KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 45"Ibu dan Lina kenapa ikut? Kan hanya kita yang pergi. Aku tidak mau ibu dan adikmu ini ikut!" Gina bersungut sembari memandang ke arah ibu mertua dan adik iparnya yang sudah berada di teras, yang masing-masing sudah memegang koper."Kami harus ikutlah, kalau tidak, siapa yang akan membayar sewa rumah ini dan menanggung biaya hidup kami sehari-hari? Aku hanya mempunyai satu saudara laki-laki, yaitu Mas Bram." Adik ipar Gina yang tidak pernah menyukainya pun menyahut dengan tatapan mata tajam menantang."Rumah sewa?" ucap Gina sambil memandang ke arah Bram. "Jelaskan, Mas! Apa yang dikatakan Lina barusan? Rumah ini bukan punya kalian?" lanjut Gina."Ya, kami di sini hanya kebetulan merantau, Angga yang membawa kami ke sini, makanya kami menyewa rumah ini," sahut Lina."Diam kamu! Aku tidak bertanya sama kamu!" bentak Gina marah."Santai aja kali, jangan bentak-bentak!" gerutu Lina sambil duduk di kursi bersilang kaki. Melihat Gina marah membu
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG BAB 46"Anak Ayah, sudah mandi, sudah wangi, sudah sarapan, sudah mimi cucu, waktunya bobo ya, Sayang." celoteh Mas Ilham. Aku tersenyum melihatnya berceloteh dengan malaikat kecil kami.Malaikat kecil yang sudah berusia tujuh bulan. Tujuh bulan telah berlalu dengan cepat bukan?Ibu mertuaku sudah pulang ke Bandung satu Minggu yang lalu. Di rumah ini, hanya ada aku, Mas Ilham, dan ibuku. Mbak Tuti dan Pak Udin sudah ikut kembali dengan ibu mertua ke Bandung. Karena aku lebih nyaman mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Itu sudah keputusanku.Setelah malaikat kecil kami tertidur di pangkuan suamiku, kini malaikat itu dipindahkan keatas ranjang. Setelah itu, suamiku membuka laci dan mengeluarkan buku dan pulpen. Besok sudah waktu baginya untuk berbelanja kebutuhan dapur, urusan kebutuhan dapur suamiku lah yang selalu mengurusnya. "Mas, kapan kita ke rumah ibumu? Kemarin bilangnya setelah aku melahirkan, sekarang 'kan usia anak kita sudah tujuh bula
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 47Kami memberitahu Ibu setelah hari pagi."Ya Allah, beneran ini, Anggita?" Ibu tampak syok mendengar penjelasanku, badannya terlihat gemetar dan langsung limbung, aku segera menahannya agar tidak jatuh."Ibu tenang, Mbak Gina sudah ditangani Dokter, bersiaplah, kita akan pergi ke rumah sakit." Mas Ilham membantu memapah ibu untuk duduk di sofa."Ibu pikir Mbakmu main-main," lirih Ibu yang sudah menangis. "Waktu Mbak Gina menelpon dan tiba-tiba ponselnya mati, itu ponselnya sudah direbut paksa sama begal, Mbak Gina sempat melawan namun berakhir dengan tangan-" Aku mengedipkan mata agar Mas Ilham tidak melanjutkan ucapannya."Ambilkan jilbab Ibu di kamar. Kita ke sana sekarang," ucap Ibu."Ibu di rumah sa-""Biar Ibu ikut, Dek." ucap Mas Ilham.Sebenarnya, aku takut Ibu kenapa-kenapa setelah melihat kondisi Mbak Gina."Baiklah, Bu. Sebentar." Aku beranjak untuk mengambilkan jilbab Ibu, dan menelpon nomor Kak Arini.______"Mbakmu memang bande
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 48PoV Author."Pelakunya sudah tertangkap, Bu. Ibu mau tahu siapa dalang dari kejadian yang menimpa Mbak Gina?" Arini membuka percakapan terlebih dulu, setibanya dia di dalam kamar rawat Gina."Ssstttt! Pelan-pelan ngomongnya. Mbakmu baru saja tidur, ayo, kita bicara di luar sana." Bu Dira beranjak menuju pintu, karena takut menganggu Gina yang baru saja memejamkan mata setelah semalaman bergadang karena kesakitan yang dirasakannya di bahu."Ibu mau tahu siapa dalang dari kejadian menimpa Mbak Gina ini?" tanya Arini, mereka berdua duduk di kursi yang ada di luar kamar rawat."Cepat ngomong siapa orangnya?" desak Bu Dira, tidak sabar."Pelakunya adalah mantan adik iparnya Mbak Gina, Bu. Lina namanya, dia melakukan semua itu pada Mbak Gina untuk membalas dendam," ungkap Arini."Ya Allah, kenapa membalas dendam kepada Mbakmu? Apa masalahnya? Bukannya setelah bercerai dari abangnya, semuanya terlihat baik-baik saja?" Bu Dira terkejut sambil menyu
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 49"Arini, mau ngapain? Kenapa pakaian kita kamu masukin ke dalam koper semua? Barang-barang kita kenapa dimasukin ke dalam kardus?" Angga bertanya dengan tatapan heran melihat Arini yang sudah siap berkemas. Tanpa meninggalkan satu barang apa pun di luar kardus."Kita akan pindah dari sini, Mas. Anggita memberikan kita tempat tinggal secara gratis di rumah kontrakannya, karena Mbak Gina dan Usman juga akan tinggal dengan kita di sana," jelas Arini sambil menyeret kopernya ke arah pintu keluar."Kita tetap di sini, biar Mbakmu dan Usman tinggal di rumah itu." Arini membalikkan badan untuk melihat Angga, satu alisnya terangkat sambil membawa langkah menuju ke arah Angga berdiri."Kenapa, Mas?""Aku tidak mau tinggal satu rumah dengan saudara-saudaramu, Arini. Mana enak, pasti tidak nyaman tinggal beramai-ramai dalam satu rumah, kamu saja tidak nyaman waktu tinggal di rumah ibuku," terang Angga, sambil menarik kursi kayu di sampingnya dan duduk.
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 50"Ibu!" panggil Usman. "Iya. Sebentar, Ibu ganti pakaian dulu." Setengah berteriak Bu Dira menyahut dari dalam kamar mandi. "Kamu dan Mbakmu turun saja duluan." ujar Bu Dira."Cepat lah, Bu! Tidak perlu mandi terlalu lama dan keluar sekarang, Bu." Dengan volume suara besar dan terdengar bergetar, Usman meminta Bu Dira untuk cepat keluar dari dalam kamar mandi."Iya, sebentar, ini Ibu sudah hampir siap." ucap Bu Dira sambil memakai jilbab instan dengan asal, tanpa melihat bahwa jilbab yang dikenakannya itu terbalik.Kriet!"Adikmu sudah datang 'kan? Kalau sudah, langsung saja bawa Mbakmu kebawah." ucap Bu Dira lagi seraya memasukkan pakaian kotor ke dalam kantong plastik.Usman langsung memeluk ibunya dengan isak tangis yang sudah tidak tertahankan lagi."Ada apa, Usman? Semenjak kamu pulang dari merantau, kamu menjadi cengeng sekali!" kekeh Bu Dira sambil mengusap bahu Usman."Ibu jangan terkejut, Ibu harus ikhlas." Bu Dira mengernyitkan da
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG BAB 51"Itu mobil jenazahnya sudah sampai," ucap salah satu ibu-ibu pelayat yang datang berkumpul ke rumah Anggita.Mereka semua bersama-sama datang ke rumah Anggita setelah mendengar pengumuman dari Masjid."Sabar Bu Dira, Anggita." Ita yang menggendong anaknya Anggita berucap sambil mengusap air matanya. Rasa sedih ikut dirasakan oleh semua orang yang mengenali Gina."Bu Rosa, saya sebagai ibunya Gina ..." Tidak mampu berkata Bu Dira menghela nafas sejenak sambil mengusap air matanya."Saya meminta maaf, maafkan Gina, maafkan segala kesalahannya selama di dunia," lanjut Bu Dira lirih sambil menggenggam tangan Bu Rosa.Bu Rosa datang ke rumah Anggita, setelah mendapatkan kabar meninggalnya Gina dari tetangga yang lainnya."Saya ingat betul kelakuan Gina semasa hidupnya. Banyak sekali buruknya daripada baiknya, sudah banyak menyakiti hati saya dan juga para tetangga yang pernah berselisih paham dengannya. Tapi, walau bagaimana pun juga, saya usah
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 52"Siapa dia, Anggita?" tanya Kak Arini yang keluar kamar, dan melihat seorang wanita yang tidak kukenal itu lekat."Aku tidak tahu, Kak. Datang-datang langsung rebahan di sofa," jawabku. "Malahan tanpa mengucapkan salam," lanjutku dan melihat ke arah pintu utama."Anggita.""Alhamdulillah, Ibu. Akhirnya sampai juga, kenapa lama sekali sampainya, Bu?" Kuhampiri Ibu mertua dan langsung memeluknya erat, lalu membalas mencium kedua pipinya dengan sayang, perlakuanku sama seperti yang ibu mertua lakukan kepada menantunya ini setiap kali bertemu."Hujan lebat sekali tadi, jadi kami memilih untuk menepi sampai hujan reda," jelas Ibu mertua. "Di mana ibumu?" tanyanya, dan celingukan mencari keberadaan ibuku."Di kamar, Bu. Masuk aja," jawabku. Ibu mertua meninggalkan kami semua dan masuk ke dalam kamar ibuku."Anggita, Kak Irna turut berduka atas meninggalnya saudaramu, maaf ya? Kami tidak sempat untuk datang tepat waktu, kami sampai setelah-" "Tid
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 60"Dek, ini Kak Arini." Mas Ilham menyerahkan ponselnya padaku."Gimana, apa sudah selesai? Kamu baik-baik saja 'kan, Kak? Sekarang ada di mana?" tanyaku yang langsung beruntun, sembari menatap saudaraku di layar ponsel.Akhirnya. Kak Arini menelpon lewat panggilan video. Setelah berjam-jam aku gelisah menunggu kabar. "Jangan cemas, aku sudah punya pengalaman dua kali melahirkan, semuanya baik-baik saja, keponakanmu juga sehat dan gemoy," imbuhnya, dan memperlihatkan bayinya yang tampak tidur di sampingnya. "Kakak lahiran normal di rumah," lanjutnya."Alhamdulillah, Kak. Aku sangat cemas, sampai-sampai tidak bisa makan karena memikirkanmu," kataku jujur. Memang itu adanya."Sekarang kamu makanlah, rasa khawatirmu sangat berlebihan, sana makan." ucapnya memberikan perintah."Besok jadi pulang 'kan?" Terdengar suara Ibu bertanya, lalu kamera ponsel Kak Arini mengarahkan pada Ibu yang duduk di sampingnya."Insyaallah jadi, Bu. Ibu sehat 'kan?"
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG BAB 59"Mas, siapa mereka semua?" tanyaku, sembari mengeluarkan putraku dari dalam mobil.Setelah itu, mataku tertuju kepada laki-laki dan dua perempuan yang berjalan semakin mendekat ke arah kami."Itu ayahnya Ilham. Ayah mertuamu." Ibu mertua berkata dengan suara yang sangat pelan."Ilham, apa kabar, Nak?""Alhamdulillah, Ilham baik. Ayah sendiri apa kabarnya?""Ayah baik. Kamu sudah menikah, tapi tidak memberitahu Ayah sama sekali, apa ini anakmu? Apa ini cucu Ayah?" Binar mata dan senyum bahagia terpancar jelas di wajah Ayah mertua. "Iya, ini anakku, cucu Ayah." sahut Mas Ilham, singkat."Ayah," panggilku sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Ayah mertua menyambutnya dengan baik, lalu aku beralih menyalami dua perempuan di sampingnya.Mas Ilham pernah bilang, kalau sudah lama tidak bertemu dengan ayahnya. Tapi, kenapa saat berhadapan langsung sikap mereka tampak biasa-biasa saja? Maksudku, tidak ada sama sekali adegan peluk-memeluk unt
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 58PoV Ilham."Ilham, kamu sama Malik tunggu di dalam sana saja. Pesan makanan apa saja. Biar Ibu sama Anggita ke sana sebentar, Ibu dan Anggita mau cari sesuatu." Ibu berbicara padaku sambil menunjuk ke arah toko pakaian wanita. Sudah jelas sesuatu yang sangat pribadi yang akan mereka cari."Pergilah, Ilham juga capek dari pagi keliling mal," sahutku sambil membawa langkah masuk ke dalam restoran cepat saji.Aku memesan makanan untuk kami makan siang. Sambil menunggu pesanan datang dan menunggu Ibu dan Anggita kembali. Kusempatkan untuk membawa putraku bermain perosotan yang tersedia di dalam restoran ini."Ilham," panggil seseorang dari belakangku.Aku membalikan badan melihat ke belakang, saat seseorang itu mendekat, aku langsung memberikan jarak. Wanita di depanku ini ingin meraih tanganku, namun kutepis dengan cepat.Ya. Siapa lagi kalau bukan Jasmin. Entah kenapa dia ada di sini? Apa dia mengikutiku sampai ke sini? Sungguh, tidak tahu ma
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG BAB 57Author PoV."Kenapa, Ilham? Apa yang membuatmu ingin pulang secepat ini? Bukannya kamu mau satu Minggu di sini?" tanya Bu Belinda dengan menatap Anggita dan Ilham bergantian. Bu Belinda terkejut dan heran, karena mendengar anak bungsunya yang tiba-tiba ingin pulang secepat itu."Mungkin, Ilham tidak suka kalau aku tetap berhubungan baik dengan kalian semua, Bu. Aku tidak ada bermaksud apa-apa, sungguh, aku hanya tidak bisa melupakan kalian semua, karena kita sudah seperti keluarga, kita bersama bertahun-tahun, mulai dari aku dan Ilham sekolah dan sampai saat kami hampir mau menikah, kenapa kamu tidak suka padaku, Ilham? Apa kamu masih sakit hati karena tidak jadi menikah denganku?" imbuh Jasmin dengan matanya yang terlihat berkaca-kaca. Sekilas dia menatap ke arah Anggita.Jasmin sengaja ingin membuat Anggita cemburu, dia pikir, dengan membuat Anggita mendengar ucapannya mengenai masa lalunya dengan Ilham, akan membuat Anggita marah karena
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 56"Kak, kenapa wanita itu ada di sini?" Kak Irna menoleh ke arahku, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit."Dia memang akrab dengan kedua kakak iparmu itu. Tapi, kamu tenang saja, kata Kak Titin. Jasmin sudah menikah. Dan aman dari plakor. Sudah, kamu jangan mikirin apa-apa ya?" bisik Kak Irna. "Kakak ini, kok bisa tahu sih kalau aku takut suamiku diambil pelakor? Syukur kalau Jasmin sudah menikah, aku pikir bakalan ada drama tentang ... hmm, sudahlah.""Jangan takut, adikku orangnya bisa menjaga mata dan hati. Insyaallah," kata Kak Irna sambil mengusap bahuku."Aamiin. Yang penting Jasmin sudah menikah. Oya, terimakasih atas kado yang Kak Irna beri padaku, aku suka." Aku memeluk Kak Irna sebentar, namun wanita yang kupeluk itu justru membalas memelukku lebih erat dan lama."Alhamdulillah kalau kamu suka. Sekarang, ayo kita ke depan." Kak Irna mengurai pelukan, dan beralih mengambil nampan yang sudah berisi gelas minuman dingin."Lain kali leb
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 55"Bu, besok aku dan Mas Ilham mau ke Bandung, apa Ibu mau ikut?" tanya Anggita pada Bu Dira yang tengah mencuci tangannya di wastafel.Setelah dua bulan akhirnya Anggita dan Ilham memutuskan untuk pergi ke Bandung besok pagi, rencana yang pernah tertunda karena sebuah musibah yang tidak terduga menimpa keluarganya."Kalian saja yang pergi, Ibu di sini saja, nanti minta kakakmu untuk menemani Ibu di sini," jawab Bu Dira sambil duduk di kursi yang ada di pintu dapur, dan melihat Anggita menyendokkan nasi dan lauk ke dalam piring."Baik lah, Bu. Nanti aku akan memberitahu Kak Arini agar datang ke sini, tapi, ibu yakin tidak mau ikut? Sekali-kali keluar rumah gitu," tanya Anggita sekali lagi. Berharap ibunya mau ikut pergi ke rumah Ibu mertuanya."Ibu yakin, Ibu titip salam saja sama Ibu mertuamu, bilang ke Ibu mertuamu. Ibu tidak bisa duduk terlalu lama di dalam mobil, nanti hanya menyusahkan saja kalau Ibu ikut, kamu tidak lama 'kan, di sana?
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 54Author PoV."Baru bangun kamu? Kamu pasti pura-pura pingsan, kan? Supaya digendong sama mantan suamimu itu!" Arini sedikit kaget sekaligus bingung. Sebab, melihat suaminya alih-alih marah tanpa menanyakan keadaannya."Maksud kamu apa, Mas?" tanya Arini, dengan raut wajah kebingungan yang sangat jelas terlihat. Arini memijit pelipisnya seraya bangkit dari tempat tidur."Kalau mau balikan sama Jaya bilang sama aku. Jangan kayak gini caranya, ini sama saja kamu ingin menjatuhkan harga diriku sebagai seorang suami, aku cemburu saat tahu kamu diangkat oleh Jaya ke dalam kamar." Arini mendongak menatap Angga."Kamu tidak mengerti apa yang aku rasakan, Mas. Kamu tidak mengerti gimana rasanya diabaikan oleh anak-anak, simpan cemburumu itu," lirih Arini sambil bergerak turun dari ranjang. "Aku benar-benar tidak tahu kenapa aku bisa pingsan? Aku memang menyesali semuanya, tapi tidak untuk kembali kepada Mas Jaya, dan bercerai darimu." lanjut Arini."
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 53Ayam sudah selesai dipotong, kami beralih ke penjual ikan. Karena belanjaannya banyak, aku meminta jasa kuli panggul untuk membantu membawakan belanjaan kami."Bang, ikan yang ini lima kilo ya?" pinta Kak Irna dan meminta penjualnya untuk sekalian membersihkan ikan itu.Kak Irna melihatku sejenak, lalu wanita yang mempunyai tahi lalat diatas bibir itu mengukir senyum."Kamu kepikiran tentang nama Jasmin yang disebutkan Una tadi?" tanyanya sambil mengeluarkan uang dari dalam dompetnya, dan menyerahkan kepada abang-abang penjual ikan itu."Memangnya benar ya, Kak? Kalau Mas Ilham pernah hampir menikah?" "Semua orang punya kenangan masa lalu, jadi, jangan pernah mempertanyakan masa lalu mantan suamimu, ya? Sekarang, Ilham sudah menikah denganmu, dan sudah punya buah hati dari cinta kalian berdua. Masa lalu harus dibuang jauh-jauh, agar hidup akan terasa lebih bahagia dan sejahtera. Mengerti?" ucap Kak Irna."Mengerti, Kak." sahutku seraya men
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 52"Siapa dia, Anggita?" tanya Kak Arini yang keluar kamar, dan melihat seorang wanita yang tidak kukenal itu lekat."Aku tidak tahu, Kak. Datang-datang langsung rebahan di sofa," jawabku. "Malahan tanpa mengucapkan salam," lanjutku dan melihat ke arah pintu utama."Anggita.""Alhamdulillah, Ibu. Akhirnya sampai juga, kenapa lama sekali sampainya, Bu?" Kuhampiri Ibu mertua dan langsung memeluknya erat, lalu membalas mencium kedua pipinya dengan sayang, perlakuanku sama seperti yang ibu mertua lakukan kepada menantunya ini setiap kali bertemu."Hujan lebat sekali tadi, jadi kami memilih untuk menepi sampai hujan reda," jelas Ibu mertua. "Di mana ibumu?" tanyanya, dan celingukan mencari keberadaan ibuku."Di kamar, Bu. Masuk aja," jawabku. Ibu mertua meninggalkan kami semua dan masuk ke dalam kamar ibuku."Anggita, Kak Irna turut berduka atas meninggalnya saudaramu, maaf ya? Kami tidak sempat untuk datang tepat waktu, kami sampai setelah-" "Tid