Niko menahan pukulan Herman dengan tangan kirinya, “Terkadang umur tidak bisa dijadikan patokan kedewasaan seseorang!” sindirnya dengan tatapan mata tajam. Herman susah payah menelan ludahnya, ternyata lelaki rendahan seperti Niko tidak bisa dianggap remeh. “Mau apa kamu, Babu?! Lepaskan tangan suamiku!” Karena sering berteriak emosi, suara Sarah menjadi parau. Niko mengabaikan teriakan wanita itu. Tatapan tajamnya masih mengintimidasi Herman. “Aku menghormati anda karena anda lebih tua. Aku menahan diri untuk tidak memukul anda karena anda Om-nya istriku! Tapi …” Raja mengangkat kepalan tangan kanannya tepat di depan mata Herman. “Aku juga tidak ragu mengirim anda ke rumah sakit!” Ancaman Niko dengan aura dominannya berhasil membuat Herman gemetar. Sarah dan Tessa pun merasakan demikian. Mereka tidak menyangka, bukankah lelaki itu hanyalah seorang pembantu yang diminta menikahi majikannya? Tapi mengapa auranya terlihat sangat berwibawa dan kuat? Nyali Sarah yang mendadak menc
Echa mengerutkan dahi karena merasa bingung. Dia tidak tahu apa yang harus dia respon dengan ucapan Niko yang satu ini. “Siapapun yang berani menyentuhmu, menyakitimu, apalagi mau merebutmu dariku, orang itu akan habis ditanganku!” Niko mengucapkan kalimat ini dengan begitu meyakinkan. Echa masih terdiam. Dia merasa Niko berlagak seperti orang besar yang memiliki banyak koneksi. Entah, apakah lelaki itu terlalu percaya diri atau tidak sadar diri dalam memahami status dan kemampuannya sendiri? Yang jelas lelaki itu telah berubah semenjak menikah dengannya. “Apa yang kamu pikirkan?” tanya Niko, seketika membuyarkan lamunan Echa. “jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja.” “Aku berharap begitu,” balas Echa sambil memalingkan wajah ke arah lain. “Dari rumah nanti aku mau ke kantor dulu untuk meminta izin … karena hari ini sebenarnya hari pertamaku kerja, semoga diberi izin.” Mendengar hal tersebut, Niko baru teringat dengan kejadian kemarin pagi di kantor WARA Corp. Karena ingin
“Apa kalian suka uang?” tanya Niko dengan ekspresi begitu datar.“Pertanyaan bodoh! Orang mana yang nggak suka uang?” Wanita itu menertawakan Niko. “Orang miskin kayak kamu kalau disuruh makan tai dengan imbalan satu juta pasti bakalan mau.” Cibiran si sopir tak kalah pedasnya.“Oh begitu, ya?” Niko tersenyum sederhana. Niko kemudian mengeluarkan segepok uang berwarna merah dari saku celananya. Sontak mata kedua orang itu membelalak kala melihat lembaran uang yang sangat banyak.Si sopir dan wanita itu menatap penampilan Niko penuh keheranan. Sungguh mencengangkan, jelas-jelas penampilan dia seperti orang miskin tapi punya banyak uang.“Bagaimana? Apa kalian suka uang ini?” tanya Niko dengan senyuman khas-nya.“Itu benaran asli?” Wanita itu bertanya penuh keraguan. Kemudian dia menambahkan satu kalimat singkat dengan tatapan sinis. “Palingan itu cuma uang mainan. Ya, ‘kan?”Sopir taksi mengangguk setuju kemudian kembali menertawakan Niko, “Kamu mau ngeprank kami? Haha gayamu selangi
BUGH!Pukulan yang dilancarkan Niko lumayan keras, sehingga membuat mulut si sopi itu berdarah.Namun, lagi-lagi si sopir itu menjerit kesakitan untuk kedua kalinya kala kaki Niko masuk ke perutnya hingga membuatnya terpental dan membentur taksinya sendiri.Kali ini Niko benar-benar ingin membuat si sopir itu trauma. Dengan tatapan dingin, dia mendekat dan meninju kaca taksi di sebelah wajah sang sopir, menghasilkan suara pecahan yang memekakkan telinga. Kemudian, dia berkata dengan suara rendah, “Tidak ada yang lebih rendah daripada orang yang suka merendahkan orang lain!”Seluruh tubuh si sopir itu bergetar, diselimuti ketakutan. Namun, karena di pinggir jalan raya, juga aksi lelaki itu telah disaksikan pengguna jalan, lantas dia pun berani berteriak.“Tolong! Tolong!”Seketika beberapa orang yang melintas di sana menghampiri arah teriakan.“Tolong, orang ini mau ngerampokku!” si sopir itu memasang wajah ketakutan.Terprovokasi, orang-orang di sana lebih bergerak cepat dengan tatapan
Si sopir itu jelas semakin ciut nyalinya sebab seruan Niko disaksikan oleh orang-orang di sekitarnya yang juga mengawasinyaTerlebih Niko juga kembali menekankan, “Atau anda benar-benar ingin nangis darah di tangan-tangan mereka?!” dia menoleh ke sekelilingnya, dan mereka mengangguk setuju.Mendengar ancaman itu, terlebih semua orang menatapnya dengan wajah tak bersahabat, dia sampai menelan ludah dan tubuhnya semakin gemetar sejadi-jadinya.Namun, si sopir itu mencoba tersenyum mungkin. Bahkan saat berbicara dia tidak terlihat kaku, “anda suka bercanda,” ucapnya membuat Niko tersenyum culas.Dia masih melanjutkan tanpa memedulikan senyuman Niko, “Cuma masalah sepele ini, masak anda setega ini. Aku mengaku salah. Dan sebagai permintaan maafku–”Sebelum kalimatnya selesai, Niko memotongnya sambil menatap ke arah orang-orang di sekitarnya, “Maaf, Bapak-Bapak. Aku masih ada urusan yang harus diselesaikan. Tolong awasi orang sombong ini.”Niko kemudian memberikan uang sebanyak dua juta k
Echa mengangguk pelan, “Benar, anda siapa?”“Aku Danang,” jawab lelaki itu.“Salam kenal, Pak. Tapi maaf saya mulai bekerja besok hari,” ucap Echa dengan senyuman kecil. Echa mengira lelaki itu adalah manajer HRD. Karena pikirannya yang kalut, dia tidak sadar bahwa Danang adalah direktur WARA Corp.Wajar saja Echa mengira demikian karena Danang tidak memposisikan diri sebagai seorang direktur yang terkenal dingin. Saat ini dia tampak friendly dan murah senyum.“Iya, aku–” Baru saja Danang berkata, suara Echa memotongnya.“Maaf, Pak .. saya terburu-buru. Permisi.” Echa beranjak pergi begitu saja. Danang pun merasa heran melihat ekspresi wanita itu yang kentara jelas terlihat begitu cemas.Danang pun segera masuk ke ruangan itu, dan seketika wanita yang ada di dalam sana langsung berdiri penuh hormat.“Pak Danang?” Melda terkejut dengan kedatangan sang direktur di ruangan ini. Melda langsung memasang senyuman terbaiknya. Baginya ini kesempatan untuk mengambil hati sang atasan agar jab
“Ke suatu tempat!” Berry mengucapkan sambil menatap Echa dengan penuh nafsu. “Dan kamu nggak perlu bertanya di mana tempatnya. Karena ini adalah surprise dariku untukmu. Aku menjamin kamu pasti menyukainya.”Echa tidak pandai menebak-nebak, akan tetapi dilihat dari ekspresi Berry sudah menjelaskan bahwa tempat itu adalah tempat yang akan digunakan untuk mengambil kehormatannya sebagai seorang wanita.Melihat wanita itu tak merespon, Berry mendecakkan lidahnya, “Anak buahku sudah mengintai orang tuamu. Mereka cuma menunggu perintah dariku.”Echa membulatkan matanya lebar-lebar. Jelas-jelas itu adalah sinyal bahaya untuknya dan orang tuanya.Melihat Echa ketakutan hanya karena dengan gertakan kecilnya, Berry merasa semakin berada di atas angin, “Jadi gimana, sayang? Mau ikut atau nggak?” Karena tak punya pilihan lain, Echa terpaksa mengangguk, “Tolong jangan sakiti orang tuaku. Aku akan ikut denganmu.”Berry tersenyum penuh kemenangan, “Tenang, Echa. Aku justru akan membebaskanmu dari
Kedua petugas itu menatap curiga kepada Niko. Pakaian yang dikenakannya dari atas sampai bawah terkesan sangat sederhana. Sementara, brand-brand besar, bahkan dirancang khusus oleh desainer ternama, sudah bertengger nyaman di tubuh orang lain yang keluar masuk club.Terlebih lagi Niko sudah melukai dua orang hingga tak berdaya, membuat kedua petugas itu semakin yakin bahwa Niko hanyalah orang biasa yang datang berbuat onar di Nextar Club.“Istriku dibawa orang jahat ke dalam. Tolong bukakan pintunya!” Niko memohon.“Maaf, orang yang diperbolehkan masuk ke dalam hanya orang yang memiliki kartu member club!” Petugas itu tetap bersikap profesional. “Aku bukan member club. Tapi biarkan aku masuk. Istriku dalam bahaya,” ucap Niko terlihat tidak tenang.“Tidak bisa! Peraturan tetaplah peraturan! Silahkan anda pergi dari sini!”Niko marah bukan kepalang, akan tetapi dia sadar jika memakai cara kekerasan justru permasalahannya semakin panjang, dan dia tidak bisa menyelamatkan istrinya. Dia t
Echa merasakan ketegangan di dalam rumah. Setelah menerima pesan-pesan dari Tessa, pikirannya berkecamuk. Dia berusaha bertindak normal di depan Niko, meskipun hatinya bergetar.Niko, yang baru saja keluar dari kamar, menyadari ada yang tidak beres. “Echa, kamu baik-baik saja?” tanyanya, memperhatikan ekspresi wajah istrinya.Echa mengangguk, tapi suaranya bergetar, “Iya, Mas. Cuma sedikit lelah.”Niko mendekat, meraih tangan Echa. “Kamu tidak terlihat baik. Ada yang ingin kamu bicarakan?”Echa menarik napas dalam-dalam. Dia harus memberanikan diri, “Mas, ada yang ingin aku tanya. Apa kamu... ada yang ingin kamu katakan padaku?”Niko terkejut. Dia merasakan ada sesuatu yang tidak beres, “Apa maksudmu?” Echa menatapnya tajam, berusaha mencari keberanian, “Tessa menghubungiku. Dia bilang... dia tahu semuanya tentang kita.”Niko terdiam sejenak, “Echa, biarkan aku menjelaskan—”“Jelaskan apa, Niko? Tentang semua foto dan video itu? Tentang perselingkuhanmu?” suara Echa meninggi, air mata
Tak berselang lama ada pesan susulan, [Kalau kamu ingin aku menjaga rahasiamu, temui aku nanti malam. Tessa.]Melihat suaminya tampak begitu serius menatap layar ponsel, Echa pun bertanya, “Ada apa, Mas?”“Hanya urusan kecil,” jawab Niko sambil bangkit dari tempat duduknya. “aku mau ke kamar dulu.”Niko tidak terlihat panik dengan ancaman Tessa, tahu cepat atau lambat dia harus memberitahukan identitasnya kepada sang istri.“Iya, Mas.” Echa sama sekali tidak curiga.Sambil berjalan menuju kamarnya, Niko mengirim pesan itu Ke Nita, dan setelahnya dia langsung menghubungi adik angkatnya itu.“Hallo.”“Ya, Kak?”“Kamu sudah membaca pesanku?”“Iya, Kak. Sudah. Menurutku sih Kak, mendingan kasih tahu aja kebenarannya sama Kak Echa biar nggak salah paham. Kecuali Kakak masih ragu.”Niko mengerti ucapan Nita, “Tidak. Aku tidak ragu sama sekali. Aku sudah mengenal bertahun-tahun istriku.”Niko sudah memutuskan bahwa hari ini waktu yang sangat tepat untuk memberitahukan identitasnya kepada Ech
“Aku akan menceraikanmu!” seru Fikram.Bagai disambar petir. Hesti terhenyak mendengar perkataan Fikram. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja suaminya ingin menceraikan dirinya.“Mas … Mas sadar dengan apa yang mas katakan?” tanya Hesti tak percaya. “jangan dibuat main-main loh, Mas.”“Aku sadar dan tidak main-main! Aku mau menceraikanmu, Hesti!” Fikram berkata dengan tegas tanpa keraguan. “Mas, apa salahku?! Jangan ngaco kamu, Mas!” Suara Hesti lebih tinggi dari suaminya. “Sembuh-sembuhnya kamu malah kayak gini!”Fikram menatap istrinya dengan dingin, “Kamu masih bertanya di mana salahmu? Di rumah ini banyak kaca, ‘kan? Pergi dan introspeksi dirimu.”“Aku nggak salah apa-apa! Mas yang nggak waras!” pekik Hesti, lalu menoleh pada Niko dengan wajah merah padam. “pasti kamu ‘kan yang meracuni suamiku? Pasti kamu sering mengunjungi suamiku cuma untuk menjelek-jelekkanku. Bajingan! Dendam banget kamu sama aku sampai mau merusak rumah tanggaku!”“Ini tidak ada hubungannya denga
Tessa memasuki sebuah mall. Ketika dia menaiki lantai 3 mall, tatapannya tertuju pada seseorang lelaki dan wanita yang tampak bersenda gurau.“Niko? Dan wanita itu?” keningnya berkerut melihat kebersamaan mereka. “bukankah dia adalah seorang pelayan toko baju di mall sebelah?”Perlahan sudut bibir Tessa terangkat, “Sekarang kamu ketahuan, Niko. Rupanya wanita itu memang selingkuhanmu.”Tak ingin melewati kesempatan ini, Tessa merogoh ponsel di dalam tas kecilnya dan segera mengabadikan momen kebersamaan Niko dengan wanita itu. Kali ini dia sangat yakin bisa mengobrak-abrik rumah tangga Niko dan Echa.Yang sedang diperhatikan tengah membahas ulang tahun sang Kakek.“Kak, kurang dua minggu lagi ulang tahun Kakek. Kita harus ngasih surprise,” ucap Nita sambil memakan es krim.Niko hanya tersenyum. Ini kesekian kalinya Nita mengingatkannya.“Menurut Kakak kita harus ngasih surprise apa?” tanya Nita.Niko mengedikkan bahu, “Aku tidak pandai dalam hal ini. Aku serahkan semuanya sama kamu. M
“Nita?” gumam Echa. “Nita siapa, Mas?” tanyanya kemudian.Niko sama sekali tidak terlihat panik.“Ehmm Nita adalah seorang ahli IT … seorang hacker yang membantuku mengurus permasalahan yang sedang dihadapi WARA Corp,” jawab Niko sambil mengambil ponsel miliknya.Echa mengangguk-angguk percaya.Dalam hal ini Niko berkata jujur, tapi masih belum bisa memberitahu keseluruhannya.Niko segera mengangkat telepon itu dan sengaja mengecilkan suara volume telepon agar Echa tidak mendengar suara lawan bicaranya.“Ada temuan baru lagi?”“Nggak, Kak. Aku–”“Baiklah. Besok pagi kita rapatkan bersama dengan petinggi WARA Corp,” potong Niko dan memutus sambungan setelahnya.Di seberang sana, Nita kesal suaranya dipotong dan teleponnya diputus sepihak. Padahal dia ingin menyampaikan kalau satu bulan lagi adalah hari ulang tahun sang Kakek yang ke 71 tahun. Tapi Nita mengerti, mungkin malam ini Niko sedang bersama istrinya. Lantas dia pun mengirim sebuah pesan.[Sebulan lagi adalah hari ulang tahun
“Terima kasih pengertiannya. Kalau gitu kalian pulang sekarang,” sahut Niko tiba-tiba, membuat Hesti dan Sarah kesal.Harapan Hesti adalah mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Jika dia tidak bisa mendepak Niko dari kehidupan Echa, setidaknya lelaki itu bisa dia manfaatkan.Saat ini Sarah dilema. Tindakan anaknya yang berusaha mengambil hati Niko bisa merugikan keluarganya sendiri. Di sisi lain dia harus segera membujuk Niko untuk menyelamatkan bisnis keluarganya.“A–” Baru Hesti membuka mulutnya, suara Niko terdengar terlebih dahulu.“Mama juga pulang.” Mata Hesti seketika melotot, “Kamu juga mengusirku?! Aku ini Mama kandungnya Echa.”Niko cukup menjawabnya dengan merogoh ponsel di saku celananya. Dia menghubungi petugas keamanan perumahan.“Pak, tolong ke sini.”Hesti dan Sarah menatap Niko. Sikap tegas lelaki itu membuat mereka sedikit takut.“Aku nggak mau pulang. Aku masih ada perlunya sama anakku,” tolak Hesti geram.“Echa sudah mengirim uang 5 juta ke rekening Mama. Jadi ngg
Lagi, sudut bibir Hesti terangkat. Ini adalah kesempatan emas untuk memeras Sarah.“Cuma satu miliar?” Ekspresi Hesti mengisyaratkan kalau nilai yang ditawarkan masih terlalu kecil.Sekilas Sarah mengepalkan kedua tangannya.“Baiklah aku tambahin 100 juta,” ucap Sarah.Hesti memalingkan muka sambil mendengus, menandakan dia masih belum puas.“Berapa yang kamu mau, Hesti?” tanya Sarah.Hesti menatap Sarah dengan senyuman miring dan berkata, “Tiga miliar. Aku mau tiga miliar. Dan perjanjian ini harus ditandangani di atas materai.”Hesti tidak bodoh. Dia tahu bagaimana caranya menghadapi Sarah yang sama-sama liciknya dengannya.Sementara, Echa yang berdiam diri berulangkali melihat Tessa sedang menatap Niko dengan tatapan seperti orang yang sedang jatuh cinta. “Hesti, kamu mau memerasku? Jangan gila kamu, Hesti.” Sarah tampak begitu geram.“Tante jangan keterlaluan. Jumlah yang diminta Tante nggak masuk akal,” sahut Tessa. Nada bicaranya terdengar santun.Hesti menanggapinya dengan begi
“Aku kasihan sama Niko. Dia menjadi korbanmu.” Tessa semakin bersemangat menyerang psikis Echa. “laki-laki baik seperti Niko seharusnya mendapatkan istri yang baik, bukan istri macam kamu.”Begitu juga dengan Sarah. Dia mulai ikut menekan Echa.“Kamu tuh lebih jahat dari seorang pelakor. Kamu–” kalimat Sarah terpotong oleh suara bariton milik Niko.“Bisakah kalian diam?”Karena tidak sesuai rencana, Niko keluar dan berjalan melindungi istrinya. Melihat kedatangan lelaki itu, seketika Tessa bersikap manis, “Hai, Niko. Aku cuma ingin menyampaikan fakta bahwa–”“Kalau Echa tidak mencintaiku, Echa tidak akan hamil anakku,” potong Niko sambil mendekati Echa dan memegang perutnya.Sontak Tessa dan Sarah tercengang.“Echa hamil?” Tessa tidak percaya.Kehamilan Echa adalah bencana bagi Tessa yang berusaha memisahkan pasangan suami-istri itu. Kehamilan sepupunya itu akan menjadi batu sandungannya untuk merebut Niko.Dengan bangga Echa mengakui, “Iya, aku sedang hamil anaknya Mas Niko.”Dia jug
Kekehan kecil terdengar dari mulut Echa. Dia tahu suaminya hanya bercanda. Dia meyakini ada masalah yang memberatkan Herman sehingga WARA Corp tak kunjung mengirimkan produk-produknya kembali.“Dipikir-pikir kasihan juga ya, Mas. Kira-kira sampai kapan, ya?” tanya Echa.“Sampai mereka mohon-mohon sama kamu. Ini juga momen yang pas untuk balas dendam, ‘kan?” jawab Niko sambil terkekeh.“Hishh.” Echa masih menganggap Niko sedang bercanda. “nggak boleh ngomong gitu.”Sementara di depan kantor ….Sarah tampak begitu kesal. Hingga siang hari tidak ada kejelasan dari Niko. Ini membuatnya semakin yakin kalau lelaki itu sedang mempermainkan dirinya.“Sialan! Mana si Niko ini?” Sarah mondar-mandir di tempat. Sarah berjanji akan membuat perhitungan kepada Niko kelak. Ini pertama kali dalam hidupnya ada dalam situasi seperti ini. Harga dirinya merasa diinjak-injak oleh bekas seorang pembantu.“Apa kita pulang dulu ya, Ma?” Tessa pun tidak sabar menunggu.“Mama yakin dia nggak bakalan menemui ki