Share

Setelah Hangat

Author: Si Mendhut
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

BRUGH!  

"Ishhh!" desis Asta sesaat setelah tubuhnya terjungkal di lantai rumah tersebut.  

Beberapa detik kemudian, ia pun dengan cepat mengganti posisinya dan duduk di lantai sembari menatap ke arah laki-laki yang kini sedang berdiri tidak jauh darinya itu.

"Siapa yang mengajari kamu hal seperti itu?" tanya laki-laki yang sudah resmi menjadi suaminya itu dengan sebuah tatapan tajam menyertai kalimatnya.

Namun bukannya menjawab, kini Asta malah melengos dan menatap ke arah lain.

Suasana di ruangan itu pun langsung berubah sunyi selama beberapa saat. Cakra pun terus saja menatap ke arah Asta dengan ekspresi yang sama, ekspresi yang menggambarkan tuntutannya agar Asta menjawab pertanyaannya itu. Begitu juga dengan Asta yang masih kekeh menatap ke arah lain dan terlihat jelas kalau tak ingin menjawab pertanyaan tersebut.

"Hufff …." Akhirnya Asta pun menghela napas panjang dan kemudian berdiri dari tempatnya saat ini.  

Sesaat kemudian ia dengan santai melepas kemejanya yang kancingnya yang sudah terlepas semua itu.

"A-apa yang kamu lakukan?" tanya Cakra yang tentu saja terkejut dengan kelakuan gadis di hadapannya itu.

Dan dengan berani Asta menatap ke arah suaminya itu. "Aku melepas baju Kak, apa yang salah? Sebagai Kakak, harusnya kamu tidak masalah kan dengan ini kan? Apa lagi sebagai suami, harusnya kamu lebih tidak ada masalah lagi," jawabnya dengan tenang, tanpa getaran sedikit pun di dalam setiap kata yang keluar dari mulutnya itu.

"Tapi—"

"Sudah, aku capek Kak, aku mau tidur," potong Asta sambil meletakkan pakaiannya di bahunya dengan santai, seperti seorang kuli yang baru pulang kerja.  

Setelah itu ia pun berjalan dengan santai melewati Cakra, meninggalkan ruangan itu dan masuk ke dalam kamarnya dengan santai, seolah tak pernah terjadi apa pun sebelumnya.

         Beberapa menit berlalu. Setelah menatap Asta masuk ke dalam kamarnya, kini Cakra pun langsung duduk kembali ke sofa yang ada di dekatnya, tempat di mana adegan hangat yang baru saja dilaluinya bersama dengan istri kecilnya itu baru saja terjadi.

Cakra pun mengusap-usap wajahnya dengan kedua telapak tangannya sembari menghela napas panjang. "Astaga," ujarnya lalu menatap ke arah salah satu kancing baju milik Asta yang tercecer di lantai.

"Apa dia tidak sadar jika aku ini laki-laki normal," gumamnya yang merasakan gundukan di dalam celananya masih terasa mengeras akibat ulah istrinya tadi. "Entah apa yang terjadi jika tadi aku tidak bisa menahannya," imbuhnya lalu sekali lagi mengusap-usap wajahnya.

      Sementara itu di dalam kamar, saat ini Asta yang merasa seakan baru saja memenangkan pertempuran pun langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang kamar tersebut. Matanya menatap ke arah langit-langit kamar yang dihiasi plafon sederhana berwarna putih itu.

Sesaat kemudian ia mengarahkan pandangannya pada ukiran berbentuk sulur di pinggiran plafon yang bercat kuning emas itu sembari tersenyum lebar.  

"Rasakan itu," gumam Asta sembari mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah pinggiran plafon tersebut lalu menarik tangannya ke bawah sembari menggambar ukiran plafon tersebut di awang-awang.

Ia pun kembali mengingat-ngingat kejadian tadi, kejadian mendebarkan dan termasuk salah satu kelakuan nekat plus tak tahu malu yang pasti akan selalu ia ingat sepanjang hidupnya setelah ini. "Bagaimana bisa aku melakukan hal itu tadi," ucapnya, mengomentari dirinya sendiri.

 Tiba-tiba ia terdiam dan langsung memiringkan tubuhnya. "Jangan-jangan bukannya tertarik … tapi dia malah berpikir aku stres lagi. Duh!" Asta mengakhiri kalimatnya dengan membenturkan kepalanya di kasurnya saat ini.  

"Bisa bermasalah kalau Si Batako itu berpikir begitu," gumamnya lagi, lalu bangun dari posisinya saat ini.

Setelah itu Asta pun dengan cepat mengambil ponsel yang ada di dalam saku celananya.  

"Ernie … Ernie … Ernie," gumamnya saat mencari nama sahabatnya tersebut di dalam tumpukan chat yang ada di dalam pesan yang masuk ke dalam ponselnya.

"Nah!" ujarnya ketika mendapatkan daftar chat milik sahabatnya itu.   

Sebuah senyum mengembang pun langsung ia tunjukkan ketika ia melihat kalau sahabatnya tersebut sedang online. Sesaat kemudian dengan cepat ia mengambil earphone miliknya, lalu menghubungi sahabatnya tersebut.

*"Halo?" sapa suara laki-laki di dalam panggilan tersebut.*

*"Kak Der, di mana Ernie?" tanya Asta dengan cepat karena sudah hafal dengan suara laki-laki di dalam panggilan tersebut yang merupakan kakak laki-laki Ernie, sahabatnya.*

*"Ernie sedang cari sesuatu di toko," jawab Deri, kakak laki-laki Erni.*

*"Lama nggak, Kak?"*

*"Mana aku tahu. Oh iya, kata Mendes (julukan Ernie) kamu jadi menikah?" tanyanya tanpa basa-basi.*

*"Dih, kayaknya nggak percaya banget kalau aku sudah menikah," sahut Asta dengan santai.*

*"Aku nggak percaya jika ada yang mau menikahi gadis seperti kalian (Asta dan Ernie)," ucap Deri dengan santai.*

*"Dih, gitu banget. Kalau kita mah udah pasti laku, Kakak tuh yang nggak laku mangkanya jomblo terus. Dahlah, percuma ngomong sama Kakak. Ntar bilangin ke Ernie suruh telepon balik kalau udah pulang ya Kak," ucap Asta dengan nada manja.*

*"Ogah," jawab Deri*.

Tut-tut-tut! Tiba-tiba panggilan itu terputus begitu saja.

"Dih, dasar cowok rempong," gerutu Asta sambil menatap ke arah layar ponselnya yang kini gelap karena panggilan itu benar-benar telah berakhir.

Setelah itu ia pun melemparkan dengan pelan ponselnya tersebut di atas ranjang, lalu dengan santainya ia bangun dan mengambil baju tidur berwarna merah mudanya. "Apa besok aku ganti ini dengan lingerie saja ya," gumamnya sambil menatap baby doll di tangannya itu.

\*

Keesokan paginya.

        Seperti biasanya, Cakra adalah orang yang disiplin. Ia selalu bangun pagi setiap harinya di mana pun dia berada.

Tok-tok-tok! Ketukan di pintu kamar Asta juga adalah sesuatu yang wajib ia lakukan setelah selesai membersihkan tubuhnya.

"As, bangun!" ucap Cakra setengah berteriak, seperti yang selalu dilakukannya di rumah lama 

"Iya," sahut gadis di dalam kamar tersebut yang selalu saja masih belum bangun saat Cakra mengetuk pintu kamarnya.

"Asta, ayo!" teriak Cakra sekali lagi.

Mendengar teriakan kedua kalinya, akhirnya Asta pun dengan terpaksa membuka matanya. Setelah itu ia pun segera berjalan dan membuka pintu kamarnya karena tidak mau hal buruk terjadi, misalnya disiram menggunakan air dingin oleh laki-laki tersebut.

"Huahhh!" Asta menguap sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya di depan Cakra.

"Cepat mandi!" sentak Cakra.

"Mandi, untuk?" tanya Asta sembari menggaruk-garuk kepalanya dengan santai seperti yang selalu dilakukannya sejak kecil.

Lalu Cakra pun langsung berbalik badan dan berjalan menjauh sambil berkata, "Kalau kamu tidak segera membersihkan diri, jangan harap bisa makan pagi ini."

"Makan," gumam Asta yang masih mengantuk di tengah-tengah pintu kamarnya sembari mengedip-ngedipkan matanya yang makin lama semakin kembali terasa berat karena rasa kantuk yang intens.

Namun, tiba-tiba ….

THAKKK!  

Auuu! pekik Asta ketika sebuah

Related chapters

  • Suami Sekaku Batako   Warung Pinggir Jalan

    THAKKK! Auuu! pekik Asta ketika sebuah koin mengenai keningnya dan langsung membuat matanya terbuka lebar."Isssh!" desis Asta kesal ketika menatap koin yang kini masih berputar-putar di lantai tak jauh dari tempatnya berdiri."Jangan lama-lama!" Terdengar teriakan lagi dari laki-laki yang kini melangkah ke arah ruang tamu tersebut."Apa dia hilang ingatan, kenapa bisa memperlakukan aku seperti ini lagi. Dasar laki-laki freak," gerutu Asta lalu kembali masuk ke dalam kamarnya dan mengambil peralatan mandinya. Lima belas menit berlalu, dan kini Cakra masih menunggu Asta di ruang tamu rumah itu sembari menghentak-hentakkan kakinya karena mulai tak sabar menunggu istrinya itu."Ck, lama sekali," ucap Cakra ketika melihat Asta yang baru saja masuk ke ruang tamu tersebut.Asta yang dikomentari pun langsung

  • Suami Sekaku Batako   Ibu Muda Selingkuhan

    "Hei!" teriak Asta yang terkejut karena wanita paruh baya tersebut tiba-tiba saja menarik rambut ibu muda yang duduk di sampingnya."Apa kamu!" sentak wanita paruh baya tersebut sambil melotot pada Asta."Lepaskan dia!" Asta tentu tak mau kalah dan merasa benar-benar harus membela perempuan muda yang saat ini sedang memeluk erat anaknya sembari mempertahankan posisi duduknya agar tak terjatuh. Dan tanpa pikir panjang Asta langsung mengambil sebuah papan dan mengangkatnya tinggi-tinggi, ingin memukulkan papan tersebut pada wanita paruh baya di depannya. Namun tepat sebelum papan itu diayun ke arah kepala wanita paruh baya tersebut, tiba-tiba sebuah tangan menahannya.'Kok macet,' batin Asta yang merasa heran karena papan tersebut tak bisa digerakkan.  Sesaat kemudian ia pun menatap ke atas, dan menemukan sebuah telapak tangan dengan tanda lahir berwarna coklat sedang menahan kayu yang dipegangnya."Jangan sembarangan," ucap pe

  • Suami Sekaku Batako   Tempat Apa Sebelumnya

    Satu jam berlalu, kini Asta dan Cakra sudah kembali ke rumah sewa mereka."Aku tetap tidak habis pikir, bisa-bisanya ada orang tua setega itu pada anaknya," ujarnya sembari menghempaskan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tamu. "Dia itu baru tujuh belas tahun, tujuh belas tahun Kak," imbuhnya sambil menekan bagian akhir kalimatnya.Cakra yang masuk ke dalam rumah itu setelah Asta pun menutup pintu rumah tersebut sembari menyahut, "Kamu sudah tiga kali mengatakan kalimat ini."Jawaban datar dari Cakra langsung saja membuat Asta mendengus kesal. "Ngeselin," lirih Asta hampir tak terdengar.Setalah selesai menutup pintu utama rumah itu, kemudian Cakra pun ikut duduk di sofa sembari meletakkan barang belanjaan yang dibelinya tadi di dekatnya dan Asta. "Aku capek, bawa benda ini ke dapur," perintahnya sembari menyenderkan punggungnya di sofa tersebut agar lebih santai."Kok aku," protes Asta."Lalu siapa?" tanya Cakra sambil menoleh k

  • Suami Sekaku Batako   Om-om

    "Kamu siapa?" Laki-laki itu menatap tajam ke arah Cakra.Dan tanpa berkata apa pun lagi, Cakra dengan cepat menendang tubuh laki-laki paruh baya tersebut hingga laki-laki tersebut terjungkal ke belakang."Dancok!" Maki pelanggan lainnya sembari berdiri dan menatap tajam ke arah Cakra, terlihat jelas kalau ia tak terima dengan perlakuan Cakra pada temannya.Cakra pun membalas tatapan tajam tersebut dengan seringainya. "Aku pemilik tempat ini. Kamu bisa pergi sekarang, dan bawa orang ini," ujar Cakra sembari menunjuk ke arah laki-laki yang ditendangnya tadi.Mendengar kalau Cakra adalah pemilik tempat tersebut, orang itu pun tak berkata apapun lagi. Ia memilih untuk menolong temannya bangun dan membawanya meniggalkan tempat itu.Sementara dua laki-laki tersebut berjalan meninggalkan tempat itu, kini Cakra dan Asta sama-sama menatap ke arah dua pegawai tempat makan yang saat ini masih menundukkan wajahnya, tidak jauh dari tempat Cakra dan As

  • Suami Sekaku Batako   Sangat Buruk

    Waktu berlalu, hingga akhirnya sudah waktunya tempat makan tersebut tutup. Cakra yang sedari pagi terus sibuk mengurus berbagai hal, akhirnya menghela napas panjang di depan para karyawan yang tersisa setelah tadi pagi memecat para karyawan perempuan.Saat ini Cakra dan keempat karyawannya sedang berkumpul, duduk bersama di salah satu meja yang ada di dalam tempat itu."Kalian sudah melihat sendiri, saat ini karyawan di tempat ini hanya tinggal kalian." Cakra memulai pembicaraan itu.Mendengar hal itu, ketiga karyawan yang bertugas melayani pelanggan pun langsung mengangguk menanggapi perkataan Cakra. Sedangkan Pak Harto yang bekerja sebagai juru masak pun hanya diam saja, seolah acuh dengan hal itu."Aku mengumpulkan kalian saat ini karena ingin tahu dengan jelas seperti apa tempat ini sebelumnya, termasuk tentang jasa yang para karyawan perempuan tadi pagi," ujarnya sembari mengarahkan pandangannya pada keempat orang tersebut secara bergantian.

  • Suami Sekaku Batako   Laki-laki Gaje

    Sementara itu di tempat Asta."Lumayan juga," gumamnya sembari duduk di sebuah kursi dengan segelas minuman di tangannya. Saat ini di sekitar Asta terdengar musik dengan beat yang cukup cepat, hingga pemandangan orang-orang menari bersama, bercampur baur menghiasi ruangan tersebut.Asta pun menghentak-hentakkan kakinya dengan lembut, menikmati musik yang terasa sesuai dengan seleranya sembari menikmati pemandangan yang memang biasa ia lihat di tempat sejenis itu.Hingga tiba-tiba terasa ponsel di dalam sakunya bergetar. Ia yang saat ini sedang menikmati cocktail di tangannya pun dengan santai mengambil ponsel tersebut dengan tangan kirinya. Dan ketika ia menatap layar ponselnya, sebuah senyum pun langsung mengembang di bibirnya."Benarkan, mangkannya jadi orang jangan sombong," ucapnya sembari terus menatap layar ponselnya tersebut.Setelah mengatakan kalimatnya, Asta pun dengan santai mereject panggilan tersebut. Kemudia

  • Suami Sekaku Batako   Bidadari Kesasar

    "Ini minumannya," ucap Bartender yang tadi sempat berdehem itu.Lalu Satria pun dengan cepat mengambil dua gelas cocktail pesanannya dan membaginya dengan Asta. "Terima kasih," ujarnya dengan santai."Siap Bos," sahut Bartender tersebut sambil mengangkat tangannya, menunjukkan keakraban di antara mereka.Setelah itu Satria pun langsung mengangkat gelasnya dan menyesap minuman tersebut."Kamu sering datang ke sini?" tanya Asta yang mulai penasaran dengan laki-laki di depannya tersebut."Tidak juga," jawabnya singkat sambil meletakkan kembali gelas minumannya di meja. "Kenapa, kamu kepo ya?" tanyanya sembari mengangkat kedua alisnya beberapa kali.Tingkah Satria yang terlihat jelas mencoba mengajak Asta tersebut, nyatanya bukan membuat Asta tertawa tapi malah membuat gadis di depannya itu berekspresi aneh."Garing," tukas Asta lalu mengalihkan pandangannya pada orang-orang yang sedang menari bersama di ruangan itu.

  • Suami Sekaku Batako   Ogah Pulang

    Setelah berdebat cukup lama, akhirnya Asta pun pulang bersama dengan Satria, berboncengan naik motor miliknya."Kenapa tidak kamu angkat?" tanya Satria karena sepanjang perjalanan mereka, ponsel milik Asta terus berdering."Tidak perlu," tukas Asta sembari terus menatap ke arah jalanan yang ada di depan mereka.Satria pun menghela napas panjang. "Sebentar lagi kita akan sampai rumah kamu, kalau kamu angkat bukannya akan leb—""Justru karena sebentar lagi sampai, jadi untuk apa aku angkat," potong Asta. "Melakukan sesuatu yang sia-sia itu namanya kurang kerjaan," imbuhnya."Ya-ya-ya, terserah kamu lah."Kemudian Satria pun menambah kecepatan motornya agar mereka bisa lebih cepat sampai di rumah.Sepuluh menit berlalu, akhirnya mereka pun sampai di halaman rumah Satria. Setelah itu Satria pun segera turun dari motornya, sedangkan Asta terlihat masih enggan turun dari sana."Kenapa, mau aku gendong?" goda Satria sa

Latest chapter

  • Suami Sekaku Batako   Ciuman Tanpa Amarah

    "Lalu apa jawaban yang tepat?" Tanya Cakra sambil menatap langsung mata Asta. Dia dengan lembut meraih belakang kepala Asta, dan kemudian membawa wajah mereka semakin mendekat satu sama lain. Hingga setelah beberapa saat akhirnya Cakra mengecup lembut bibir Asta. Ciuman itu membuat tubuh Asta benar-benar kaku.'Gila, ini bukan karena marah dan ini juga bukan sedang mimpi, dia benar-benar nyium aku,' batin Asta yang saat ini hanya mengedipkan matanya beberapa kali tanpa bereaksi apa pun terhadap ciuman Cakra.Hingga ...Tiiiit! Suara bel dari mobil lain yang ada di belakang mobil Cakra membuat Asta langsung mendorong tubuh Cakra.Ishhh! Desis Cakra karena bagian belakang kepalanya terbentur body mobil. "Maaf," ucap Aska sambil meringis melihat ekspresi wajah Cakra. "Cepet injak gasnya orangnya udah ngamuk-ngamuk," imbuh Asta sambil menatap ke arah belakang dan melihat orang yang ada di dalam mobil di belakang mereka saat ini baru saja keluar dari mobil.Cakra pun segera kembali ke

  • Suami Sekaku Batako   Minta Nomor

    Setelah turun dari mobil Asta langsung menarik tangan laki-laki yang saat ini ada di dekatnya. Dia membawa laki-laki itu menjauh dari mobil."Kamu gila, ngapain kamu di sini?" tanya Asta sambil menatap tajam laki-laki yang ada di depannya."Sat, kamu jangan macam-macam, deh." Asta mengatakan hal itu sambil melepaskan lengan Satria. "Kamu kan tahu gimana galaknya Kak Cakra, Kamu sengaja ingin membuat aku kena marah terus."Sesaat kemudian Satria mengeluarkan ponselnya dan kemudian menyodorkan ponsel itu kepada Asta. "Apa?" Tanya Asta sambil menatap ke arah ponsel milik Satria. "Tulis nomor HP kamu," pinta Satria sambil terus menyodorkan ponselnya kepada Asta."Untuk apa?" tanya Asta sambil beralih kembali menatap mata Satria dengan dahi yang mengernyit."Tentu saja untuk menghubungi kamu, emangnya untuk apa lagi," jawab Satria sambil meraih tangan kanan Asta dan kemudian meletakkan ponselnya di atas tangan Asta. "Jika kamu tidak mau memberikan nomor ponselmu, maka aku akan berjal

  • Suami Sekaku Batako   Jadi Tukang Jahit?

    "Mama mendengar kalau ada masalah dengan tempat yang dijadikan sebagai tantangan oleh Papamu," jawab Nyonya shassy dengan nada bicara yang terdengar jelas kalau dia sedang khawatir. Asta kembali menatap ke arah Raka yang saat ini sedang berbicara dengan Pak Harto. "Memang ada masalah, Ma. Tapi kakak sudah menyelesaikan semuanya," jawabnya lalu menghela napas panjang. "Apakah kamu tidak berbohong pada Mama?" Tanya Nyonya Shassy dengan cepat. Sebuah senyum kecil muncul di bibir Asta ketika mengingat kejadian di balai desa. "Iya Ma, Asta tidak bohong. Mama tenang saja semuanya di sini masih baik-baik saja," jawabnya untuk meyakinkan ibunya yang pasti selalu mengkhawatirkannya. "Lalu, apakah kamu sudah makan?" Tanya Nyonya Shassy."Sudah, pokoknya Mama tenang saja aku baik-baik saja di sini. Makanan juga ada di mana-mana jadi Mama tidak perlu khawatir. Sekarang Asta tutup dulu teleponnya karena Asta mau pergi ke toko kain, oke?" Ucap Asta dengan perlahan dan membuat kalimatnya terdeng

  • Suami Sekaku Batako   Sanggahan Cakra

    Asta pun langsung berbalik menatap ke arah Cakra. "Kamu yang melakukan ini?" tanyanya sambil nunjuk ke arah tanda cupang di tulang selangkanya.Cakra yang masuk ke dalam kamar itu dengan tergesa-gesa pun langsung mengganti ekspresi wajahnya. "Jangan konyol," sahutnya ringan."Apa maksudnya konyol?" Asta tak terima dengan perkataan Cakra. "Aku tahu jelas ini bekas ciuman, tidak mungkin bentuk begini karena digigit nyamuk."Cakra menghela napas panjang lalu melangkah ke arah lemari yang ada di kamar itu. "Mungkin kamu terbentur sesuatu," elaknya sambil mengambil pakaiannya dari dalam benda benda persegi panjang tersebut.Namun, di sela-sela gerakannya dia sempat melirik ke arah Asta yang saat ini sibuk dengan bekas merah di tulang selangkanya dan melupakan handuk kecil yang tak begitu bisa menutupi tubuhnya.'Jika yang di sini bukan aku, pasti laki-laki itu sudah memakan Asta sampai habis,' batin Cakra sambil mengalihkan pandangannya. Dia mencoba sebisa mungkin menahan hasrat yang tentu

  • Suami Sekaku Batako   Handuk Kekecilan

    Pada akhirnya, malam ini Asta terpaksa tidur di kursi ruang tamu karena dia bersikeras tak mau tidur sekamar dengan Cakra. Sedangkan kamarnya … setelah Cakra mengambil semua barang-barang Asta, akhirnya Cakra mengunci pintu kamar tersebut."Aku benar-benar tidak pernah berpikir akan ada hari seperti hari ini," gumam Asta sambil menatap ke arah langit-langit ruang tamu tersebut.'Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Apa aku besok kembali ke Jakarta saja ya,' batin Asta dengan mata yang mulai terasa berat.Setelah itu pada akhirnya Asta pun tertidur karena saat itu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sementara itu saat ini Cakra sedang menatap ke langit-langit kamarnya. Dia mencoba mengingat semua hal yang dia lakukan hari ini."Asta," desahnya yang tak bisa merasa tenang jika sudah menyangkut wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya sejak dia kecil itu.'Apa yang harus aku lakukan? Apa lebih baik aku mengatakan yang sebenarnya tentang syarat dari Papa,' batin C

  • Suami Sekaku Batako   Kamu Cemburu?

    "Aku bilang … aku lupa mematikan kompor!" teriak Asta tiba-tiba sambil menendang perut Cakra, hingga membuat Cakra mundur beberapa langkah.Dan tanpa berpikir panjang, Asta pun berlari keluar dari kamar tersebut dan kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri.Sedangkan Cakra saat ini sedang mengelus perutnya. "Dia benar-benar menendangku," gumamnya.Setelah itu Cakra pun keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur untuk mengecek apakah benar kompor di dapur benar-benar masih menyala. Akan tetapi, benar saja yang dia temukan adalah kompor yang mati. Bahkan tidak ada apa pun di atas kompor tersebut."Asta!" panggil Cakra yang tidak melihat istrinya di sana. Sementara itu, saat ini Asta tengah duduk di ranjang kamarnya. Dia membuka sedikit celananya dan memastikan semuanya."Gila, aku benar-benar lepas," gumamnya sambil menutup kembali celananya.Setelah itu Asta menatap ke arah langit-langit kamarnya. Dia menyentuh bibirnya dengan perlahan. "Dia benar-benar menciumiku, kasar lagi," uca

  • Suami Sekaku Batako   Hukuman

    Setengah jam berlalu. Saat ini Asta yang sudah sampai di rumah pun segera meletakkan barang belanjaannya di meja dapur. Ia bernyanyi kecil sembari menyiapkan bahan masakannya."Jangan pernah kau sakiti aku lagi, cobalah untuk leng—""Sepertinya kamu sedang senang?" tanya Cakra yang tiba-tiba masuk ke dapur. "Biasa saja," jawab Asta sembari berbalik untuk mengambil pisau di dekat rak piring.Cakra kemudian dengan tenang duduk di kursi yang ada di sana. "Kamu ke mana saja tadi?" tanyanya.'Huh, sudah kusiapkan untuk ini,' batin Asta."Belanja bahan makanan, ke mana lagi," jawabnya dengan ringan."Belanja bahan makanan lebih dari satu jam?" tanya Cakra lagi.Asta pun menghela napas panjang. "Belanja kan harus milih," sahutnya masih dengan sikap tenang."Oh iya, nanti kamu kirimkan makanan ke tetangga sebelah," ucap Cakra dengan nada datar.Langsung saja Asta menoleh. "Maksud kamu ke tempat Satria?" 'Kalau benar-benar untuk mereka, ini pasti ada yang tidak beres.' Asta

  • Suami Sekaku Batako   Pendapat Satria

    "Iya kamu," sahut Satria sembari duduk di dekat Asta dan kemudian menyenderkan punggungnya di bangku tersebut. "Kamu sendiri yang menolak ajakanku. Jadi tentu saja aku terpaksa melakukan itu.""Otak kamu isinya apa?" Satria pun menoleh dan menjawab, "Cukup banyak." "Hiss …," desisan disertai ekspresi masam pun muncul di wajah Asta yang benar-benar seperti kehilangan akal menghadapi pemuda di sampingnya itu."Kenapa lagi, apa aku salah menjawab lagi?" seloroh Satria sembari menatap seorang laki-laki yang sedang berjalan ke arah mereka membawakan dua gelas pesanannya."Tidak," tukas Asta sembari menoleh kembali pada Satria. "Oh, iya aku mau bicara serius dengan kamu, baga—""Iya, aku menyukai kamu. Jadi kapan kita jadian?" Satria memotong ucapan Asta dengan seenaknya sendiri."Sembarangan." Asta membulatkan matanya. "Aku ini ingin bertanya sesuatu yang penting.""Apa?""Dari mana kamu tahu kalau aku tidak jadi bertunangan dan bahkan sudah menikah?" tanya Asta dengan ekspresi yang beru

  • Suami Sekaku Batako   Curhat Pada Ernie

    Asta yang baru saja masuk ke dalam rumah pun langsung melangkah ke kamarnya. Ia segera merebahkan tubuhnya di ranjang setelah menutup pintu kamarnya."As!" panggil Cakra sembari mengetuk pintu kamar tersebut cukup keras."Apa lagi sih," gerutu Asta yang semakin dalam membenamkan wajahnya ke bantal.Klak! Pintu kamar tersebut terbuka."Kamu sedang apa?" Cakra yang saat ini berada di tengah pintu kamar tersebut kini menatap aneh ke arah Asta yang masih tengkurap di atas ranjang."Tidur," jawab Asta tanpa mengganti posisinya."Ck," decak kesal Cakra ketika mendapat jawaban yang tak sesuai di pikirannya. "Duduk! Aku ingin bertanya sesuatu pada kamu.""Satria?" Asta menyahut tanpa menoleh sedikit pun."..." Cakra diam selama beberapa saat karena tebakan istrinya itu benar adanya dan itu membuatnya merasa sedikit aneh. "Ada hubungan apa kamu dengan dia?" Mendengar hal itu Asta pun bangun dari posisinya dan duduk bersila menatap Cakra. "Kamu cemburu?""Kamu tahu kan, aku tidak

DMCA.com Protection Status