Bi Nurul sangat senang saat melihat sosok Anggun lagi mendatangi griya tawang itu. Bak seorang anak kecil yang dipertemukan kembali dengan orang yang dirindukan, beliau sangatlah riang saat menyambut Anggun.“Awuuu… awuuu… wu….”Lagi-lagi Anggun tak mengerti apa yang beliau gumamkan, bersama dengan gestur tangan yang penuh semangat itu. Namun, satu hal yang Anggun tangkap. Apa yang ingin beliau sampaikan padanya pastilah tak jauh berbedaa dengan apa yang Anggun rasakan saat ini.“Iya, Bi. Aku juga. Aku senang banget bertemu dengan Bibi lagi.”“Awuuu… awu….”Bi Nurul meraih tangannya, lalu menggandeng menuju sofa di ruang tamu. Sehingga kini mereka berhadap-hadapan.“Awu…. Awu…. Awu….”Anggun kembali tak paham. Tapi dia simpulkan kalau beliau pastilah menanyakan kabar Anggun selama kepergiannya yang hampir tiga minggu lamanya.“Kabarku baik, Bi. Oh ya, aku punya sesuatu untuk Bibi.”Anggun tampak meraih kantong belanjaan yang dibawanya, di mana dia memang menyediakan sesuatu yang akan
Setelah beberapa hari, Anggun kini mendapati dirinya kembali duduk berhadapan dengan Sean di meja makan ini. Padahal dulu sempat ia pikir kalau ini tak akan terjadi lagi. Ia juga merasa yakin tak akan pernah menginjakkan kakinya lagi di rumah ini. Namun, keadaan membawanya lagi ke sini.Karena tentu saja, gadis polos itu tak sadar kalau ini telah direncanakan. Sejak awal Sean tak pernah benar-benar melepaskannya. Pria itu hanya ‘bermain cantik’ untuk bisa mengekang dan mempermainkannya.Apalagi karena Sean tahu alasan Anggun mendatanginya malam ini. Itu adalah hal yang paling dia tunggu-tunggu sejak awal, sehingga dia ingin agar Anggun segera mengatakan padanya.“Malam ini kayaknya hari cerah. Nikmati saja makanan kamu, lalu kita bisa pulang pelan-pelan. Aku akan memastikan kamu untuk pulang dengan selamat sampai tujuan.”Itu adalah pancingan dari Sean. Sebab dia menunggu agar gadis itu bisa dengan cepat menghilangkan rasa canggung dan malunya untuk mereka bisa langsung ke topik utama
[Anggun: Inilah gaun pernikahan yang akan kukenakan nanti, Mel. Bagaimana menurutmu? Bagus, kan?]Melya tersenyum kecil saat membaca chat yang dikirimkan oleh sang sahabat. Tak lupa juga ia memeriksa beberapa foto yang juga dilampirkan oleh gadis itu. Di mana dia tampak anggun dan cantik mengenakan gaun serba putih yang terlihat mewah dan mahal.Ya. Setelah beberapa proses yang dilewati, Anggun dan Sean akhirnya memilih tanggal pernikahan mereka. Di mana katanya semua itu diurus dan dikerjakan oleh pihak Sean. Anggun dan keluarganya hanya perlu tahu beres dan mengikuti rangkaian yang pria itu siapkan.Syukur sih kalau begitu. Mengingat Sean berasal dari keluarga terpandang, bahkan kabarnya pernikahan Anggun akan menjadi sangat meriah. Sebagai sahabat tentu saja Melya ikut berbahagia.Namun….Walau begitu tetap saja Melya tak bisa menahan sejenis perasaan gamang di hatinya. Pasalnya, dia dan keluarga Anggun merasa tak terlalu dilibatkan dalam pernikahan ini. Seperti memilih gaun begini
William akhirnya bilang pada Melya tentang beberapa hal yang sempat disembunyikannya dari pihak Anggun dahulu. Tentu saja mengenai fakta kalau pemberi donor mata untuk gadis itu adalah sahabat baiknya, sehingga itu sebabnya William juga sangat baik dan perhatian pada Anggun lebih dari pasien-pasiennya yang lain. Karena itu merupakan amanat dari Tiara sebelum kepergiannya dulu.Lalu kemudian bahasan William bergeser pada sosok Sean. Bagaimana dia mencurigai kalau selama ini Anggun berbohong kepada mereka soal cerita menghilangnya dia selama dua bulan ke belakang. Apalagi mengenai turn point saat William menyadari tentang kesamaan lokasi foto Anggun dengan foto yang pernah Tiara ambil di ponselnya saat dulu dia berbulan madu dengan Sean.Melya benar-benar kaget sebenarnya. Mengingat kini semua cerita William ini sangatlah nyambung dengan rahasia dan pengakuan Anggun yang terungkap baru-baru ini saja.“Tapi kamu kok tenang banget sih dengar cerita saya? Saya pikir kamu bakalan kaget lho
Clara memandang kosong para pekerja yang kini sibuk mengemasi barang-barangnya untuk dibawa ke luar. Barang-barang yang baru beberapa bulan saja dibawa masuk oleh jasa pindahan yang sama, kini malah dibereskan lagi untuk dibawa ke luar.Clara akhirnya memutuskan untuk pindah dari unit apartemen milik Sean itu.Tentu saja bukan karena kemauannya. Malah sebelumnya dia bersikeras untuk tinggal di sana, sebab dia yakin ancaman Sean itu hanyalah omong kosong yang tak akan iaa realisasikan – karena Clara masih percaya diri kalau Sean memang masih menyukainya dan suka dia tinggal di sekitar sini. Namun kemudian hal itu berubah saat pria itu menemuinya beberapa hari yang lalu bersama dengan asisten pribadinya yang setia itu.“Aku tak akan pergi dari sini, Sean!” Clara ingat berkata begitu untuk melawan permintaan Sean yang menyuruhnya pindah. “Kenapa aku harus melakukannya padahal aku udah bayar tunai sewanya selama satu tahun. Sebagai pebisnis kamu harus tahu kalau semua itu nggak seharusnya
‘Aku akan menikah. Aku tak percaya hari ini akan datang.’Anggun senyam-senyum sendiri saat memandangi wajahnya di cermin. Di mana kini dia baru saja kembali ke rumah setelah melakukan fitting baju pernikahan untuk resepsi yang akan dilakukan sekitar dua minggu lagi.Ya. Memang begitulah yang terjadi.Setelah dia memutuskan untuk menerima lamaran dari Sean, dia pun langsung diajak untuk menemui keluarga pria itu lagi untuk mengumumkan soal calon bayi serta rencana pernikahan mereka. Di mana seperti yang diharapkan, keluarga Sean – apalagi kakeknya – tampak langsung bersemangat mendengarnya.Itulah kesibukannya belakangan ini. Setelah tanggal serta resepsi pernikahan telah ditentukan, dia pun harus ikut berpartisipasi dalam beberapa hal yang harus disiapkan untuk pesta nanti. Terutama soal pembuatan gaun yang harus sesuai dengan ukurannya.‘Gaun tadi cantik dan mewah sekali. Aku bahkan tak percaya kalau harganya sampai puluhan juta segala. Lalu juga… harga resepsi sangatlah gila.’Namu
“Kamu yakin akan melakukan ini, Will? Ini menyalahi kode etik. Sebagai seorang dokter kamu pasti sangat tahu hal itu.”Wanita yang berusia pertengahan 40 tahunan itu berkata tersebut sambil memandang pria awal 30 tahunan di depannya. Di mana kedunya sama-sama mengenakan jas putih khas para dokter. Walau divisi mereka berbeda.William, sang dokter spesialis mata, tampak menganggukkan kepala. Dengan yakin memandang Ratna, spesialis kandungan, yang berada di depannya.“Ya, Bu. Tolong… sekali ini bantu saya ya? Saya benar-benar membutuhkan data ini.”“Tapi… adalah hal yang terlarang untuk memberitahukan hasil medis seorang pasien secara sembarangan, Will. Kamu sangat paham sebagai sesame dokter. Jadi tak perlu kujelaskan lagi, bukan?”“Saya tahu, Bu. Tapi seperti yang saya jelaskan tadi kalau pasien adalah pasienku yang dengan aktif melakukan pemeriksaan atau terapi pasca operasi mata yang dijalaninya tahun lalu. Dia bahkan sudah seperti adik padaku, lalu kini terjadi masalah yang berhubu
Sean bercerita pada Anggun tentang dirinya dan William. Tentang bagaimana dia tak terlalu mengenal dokter muda itu, namun ia bisa langsung menyadari perasaannya pada mendiang Tiara dari perhatiannya. Yang kemudian juga membuat William dipercayai oleh Tiara untuk keputusan besar dan nekat di ujung hidupnya.Tentu saja bagian terakhir itulah yang menjadi perhatian utama Anggun. Dia sungguh tak pernah menyangka bagian tersebut.Maksudnya, dia selalu tahu betapa baik dan perhatiannya William padanya selama ini di mana pria itu bahkan juga sudah seperti seorang teman baginya. Ia pikir karena William memang hanya bersimpati padanya saja. Sungguh tak terduga kalau semua itu dilakukan karena ia memang telah diamanatkan secara langsung oleh sang pendonor untuk memperhatikannya.Yang kemudian menjadi alasan Sean semakin marah padanya. Sebab Sean menyalahkan William karena menyembunyikan kondisi Tiara hingga akhir, sehingga dia bahkan tak sempat bertemu Tiara untuk terakhir kalinya. Begitu juga