"Apa maumu?" tanya Azlan panik. Ia melihat mobil Nauma di depan mobil Jenifer, Azlan takut Jenifer melakukan hal nekad untuk menyakiti istrinya. Tanpa menutup panggilan, Azlan mengambil kuci mobil bergegas menyusul istrinya. "Jangan panik honey... Aku tidak akan melakukan hal buruk jika kamu mau memenuhi permintaankku," balas Jenifer. "Tidak akan!" ucap Azlan tegas. Kali ini ia tak mau diperalat oleh ancaman Jenifer, ia memperhatikan lokasi mereka lewat panggilan video itu, lalu mematikan sambungan telpon. Azlan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh, makian para pengguna jalan tak ia hiraukan. Hanya keselamatan Nauma yang menjadi tujuannya. Azlan menelpon istrinya, menyuruhnya berhenti di tempat ramai. Kali ini Nauma mempercayai ucapan Azlan, ia menghentikan mobil sesuai permintaannya. "Tunggu aku Neng, aku harap Jenifer tidak berani mencelakaimu di tempat umum," gumamnya tanpa menghentikan laju mobil. Satu sisi Jenifer merasa kesal saat Nauma menghentikan mobilnya di tem
"Lebih tepatnya wanita gila yang terobsesi dengan suami orang lain." Nauma muncul di depan para wartawan, ia memeluk lengan suaminya mesra dan mendorong tubuh Jenifer. Keadaan semakin kacau karena kehadiran Nauma dan juga pengakuannya. "Bukankkah dia pembantu anda? Tega sekali anda menganggap istri sendiri sebagai pembantu!" ucap salah satu wartawan. Wartawan lainnya pun menyalahkan tindakan Azlan, tak banyak juga yang marah karena Azlan mebohongi publik tentang statusnya. Nauma menolehkan wajah ke hadapan suaminya, ia tersenyum bahagia karena bisa bersanding bersama tanpa ada kebohongan. "Benar dia adalah istriku, semoga kalian semua memaafkan kebohonganku," balas Azlan lalu pergi membawa Nauma masuk ke dalam gedung. Sebagian wartawan mengejar Azlan dan juga Nauma, sebagian meminta klarifikasi dari Agnes dan juga Jenifer. Jenifer merasa kesal dengan pengakuan Azlan dan Nauma. Ia meninggalkan para wartawan begitu saja tanpa menjawab pertanyaan mereka. Sedangkan Azlan dan Nauma me
"Berengsek!" Mr. Jhon memukuli pria yang hendak memperkosa Nauma. Tanpa Nauma ketahui, Mr. Jhon mengikuti langkahnya karena merasa ada yang tak beres, terlihat dari cara berjalan Nauma. Mr. Jhon mengambil alih tubuh Nauma, menutup tubuhnya dengan jas yang ia kenakan. Sebagian gaun yang dikenakan Nauma terkoyak karena nafsu bejat pria yang hendak memperkosanya. Pria itu sudah dilumpuhkan oleh Mr. Jhon, dan sudah diamankan oleh petugas. Meski begitu, Nauma terlihat menderita karena rasa panas yang ia rasakan. Mr. Jhon mengerenyitkan keningnya melihat sikap Nauma yang tak biasa. Nauma terus menciumi batang leher Mr. Jhon dan menggeliat erotis di hadapannya. "Jika aku jahat, sudah aku bawa kau ke kamar hotel. Meski aku mencintaimu, tapi aku tak ingin memanfaatkan keadaan seperti ini," gumam Mr. Jhon. Sedangkan di satu sisi, Azlan menunggu Nauma dengan cemas. Lama ia menunggu tapi Nauma tak kunjung kembali, hingga ia berniat untuk menjemputnya. Langkahnya memburu saat melihat Nauma dir
"Sepertinya ada yang menaruh obat perangsang di minumanmu," balas Azlan. Nauma terkejut mendengar ucapan Azlan, ia tak menyangka dirinya dijebak dengan mudah. Nauma memeluk tubuh suaminya, tubuhnya pun masih bergetar mengingat sentuhan-sentuhan pria asing kemarin. "Kamu kenapa?" tanya Azlan lagi. Ia merasakan ketakutan dalam diri istrinya. Air mata tak henti menetes dari mata indahnya. Rasanya sesak melihat wanita yang dicintai menderita seperti ini, Azlan mengeratkan pelukkannya, tak menanyakan pertanyaan lagi. Nauma masih terisak dalam diam, ia berusaha menormalkan napas yang tak beraturan. "Tenangkan dirimu, kau aman bersamaku di sini," ucap Azlan menenangkan istrinya. Lama mereka berpelukkan, hingga waktu tak terasa sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Mereka membersihkan diri lalu pulang ke kontrakan. Sepanjang perjalanan Nauma masih terdiam, tak ada kata menghiasi perjalanan mereka. Setibanya di rumah, Nauma langsung masuk ke dalam kamar, tubuhnya ditutupi selimut hingga
"Harusnya kau pikirkan dulu sebelum bertindak! Nikmati saja dinginnya udara di penjara," ucap Agnes sinis. Azlan keluar dengan langkah kesal, tak bisa dimunafikkan, ia pun memikirkan ucapan Agnes. Bagaimana ia bisa membayar denda dengan nominal yang sangat besar itu? Meski ia menjual mobil dan rumah pemberian Agnes, tak akan menutupi semua denda itu. Kepalanya menjadi sakit memikirkan Nauma, ia tak ingin Nauma merasa sedih akan dirinya. Ia juga tak akan sanggup meninggalkan istrinya sendiri karena dipenjarakan. Azlan kesal hingga berulang kali ia memukul kemudi yang ada di hadapannya. Wajah frustasi sudah telihatu nyata di cermin yang ada di hadapannya. "Apa yang harus aku lakukan? Aku tak mau di penjara, jika aku di penjara, bagaimana dengan Nauma? Ia hanya memilikiku saja di dunia ini," gumamnya setengah kesal. Azlan melajukan mobil menuju rumahnya dengan kecepatan sedang, begitu sampai, ia langsung menemui Nauma dan memeluknya. Nauma merasa bingung dengan pelukan yang tiba-tiba.
"Aku tak yakin dia mau membantu dengan percuma begitu saja," gumam Azlan. Jenifer megambil kesempatan, ia menawari Azlan bantuan, tapi Azlan tak mempercayainya. Azlan meletakkan lagi ponselnya di atas nakas lalu tidur bersama dengan istrinya. Baru juga ingin terlelap, ketukan pintu depan membuatnya terjaga. "Siapa yang datang?" gumamnya sambil membuka selimut. Azlan keluar hendak membuka pintu, rupanya Nauma pun mendengar ketukan itu. Keduanya penasaran siapa yang bertamu saat malam seperti ini? Begitu pintu terbuka, Azlan dikejutkan dengan beberapa anggota kepolisian. "Selamat malam, kami mendapatkan perintah untuk menangkap anda atas dasar penipuan," ucap salah satu polisi. "Tidak, aku mohon jangan bawa suamiku!" pinta Nauma menahan tangan Azlan. Azlan memberontak saat tangannya sudah berada di dalam genggaman para polisi. Tanpa membuang waktu, polisi memborgolnya, lalu membawanya. Nauma terus manangis melihat suaminya dibawa paksa oleh petugas polisi. Azlan memandang istrinya
"Aku ingin memilikimu, aku tak perduli dengan statusmu," balas Jenifer. Azlan menggelengkan kepala saat mendengar perkataan Jenifer. 'Dasar wanita murahan,' batinnya. "Maksudmu?" tanya Azlan memastikan. "Aku ingin memilikimu meski tanpa sebuah hubungan, aku tak perduli, aku sangat mencintaimu," balas Jenifer. Anggaplah Jenifer bodoh karena diperbudak cinta, ia sungguh mengharapkan Azlan terus berada di sisinya meski tanpa ikatan pernikahan. Jenifer juga tak memperdulikan status yang dimiliki Azlan. Azlan terdiam sejenak, ia menimbang permintaan Jenifer, ia pun tak ingin terus berada di penjara dan jauh dari istrinya. 'Apa gue terima aja ya? Gue juga nggak mungkin mendapatkan uang sepuluh milyar untuk membayar denda itu?' batin Azlan. "Baik," balas Azlan. "Sungguhkah honey?" tanyaa Jenifer tak percaya. Jenifer terlihat sangat senang sekali dengan jawaban Azlan. "Tapi ada syaratnya," ucap Azlan lagi. "Apa itu honey? Apapun akan aku lakukan asal aku bisa memilikimu," balas Jenife
"Apa yang terjadi honey?" "Tak usah banyak tanya, kau ke sini saja bantu aku mengatasi kekacauan ini," pinta Azlan. Azlan mengubungi Jenifer untuk mengatasi masalah yang telah ia perbuat. Pejalan kaki terus mengetuk pintu mobil, meminta pertanggung jawabannya. Azlan merasa takut, ia sudah tak memiliki apapun jika korban meminta biaya pengobatan. Korban yang ditabrak memiliki banyak luka di tubuhnya. Azlan memberikan lokasinya pada Jenifer, ia menunggu dengan gelisah. Azlan memberanikan diri keluar dari mobil melihat keadaan korban. Banyak pengguna jalan memakinya, tak hanya memaki, bahkan Azlan mendapat serangan berupa pukulan di perut dan wajahnya. "Mentang-mentang punya mobil bagus seenaknya saja mengebut di jalan raya! Lihat! Dia terluka karenamu!" bentak salah satu pengguna jalan. "Maaf... maafkan aku," balas Azlan sambil memegangi perutnya. "Sekarang juga kau harus tanggung jawab, bawa dia ke rumah sakit dan obati," pinta pengendara lainnya. Tak berselang lama, Jenifer data
"Kenapa saat hatiku sudah memilihmu jusrtu kau yang menghilang?" gumam Nauma sambil berjalan mencari taksi.Rumah Azlan yang ia datangi ternyata sudah dijual, tapi ia tak putus asa. Nauma mengunjungi Strar Entertaint, agensi tempat Azlan bekerja. Nauma pikir Azlan masih menjadi artis dan bekerja dengan Agnes."K-kamu Nauma?" tanya Fero yang tak sengaja melihat Nauma memasuki lobi kantornya."Ya, ini aku. Sudah lama kita tak bertemu," balas Nauma."Kau sudah berubah sekali, semakin cantik dan mempesona. Oh ya, untuk apa kau ke sini?" tanya Fero."Apakah Azlan ada di sini? Aku mencari ke rumahnya tapi ia tak tinggal di sana lagi, nomor ponselnya pun sudah tak aktif lagi," tanya Nauma.Fero mengembuskan napas saat mendengar pertanyaan Nauma. "Dia sudah tak bekerja di sini lagi, sekarang dia tak memiliki pekerjaan, semua harta yang diberikan Mr. Jhon pun sudah diambil dan dia sudah tak memiliki apapun. Tapi untuk apa kau mencarinya, bukankah kau sudah menikah dengan Mr. Jhon?" tanya Fero
"Kenapa Azlan, Nak?" tanya Ibu Tomi sambil berlari karena mendengar teriakan anaknya."Kak Azlan tak sadarkan diri, Bu. Lebih baik kita bawa ke rumah sakit sekarang," balas Tomi cemas.Tomi dan ibunya membawa Azlan ke rumah sakit terdekat, sepanjang perjalanan ia merasa cemas karena keadaan Azlan. Wajahnya sudah terlalu pucat, mata menghitam dan terlihat lebih kurus dari biasanya.Ia melajukan mobil dengan kecepatan penuh tanpa memperdulikan makian pengguna jalan lainnya. Ibu Tomi pun merasa cemas karena tak biasa berada di jalan raya dengan kecepatan seperti ini."Hati-hati, Nak," ucap Ibu Tomi memperingati anaknya.Begitu sampai di rumah sakit mereka langsung melarikan Azlan ke ruang UGD. Dalam perjalanan menuju UGD mereka bertemu dengan Fero yang kebetulan sedang syuting di rumah sakit untuk film terbarunya. Fero pun membantu Tomi mendorong brangkar pasien."Apa yang terjadi? Mengapa ia jadi seperti ini?" tanya Fero."Nanti aku ceritakan, yang penting kondisi Kak Azlan membaik dulu
"Maaf Nyonya. Semua biaya atas nama Axcel sudah dilunasi," ucap petugas administrasi saat Nauma ingin membayar tagihan rumah sakit."Siapa yang telah membayarnya?" tanya Nauma penasaran."Pria yang mendonorkan mata untuk anak anda."Nauma terkejut dengan apa yang ia dengar. Azlan menjalankan peran sebagai Orangtua yang sesungguhnya dengan menjaga Axcel tanpa sepengetahuannya. Bahkan biaya operasi yang terbilang mahal pun Azlan lakukan. "Baiklah kalau begitu, terima kasih."Nauma pergi dengan tatapan kosong, ia masih memikirkan Azlan di hatinya. Nauma pun merogoh tas kecil yang ia bawa dan mengambil ponselnya. Ia mencari nomor Azlan hendak menelpon dan mengucapkan rasa terima kasihnya."Kenapa nomornya tidak aktif?" gumam Nauma.Nauma kembali menelpon Azlan dengan nomor yang dulu Azlan gunakan sebagai Mr. A, tapi tetap saja nomor itu tak aktif sama sepeti nomor sebleumnya. "Kenapa nomor ini juga tak aktif? Apakah ia mengganti nomornya?" gumam Nauma."Ada apa?" tanya Mr. Jhon menghamp
"Mengapa kau ada di sini?" tanya Nauma begitu seorang pria keluar dari kamar mandi.Azlan terkejut saat melihat kehadiran Nauma di ruang rawatnya, ia tak bisa menjawab pertanyaan Nauma. Nauma pun terlihat menahan kesedihannya sambil memandang wajah Azlan yang terdapat perban di bagian mata. "Apakah kau yang mendonorkan mata untuk Axcel?" tanya Nauma lagi.Azlan masih terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa, rasanya percuma ia menyembunyikan identitasnya saat Nauma mengetahui apa yang ia lakukan.Azlan mengambil ponsel Nauma di lantai dan memberikannya. Ia pun tersenyum dan berkata. "Tenang saja, aku akan pulang begitu pengobatan ini selesai, aku pun janji akan menghilang dari hidup kalian," ucap Azlan menahan sesak di hati.Nauma tak menerima ponsel yang Azlan berikan, ia masih terpaku pada wajah Azlan yang berbalut perban. Tanpa ia sadari air mata sudah jatuh begitu saja membasahi pipi. Azlan pun panik dengan kesedihan yang Nauma tampakkan. Ingin sekali rasanya memeluk wanita yang
"Tentu saja bisa, tapi kau harus melewati serangkaian tes terlebih dulu untuk melihat kecocokan mata kalian," ucap sang dokter."Baiklah, aku akan melakukan tes itu sekarang juga," balas Azlan.Azlan menjalani pemerikasaan dan ia bersyukur karena matanya cook untuk didonorkan. Tomi merasa cemas dengan keputusan yang diambil Azlan. Sedangkan Azlan memantapkan hati untuk kesempurnaan anaknya. Ia tak akan tega melihat Axcel hidup dengan kekurangan."Apakah kau serius dengan keputusanmu, Kak?" tanya Tomi."Tentu saja, kau tenanglah, bukan hal buruk hidup dengan satu mata," balas Azlan.Dokter memberikan jadwal operasi pada Azlan, serangkaian tindakan pun telah Azlan lakukan. Hari demi hari ia tinggal di rumah sakit, dan mendapati kabar bahwa operasinya telah berhasil. Rasa syukur selalu ia ucapkan.Azlan pun melihat keadaan Axcel saat malam tiba, tentunya hanya dari luar jendela. Ia tak ingin Nauma mengetahui apa yang ia lakukan untuk anaknya."Syukurlah kalau kau sudah bisa melihat denga
"Tapi mobil itu adalah mobil kesayangamu, Kak," balas Tomi."Tak ada yang lebih penting dari keselamatan anakku, aku harus segera menemuinya. Hati ini tak akan tenang jika belum melihat keadaannya dengan mata kepalaku sendiri. Sekarang juga kau temani aku ke dealer mobil," ucap Azlan.Azlan berlari menuju kamarnya mengambil kunci mobil serta berkas yang dibutuhkan, kemudian ia dan Tomi langsung menuju dealer mobil tempatnya membeli dulu. Pekatnya malam membuat jalanan semakin lengang, hingga Tomi berpikir dealer yang mereka tuju pasti sudah tidak beroperasi."Sepertinya Dealer mobil sudah tutup di jam segini, Kak. Lebih baik besok saja kita ke sana," ucap Tomi."Semoga saja belum." Azlan mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh, hingga Tomi berpegangan pada tali pengaman yang ada di tubuhnya.Harapan Azlan tak menjadi kenyataan, dealer mobil yang mereka tuju sudah tutup, tapi Azlan tak patah semangat. Ia mencari dealer mobil lainnya yang masih buka. Keberuntungan tak berpihak padanya
Nauma : Entahlah, aku pun tak tahu apa yang aku rasakan. Benar apa yang kau katakan, masih ada cinta untuknya. Tapi saat mengingat pengkhianatannya aku merasakan sesak yang sangat menyakitkan. Terlebih kemarin ada seorang pria yang melamarku, pria itu yang selama ini menjagaku dan anakku.Azlan tak langsung membalas pesan itu, ia sadar jika kesalahannya tak mungkin bisa dimaafkan begitu saja. Azlan pun yakin, pria yang dimaksud Nauma adalah Mr. Jhon. Senyum pahit terukir di wajahnya, merasa tak memiliki harapan sama sekali.Azlan : Ikutilah apa yang hatimu katakan, aku doakan kebahagiaan untukmu. Semoga kau mendapatkan cinta yang tulus dan tak tersakiti lagi.Nauma : Terima kasih kau sudah mau mendengarkanku, padahal kita tak pernah saling mengenal, tapi entah mengapa rasanya nyaman sekali berbicara denganmu.Azlan : Jangan berterima kasih karena aku tak melakukan apapun. Jika kau membutuhkan teman bercerita kau bisa menghubungiku. "Ya, lebih baik kau bersama dengan Mr. Jhon, pria it
"Kau yang siapa? Mengapa pintu rumahku tak bisa dibuka seperti ini?" tanya Azlan ksal."Ini adalah rumahku, sudah dua tahun aku membeli rumah ini dari Jenifer," balas pria paruh baya yang ada di hadapan Azlan."Kakak dan adik itu membuat hidupku menderita saja, seenaknya menjual rumahku," gumam Azlan."Aku tak pernah menjual rumah ini, dan aku tak pernah menandatangani surat jual beli rumah ini," ucap Azlan pada pemilik rumahnya."Tapi aku membelinya dengan resmi, apakah kau Tuan Azlan?""Ya, benar aku Azlan.""Masuklah Tuan, aku akan tunjukkan berkas pembelianku dulu, tanda tanganmu pun ada di berkas itu."Azlan memasuki rumah dan menunggu di ruang tamu, sudah banyak perubahan di rumah ini. Bahkan barang-barang yang dulu sudah di ganti oleh pemilik barunya. Azlan menaruh kesal di hati saat mengetahui rumahnya telah dijual oleh Jenifer."Sebelumnya perkenalkan, aku Ryan," ucap pemilik rumah memperkanalkan diri."Mana berkasnya?" tanya Azlan tak sabar.Ryan mengeluarkan surat perjanjia
Azlan : Aku berasal dari Indonesia.Nauma : Kebetulan, aku juga berasal dari Indonesia, senang berkenalan denganmu.Pesan demi pesan mereka balas hingga menjelang malam. Ketenangan hadir di hati saat bisa bertukar pesan dengan wanita yang dicintainya. Azlan tidur dengan nyenyak sambil memeluk ponselnya. Berbulan-bulan sudah ia tinggal di negara orang.Berkali-kali pula ia mencoba mendekati Nauma dan Axcel, tapi hanya penolakan yang ia terima. Tabungannya pun sudah hampir habis, pekerjaan di Jakarta pun sedang menunggunya. Azlan memutuskan untuk menemui Nauma dan Axcel, ia ingin sekali lagi memperjuangkan perasaannya."Ya, ini adalah yang terkahir, jika mereka masih menolakku, maka aku akan pulang ke Indonesia," gumamnya sambil mengenakan jaket.Azlan menuju apartemen Nauma menggunakan bus, sepanjang perjalanan ia berdoa agar Nauma mau menerimanya lagi. Hanya sekedar harapan dengan kemungkinan kecil, ia tak begitu yakin jika Nauma mau menerimanya lagi. Terlebih penolakan-penolakan yang