanya habis.Daripada pusing mendengar cucu dan menantunya bertengkar soal kuota internet yang tak dimengerti olehnya, Mak Saadah memilih pergi ke hutan. Perasaannya mengatakan bahwa di sana ada sesuatu yang sedang menunggunya.“Mau kemana, Mak?” tan
SUAMI WARISAN 172 – Perpisahan & Kebenaran Tak pernah sekalipun terlintas dalam benak Rengganis – begitu pun dengan orang tuanya – bahwa dia akan bercerai secepat ini, padahal pernikahan mereka masih seumur jagung. “Tapi masih mending lu, Kak. Daripada Kim Kardashian yang cuma nikah 72 hari.” Maya berusaha membesarkan hati Rengganis, namun tidak mempan. Rengganis masih mellow. Dulu dia memang berniat untuk menceraikan Mahesa dan memilih Narendra, namun sekarang Narendra tak tentu rimbanya. Dia ingin marah, namun tidak tau diarahkan kemana amarahnya itu. Sejak kepulangannya dari RS, kemudian tinggal kembali di kamarnya, tak sehari pun Rengganis melewatkan sehari tanpa menangis. Papa dan Mama jadi serba salah. Mereka sudah berusaha menghibur Rengganis, namun masih suka mendengar isak lirih anaknya itu di malam hari. Walau pada pagi dan siang harinya Rengganis bisa menutupi kesedihannya, tapi di malam ya
SUAMI WARISAN171 – Binasa-FLASHBACK-Mobil yang dikendarai Narendra seolah tidak punya rem. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, terburu-buru seperti dikejar setan.Dia keluar dari rumah sakit, terus masuk ke tol kemudian ngebut menuju hutan. Menurunkan kecepatan jika lalu lintas padat, namun setiap ada kesempatan, Narendra terus menginjak gas.Sang Akang baru berhenti ketika sampai di depan rumah warisan.Lelaki itu masuk ke dalam rumah, menaruh beberapa barang di kamarnya, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.Kali ini dia pergi menuju hutan. Masuk ke dalam, terus ke tengah, meleburkan diri di antara rapatnya pepohonan. Tanpa bekal, tanpa persiapan. Hanya baju yang melekat di badan.Ingatannya yang masih segar menjadi modalnya untuk menyusuri jalan setapak yang dahulu mudah dia susuri. Sekarang, setelah kekuatannya menghilang, Narendra hampir kehabisan napas untuk mencapai tujuan.
SUAMI WARISAN170 – Hiduplah, Berbahagialah Beberapa saat yang lalu, di ruang operasi ….Sekelompok orang yang terdiri dari dokter utama, dokter anestesi, asisten dan perawat mengelilingi meja operasi.Tubuh Rengganis tergolek di atasnya. Tak sadarkan diri namun sedang berjuang untuk melahirkan bayinya.Sementara itu di balik kaca jendela, berdesakan dokter-dokter muda yang menonton proses kelahiran. Mereka mengamati setiap tindakan dengan cermat, tak lupa mencatat untuk laporan.Semua orang gugup, juga bersemangat.“Coba perhatikan tekanan darahnya, kelihatannya normal, kaya orang tidur gitu, ya?” bisik seorang calon dokter spesialis, dia menyenggol temannya agar melihat angka yang menunjukkan tekanan darah Rengganis.“Iya, luar biasa. Kekuatan seorang perempuan yang melewati masa kritis kemudian melahirkan dalam keadaan koma. Ini jarang banget di Indonesia!”&ld
SUAMI WARISAN 169 – Kelahiran -Beberapa Bulan Kemudian- “Pa, uangnya masih ada untuk biaya lahiran Rengganis?” tanya Mama dengan suara khawatir. Papa yang baru saja masuk ke kamar dengan handuk terlilit di pinggangnya mengangguk, “Masih banyak. Cukup untuk biaya Rengganis lahiran dan biaya hidup mereka.” Terdengar helaan napas lega dari Mama yang duduk di atas ranjang. Di sekitarnya tersebar tagihan rumah sakit, laptop dan kalkulator. Mama sedang sibuk menghitung biaya rumah sakit Rengganis dan biaya hidup mereka. “Untung saja si Narendra ini ngasih uang ya, Pa. Kalau enggak, aduh… Mama enggak tau apa jadinya nasib Rengganis sama bayinya.” Mama membetulkan letak kacamatanya kemudian menyipit memandang layar monitor laptop “ini gimana sih bikin rumusnya?” Papa membuka pintu lemari untuk mengambil baju. Pikirannya melayang kembali pada peristiwa sepeninggal Narendra. Kondisi Rengganis
SUAMI WARISAN 168 – Satu Menit Saja Sepeninggal Papa, Narendra menunggu dengan jantung berdebar sampai waktu bezuk tiba. Dia duduk di kursi panjang, terpisah dari orang-orang yang juga menunggui anggota keluarga mereka yang dirawat di ICU. Lelaki itu tertunduk memandang kedua tangannya di atas lutut. Matanya terpejam sementara bibirnya komat-komit. Pak Wawan yang penasaran dengan sosok lelaki yang terasa familiar itu tidak bisa lepas memandangi Narendra. Lelaki paruh baya yang mendengar cerita mengenai keributan tempo hari yang melibatkan keluarga Rengganis dan Narendra, tidak habis pikir kenapa lelaki yang bukan suami wanita yang terbaring koma di ICU itu bertahan terus di RS sementara lelaki yang katanya suaminya malah datang dan pergi dengan penampilan perlente. Seakan tenang-tenang saja dengan keadaan istrinya yang sedang koma. “Sepertinya cerita mereka lebih daripada perselingkuhan biasa…” gumam Pak Wawan tanpa sada