KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG
BAB 6"Lho, memangnya ngapain nelpon Pak Udin?""Ibu mau pulang! Nah, itu Pak Udin. Titin, Irna, Linda, kita pulang sekarang!" panggil ibu mertua tegas memanggil ke tiga kakaknya Mas Ilham.Mobil sedan yang dikendarai Pak Udin berhenti di depan rumah. Entah ke mana Pak Udin pergi? Kalau Pak Udin berada di sini saat ibuku datang, pasti ibuku akan bersikap baik kepada ibu mertuaku.Seperti ibu mertuanya Bang Usman. Saat datang menggunakan mobil, ibuku langsung menyambutnya dengan senyum hangat. Karena bagi ibuku, yang mempunyai mobil sudah pasti orang kaya dan bertahta."Kita pulang?" tanya Kak Irna."Iya, lebih baik pulang, tiba-tiba Ibu merasa gerah!" jawab ibu mertua ketus."Syukurlah! Tidak jadi menginap, ayo, aku sudah kepanasan berada di rumah ini. Ilham, kamu tidak pulang?" Kak Titin bertanya."Duluan, kapan-kapan aku akan menyusul membawa istri dan anakku," jawab Mas Ilham dengan tersenyum manis melihat kakaknya itu."Betah amat hidup di sini, ya sudah, kak Titin masuk duluan ke mobil," ucap Kak Titin setelah besalaman denganku dan Mas Ilham.Tampangnya terlihat judes dan sombong, tapi benar yang dikatakan Kak Irna. Aslinya baik, kayaknya sih.Ibu mertua keluar lagi dari dalam rumah setelah mengambil tas jinjingnya. Penampilan Ibu mertuaku sederhana, berbeda dengan ibuku yang suka memakai make up tebal dan perhiasan imitasi pemberian dari istrinya Bang Usman. Tapi, Ibu selalu bangga dengan menyebut emas imitasi itu adalah emas asli."Ibu pulang dulu. Ingat, jangan pernah mengajari istrimu untuk mencuri di rumah mertuamu, diberi hidup enak kok mau hidup susah!" ucap Ibu mertua ketus. Entah apa maksud dari perkataannya itu?"Hati-hati, Bu," kataku, aku bersalaman dengan ibu mertua dan membalas memeluk ibu mertuaku sebentar."Iya, kamu yang hati-hati, jaga makan dan minum agar cucu Ibu sehat di dalam sini, bulan depan, Ibu akan datang lagi," ucapnya sambil mengelus perutku yang rata. Aku mengangguk tersenyum.Aku dan suamiku melambaikan tangan saat klakson mobil berbunyi, dan mobil itu melesat cepat membelah jalan.______"Kok aku tidak merasakan lagi hamil ya, Mas? Soalnya, tidak pernah mual atau pun ngidam gitu," ucapku sambil melihat Mas Ilham membersihkan ikan."Setiap orang hamil itu beda-beda bawaannya, mungkin anak pertama tidak merasakan apa-apa, bisa saja anak kedua kamu mabuk berat seperti Kak Titin dulu," ujar Mas Ilham."Kalau rasanya seperti ini, aku mau hamil terus, Mas." Ucapanku membuat Mas Ilham tersenyum.Tok!Tok!Tok!"Ilham," panggil seseorang setelah mengetuk pintu utama.Mas Ilham yang sedang membersihkan ikan beranjak untuk membukakan pintu. Tidak ingin ketinggalan dan melihat siapa yang datang, aku meletakkan cabe yang sudah kutumbuk menggunakan lesung batu ke atas meja."Kulkas dan mesin cuci dari Bu Belinda," ucap Kang Danu, yang dikenal sebagai pengantar perabotan di daerah sini."Mas, Bu Belinda siapa, Mas?" tanyaku."Ibu mertuamu, Dek. Ibu pasti membelinya karena tidak melihat adanya kulkas dan mesin cuci di rumah ini," jelas Mas Ilham. Karena aku memang belum tahu siapa nama Ibu mertuaku."Ibu kita, Mas. Telpon ibu, Mas. Aku mau mengucapkan terimakasih," ucapku sambil menoleh melihat Mas Ilham yang sedang membuka kotak besar berisi kulkas.Tin!Mobil pickup masuk ke dalam halaman rumah. Aku langsung terperangah melihat apa yang ada diatas pickup itu."Ibu memang tidak bisa menganggap kalau anaknya ini sudah dewasa. Mas jadi malu sama kamu, karena belum bisa membahagiakanmu dengan hasil keringat sendiri," kata Mas Ilham sambil mengusap kepalaku."Aku bahagia hidup bersamamu, Mas. Tapi, kok kamu tidak pernah cerita, tentang keluargamu yang-""Nanti Mas ceritakan semuanya," potongnya dan turun dari rumah untuk membantu mengangkat sembako yang ada diatas mobil pickup dan membawanya masuk ke dalam rumah.'Sembakonya banyak sekali, seperti akan membuka toko sembako saja. Ya Allah, baik sekali Ibu mertuaku.'"Ini, Mas. Tadi ibunya nitip buah-buahannya juga, pesannya, jaga cucunya dengan baik," ucap Supir pickup itu dan menyerahkan kantong berisi buah-buahan kepada Mas Ilham."Terima kasih, Mas. Ini untuk uang ngopi-ngopinya.""Oh, maaf, Mas. Kami sudah mendapatkan bonusnya dari ibunya, Mas. Kami permisi dulu," ucap Supir itu sopan."Mas, telpon Ibu, bilang terima kasih," kataku setelah mobil pickup itu pergi.Aku tidak kuasa menahan air mata agar tidak membasahi pipiku. Dibalik sikap Ibu mertua yang judes, ternyata dia berhati malaikat."Lah, kok nangis, Sayang?" Mas Ilham memelukku."Sedih, Mas," jawabku."Uluuu uluuu, jangan lah menangis, kamu membuatku ikut sedih, nanti malam kita telpon Ibu," ucap Mas Ilham menghibur."Ayo, sekarang kita bereskan barang-barangnya, biar terlihat rapi dan enak dilihat." Aku mengangguk menanggapi.______Jam delapan malam, setelah kami berdua selesai makan. Mas Ilham menelpon ibunya."Tidak diangkat, Sayang. Di jam segini, biasanya mereka semua lagi sibuk makan malam. Kapan-kapan saja kita telpon lagi."Drrttt...Ponsel Mas Ilham bergetar. Panggilan video dari ibu mertuaku."Hai! Assalamualaikum!" Ibu mertuaku terlihat antusias."Wa'alaikumsallam, Ibu-""Jangan protes, Ibu memberikan itu untuk menantu dan cucu Ibu, bukan untuk kamu, jadi, Ibu tidak mau mendengar apa pun keluhan darimu," potong ibu mertua."Ilham mengucapkan banyak-banyak terima kasih, Bu. Terima kasih untuk semuanya," ucap Mas Ilham sambil tertawa kecil."Terima kasih, ya, Bu. Ini sangat banyak sekali, rumah kami sudah seperti toko sembako." Aku tidak mau ketinggalan untuk mengucapkan terima kasih kepada ibu mertuaku.Rumah ibu mertuaku sangat mewah, seperti sultan yang kulihat di televisi. Ibu mertua mengarahkan ponsel keseluruh keluarga. Semuanya menyapaku dengan ramah. Lagi-lagi aku merasa terharu melihatnya.Setelah cukup mengobrol hangat melalui panggilan video. Ibu menyudahi obrolan karena ingin beristirahat."Mas, kok ayahmu tidak kelihatan?" tanyaku."Aku belum pernah bercerita tentang ayahku 'kan?" Aku menggeleng kepala menanggapi.Mas Ilham pun bercerita, bahwa ayahnya sudah bercerai dari ibunya jauh sebelum kami menikah. Dan ayahnya sudah menemukan keluarga baru."Terus, di mana ayahmu sekarang, Mas?" tanyaku."Tidak tahu, karena sejak Ayah menikah lagi, Ayah sama sekali tidak pernah datang untuk melihat kami semua," ucap Mas Ilham.Aku pun tidak menanyakan tentang Ayah mertua lagi, karena Mas Ilham seperti enggan untuk bercerita lebih lanjut."Ayo, kita bereskan tempat tidur, Mas sudah sangat mengantuk," ucapnya sambil menguap.Aku menuruti dan pergi ke ruang tamu untuk mengambil alas tilam, karpet yang kujadikan alas tempat duduk saat menyambut kedatangan ibu mertuaku.Saat tangan mengangkat karpet itu. Tumpukan uang yang diikat menggunakan karet tergeletak di sana."Mas!" teriakku spontan, karena sangat kaget melihat uang sebanyak itu.Dibawah tumpukan uang itu terdapat selembar kertas."Ada apa, Sayang?" Mas Ilham menghampiriku dan bertanya. Aku menyerahkan kertas itu pada Mas Ilham.[Ilham, anakku. Pergunakan uang ini untuk membangun rumahmu, bahagiakan istrimu, Nak. Jangan sampai istrimu menjadi sengsara karena keras kepalamu. Uang ini hasil dari menjual sawah bagianmu di kampung Nenek. Semuanya sudah Ibu bagi rata. Pergunakan uang ini dengan baik. Ibu sengaja tidak memberi uangnya padamu langsung. Karena kamu pasti akan menolaknya, Ibu sangat mengenalmu, Nak. Ingat, jangan pernah sia-siakan Anggita. Wanita yang mau hidup susah diawal itu sangat langka, Nak. Ibu sayang kalian.]Isi surat itu membuatku menangis terisak-isak."Terima kasih, Bu," ucap Mas Ilham sambil memelukku erat.BERSAMBUNG...KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 7PoV Author."Gina, ini sudah tanggal tujuh, kenapa adikmu belum mengantarkan uang kiriman dari Arini dan Usman?" Bu Dira menghampiri Gina di teras.Gina yang sedang menggunting kukunya pun menyahut. "Wah, benar juga ya, jangan-jangan Anggita sudah membelanjakan uang kiriman itu, ini 'kan musim hujan, Bu. Si Ilham pasti tidak bisa bekerja. Kita ke rumah mereka saja, Bu." "Tapi, tunggu dulu, Ibu mau telpon Usman dan Arini, mereka berdua sudah mengirimnya atau belum." Bu Dira ingin melangkah masuk untuk mengambil ponselnya."Kelamaan, Bu. Uangnya pasti sudah dikirim dari kemarin, ayo, kita pergi sekarang ke rumah Anggita," ucap Gina, dan beranjak dari kursi untuk mengambil kunci motornya yang ada di dalam kamar."Bu Dira," panggil Bu Tijah."Bu Tijah, aduh, kok sudah datang sepagi ini? Ada apa?" Bu Dira mendadak terlihat panik, saat melihat Bu Tijah, Bu Tijah adalah orang yang ingin menagih hutangnya, Bu Dira memasang sendal menuju ke arah Bu
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG BAB 8Jangan menuduh yang bukan-bukan, Mbak. Sepersen pun, kami tidak pernah memakan uang kiriman-""Diam! Kamu jangan ikut campur, Ilham!" bentak ibuku pada Mas Ilham."Bicaramu sok sekali!" timpal Mbak Gina ketus, dan mengalihkan pandangannya ke arahku. Dengan sekali sentakan keras, kantong berisi mie ayam yang kupegang sudah berpindah ke tangan Mbak Gina."Lihat ini, Bu. Anggita semakin berani saja! Dia sudah membelanjakan uang kiriman untuk Ibu, dengan membeli makanan kesukaan mereka!" tuduh Mbak Gina, sambil memperlihatkan isi kantong kepada Ibu."Itu dibeli memakai uang kami, Bu. Jangan mendengar tuduhan yang Mbak Gina buat." Aku menghela nafas berat, saat ibuku hanya berdecak menatapku sekilas.Ucapanku selalu saja salah dan tidak benar. Ibu pasti sudah sangat percaya dengan apa yang dituduhkan Mbak Gina.Ibu mengambil kantong di tangan Mbak Gina dan melambungkan kantong itu ke halaman, kantong berisi mie ayam itu pecah setelah menyentuh t
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 9Sesampainya di depan rumah Ibu, aku dibuat bingung dengan kehadiran Imron, dia tampak sedang asik mengobrol hangat dengan Bang Usman di teras."Ilham, kenapa lama sekali datangnya?" tanya Bang Usman, setelah aku turun dan suamiku memarkirkan motornya."Iya, Bang, tadi saya-""Menjual hasil karet, makanya lama," potong Imron sebelum suamiku selesai berbicara.Imron tersenyum miring seakan-akan dia sedang mengejek suamiku."Yah, kerjaanmu itu-itu terus, kapan suksesnya kalau begitu terus?" ucap Bang Usman terdengar meremehkan.Perasaanku menjadi tidak enak mendengarnya."Anggita, lihat dia, dulu dia sangat cantik, setelah menikah, kenapa menjadi kurus dan kusam seperti itu? Sudah jelas kalau Ilham tidak becus menjadi suami, Anggita pasti tidak bahagia menikah dengannya." Alih-alih Imron menatapku dan menilai penampilanku. "Coba dulu Anggita menikah denganku, pasti penampilannya tidak semiris sekarang!" lanjut Imron."Ngapain kamu di sini, Imro
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 10PoV Author.Sebelum adzan subuh berkumandang, Ilham sudah bangun dari tidurnya. Ilham tersenyum melihat istrinya yang masih tertidur lelap sambil memeluknya.Pelan Ilham menurunkan tangan Anggita dari dadanya. Dia beranjak turun dari ranjang dan berjalan pelan agar tidak menimbulkan bunyi berdecit dari lantai papan yang diinjaknya.Ilham menuju dapur, mengeluarkan ikan dan ayam dari dalam kulkas, dan merendamnya di dalam baskom berisi air.Kembali Ilham membuka kulkas dan mengambil sayur. Lalu memisahkan cabe dari tangkainya dan mengupas bawang.Anggita tersadar saat tangannya meraba tapi tidak mendapatkan Ilham berada di tempat tidur.Anggita bangkit dari tempat tidur, mengikat rambutnya asal dan melangkah menuju dapur.Suara langkah kaki Anggita di dengar Ilham. 'Pasti suara langkah kakiku tadi, sudah membangunkan bidadariku.' batin Ilham."Mas, kok tidak membangunkan aku?" ucap Anggita sambil melihat Ilham duduk lesehan sambil memotong t
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 11PoV Author."Selingkuh?" Gina berkata, sambil menatap suaminya yang tampak mengusap tengkuknya. "Kamu salingkuh, Mas?" tanya Gina dengan mata berkaca-kaca."Kamu percaya sama ucapannya, Anggita?" Fadli menatap Anggita tajam."Ck! Tidak sih. Sudah lah, kita langsung ke toko perabotan saja, tanpa uang dari mereka pun, kita masih bisa membelinya untuk Ibu," ucap Gina sambil mengibas tangannya ke udara."Bangkai kalau disembunyikan bagaimana pun, pasti akan tercium juga, yang pada akhirnya akan membuatnya hancur dengan sendirinya," ucap Anggita sambil duduk dan menatap ke arah punggung Gina dan suaminya.Mereka berdua yang sudah pergi melangkahkan kaki dari hadapan Anggita langsung membalikkan badan untuk melihat ke belakang."Urus saja hidup kalian, jangan mencampuri urusan orang lain!" hardik Fadli sambil menuding wajah Anggita."Maaf, bersikap sopan lah kepada istriku!" tekan Ilham, Ia sigap memasang badan melindungi Anggita.Ilham sudah san
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 12"Apa itu, Mas?" Aku melihat empat kotak paket yang dibawa Mas Ilham masuk ke rumah. Tidak biasanya dia pulang dari kebun membawa kotak paket. Aku mengekor dari belakang mengikuti langkah suamiku menuju dapur."Kiriman dari Kak Titin, Kak Irna, Kak Linda dan Ibu, ini semuanya untukmu," ucap Mas Ilham, dia meletakkan paket itu diatas meja dapur.Dengan senyum mengembang, aku mengambil gunting dan membuka kotaknya, aku penasaran dengan isinya. "Kak Titin titip salam, dan dia berpesan, harus di pakai apa yang sudah dia kirimkan," ucap Mas Ilham sambil menuang air minum ke dalam cangkir plastik. Lalu meminumnya hingga tandas."Kak Titin bilang begitu? Kok bisa?""Kak Titin itu memang judes orangnya, kalau bicara pedas bukan main, tapi hatinya baik kok," jelas Mas Ilham, mengenai Kakak tertuanya itu."Kirimkan nomor WhatsApp nya, aku mau berterimakasih kepada Kak Titin," ucapku sambil melihat baju tidur khusus untuk ibu hamil, bukan hanya satu p
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 13PoV Author."Anggita tidak bisa memberikan perhiasan ini untuk Ibu. Maaf," ucap Anggita lagi."Sayang," panggil Ilham. Dia turun kebawah menghampiri Anggita yang tengah bersitegang dengan ibu mertuanya."Ilham, kamu belum pernah berbakti kepada ibu mertuamu ini, 'kan?" ucap Bu Dira kepada Ilham. Anggita mengernyitkan kening mendengarnya.'Sebenarnya, perlakuan seperti apa yang ibu anggap berbakti kepadanya? Apa ibu tidak melihat baktinya suamiku saat berada di rumah ibu? Dan saat membantuku untuk menjaga dan bergantian merawat ibu saat dirawat di rumah sakit dulu?' batin Anggita.Bu Dira pernah dirawat di rumah sakit dan tidak bisa berjalan selama dua bulan lamanya. Karena mengalami sakit kaki akibat penyakit asam urat yang di deritanya, yang membuat kedua kakinya membengkak dan tidak bisa berjalan.Siapa lagi kalau bukan Ilham yang mengangkatnya ke dalam kamar mandi, saat Anggita mau memandikan Bu Dira karena Bu Dira sering buang air diata
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 14"Mbak Anggita!" Aku menyembulkan kepala lewat jendela kamar untuk melihat siapa yang memanggilku."Iya, ada apa?" tanyaku pada adiknya Imron."Ini, undangan pernikahan dari Bu Wiwin. Kemarin Ira lupa mengantarnya, ini baru ingat, acaranya hari ini, Mbak." jelasnya. Aku keluar rumah dan turun tangga untuk mengambil undangannya."Oke, terima kasih, Ira?" ucapku."Sama-sama mantan calon kakak ipar, he-he-he," kelakarnya sambil menghidupkan mesin motornya dan pergi berlalu.Anak itu, entah kapan aku menjadi calon kakak iparnya? Untung suamiku belum pulang, kalau tidak, pasti suamiku akan salah paham kalau mendengarnya.Sembari menunggu suamiku pulang dari menyadap karet, aku memungut pakaian kotor untuk di cuci. Kemudian deru motor suamiku terdengar masuk ke halaman rumah."Assalamualaikum!" ucapnya saat memasuki rumah."Wa'alaikumsallam," "Undangan dari siapa, Sayang?" tanya Mas Ilham, sepulangnya dia dari menyadap karet dan melihat kartu und
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 60"Dek, ini Kak Arini." Mas Ilham menyerahkan ponselnya padaku."Gimana, apa sudah selesai? Kamu baik-baik saja 'kan, Kak? Sekarang ada di mana?" tanyaku yang langsung beruntun, sembari menatap saudaraku di layar ponsel.Akhirnya. Kak Arini menelpon lewat panggilan video. Setelah berjam-jam aku gelisah menunggu kabar. "Jangan cemas, aku sudah punya pengalaman dua kali melahirkan, semuanya baik-baik saja, keponakanmu juga sehat dan gemoy," imbuhnya, dan memperlihatkan bayinya yang tampak tidur di sampingnya. "Kakak lahiran normal di rumah," lanjutnya."Alhamdulillah, Kak. Aku sangat cemas, sampai-sampai tidak bisa makan karena memikirkanmu," kataku jujur. Memang itu adanya."Sekarang kamu makanlah, rasa khawatirmu sangat berlebihan, sana makan." ucapnya memberikan perintah."Besok jadi pulang 'kan?" Terdengar suara Ibu bertanya, lalu kamera ponsel Kak Arini mengarahkan pada Ibu yang duduk di sampingnya."Insyaallah jadi, Bu. Ibu sehat 'kan?"
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG BAB 59"Mas, siapa mereka semua?" tanyaku, sembari mengeluarkan putraku dari dalam mobil.Setelah itu, mataku tertuju kepada laki-laki dan dua perempuan yang berjalan semakin mendekat ke arah kami."Itu ayahnya Ilham. Ayah mertuamu." Ibu mertua berkata dengan suara yang sangat pelan."Ilham, apa kabar, Nak?""Alhamdulillah, Ilham baik. Ayah sendiri apa kabarnya?""Ayah baik. Kamu sudah menikah, tapi tidak memberitahu Ayah sama sekali, apa ini anakmu? Apa ini cucu Ayah?" Binar mata dan senyum bahagia terpancar jelas di wajah Ayah mertua. "Iya, ini anakku, cucu Ayah." sahut Mas Ilham, singkat."Ayah," panggilku sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Ayah mertua menyambutnya dengan baik, lalu aku beralih menyalami dua perempuan di sampingnya.Mas Ilham pernah bilang, kalau sudah lama tidak bertemu dengan ayahnya. Tapi, kenapa saat berhadapan langsung sikap mereka tampak biasa-biasa saja? Maksudku, tidak ada sama sekali adegan peluk-memeluk unt
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 58PoV Ilham."Ilham, kamu sama Malik tunggu di dalam sana saja. Pesan makanan apa saja. Biar Ibu sama Anggita ke sana sebentar, Ibu dan Anggita mau cari sesuatu." Ibu berbicara padaku sambil menunjuk ke arah toko pakaian wanita. Sudah jelas sesuatu yang sangat pribadi yang akan mereka cari."Pergilah, Ilham juga capek dari pagi keliling mal," sahutku sambil membawa langkah masuk ke dalam restoran cepat saji.Aku memesan makanan untuk kami makan siang. Sambil menunggu pesanan datang dan menunggu Ibu dan Anggita kembali. Kusempatkan untuk membawa putraku bermain perosotan yang tersedia di dalam restoran ini."Ilham," panggil seseorang dari belakangku.Aku membalikan badan melihat ke belakang, saat seseorang itu mendekat, aku langsung memberikan jarak. Wanita di depanku ini ingin meraih tanganku, namun kutepis dengan cepat.Ya. Siapa lagi kalau bukan Jasmin. Entah kenapa dia ada di sini? Apa dia mengikutiku sampai ke sini? Sungguh, tidak tahu ma
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG BAB 57Author PoV."Kenapa, Ilham? Apa yang membuatmu ingin pulang secepat ini? Bukannya kamu mau satu Minggu di sini?" tanya Bu Belinda dengan menatap Anggita dan Ilham bergantian. Bu Belinda terkejut dan heran, karena mendengar anak bungsunya yang tiba-tiba ingin pulang secepat itu."Mungkin, Ilham tidak suka kalau aku tetap berhubungan baik dengan kalian semua, Bu. Aku tidak ada bermaksud apa-apa, sungguh, aku hanya tidak bisa melupakan kalian semua, karena kita sudah seperti keluarga, kita bersama bertahun-tahun, mulai dari aku dan Ilham sekolah dan sampai saat kami hampir mau menikah, kenapa kamu tidak suka padaku, Ilham? Apa kamu masih sakit hati karena tidak jadi menikah denganku?" imbuh Jasmin dengan matanya yang terlihat berkaca-kaca. Sekilas dia menatap ke arah Anggita.Jasmin sengaja ingin membuat Anggita cemburu, dia pikir, dengan membuat Anggita mendengar ucapannya mengenai masa lalunya dengan Ilham, akan membuat Anggita marah karena
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 56"Kak, kenapa wanita itu ada di sini?" Kak Irna menoleh ke arahku, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit."Dia memang akrab dengan kedua kakak iparmu itu. Tapi, kamu tenang saja, kata Kak Titin. Jasmin sudah menikah. Dan aman dari plakor. Sudah, kamu jangan mikirin apa-apa ya?" bisik Kak Irna. "Kakak ini, kok bisa tahu sih kalau aku takut suamiku diambil pelakor? Syukur kalau Jasmin sudah menikah, aku pikir bakalan ada drama tentang ... hmm, sudahlah.""Jangan takut, adikku orangnya bisa menjaga mata dan hati. Insyaallah," kata Kak Irna sambil mengusap bahuku."Aamiin. Yang penting Jasmin sudah menikah. Oya, terimakasih atas kado yang Kak Irna beri padaku, aku suka." Aku memeluk Kak Irna sebentar, namun wanita yang kupeluk itu justru membalas memelukku lebih erat dan lama."Alhamdulillah kalau kamu suka. Sekarang, ayo kita ke depan." Kak Irna mengurai pelukan, dan beralih mengambil nampan yang sudah berisi gelas minuman dingin."Lain kali leb
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 55"Bu, besok aku dan Mas Ilham mau ke Bandung, apa Ibu mau ikut?" tanya Anggita pada Bu Dira yang tengah mencuci tangannya di wastafel.Setelah dua bulan akhirnya Anggita dan Ilham memutuskan untuk pergi ke Bandung besok pagi, rencana yang pernah tertunda karena sebuah musibah yang tidak terduga menimpa keluarganya."Kalian saja yang pergi, Ibu di sini saja, nanti minta kakakmu untuk menemani Ibu di sini," jawab Bu Dira sambil duduk di kursi yang ada di pintu dapur, dan melihat Anggita menyendokkan nasi dan lauk ke dalam piring."Baik lah, Bu. Nanti aku akan memberitahu Kak Arini agar datang ke sini, tapi, ibu yakin tidak mau ikut? Sekali-kali keluar rumah gitu," tanya Anggita sekali lagi. Berharap ibunya mau ikut pergi ke rumah Ibu mertuanya."Ibu yakin, Ibu titip salam saja sama Ibu mertuamu, bilang ke Ibu mertuamu. Ibu tidak bisa duduk terlalu lama di dalam mobil, nanti hanya menyusahkan saja kalau Ibu ikut, kamu tidak lama 'kan, di sana?
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 54Author PoV."Baru bangun kamu? Kamu pasti pura-pura pingsan, kan? Supaya digendong sama mantan suamimu itu!" Arini sedikit kaget sekaligus bingung. Sebab, melihat suaminya alih-alih marah tanpa menanyakan keadaannya."Maksud kamu apa, Mas?" tanya Arini, dengan raut wajah kebingungan yang sangat jelas terlihat. Arini memijit pelipisnya seraya bangkit dari tempat tidur."Kalau mau balikan sama Jaya bilang sama aku. Jangan kayak gini caranya, ini sama saja kamu ingin menjatuhkan harga diriku sebagai seorang suami, aku cemburu saat tahu kamu diangkat oleh Jaya ke dalam kamar." Arini mendongak menatap Angga."Kamu tidak mengerti apa yang aku rasakan, Mas. Kamu tidak mengerti gimana rasanya diabaikan oleh anak-anak, simpan cemburumu itu," lirih Arini sambil bergerak turun dari ranjang. "Aku benar-benar tidak tahu kenapa aku bisa pingsan? Aku memang menyesali semuanya, tapi tidak untuk kembali kepada Mas Jaya, dan bercerai darimu." lanjut Arini."
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 53Ayam sudah selesai dipotong, kami beralih ke penjual ikan. Karena belanjaannya banyak, aku meminta jasa kuli panggul untuk membantu membawakan belanjaan kami."Bang, ikan yang ini lima kilo ya?" pinta Kak Irna dan meminta penjualnya untuk sekalian membersihkan ikan itu.Kak Irna melihatku sejenak, lalu wanita yang mempunyai tahi lalat diatas bibir itu mengukir senyum."Kamu kepikiran tentang nama Jasmin yang disebutkan Una tadi?" tanyanya sambil mengeluarkan uang dari dalam dompetnya, dan menyerahkan kepada abang-abang penjual ikan itu."Memangnya benar ya, Kak? Kalau Mas Ilham pernah hampir menikah?" "Semua orang punya kenangan masa lalu, jadi, jangan pernah mempertanyakan masa lalu mantan suamimu, ya? Sekarang, Ilham sudah menikah denganmu, dan sudah punya buah hati dari cinta kalian berdua. Masa lalu harus dibuang jauh-jauh, agar hidup akan terasa lebih bahagia dan sejahtera. Mengerti?" ucap Kak Irna."Mengerti, Kak." sahutku seraya men
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 52"Siapa dia, Anggita?" tanya Kak Arini yang keluar kamar, dan melihat seorang wanita yang tidak kukenal itu lekat."Aku tidak tahu, Kak. Datang-datang langsung rebahan di sofa," jawabku. "Malahan tanpa mengucapkan salam," lanjutku dan melihat ke arah pintu utama."Anggita.""Alhamdulillah, Ibu. Akhirnya sampai juga, kenapa lama sekali sampainya, Bu?" Kuhampiri Ibu mertua dan langsung memeluknya erat, lalu membalas mencium kedua pipinya dengan sayang, perlakuanku sama seperti yang ibu mertua lakukan kepada menantunya ini setiap kali bertemu."Hujan lebat sekali tadi, jadi kami memilih untuk menepi sampai hujan reda," jelas Ibu mertua. "Di mana ibumu?" tanyanya, dan celingukan mencari keberadaan ibuku."Di kamar, Bu. Masuk aja," jawabku. Ibu mertua meninggalkan kami semua dan masuk ke dalam kamar ibuku."Anggita, Kak Irna turut berduka atas meninggalnya saudaramu, maaf ya? Kami tidak sempat untuk datang tepat waktu, kami sampai setelah-" "Tid