Share

Bidadari Kesasar

Penulis: Si Mendhut
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ini minumannya," ucap Bartender yang tadi sempat berdehem itu.

Lalu Satria pun dengan cepat mengambil dua gelas cocktail pesanannya dan membaginya dengan Asta. "Terima kasih," ujarnya dengan santai.

"Siap Bos," sahut Bartender tersebut sambil mengangkat tangannya, menunjukkan keakraban di antara mereka.

Setelah itu Satria pun langsung mengangkat gelasnya dan menyesap minuman tersebut.

"Kamu sering datang ke sini?" tanya Asta yang mulai penasaran dengan laki-laki di depannya tersebut.

"Tidak juga," jawabnya singkat sambil meletakkan kembali gelas minumannya di meja. "Kenapa, kamu kepo ya?" tanyanya sembari mengangkat kedua alisnya beberapa kali.

Tingkah Satria yang terlihat jelas mencoba mengajak Asta tersebut, nyatanya bukan membuat Asta tertawa tapi malah membuat gadis di depannya itu berekspresi aneh.

"Garing," tukas Asta lalu mengalihkan pandangannya pada orang-orang yang sedang menari bersama di ruangan itu.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Sekaku Batako   Ogah Pulang

    Setelah berdebat cukup lama, akhirnya Asta pun pulang bersama dengan Satria, berboncengan naik motor miliknya."Kenapa tidak kamu angkat?" tanya Satria karena sepanjang perjalanan mereka, ponsel milik Asta terus berdering."Tidak perlu," tukas Asta sembari terus menatap ke arah jalanan yang ada di depan mereka.Satria pun menghela napas panjang. "Sebentar lagi kita akan sampai rumah kamu, kalau kamu angkat bukannya akan leb—""Justru karena sebentar lagi sampai, jadi untuk apa aku angkat," potong Asta. "Melakukan sesuatu yang sia-sia itu namanya kurang kerjaan," imbuhnya."Ya-ya-ya, terserah kamu lah."Kemudian Satria pun menambah kecepatan motornya agar mereka bisa lebih cepat sampai di rumah.Sepuluh menit berlalu, akhirnya mereka pun sampai di halaman rumah Satria. Setelah itu Satria pun segera turun dari motornya, sedangkan Asta terlihat masih enggan turun dari sana."Kenapa, mau aku gendong?" goda Satria sa

  • Suami Sekaku Batako   Sepi

    "Auuu!" pekik Satria ketika tangan laki-laki yang selalu dipanggilnya kakak itu dengan cepat menarik telinganya.Dan setelah itu mereka pun masuk ke dalam rumah bersama sembari terus bercanda.\*\*Di rumah Cakra.Sementara di rumah Satria, Satria dan Rendra sedang bercanda dan tertawa bersama. Saat ini di rumah sewa Cakra, Cakra sedang berada di depan pintu kamar Asta."As, buka pintunya!" ucap Cakra sambil terus mengetuk pintu kamar wanita yang sudah resmi dinikahinya itu.Sedangkan saat ini, Asta yang ada di dalam kamar tersebut sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil menutupi telinganya dengan bantal. "Nggak akan," ucap Asta lirih sambil terus memegangi bantal yang ia gunakan untuk meredam suara tersebut.Dan setelah cukup lama Cakra mengetuk-ngetuk pintu kamar tersebut, kemudian sebuah ultimatum pun keluar dari bibirnya. "Kalau kamu tidak membuka kamar ini, akan aku dobrak. Dan jangan harap kamu bisa terus ting

  • Suami Sekaku Batako   Jadi Begitu

    "Hai Bidadari Nyasar, tumben pagi gini udah keluar?"Sebuah sapaan yang awalnya enak didengar, namun berakhir menjengkelkan itu pun langsung membuat Asta mendengus kesal. Sesaat kemudian ia berganti menyipitkan matanya ke arah laki-laki yang baru menyapanya itu."Kenapa?" tanya laki-laki tersebut sambil mengerutkan keningnya."Nggak," tukas Asta sambil melengos, lalu lanjut menaiki motor tukang ojek pesanannya itu.Laki-laki itu pun langsung berkomentar, "Dasar aneh.""Sat, diem ya. Jangan bikin hariku makin suram," sahut Asta sembari menunjuk wajah Satria dengan tatapan mengancam.Bukannya kesal, saat ini Satria malah tersenyum manis ke arah Asta. "Aku? Mana mungkin aku bikin hari kamu suram. Yang ada kamu itu harus bersyukur, karena pagi begini udah ngelihat wajah tampan pembawa keberuntungan milikku," ujarnya lalu mengedipkan sebelah matanya, mencoba menggoda Asta.Asta pun langsung berekspresi aneh untuk menanggapi kalima

  • Suami Sekaku Batako   Pelit

    Setelah selesai berdiskusi dengan Aris dan menyusun semua hal yang berhubungan dengan tempat makan yang dikelolanya, kemudian Cakra dan semua orang meninggalkan rumah makan tersebut.\*Di dalam mobil."Hufff ...." Cakra menghela napas panjang sembari terus menatap ke arah depan, berkonsentrasi pada jalanan yang dilewatinya.Kemudian ia mengambil ponselnya dan juga memasang handsfree ke telinganya.Setelah beberapa saat mengutak-atik kedua perangkat tersebut, akhirnya ia pun menghela napas panjang dan kembali berkonsentrasi pada jalanan sembari mendengarkan suara di dalam handsfree-nya."Di mana anak itu," gumamnya ketika panggilannya ke nomer Asta tak juga diangkat.Beberapa kali Cakra terus mencoba menghubungi Asta, hingga akhirnya ...."Halo," ujar Cakra ketika panggilan tersebut akhirnya diangkat."Hem," sahutan singkat dari dalam panggilan tersebut."Kamu di mana sekarang?"Namun bukannya jawaba

  • Suami Sekaku Batako   Astara Zeiva Brahmanto

    Saat ini Asta tengah berdiri di depan salah satu gerai yang menjual minuman di dalam mall tersebut."Huff ...." Asta menghela napas panjang sembari menghentak-hentakkan ringan kakinya ketika menunggu pesanannya."Anda bisa duduk dulu Mbak sambil menunggu kopinya," ucap pemuda berwajah manis yang tadi mencatat pesanan Asta.Namun sebuah senyuman hangat dari pemuda berwajah manis tersebut tak bisa meluluhkan kekesalan hati Asta karena sudah menunggu pesanannya lebih dari lima belas menit. "Duduk di mana?" sergah Asta tanpa menoleh sedikit pun ke arah meja dan bangku-bangku yang sudah penuh dengan pelanggan lainnya."Baiklah, kalau begitu mohon bersabar, tunggu sebentar lagi," ujar pemuda tersebut mencoba untuk terus ramah."Iya," sahut Asta dengan ketus.Asta pun mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya untuk menemani dirinya menunggu pesanannya.Dan ketika ia membuka ponselnya, matanya membulat menatap ke arah layar ponsel tersebut."Ck-ck-ck." Decaka

  • Suami Sekaku Batako   Aku Sudah Dewasa

    Saat ini ekspresi wajah Cakra terlihat kaku karena harus menahan rasa sakit di kakinya.'Berani sekali anak ini,' batin Cakra sembari menarik kakinya dari injakkan Asta.Sedangkan Asta terlihat terus tersenyum sambil menatap wanita di depannya dan mendengarkan kata-kata bijak dari wanita itu dengan sok penuh perhatian.Cukup lama kata-kata bijak itu keluar dari bibir wanita yang saat ini menggunakan seragam petugas mall tersebut, hingga akhirnya wanita tersebut mengkhiri semua ceramahnya dengan menatap ke arah Cakra sambil berkata, "Benar kan Mas?" tanyanya seolah mencari pembenaran dari semua ceramahnya.Dan tentu saja Cakra pun langsung menjawab pertanyaan tersebut dengan kata 'benar', karena memang semua kalimat yang dikatakan oleh wanita tersebut adalah sesuatu yang benar dan mengarah pada kebaikan Asta.Namun berbeda dengan Cakra yang menanggapi hal itu dengan positif, Asta memilih menghela napasnya lalu berdiri dari kursi yang didud

  • Suami Sekaku Batako   Berdarah

    "Awas!" teriak Cakra sembari berlari secepat mungkin ke arah Asta yang saat ini masih berjalan dengan santai.\*Brugh!"Akhh!" pekik Cakra ketika ia dan Asta jatuh bersamaan. Tubuhnya menjadi bantalan ketika tubuhnya dan Asta sama-sama menghantam bagian belakang mobil mereka.Asta yang kini berada di dalam pelukan Cakra pun langsung mendongak. "Kak," ucapnya ketika mendengar pekikan tersebut.Ssst! Terdengar rem mobil yang hampir saja menabrak Asta tadi."Hei!" teriak Asta pada pengendara mobil yang saat ini sedang melongokkan kepalanya dari jendela mobil menatap ke arah Asta dan Cakra.Namun bukannya turun, pengendara mobil itu malah mengendarai mobilnya dengan cepat meninggalkan tempat tersebut."Sialan!" teriak Asta ke arah mobil tersebut.Kemudian ...."Ishhh." Sebuah desisan muncul dari bibir Cakra diiringi dengan bibirnya yang meringis menahan sakit.Sontak saja Asta pun langsung beranjak

  • Suami Sekaku Batako   Tidak Jadi Janda

    "Itu, kondisi Mas-nya ini tidak begitu baik." terang Dokter yang berdiri di samping Asta.Asta pun langsung kembali menatap ke arah Cakra. "Lukamu infeksi Kak? Apa ada yang patah?" tanyanya sembari membuka kancing kemeja Cakra karena khawatir."Bukan, bukan seperti itu," sahut Dokter sembari tersenyum melihat kelakuan Asta tersebut.Mendengar hal itu, Asta langsung menghentikan gerakan tangannya. Ia kemudian berbalik, "Lalu dia kenapa Dok? Apa ada penyakit serius? Apa sisa umurnya tidak banyak? Perlu kemo?" Cerocosnya.Dokter itu pun langsung terkekeh, begitu juga perawat yang berdiri tak jauh dari dokter tersebut."Kok malah ketawa, ada apa dengan dia, Dok?"Sesaat kemudian, dokter tersebut melirik ke arah Cakra, dan Cakra pun dengan cepat mengangguk menanggapi tatapan dokter tersebut."Luka Mas Cakra ini cukup dalam," ucap Dokter itu sembari menatap Asta dengan tatapan serius. Kemudian dokter tersebut berganti mengarah

Bab terbaru

  • Suami Sekaku Batako   Ciuman Tanpa Amarah

    "Lalu apa jawaban yang tepat?" Tanya Cakra sambil menatap langsung mata Asta. Dia dengan lembut meraih belakang kepala Asta, dan kemudian membawa wajah mereka semakin mendekat satu sama lain. Hingga setelah beberapa saat akhirnya Cakra mengecup lembut bibir Asta. Ciuman itu membuat tubuh Asta benar-benar kaku.'Gila, ini bukan karena marah dan ini juga bukan sedang mimpi, dia benar-benar nyium aku,' batin Asta yang saat ini hanya mengedipkan matanya beberapa kali tanpa bereaksi apa pun terhadap ciuman Cakra.Hingga ...Tiiiit! Suara bel dari mobil lain yang ada di belakang mobil Cakra membuat Asta langsung mendorong tubuh Cakra.Ishhh! Desis Cakra karena bagian belakang kepalanya terbentur body mobil. "Maaf," ucap Aska sambil meringis melihat ekspresi wajah Cakra. "Cepet injak gasnya orangnya udah ngamuk-ngamuk," imbuh Asta sambil menatap ke arah belakang dan melihat orang yang ada di dalam mobil di belakang mereka saat ini baru saja keluar dari mobil.Cakra pun segera kembali ke

  • Suami Sekaku Batako   Minta Nomor

    Setelah turun dari mobil Asta langsung menarik tangan laki-laki yang saat ini ada di dekatnya. Dia membawa laki-laki itu menjauh dari mobil."Kamu gila, ngapain kamu di sini?" tanya Asta sambil menatap tajam laki-laki yang ada di depannya."Sat, kamu jangan macam-macam, deh." Asta mengatakan hal itu sambil melepaskan lengan Satria. "Kamu kan tahu gimana galaknya Kak Cakra, Kamu sengaja ingin membuat aku kena marah terus."Sesaat kemudian Satria mengeluarkan ponselnya dan kemudian menyodorkan ponsel itu kepada Asta. "Apa?" Tanya Asta sambil menatap ke arah ponsel milik Satria. "Tulis nomor HP kamu," pinta Satria sambil terus menyodorkan ponselnya kepada Asta."Untuk apa?" tanya Asta sambil beralih kembali menatap mata Satria dengan dahi yang mengernyit."Tentu saja untuk menghubungi kamu, emangnya untuk apa lagi," jawab Satria sambil meraih tangan kanan Asta dan kemudian meletakkan ponselnya di atas tangan Asta. "Jika kamu tidak mau memberikan nomor ponselmu, maka aku akan berjal

  • Suami Sekaku Batako   Jadi Tukang Jahit?

    "Mama mendengar kalau ada masalah dengan tempat yang dijadikan sebagai tantangan oleh Papamu," jawab Nyonya shassy dengan nada bicara yang terdengar jelas kalau dia sedang khawatir. Asta kembali menatap ke arah Raka yang saat ini sedang berbicara dengan Pak Harto. "Memang ada masalah, Ma. Tapi kakak sudah menyelesaikan semuanya," jawabnya lalu menghela napas panjang. "Apakah kamu tidak berbohong pada Mama?" Tanya Nyonya Shassy dengan cepat. Sebuah senyum kecil muncul di bibir Asta ketika mengingat kejadian di balai desa. "Iya Ma, Asta tidak bohong. Mama tenang saja semuanya di sini masih baik-baik saja," jawabnya untuk meyakinkan ibunya yang pasti selalu mengkhawatirkannya. "Lalu, apakah kamu sudah makan?" Tanya Nyonya Shassy."Sudah, pokoknya Mama tenang saja aku baik-baik saja di sini. Makanan juga ada di mana-mana jadi Mama tidak perlu khawatir. Sekarang Asta tutup dulu teleponnya karena Asta mau pergi ke toko kain, oke?" Ucap Asta dengan perlahan dan membuat kalimatnya terdeng

  • Suami Sekaku Batako   Sanggahan Cakra

    Asta pun langsung berbalik menatap ke arah Cakra. "Kamu yang melakukan ini?" tanyanya sambil nunjuk ke arah tanda cupang di tulang selangkanya.Cakra yang masuk ke dalam kamar itu dengan tergesa-gesa pun langsung mengganti ekspresi wajahnya. "Jangan konyol," sahutnya ringan."Apa maksudnya konyol?" Asta tak terima dengan perkataan Cakra. "Aku tahu jelas ini bekas ciuman, tidak mungkin bentuk begini karena digigit nyamuk."Cakra menghela napas panjang lalu melangkah ke arah lemari yang ada di kamar itu. "Mungkin kamu terbentur sesuatu," elaknya sambil mengambil pakaiannya dari dalam benda benda persegi panjang tersebut.Namun, di sela-sela gerakannya dia sempat melirik ke arah Asta yang saat ini sibuk dengan bekas merah di tulang selangkanya dan melupakan handuk kecil yang tak begitu bisa menutupi tubuhnya.'Jika yang di sini bukan aku, pasti laki-laki itu sudah memakan Asta sampai habis,' batin Cakra sambil mengalihkan pandangannya. Dia mencoba sebisa mungkin menahan hasrat yang tentu

  • Suami Sekaku Batako   Handuk Kekecilan

    Pada akhirnya, malam ini Asta terpaksa tidur di kursi ruang tamu karena dia bersikeras tak mau tidur sekamar dengan Cakra. Sedangkan kamarnya … setelah Cakra mengambil semua barang-barang Asta, akhirnya Cakra mengunci pintu kamar tersebut."Aku benar-benar tidak pernah berpikir akan ada hari seperti hari ini," gumam Asta sambil menatap ke arah langit-langit ruang tamu tersebut.'Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Apa aku besok kembali ke Jakarta saja ya,' batin Asta dengan mata yang mulai terasa berat.Setelah itu pada akhirnya Asta pun tertidur karena saat itu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sementara itu saat ini Cakra sedang menatap ke langit-langit kamarnya. Dia mencoba mengingat semua hal yang dia lakukan hari ini."Asta," desahnya yang tak bisa merasa tenang jika sudah menyangkut wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya sejak dia kecil itu.'Apa yang harus aku lakukan? Apa lebih baik aku mengatakan yang sebenarnya tentang syarat dari Papa,' batin C

  • Suami Sekaku Batako   Kamu Cemburu?

    "Aku bilang … aku lupa mematikan kompor!" teriak Asta tiba-tiba sambil menendang perut Cakra, hingga membuat Cakra mundur beberapa langkah.Dan tanpa berpikir panjang, Asta pun berlari keluar dari kamar tersebut dan kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri.Sedangkan Cakra saat ini sedang mengelus perutnya. "Dia benar-benar menendangku," gumamnya.Setelah itu Cakra pun keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur untuk mengecek apakah benar kompor di dapur benar-benar masih menyala. Akan tetapi, benar saja yang dia temukan adalah kompor yang mati. Bahkan tidak ada apa pun di atas kompor tersebut."Asta!" panggil Cakra yang tidak melihat istrinya di sana. Sementara itu, saat ini Asta tengah duduk di ranjang kamarnya. Dia membuka sedikit celananya dan memastikan semuanya."Gila, aku benar-benar lepas," gumamnya sambil menutup kembali celananya.Setelah itu Asta menatap ke arah langit-langit kamarnya. Dia menyentuh bibirnya dengan perlahan. "Dia benar-benar menciumiku, kasar lagi," uca

  • Suami Sekaku Batako   Hukuman

    Setengah jam berlalu. Saat ini Asta yang sudah sampai di rumah pun segera meletakkan barang belanjaannya di meja dapur. Ia bernyanyi kecil sembari menyiapkan bahan masakannya."Jangan pernah kau sakiti aku lagi, cobalah untuk leng—""Sepertinya kamu sedang senang?" tanya Cakra yang tiba-tiba masuk ke dapur. "Biasa saja," jawab Asta sembari berbalik untuk mengambil pisau di dekat rak piring.Cakra kemudian dengan tenang duduk di kursi yang ada di sana. "Kamu ke mana saja tadi?" tanyanya.'Huh, sudah kusiapkan untuk ini,' batin Asta."Belanja bahan makanan, ke mana lagi," jawabnya dengan ringan."Belanja bahan makanan lebih dari satu jam?" tanya Cakra lagi.Asta pun menghela napas panjang. "Belanja kan harus milih," sahutnya masih dengan sikap tenang."Oh iya, nanti kamu kirimkan makanan ke tetangga sebelah," ucap Cakra dengan nada datar.Langsung saja Asta menoleh. "Maksud kamu ke tempat Satria?" 'Kalau benar-benar untuk mereka, ini pasti ada yang tidak beres.' Asta

  • Suami Sekaku Batako   Pendapat Satria

    "Iya kamu," sahut Satria sembari duduk di dekat Asta dan kemudian menyenderkan punggungnya di bangku tersebut. "Kamu sendiri yang menolak ajakanku. Jadi tentu saja aku terpaksa melakukan itu.""Otak kamu isinya apa?" Satria pun menoleh dan menjawab, "Cukup banyak." "Hiss …," desisan disertai ekspresi masam pun muncul di wajah Asta yang benar-benar seperti kehilangan akal menghadapi pemuda di sampingnya itu."Kenapa lagi, apa aku salah menjawab lagi?" seloroh Satria sembari menatap seorang laki-laki yang sedang berjalan ke arah mereka membawakan dua gelas pesanannya."Tidak," tukas Asta sembari menoleh kembali pada Satria. "Oh, iya aku mau bicara serius dengan kamu, baga—""Iya, aku menyukai kamu. Jadi kapan kita jadian?" Satria memotong ucapan Asta dengan seenaknya sendiri."Sembarangan." Asta membulatkan matanya. "Aku ini ingin bertanya sesuatu yang penting.""Apa?""Dari mana kamu tahu kalau aku tidak jadi bertunangan dan bahkan sudah menikah?" tanya Asta dengan ekspresi yang beru

  • Suami Sekaku Batako   Curhat Pada Ernie

    Asta yang baru saja masuk ke dalam rumah pun langsung melangkah ke kamarnya. Ia segera merebahkan tubuhnya di ranjang setelah menutup pintu kamarnya."As!" panggil Cakra sembari mengetuk pintu kamar tersebut cukup keras."Apa lagi sih," gerutu Asta yang semakin dalam membenamkan wajahnya ke bantal.Klak! Pintu kamar tersebut terbuka."Kamu sedang apa?" Cakra yang saat ini berada di tengah pintu kamar tersebut kini menatap aneh ke arah Asta yang masih tengkurap di atas ranjang."Tidur," jawab Asta tanpa mengganti posisinya."Ck," decak kesal Cakra ketika mendapat jawaban yang tak sesuai di pikirannya. "Duduk! Aku ingin bertanya sesuatu pada kamu.""Satria?" Asta menyahut tanpa menoleh sedikit pun."..." Cakra diam selama beberapa saat karena tebakan istrinya itu benar adanya dan itu membuatnya merasa sedikit aneh. "Ada hubungan apa kamu dengan dia?" Mendengar hal itu Asta pun bangun dari posisinya dan duduk bersila menatap Cakra. "Kamu cemburu?""Kamu tahu kan, aku tidak

DMCA.com Protection Status