Home / Pernikahan / Suami Tak Sempurna / Episode 64. Hana Marah

Share

Episode 64. Hana Marah

Author: Sun Shine
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sepulang dari bimbingan belajar, Hana masuk ke dalam rumah dengan wajah ketat. Sebenarnya dia masih kesal pada Ryan, dan ingin melampiaskan emosi padanya. Hana yang melihat Silvi sedang lewat, langsung memanggilnya.

"Silvi!"

"Nona Hana?" Silvi langsung menghampiri Hana dengan wajah tak tenang.

"Silvi, apa Green jadi meminum obatnya? Apa Ryan memulangkan obatnya?" Hana langsung memberondong dua pertanyaan pada Silvi.

"Itu..." Silvi tampak gugup.

"Itu apa?" Hana mendesak.

"Maaf, Nona Hana. Tuan Ryan...Saat Tuan Green hendak mengambil obat itu dari tangan Tuan Ryan, Tuan Ryan malah menjatuhkan obat itu ke lantai dan menginjaknya sekilas."

"Apa? Kenapa kamu nggak melapor padaku? Apa harus kutanya-tanya dulu?" Hana mulai kembali marah.

"Maaf, Nona." Silvi menunduk. Matanya mulai berkaca-kaca.

Hana mend

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
La Baneamata
Lemah, Sehari 1 bab kelamaan gk seru lagi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Tak Sempurna   Episode 65. Hana Marah 2

    Green menelan ludahnya, mencoba memberanikan diri untuk menjawabnya. "Hana.. Itu...Obat itu..bukankah obat itu memang harus diminum? Kalau tidak, pengobatanku bisa gagal kan?" Ia berucap polos.Kening Hana mengerut semakin dalam saat mendengar itu. Apa itu bisa disebut alasan? Sebenarnya apa sih yang ada di dalam otak Green?"Kamu memang tidak boleh bolos minum obat. Tetapi bukan berarti kamu meminum yang sudah kotor! Persediaan obat kan masih banyak. Tinggal diambil dari kamarku, lalu diminum. Kalau obat habis, tinggal minta ke Dokter Danny. Obat yang terbuang masih bisa diganti dengan obat yang sama oleh dokter. Itu bukan masalah! Apa kamu tidak tahu hal itu?" Hana berucap panjang lebar. "Sekarang masalahmu ada di mana, Green? Kenapa kamu malah meminum obat yang kotor!?" Hana kembali menanyakan hal yang sama. Ia sama sekali tidak puas akan jawaban Green.Green terdiam. Kepalanya menunduk. Dia masih tidak mengerti. Buka

  • Suami Tak Sempurna   Episode 66. Ide yang Kejam?

    Saat makan malam berlangsung, Green tidak hadir. Biasanya saat Hana berada di rumah, ia selalu mengajak Green makan jika waktu makan telah tiba. Ia akan menggenggam tangannya dan membawanya ke ruang makan. Tetapi saat ini Hana sedang marah, mana mungkin ia mendatangi Green dan mengajaknya makan malam, seolah-olah tidak terjadi apa-apa hari ini? Kening Hana mengerut, rasa kesal masih menggelayuti hatinya. Apa Green dengan keras kepala terus menunggu sampai ia mengajaknya makan? Ini sudah lewat lima belas menit dari jam makan malam. Apa Green tidak bisa berinisiatif datang ke sini sendiri untuk makan malam? Pak Bian juga! Apa dia tidak mengingatkan Green untuk makan? Benar-benar tidak becus!Hana menghembuskan napas sedikit kasar lalu berdiri."Hana? Kamu mau ke mana? Makanan di piringmu kan belum habis?" Jihan berucap dengan nada bingung."Aku mau memanggil Green, Ma. Ini sudah jam makan. Dia harus minum obat juga, kan?"

  • Suami Tak Sempurna   Episode 67. Harga Diri

    "Hana," ucap Green lirih. Ia berupaya duduk walaupun badannya terasa lemas.Hana mendesah, lalu berjalan kembali menghampiri Green dan duduk di tepi ranjang sambil menatap Green."Aku benar-benar minta maaf, Hana." Wajah Green tampak sendu. Matanya menatap punggung tangan Hana. Sebenarnya ia ingin sekali meraih tangan mungil itu dan menggenggamnya erat. Tapi ia takut Hana marah. Sedangkan dalam keadaan biasa saja, Green sebenarnya kurang berani melakukan hal itu. Walaupun sesekali tetap mencobanya."Green, ini bukan masalah kamu harus minta maaf padaku. Sebenarnya kamu paham tidak, kenapa aku bisa semarah tadi?" Kali ini Hana berbicara lembut dengan suara rendah.Green tampak berpikir. "Itu karena aku makan obat yang sudah kotor.""Lalu?" Hana bertanya."Umm.." Green menatap Hana. "Kalau aku makan sesuatu yang kotor, nanti perutku bisa sakit. Apalagi itu bekas injakan. Kamu marah demi kebaikanku." Green menjawab dengan yakin. Awalnya hati Gr

  • Suami Tak Sempurna   Episode 68. Pesan Obrolan

    Mata Hana melebar ketika merasakan benda kenyal di bibirnya. Green menciumnya! Ia menatap mata Green yang tertutup.Karena selama beberapa kali ia yang terlebih dahulu mencium Green, kesannya memang jadi berbeda saat Green yang memulainya duluan. Hana sekilas teringat ketika Green mengecupnya pertama kali di acara pernikahan mereka waktu itu. Sebelum Green melepas kecupannya, Hana pun segera membalas ciuman itu.Mata Green seketika terbuka dan keningnya mengerut saat merasakan sesuatu di mulutnya. Ia mulai merasa cemas. Ia ingin melepaskan diri, tetapi Hana dengan sigap mencengkeram tengkuknya. Green ketakutan saat ia mulai merasakan sensasi menggelitik di tubuhnya. "Mmmhhh...! Mmmhhh!" Green mengerang panik. Dengan cepat ia mendorong Hana.Puk! Cengkeraman Hana terlepas."Hana! A-apa yang kau lakukan?!" Green meraung dengan gugup. Ia menarik napasnya.Tadi itu apa??!&nbs

  • Suami Tak Sempurna   Episode 69. Demi Masa Depan

    Ini adalah hari Minggu. Sudah beberapa hari ini Green tidak pernah kumat. Sepertinya obat yang diberikan Dokter Danny, cukup cocok untuk Green. Hana merasa lega, begitu pula dengan Green. Dia merasa sangat gembira. Dia berharap selamanya dia tidak akan kambuh. Pasti menyenangkan sekali rasanya jika dia tidak perlu bergantung lagi pada orang lain.Sepulang ibadah, Hana mengajak Green makan mie kuah seafood di restoran langganannya. Mereka duduk berdampingan di sofa resto panjang, di sudut ruangan, dekat jendela kaca besar. Green bersandar di punggung sofa sambil menatap sekitar ruangan. Tempat itu bagus dan jarak satu meja dengan meja yang lainnya cukup jauh, sehingga berhasil menciptakan kelenggangan walaupun hampir semua meja di restoran itu telah berisi. Ada musik yang mengalun lembut, yang sengaja dinyalakan untuk menciptakan suasana menyenangkan dan tenang di sana."Apa kamu suka tempat ini, Green?" tanya Hana sambil menyandarkan kepalan

  • Suami Tak Sempurna   Episode 70. Pergi Sekolah

    Hana keluar dari kamarnya dan langsung menuju kamar Green. Dia sudah memakai seragam. Dan tas ransel sekolah sudah bergantung di pundaknya. Dia lalu mengetuk pintu."Green!" panggilnya.Pak Bian membuka pintu dan keluar dari kamar. "Nona, Tuan Green sedang berganti pakaian.""Oh, ya sudah. Pak Bian tolong bilang ke dia supaya agak lebih cepat biar sempat sarapan. Aku tunggu di ruang makan.""Baik, Nona."Hana pun turun ke lantai bawah menuju ruang makan."Pagi, Pa, Ma," sapa Hana pada Anton dan Jihan."Pagi juga, Sayang," sahut Jihan. Anton hanya tersenyum menyambut putrinya. Mereka berdua sudah terlebih dahulu memulai sarapan.Hana duduk dan mulai makan sarapan miliknya."Hari ini dia mulai sekolah?" tanya Anton membuka pembicaraan."Iya, Pa," jawab Hana singkat. 

  • Suami Tak Sempurna   Episode 71. Impulsif

    Salah seorang siswi mengangkat tangannya. "Pak, mau tanya, apa dia sudah punya pacar?" tanyanya dengan nada genit mendayu."Huuuu!" Semua bersorak mengejeknya."Woy, tanya Sartika kan bisa! Mesti banget ya nanya sama guru!" sahut temannya."Atau sama orangnya langsung kalau berani!" timpal yang lain. Suasana menjadi riuh.Green mendesah pelan. Entah sudah ke berapa kali dia pindah sekolah. Hal seperti ini sudah biasa, bahkan selalu disertai dengan pertanyaan konyol yang sama. Green mengedarkan pandangannya sebentar. Wajah penuh kagum dengan rasa ingin tahu dari kaum Hawa dan rasa iri serta cemburu dari kaum Adam, bisa terlihat dengan begitu jelas."Sudah, tenang semuanya! Jangan ada yang ribut!" hardik guru wali kelas. "Yang perlu kalian ketahui, Green memiliki penyakit epilepsi dan sedang masa pengobatan. Diharapkan kalian semua, anak didik bapak sekalian, memiliki sikap yang ba

  • Suami Tak Sempurna   Episode 72. Sikap Wali Kelas

    Melihat Hana tidak lagi menentang, Green perlahan kembali menundukkan kepalanya. "Hana, jangan karena demi Sartika, kamu tidak memedulikan kepentingan bersama. Anak baru itu cacat, suasana belajar dan mengajar di kelas kita pasti akan terganggu nantinya." Seseorang kembali menimpali. Hana langsung menoleh padanya dan melemparkan tatapan tidak suka, membuat siswa itu terdiam. Tetapi yang lain kembali riuh, apalagi penjelasan Marcell tadi sepertinya menunjukkan bahwa ia setuju pada mereka. "Sudah, tenang semuanya!" hardik wali kelas kembali. Semua murid kembali hening. "Tidak ada peraturan sekolah yang melarang murid seperti Green untuk bersekolah di sini. Jika ada yang keberatan, silakan pindah dari sekolah ini." Wali kelas itu berucap tegas sekaligus tenang tanpa emosi. Hah? Hampir semua murid terpelongok karena tidak percaya akan apa yang baru saja mereka dengar tadi.

Latest chapter

  • Suami Tak Sempurna   Terima Kasih ^^ ❤️

    Halo, novel Suami Tak Sempurna sudah tamat.Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua Readers. Terima kasih karena Readers sekalian selalu mendukung novel ini dengan memberikan Vote, komentar dan ulasan bintang 5. Dukungan Readers membuat saya bersemangat untuk menulis.Untuk kelanjutan Green dan Hana, apakah ada kelanjutan lagi, Itu saya masih belum bisa memutuskannya. Saya harap Readers sekalian yang berharap buku baru untuk lanjutan, tidak merasa kecewa. Alasannya karena saya masih mau berfokus untuk menulis novel "Terlambat Mencintai Lisa." Dan novel baru lagi yang berjudul Kematian Tagis Sang Putri (yang ini novel fantasi, masih lama lagi dirilis karena outline belum saya buat).Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih. Semoga Readers sekalian sehat selalu. ^^ ❤️

  • Suami Tak Sempurna   Episode 240. TAMAT

    "Rafa, lihat pengantin sudah tiba!" seru Sartika dengan riang.Sartika memeluk Hana. "Kamu cantik sekali, Hana.""Terima kasih, Sartika. Kamu juga cantik hari ini," balas Hana tersenyum hangat."Waw! Kak Green sudah persis seperti pangeran!" seru Rafa dengan tatapan takjub. Green tersenyum lebar mendengarnya."Kamu bisa saja, Rafa!" ucap Green sambil mengusap pelan rambut Rafa. Karena rambut Rafa sangat rapi hari ini."Kak Hana juga seperti tuan putri!" seru Rafa ketika matanya beralih pada Hana."Rafa kamu juga sangat tampan memakai tuxedo itu!" puji Hana.Rafa tersenyum malu saat giliran dirinya yang dipuji."Rafa, kamu pasti akan menjadi pemuda yang tampan ketika besar nanti," ucap Reyhans memuji dengan tulus."Terima kasih, Kek. Kakek juga sellau tampan!" ucap Rafa tersenyum manis sambil mengacungkan jempol. Reyhans, Anton, Jihan, kedua orang tua Rafa, dan juga Sartika, terkekeh melihat tingkah lucu Rafa."Rafa adalah anak yang baik!" ucap Anton. Budi dan Mirna tersenyum manis men

  • Suami Tak Sempurna   Episode 239. Sungguh Terharu

    Setelah peristiwa pembelian PT. Andalan Winata lalu disusul di mana perusahaan itu dengan mudahnya kembali stabil, keluarga besar Winata selalu mencoba berbagai cara untuk bisa berkomunikasi dengan Green dan Hana. Mereka sungguh penasaran pada Green!Saat Anton memberi tahu mereka siapa Green sebenarnya, jantung mereka seolah meletup mendengarnya. Mereka semakin menggebu-gebu dan tak sabar ingin bertemu dengan Green dan Hana, tetapi mereka sulit melakukannya. Mereka mencoba mendesak Anton dan Jihan berulang kali tetapi hasilnya nihil. Anton dan Jihan sama sekali tidak mau bekerja sama dengan mereka.Pernah sekali peristiwa Shila mencoba datang ke kampus Williams, tetapi tidak menemukan mereka. Itu karena Green dan Hana memang sengaja menghindarinya. Begitu pula dengan Ryan, saat patah tulangnya baru sembuh, ia langsung mencoba mendekati mereka di kampus, tetapi sekali lagi mereka dengan mudahnya menghilang dari pandangannya. Itu bukanlah sesuatu yang sulit bagi Jack agar keluarga besa

  • Suami Tak Sempurna   Episode 238. Baby! Ini Papa!

    "Kamu menjengukku lagi?" ucap Marcell pada Green. Dia tidak menyangka Green menjenguknya lagi."Kenapa? Apa kamu bosan melihat wajah kakakmu ini?" tanya Green tersenyum menggoda."Iya, aku bosan," jawab Marcell berbohong. Dia malah memakan kue kesukaannya yang baru saja dibawa oleh Green. Green terkekeh pelan.Mereka lalu bercengkerama dan akhirnya menyingung soal Reyhans, kakek mereka berdua."Apa kamu pernah melihat Kakek semarah waktu itu? Kamu pasti tahu sendiri bahwa Kakek biasanya selalu mampu menjaga emosinya. Dia selalu bersikap tenang dan berwibawa. Tetapi melihat keadaanmu seperti ini, Kakek lebih menunjukkan emosinya. Tahu kenapa? Itu karena kakek menyayangimu, Marcell.""Aku tidak percaya," jawab Marcell."Ini hanya pendapatku saja," balas Green. "Apa kamu tahu? Di hari kamu kecelakaan, Kakek sampai di Singapura saat sore hari. Tetapi begitu mendengar kamu kecelakaan, dia langsung kembali ke sini malam itu juga untuk melihat keadaanmu di rumah sakit. Kakek kita sudah tua,

  • Suami Tak Sempurna   Episode 237. Cinta Sejati

    Hana : Veronika, apa kamu tahu Marcell kecelakaan kemarin malam? Dia dirawat di Williams Hospital.Veronika : Aku tahu. Tapi apa benar dokter memvonis Marcell akan lumpuh seumur hidup?Hana : Iya, itu benar. 🥺 Tapi di dunia selalu ada keajaiban. Maksudku, tidak ada yang mustahil, bukan? Apa kamu berniat menjenguk Marcell besok?Veronika tampak ragu menjawabnya. Besok adalah hari Minggu, itu adalah waktu yang cocok untuk mengunjungi Marcell.Veronika : Aku akan mengunjunginya besok.Hana : Baguslah. Jam berapa kamu akan datang?Veronika tidak membalasnya lagi.***"Kamu sendirian?" tanya Green ketika dia dan istrinya masuk ke ruang rawat Marcell. Marcell yang sedang melamun agak terkejut melihat mereka."Ada perawat," jawab Marcell datar. Sally baru saja keluar untuk membawa pakaian ganti dari rumah. Sementara Albert sibuk mengurus mini market barunya."Kami membawa makanan kesukaanmu," ucap Green sambil membuka isi makanan yang ia bawa."Dari mana kamu tahu aku suka itu?" tanya Marcel

  • Suami Tak Sempurna   Episode 236. Keras Kepala

    Begitu melihat Reyhans, Marcell segera memalingkan wajahnya. Reyhans mendesah melihat tingkah cucu bungsunya itu."Marcell, kamu mau makan, Sayang?" tanya Sally dengan suara lembut."Tidak," ucapnya tegas.Reyhans membuka suara. "Marcell, karena kamu terbiasa berbalapan mobil, akibatnya kamu menjadi sepele dalam berkendara. Benar-benar hobi yang konyol. Lihat sekarang keadaanmu. Kepalamu dijahit dan kakimu lumpuh. Teruslah kamu menjadi cucu pemberontak. Mana tahu nasibmu menjadi lebih bagus," sarkas Reyhans. Green dan Hana saling memandang. Menurut Hana, ini bukanlah waktu yang tepat untuk memarahi Marcell. Marcell saat ini butuh dihibur. Tetapi Kakek Reyhans sudah tidak bisa membendung rasa kecewanya.Marcell mengeraskan rahangnya dengan tangan mengepal. Dia benci mendengar ucapan kakeknya. Dia benci hobi yang sangat dia cintai, diejek dan dicerca seperti itu."Kakek," ucap Green sambil menghampiri kakeknya. "Kecelakaan Marcell itu karena dia mabuk. Ini sebenarnya tidak berhubungan de

  • Suami Tak Sempurna   Episode 235. Vonis

    Mata Sally melebar mendengarnya. Apa yang dikatakan Albert benar adanya. Sally lalu berkata, "Sebelumnya Robert tidak tahu akan keadaan kita. Itu sebabnya dia masih bermain judi dan terlibat hutang lagi. Sekarang dia sudah benar-benar tahu keadaan kita, dia berjanji tidak akan lagi berbuat seperti itu. Ini akan menjadi terakhir kalinya. Dia sangat terkejut, bahkan bersimpati akan keadaaan kita. Aku belum pernah mendengar Robert berbicara begitu dewasa seperti itu. Aku yakin kali ini dia bersungguh-sungguh.""Hahahaha..!" Albert tergelak mendengarnya. "Keluarga intimu adalah aku dan Marcell, bukan Robert! Kita kritis sekarang. Kau malah ingin memberikannya uang lagi. Di mana otakmu!" bentak Albert."Tapi dia adalah kakak kandungku! Dia dalam keadaan berbahaya sekarang. Bisa-bisa dia dibunuh kalau tidak membayar hutang dengan segera. Aku yang salah, harusnya aku memberi tahunya tentang keadaan kita.""Dia berbohong! Tanpa kau beri tahu pun dia pasti sudah tahu. Berita keluarga Williams b

  • Suami Tak Sempurna   Episode 234. Menjauh?

    "Benarkah itu?" tanya Alex dengan wajah terkejut serasa tak percaya atas apa yang baru saja ia dengar dari putrinya. Evelyn juga bereaksi yang sama dengan suaminya."Iya, jadi Green adalah cucu sulung Tuan Besar Reyhans Williams," ucap Veronika menandaskan. "Saat aku menyimak pembicaraan mereka berdua, kudengar tampaknya Tuan Besar Williams sudah memutuskan untuk memberikan seluruh hartanya pada Green, Pa.""Apa kamu yakin? Sepertinya Tuan Besar Williams belum membuat pengumuman terkini tentang siapa yang akan menjadi ahli waris selanjutnya di muka umum," ucap Alex."Ya, itu kan bisa belakangan, Pah," sahut Evelyn. Alex mengangguk pelan."Kalau memang Green yang akan menjadi ahli waris, maka Keluarga Winata benar-benar sangat mujur!" Alex tampak merasa cemburu. "Hmmm, pantas saja PT. Andalan Winata yang jelas-jelas sudah bangkrut, tiba-tiba dalam sekejap sudah kembali berjaya." Alex mendengkus tak senang.Veronika mengangguk. "Iya, Papa benar. Tapi Papa jangan iri begitu. Tidak baik,

  • Suami Tak Sempurna   Episode 233. Apa Kamu Membenciku?

    "Hana, apa kamu serius ingin menjodohkan mereka?" tanya Green begitu mereka memasuki kamar peraduan mereka."Kenapa? Apa kamu keberatan?" tanya Hana curiga."Sama sekali tidak. Biasa saja," jawab Green apa adanya."Aku pikir kamu sedih, karena jika mereka jadian, Julia tidak mungkin bersikap manja padamu lagi," ketus Hana, membuat Green mengangkat alisnya sedikit heran."Sedih? Justru aku senang jika dia berhenti bersikap seperti itu," tanggap Green langsung."Masa? Kalau begitu kenapa kamu tidak mengingatkannya waktu dia terus bersikap seperti itu?" ucap Hana dengan mata melotot. Green agak terkejut melihatnya."Apa kamu marah karena dia seperti itu?" tanya Green curiga. Green sempat berpikir bahwa Hana tidak pernah marah karena pada akhirnya Hana mungkin sudah menganggap tingkah Julia sebagai hal biasa yang ternyata tidak perlu dihiraukan."Tentu saja aku marah. Kamu sendiri saja marah tadi saat aku memuji Jack. Apa kamu pikir aku tidak marah melihat Julia yang selama berhari-hari be

DMCA.com Protection Status