Pelajaran masih terus berlangsung. Veronika diam-diam melirik pada Green. Dia masih tidak mengerti, kenapa suami Hana bersekolah di sini?
"Apa Hana tidak takut ketahuan oleh Marcell?" tanyanya dalam hati.
Veronika benar-benar bingung untuk situasi saat ini. Dia pun segera menyesali keputusannya di waktu lalu, ketika ia mengatakan pada ayahnya bahwa ia tidak peduli lagi soal Marcell dan Hana. Itu semua karena dia lama-lama menjadi sangat kesal setelah merenungi sikap dingin Marcell padanya selama ini! Saat ayahnya membujuknya pun dia tetap berkeras pada keputusannya.
Alex Milan waktu itu berkata, "Sayang, Perlu kamu tahu, harta hanyalah nomor dua bagi Papa. Nomor satu adalah kamu dan mama-mu! Papa sudah berbuat sejauh ini sampai berani mengancam Tuan Winata, ini semua demi menyenangkanmu. Kamu sendiri yang bilang pada Papa bahwa kamu sangat menyukai Marcell, dan Papa rasa Marcell memang yang terbaik untukmu. Tapi sekarang
Bel jam istirahat berbunyi. Teman-teman Veronika langsung datang menghampiri Veronika."Verooo!" panggil salah satu temannya dengan nada panjang. "Aku kangen banget!" Dia langsung memeluk Veronika."Berhentilah berlebihan," sahut yang lain. Yang lain terkekeh."Veronika, kamu nggak beneran sakit, kan?" ucap seorang siswi menebak."Rahasia!" jawab Veronika nyaring dengan wajah murung. Mereka pun terkekeh. Dari cara Veronika menjawab, mereka tahu bahwa Veronika hanya sakit bohongan. Veronika pasti merasa malu pergi ke sekolah karena ucapan Marcell padanya waktu itu. Green sendiri hanya diam saja menatap mereka."Iya, deh. Jangan murung begitu. Ayo kita jajan!" ajak teman-temannya itu.Veronika menoleh pada Green. "Apa kamu mau ikut makan ke kantin?" Bagi Veronika, karena ada teman-temannya yang menyertainya, dia tidak begitu mengkhawatirkan penyakit Green yang
'Ada apa dengan Marcell? Kenapa meminta uang dari Green? Biasanya juga dia yang langsung bayar semua.' Kening Hana mengerut. Sartika segera menyela. "Uang Green aku yang pegang, soalnya kalau dia yang pegang bisa dipalak orang." Sartika segera membuka dompetnya dan memberikan uangnya. Marcell agak kecewa. Saking niatnya mempermalukan Green, dia malah tak terpikirkan fakta bahwa Sartika adalah sepupu Green. Sementara itu, Green hanya diam membisu. Dia tetap merasakan rasa malu yang sungguh tidak menyenangkan. Dia adalah pria yang sudah dewasa tetapi tidak bisa diandalkan. *** Hana baru saja pulang dari bimbingan belajar dan segera mengetuk pintu Green. Pak Bian membuka pintunya dari dalam. "Ada apa, Nona?" "Setengah jam lagi, tolong suruh Green datang ke kamarku ya, Pak Bian." "Baik, Nona." &nbs
Saat Hana akan hendak tidur sebuah pesan masuk. Keningnya mengerut ketika melihat nama Veronika tercantum di sana. Dia lalu membuka pesan itu.Veronika : Ada apa dengan otakmu? Kenapa suamimu bersekolah di sekolah kita bahkan di kelas yang sama? Apa kau tidak takut ketahuan Marcell? 🤔Veronika tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya. Bagaimanapun dia keras berpikir, dia tetap tidak menemukan jawaban yang logis!Hana membalasnya.Hana : Bukankah harusnya kau senang seandainya aku ketahuan sudah menikah? Untuk apa kau repot-repot mengurusiku?"Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah menanyaiku kembali," gumam Veronika tak senang. Dia kemudian kembali membalasnya.Veronika : Tentu saja aku senang. Aku bahkan sudah tidak sabar ingin membocorkannya kalau saja kau melanggar aturan! 😡"Aneh," gumam Hana membaca pesan Veronika. "Apa k
"Selamat pagi, Pak!" sapa Hana dengan nada ceria, menghentikan langkah guru itu. Guru itu menoleh. "Iya, selamat pagi. Ada apa, Hana?" Dia bisa melihat jika Hana bukan sekedar ingin menyapanya saja. Hana mendekat ke hadapannya. "Saya ingin bertanya sesuatu." Hana terlihat penasaran. "Apa itu? Tanyakan saja." "Pak, saya memperhatikan semua guru memperlakukan Green dengan sangat baik. Tentu saja saya merasa sangat lega karena Green adalah sepupu sahabat saya. Tapi saya menjadi penasaran. Kenapa semua guru memperlakukan Green dengan sangat baik seperti itu? Maksud saya, tidak ada guru yang terlihat biasa saja dalam memperlakukannya. Itu menjadi terkesan istimewa. Apa Bapak berkenan memberi saya penjelasan kenapa bisa seperti itu?" Hana bertanya dengan hati-hati. Guru itu tampak menimbang. Hana adalah murid yang baik, cerdas, dan teladan di sekolah. Hana juga bertanya secar
"Berapa nomor ponselmu?" tanya Veronika. Dia lalu memberikan ponselnya pada Green.Green tampak kebingungan. Tetapi dia tetap menerimanya dan mengetikkan nomornya di dalam. Veronika lalu menghubungi nomor itu, dan Green dengan sigap mengambil ponsel miliknya dari kantong."Itu nomorku. Simpanlah," ucap Veronika ringan.Green hanya mengangguk dan segera menyimpan nomor Veronika. Saat Green tanpa sengaja menatap pada Hana, ia mendapati Hana sudah berwajah muram mengawasi mereka. Green merasa tidak nyaman dan mengalihkan pandangannya. Saat Green mencoba melihat kembali pada Hana, Hana masih tetap berekspresi sama sambil memelototi dirinya.Green menelan ludah. Dia tahu Hana marah. Hana tidak menyukai Veronika, jadi Hana ingin agar dia menjauh dari Veronika. Tetapi bagaimana caranya?Green menoleh menatap Veronika yang sibuk mengerjakan soal.'Bagaimana aku menja
Siswa itu terdiam. Dari tadi mereka menjuluki Green sebagai si goblok, Veronika tampak tidak peduli. Tetapi kenapa sekarang Veronika malah meledak?Mereka tidak tahu, itu karena Veronika sangat senang disebut seperti boneka oleh Green. Dan tentu dia menjadi marah saat teman-temannya malah menghina Green karena telah memujinya."Boneka?" ucap Hana dengan wajah muram. Bahkan Hana yakin sekali bahwa dirinya lebih cantik daripada Veronika, tetapi Green yang jauh lebih lama bersamanya, tidak pernah memujinya seperti boneka. Rasa cemburu menyelimuti hatinya."Iya! Green memujiku seperti boneka! Memangnya kenapa?" sahut Veronika cepat dengan wajah menantang. Wajah Hana menjadi lebih suram.Green menjadi cemas melihat wajah Hana yang seperti itu. Dia sama sekali bukan bermaksud untuk memuji Veronika!"Aku bukan bermaksud memu...""Jadi tadi kamu menyebut Veronika mir
Hana sudah berada di ambang pintu. Dia harus siap menemui Marcell Ketika ia hendak melangkahkan kaki keluar, suara kedubrak yang sangat keras terdengar di belakang. Suara pekikan Veronika dan beberapa orang lainnya seketika bergema di satu kelas itu, seolah mereka telah melihat hantu. Hana menoleh ke belakang dan mendapati Green sudah tengkurap di lantai dengan kursi menimpa badannya."Green!" teriak Hana hampir bersamaan dengan Sartika."Sartika ambil bantalnya!" titah Hana sambil mengangkat kursi itu dari tubuh Green. Dia juga dengan sigap mendorong meja-meja agar posisinya jauh dari Green.Secara ajaib, banyak siswa yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas dengan rasa ingin tahu, saat Hana dan Sartika mencoba membalikkan tubuh Green yang menggelepar, lalu meletakkan bantal mini di bawah kepalanya. Mereka tidak hanya berasal dari kelas itu, tetapi juga dari kelas-kelas lain. Mereka mulai mengambil kamera ponsel untuk mereka
Melihat Marcell hanya diam tak menanggapi, Hana berbalik hendak kembali ke ruang UKS. Tetapi tangannya kembali ditahan oleh Marcell hingga Hana kembali menghadapnya."Katakan padaku, kekurangan apa yang kumiliki?" Walaupun sempat tertegun, Marcell masih bertanya dengan rasa penuh percaya diri. Dia yakin bahwa ia tidak memiliki kekurangan apa pun sebagai calon pacar Hana. Semua perempuan pasti ingin sekali berpacaran dengannya!"Belakangan ini kamu tidak melakukan tugasmu sebagai ketua kelas dengan baik. Dan kamu tahu kenapa?" Hana balik bertanya. Tetapi tanpa menunggu jawaban dari Marcell, dia langsung melanjutkan ucapannya. "Itu karena di dalam dirimu kesombongan mulai berakar sehingga entah kamu sadari atau tidak, kamu sempat bersikap arogan dalam mengambil keputusan. Aku paling anti akan sikap seperti itu. Kalau di film, drama atau novel, sikap arogan tokoh utama pria mungkin terlihat keren, tetapi di dunia nyata itu sangat memuakkan."