“Benar.” Niko membalasnya dengan anggukan kecil sambil menatap wajah wanita itu. “dan kalau tidak salah, kamu temannya Echa?” Melda tersenyum miring lalu menjawab, “Sekarang tidak lagi. Mulai besok aku akan menjadi atasannya. Bintang kampus sok pintar itu akan menjadi kacungku hahaha ….” Niko mengernyit, “Apa maksudmu?” “Aku staff HRD yang mewawancarai Echa.” Melda tak lupa menyombongkan diri. “istrimu barusan datang ke sini mengemis-ngemis minta pekerjaan kepadaku. Sangat-sangat menyedihkan sekali hidupnya, ditambah dapat suami kere kayak kamu, hahaha ….” Melda tak henti-hentinya tertawa, seolah ada kepuasan tersendiri. Niko merasa ada sesuatu yang tidak beres, akan tetapi dia lebih mengkhawatirkan Echa. “Dimana istriku?” tanya Niko. Melda berdecih sinis, “Aku bos-nya bukan bodyguard-nya. Mungkin dia melayani Om-Om di luar sana buat cari–” “Jaga mulutmu!” Ekspresi Niko spontan berubah drastis. Dia menatap wanita itu dengan tatapan dingin. “meskipun kamu wanita, aku tidak segan
Echa pergi dari rumah itu. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Saat ini, dia begitu marah dan sedih dengan situasi seperti ini.‘Aku harus gimana?!’ Echa menjerit dalam hati. Air matanya semakin deras mengalir membasahi pipi.Saat pikirannya kacau, terdengar bunyi klakson dari mobil lain. Awalnya Echa menghiraukan, akan tetapi bunyi klakson itu semakin kencang dan diulang-ulang.Echa sedikit terkejut melihat sebuah mobil tiba-tiba memepet mobilnya, seolah memberi syarat kepadanya untuk berhenti. “Siapa sih?!” Echa yang sama sekali tidak curiga sedikitpun, lantas dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan.“Siapa mereka?” Echa memicingkan mata. Dia mulai menaruh curiga saat dua laki-laki berbadan besar memakai seragam turun dari mobil itu dan menghampiri mobilnya.Salah satu orang itu mengetok kaca mobilnya dan berkata, “Buka pintunya!”Echa pun membuka kaca mobil kemudian berkata, “Kalian siapa? Dan ada keperluan apa kalian–”“Kami pihak bank,” potong orang itu sambil
“Kamu bekerja untukku, bukan?” Niko memotong ucapan lawan bicaranya.“Baiklah jika itu yang kamu inginkan.”Setelah mendengarkan jawaban dari lawan bicaranya, Niko memutus sambungan telepon. Dia lalu berganti menghubungi nomor telepon yang berbeda.“Halo?” Tak berselang lama telepon itu tersambung.“Halo? Aku ingin membayar tagihan pasien bernama Fikram. Seluruhnya,” ucap Niko begitu serius. “segera lakukan operasi lanjutan.”***Malam harinya, tanpa sepengetahuan suaminya, Echa berangkat ke sebuah hotel untuk menghadiri acara reuni. Semenjak pernikahannya dengan Niko, namanya menjadi bahan hinaan banyak orang, tak terkecuali adalah teman-temannya sendiri. Kalau saja bukan karena mencari pinjaman untuk biaya operasi sang Papa, dia tidak akan mau datang ke acara ini.“Echa, kamu ‘kan sudah nikah nih. Terus, kamu kok datang sendirian? Di mana suamimu?” tanya salah satu temannya.Tak menunggu Echa menjawab, Melda yang juga bergabung dalam acara reuni langsung menyahut, “Ya jelas Echa ga
Penasaran dengan pemilik suara, mereka serempak menoleh ke arah pintu. Mereka mengira kedatangan seorang petugas keamanan, tetapi dugaan mereka meleset. Orang yang berdiri di depan pintu adalah Niko Pram, seorang pembantu yang menjadi suaminya Echa.“Yaelah kirain siapa, gak tahunya cuma gelandangan!” seru Melda sambil menahan tawanya. Dia lalu menunjuk ke arah Echa dan lelaki yang baru masuk ke ruangan. “Tuh, Echa, dicariin suamimu!”“Duh penampilannya kayak orang gila. Amit-amit aku dapat suami modelan kayak gitu!”“Ckkk dikiloin juga nggak bakalan laku sih!”Niko mengabaikan semua hinaan yang berdatangan. Tatapan tajamnya masih tertuju pada Lelaki brengsek itu, “Berani kamu menyentuh istriku, kupatahkan lehermu!”Berry malah membalasnya dengan senyuman sinis, “Lumayan galak juga. Tapi kamu tahu siapa aku?” dia memandang remeh pada Niko. “aku adalah anak pemilik perusahaan STAR Group. Kalau aku mau, aku bisa melenyapkanmu dalam hitungan detik!”Saat ini STAR Group adalah perusahaan
“Echa.” Niko menatap lekat-lekat istrinya yang sedang emosi. “Aku tidak berbohong. Aku sudah–”Sayang sekali sebelum Niko menyelesaikan kalimatnya, suara lantang Echa terlebih dahulu memotongnya.“Cukup, Niko! Cukup! Kamu nggak usah ngomong apa-apa! Aku muak dengernya. Pulang sekarang!”Berry tersenyum puas melihat pemandangan ini. Dia yakin Echa pasti membenci lelaki itu dan menceraikannya.Niko malah tersenyum kecil, kemudian menutup matanya dan menarik napas panjang sebelum berkata, “Aku tidak akan pulang tanpa kamu, istriku!”Echa menggeleng-gelengkan kepala tak percaya. Dia benar-benar kecewa dan marah pada Niko. Biasanya, setiap kata yang diucapkannya, lelaki itu pasti menuruti. Namun, setelah menikah semuanya berubah. Detik itu juga, Echa secara reflek mengangkat tangannya untuk menampar Niko, akan tetapi tangannya tidak sampai bertemu dengan pipi sang suami. Hati kecilnya melarang, karena bagaimanapun juga status lelaki itu adalah suaminya sendiri.Berry kesal melihat Echa me
Niko menatap lekat-lekat mata Echa yang sudah sembab. Dari tatapan sang istri, seolah ingin meminta maaf untuk menampar dirinya.Niko bisa saja memberikan bukti bahwa biaya operasi lanjutan Fikram sudah dibayarkan, tetapi dia penasaran dengan momen ini. Walaupun demikian, dia akan memakluminya jika Echa menamparnya, karena istrinya itu dalam posisi terdesak untuk menyelamatkan Papanya.Melihat Echa masih ragu-ragu, Berry pun memberi ultimatum, “Hitungan ke sepuluh kamu belum menamparnya, lupakan saja uang 2 miliar ini! Satu, Dua, Tiga —”Selagi Berry menghitung, teman-temannya mendesak Echa untuk segera melakukannya.“Cepat, Echa. Kesempatan emas nggak akan datang dua kali!”“Spek suamimu kayak bekas rongsokan! kamu gak bakalan rugi kalau dibuang! Toh ada pangeran Berry yang menunggumu!”“Iya nggak usah ragu, cepetan tampar suamimu! Kalau perlu cakar sekalian.”Berry kesal Echa tak kunjung bertindak. Dia pun menjeda hitungannya, “Delapan …. Ini kesempatan terakhirmu, Echa.”Echa menut
Niko melangkah, berpindah posisi di depan istrinya. Niko melindungi, tidak akan membiarkan laki-laki lain menyentuh istrinya.Echa Armetta Ruby itu miliknya!“Minggir!” seru Berry sambil menghentikan langkahnya, hanya berjarak satu jengkal dari Niko.Berry kemudian menatap penuh nafsu pada wanita yang berdiri di belakang lelaki itu, “Aku tidak sabar ingin mencicipi bibir Echaku.”Niko membalasnya dengan tatapan dingin. Tangannya terangkat, kemudian terayun tepat ke arah kepala laki-laki itu.BUGH!Suara gedebuk keras membuat semua orang terkesiap mendengarnya. Saking kerasnya pukulan itu, Berry oleng ke samping hingga jatuh.“Ahhhhh …” Berry menjerit kesakitan sambil memegangi kepalanya.Detik itu juga, seseorang berteriak mengikuti jeritan laki-laki itu, “Darah! Kepala Berry berdarah!”“Echa, suamimu gila, ya! Suamimu sudah muak hidup, ya? Sampai berani memukul Berry hingga berdarah?! Akibat kegilaan suamimu, kamu pasti kena imbasnya!” seru Melda.Wajah Echa pucat pasi, kepalanya tera
“Tapi untuk ini ….” Niko menunjukkan kepalan tangan kanannya tepat di depan mata Berry.Mata Berry membulat sempurna, “Kamu mau apa, hah?! Mau memukulku lagi?!”“Bisa jadi. Tanganku bisa kapan saja merusak wajahmu!” balas Niko dengan tatapan intimidasi.Apa? Lagi-lagi ucapan Niko yang tak terduga ini membuat semua orang tercengang. Begitu pula dengan Echa.Bagaimana bisa? Mereka tidak salah dengar, ‘kan?Ditatap tajam seperti itu, Berry merasa gentar di hati. Namun, dia segera memasang wajah lebih garang, “Kamu ngomong apa barusan?! Aku tidak dengar!” tantangnya.Niko menjawab dengan mengayunkan kepalan tangannya ke arah kepala Berry. Tak berhenti disitu, kaki Niko juga masuk mulus ke perut lelaki itu hingga terpental membentur tembok.Detik itu juga jeritan Berry dan teriakan semua orang bersamaan menggema di ruangan tersebut.“Kepalanya bocor!” terlihat semua orang panik bukan main.Dua pukulan keras membuat darah segar mengucur deras di kepala lelaki itu.Wajah Echa pucat pasi. Saki
Echa merasakan ketegangan di dalam rumah. Setelah menerima pesan-pesan dari Tessa, pikirannya berkecamuk. Dia berusaha bertindak normal di depan Niko, meskipun hatinya bergetar.Niko, yang baru saja keluar dari kamar, menyadari ada yang tidak beres. “Echa, kamu baik-baik saja?” tanyanya, memperhatikan ekspresi wajah istrinya.Echa mengangguk, tapi suaranya bergetar, “Iya, Mas. Cuma sedikit lelah.”Niko mendekat, meraih tangan Echa. “Kamu tidak terlihat baik. Ada yang ingin kamu bicarakan?”Echa menarik napas dalam-dalam. Dia harus memberanikan diri, “Mas, ada yang ingin aku tanya. Apa kamu... ada yang ingin kamu katakan padaku?”Niko terkejut. Dia merasakan ada sesuatu yang tidak beres, “Apa maksudmu?” Echa menatapnya tajam, berusaha mencari keberanian, “Tessa menghubungiku. Dia bilang... dia tahu semuanya tentang kita.”Niko terdiam sejenak, “Echa, biarkan aku menjelaskan—”“Jelaskan apa, Niko? Tentang semua foto dan video itu? Tentang perselingkuhanmu?” suara Echa meninggi, air mata
Tak berselang lama ada pesan susulan, [Kalau kamu ingin aku menjaga rahasiamu, temui aku nanti malam. Tessa.]Melihat suaminya tampak begitu serius menatap layar ponsel, Echa pun bertanya, “Ada apa, Mas?”“Hanya urusan kecil,” jawab Niko sambil bangkit dari tempat duduknya. “aku mau ke kamar dulu.”Niko tidak terlihat panik dengan ancaman Tessa, tahu cepat atau lambat dia harus memberitahukan identitasnya kepada sang istri.“Iya, Mas.” Echa sama sekali tidak curiga.Sambil berjalan menuju kamarnya, Niko mengirim pesan itu Ke Nita, dan setelahnya dia langsung menghubungi adik angkatnya itu.“Hallo.”“Ya, Kak?”“Kamu sudah membaca pesanku?”“Iya, Kak. Sudah. Menurutku sih Kak, mendingan kasih tahu aja kebenarannya sama Kak Echa biar nggak salah paham. Kecuali Kakak masih ragu.”Niko mengerti ucapan Nita, “Tidak. Aku tidak ragu sama sekali. Aku sudah mengenal bertahun-tahun istriku.”Niko sudah memutuskan bahwa hari ini waktu yang sangat tepat untuk memberitahukan identitasnya kepada Ech
“Aku akan menceraikanmu!” seru Fikram.Bagai disambar petir. Hesti terhenyak mendengar perkataan Fikram. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja suaminya ingin menceraikan dirinya.“Mas … Mas sadar dengan apa yang mas katakan?” tanya Hesti tak percaya. “jangan dibuat main-main loh, Mas.”“Aku sadar dan tidak main-main! Aku mau menceraikanmu, Hesti!” Fikram berkata dengan tegas tanpa keraguan. “Mas, apa salahku?! Jangan ngaco kamu, Mas!” Suara Hesti lebih tinggi dari suaminya. “Sembuh-sembuhnya kamu malah kayak gini!”Fikram menatap istrinya dengan dingin, “Kamu masih bertanya di mana salahmu? Di rumah ini banyak kaca, ‘kan? Pergi dan introspeksi dirimu.”“Aku nggak salah apa-apa! Mas yang nggak waras!” pekik Hesti, lalu menoleh pada Niko dengan wajah merah padam. “pasti kamu ‘kan yang meracuni suamiku? Pasti kamu sering mengunjungi suamiku cuma untuk menjelek-jelekkanku. Bajingan! Dendam banget kamu sama aku sampai mau merusak rumah tanggaku!”“Ini tidak ada hubungannya denga
Tessa memasuki sebuah mall. Ketika dia menaiki lantai 3 mall, tatapannya tertuju pada seseorang lelaki dan wanita yang tampak bersenda gurau.“Niko? Dan wanita itu?” keningnya berkerut melihat kebersamaan mereka. “bukankah dia adalah seorang pelayan toko baju di mall sebelah?”Perlahan sudut bibir Tessa terangkat, “Sekarang kamu ketahuan, Niko. Rupanya wanita itu memang selingkuhanmu.”Tak ingin melewati kesempatan ini, Tessa merogoh ponsel di dalam tas kecilnya dan segera mengabadikan momen kebersamaan Niko dengan wanita itu. Kali ini dia sangat yakin bisa mengobrak-abrik rumah tangga Niko dan Echa.Yang sedang diperhatikan tengah membahas ulang tahun sang Kakek.“Kak, kurang dua minggu lagi ulang tahun Kakek. Kita harus ngasih surprise,” ucap Nita sambil memakan es krim.Niko hanya tersenyum. Ini kesekian kalinya Nita mengingatkannya.“Menurut Kakak kita harus ngasih surprise apa?” tanya Nita.Niko mengedikkan bahu, “Aku tidak pandai dalam hal ini. Aku serahkan semuanya sama kamu. M
“Nita?” gumam Echa. “Nita siapa, Mas?” tanyanya kemudian.Niko sama sekali tidak terlihat panik.“Ehmm Nita adalah seorang ahli IT … seorang hacker yang membantuku mengurus permasalahan yang sedang dihadapi WARA Corp,” jawab Niko sambil mengambil ponsel miliknya.Echa mengangguk-angguk percaya.Dalam hal ini Niko berkata jujur, tapi masih belum bisa memberitahu keseluruhannya.Niko segera mengangkat telepon itu dan sengaja mengecilkan suara volume telepon agar Echa tidak mendengar suara lawan bicaranya.“Ada temuan baru lagi?”“Nggak, Kak. Aku–”“Baiklah. Besok pagi kita rapatkan bersama dengan petinggi WARA Corp,” potong Niko dan memutus sambungan setelahnya.Di seberang sana, Nita kesal suaranya dipotong dan teleponnya diputus sepihak. Padahal dia ingin menyampaikan kalau satu bulan lagi adalah hari ulang tahun sang Kakek yang ke 71 tahun. Tapi Nita mengerti, mungkin malam ini Niko sedang bersama istrinya. Lantas dia pun mengirim sebuah pesan.[Sebulan lagi adalah hari ulang tahun
“Terima kasih pengertiannya. Kalau gitu kalian pulang sekarang,” sahut Niko tiba-tiba, membuat Hesti dan Sarah kesal.Harapan Hesti adalah mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Jika dia tidak bisa mendepak Niko dari kehidupan Echa, setidaknya lelaki itu bisa dia manfaatkan.Saat ini Sarah dilema. Tindakan anaknya yang berusaha mengambil hati Niko bisa merugikan keluarganya sendiri. Di sisi lain dia harus segera membujuk Niko untuk menyelamatkan bisnis keluarganya.“A–” Baru Hesti membuka mulutnya, suara Niko terdengar terlebih dahulu.“Mama juga pulang.” Mata Hesti seketika melotot, “Kamu juga mengusirku?! Aku ini Mama kandungnya Echa.”Niko cukup menjawabnya dengan merogoh ponsel di saku celananya. Dia menghubungi petugas keamanan perumahan.“Pak, tolong ke sini.”Hesti dan Sarah menatap Niko. Sikap tegas lelaki itu membuat mereka sedikit takut.“Aku nggak mau pulang. Aku masih ada perlunya sama anakku,” tolak Hesti geram.“Echa sudah mengirim uang 5 juta ke rekening Mama. Jadi ngg
Lagi, sudut bibir Hesti terangkat. Ini adalah kesempatan emas untuk memeras Sarah.“Cuma satu miliar?” Ekspresi Hesti mengisyaratkan kalau nilai yang ditawarkan masih terlalu kecil.Sekilas Sarah mengepalkan kedua tangannya.“Baiklah aku tambahin 100 juta,” ucap Sarah.Hesti memalingkan muka sambil mendengus, menandakan dia masih belum puas.“Berapa yang kamu mau, Hesti?” tanya Sarah.Hesti menatap Sarah dengan senyuman miring dan berkata, “Tiga miliar. Aku mau tiga miliar. Dan perjanjian ini harus ditandangani di atas materai.”Hesti tidak bodoh. Dia tahu bagaimana caranya menghadapi Sarah yang sama-sama liciknya dengannya.Sementara, Echa yang berdiam diri berulangkali melihat Tessa sedang menatap Niko dengan tatapan seperti orang yang sedang jatuh cinta. “Hesti, kamu mau memerasku? Jangan gila kamu, Hesti.” Sarah tampak begitu geram.“Tante jangan keterlaluan. Jumlah yang diminta Tante nggak masuk akal,” sahut Tessa. Nada bicaranya terdengar santun.Hesti menanggapinya dengan begi
“Aku kasihan sama Niko. Dia menjadi korbanmu.” Tessa semakin bersemangat menyerang psikis Echa. “laki-laki baik seperti Niko seharusnya mendapatkan istri yang baik, bukan istri macam kamu.”Begitu juga dengan Sarah. Dia mulai ikut menekan Echa.“Kamu tuh lebih jahat dari seorang pelakor. Kamu–” kalimat Sarah terpotong oleh suara bariton milik Niko.“Bisakah kalian diam?”Karena tidak sesuai rencana, Niko keluar dan berjalan melindungi istrinya. Melihat kedatangan lelaki itu, seketika Tessa bersikap manis, “Hai, Niko. Aku cuma ingin menyampaikan fakta bahwa–”“Kalau Echa tidak mencintaiku, Echa tidak akan hamil anakku,” potong Niko sambil mendekati Echa dan memegang perutnya.Sontak Tessa dan Sarah tercengang.“Echa hamil?” Tessa tidak percaya.Kehamilan Echa adalah bencana bagi Tessa yang berusaha memisahkan pasangan suami-istri itu. Kehamilan sepupunya itu akan menjadi batu sandungannya untuk merebut Niko.Dengan bangga Echa mengakui, “Iya, aku sedang hamil anaknya Mas Niko.”Dia jug
Kekehan kecil terdengar dari mulut Echa. Dia tahu suaminya hanya bercanda. Dia meyakini ada masalah yang memberatkan Herman sehingga WARA Corp tak kunjung mengirimkan produk-produknya kembali.“Dipikir-pikir kasihan juga ya, Mas. Kira-kira sampai kapan, ya?” tanya Echa.“Sampai mereka mohon-mohon sama kamu. Ini juga momen yang pas untuk balas dendam, ‘kan?” jawab Niko sambil terkekeh.“Hishh.” Echa masih menganggap Niko sedang bercanda. “nggak boleh ngomong gitu.”Sementara di depan kantor ….Sarah tampak begitu kesal. Hingga siang hari tidak ada kejelasan dari Niko. Ini membuatnya semakin yakin kalau lelaki itu sedang mempermainkan dirinya.“Sialan! Mana si Niko ini?” Sarah mondar-mandir di tempat. Sarah berjanji akan membuat perhitungan kepada Niko kelak. Ini pertama kali dalam hidupnya ada dalam situasi seperti ini. Harga dirinya merasa diinjak-injak oleh bekas seorang pembantu.“Apa kita pulang dulu ya, Ma?” Tessa pun tidak sabar menunggu.“Mama yakin dia nggak bakalan menemui ki