Clara memandang kosong para pekerja yang kini sibuk mengemasi barang-barangnya untuk dibawa ke luar. Barang-barang yang baru beberapa bulan saja dibawa masuk oleh jasa pindahan yang sama, kini malah dibereskan lagi untuk dibawa ke luar.Clara akhirnya memutuskan untuk pindah dari unit apartemen milik Sean itu.Tentu saja bukan karena kemauannya. Malah sebelumnya dia bersikeras untuk tinggal di sana, sebab dia yakin ancaman Sean itu hanyalah omong kosong yang tak akan iaa realisasikan – karena Clara masih percaya diri kalau Sean memang masih menyukainya dan suka dia tinggal di sekitar sini. Namun kemudian hal itu berubah saat pria itu menemuinya beberapa hari yang lalu bersama dengan asisten pribadinya yang setia itu.“Aku tak akan pergi dari sini, Sean!” Clara ingat berkata begitu untuk melawan permintaan Sean yang menyuruhnya pindah. “Kenapa aku harus melakukannya padahal aku udah bayar tunai sewanya selama satu tahun. Sebagai pebisnis kamu harus tahu kalau semua itu nggak seharusnya
‘Aku akan menikah. Aku tak percaya hari ini akan datang.’Anggun senyam-senyum sendiri saat memandangi wajahnya di cermin. Di mana kini dia baru saja kembali ke rumah setelah melakukan fitting baju pernikahan untuk resepsi yang akan dilakukan sekitar dua minggu lagi.Ya. Memang begitulah yang terjadi.Setelah dia memutuskan untuk menerima lamaran dari Sean, dia pun langsung diajak untuk menemui keluarga pria itu lagi untuk mengumumkan soal calon bayi serta rencana pernikahan mereka. Di mana seperti yang diharapkan, keluarga Sean – apalagi kakeknya – tampak langsung bersemangat mendengarnya.Itulah kesibukannya belakangan ini. Setelah tanggal serta resepsi pernikahan telah ditentukan, dia pun harus ikut berpartisipasi dalam beberapa hal yang harus disiapkan untuk pesta nanti. Terutama soal pembuatan gaun yang harus sesuai dengan ukurannya.‘Gaun tadi cantik dan mewah sekali. Aku bahkan tak percaya kalau harganya sampai puluhan juta segala. Lalu juga… harga resepsi sangatlah gila.’Namu
“Kamu yakin akan melakukan ini, Will? Ini menyalahi kode etik. Sebagai seorang dokter kamu pasti sangat tahu hal itu.”Wanita yang berusia pertengahan 40 tahunan itu berkata tersebut sambil memandang pria awal 30 tahunan di depannya. Di mana kedunya sama-sama mengenakan jas putih khas para dokter. Walau divisi mereka berbeda.William, sang dokter spesialis mata, tampak menganggukkan kepala. Dengan yakin memandang Ratna, spesialis kandungan, yang berada di depannya.“Ya, Bu. Tolong… sekali ini bantu saya ya? Saya benar-benar membutuhkan data ini.”“Tapi… adalah hal yang terlarang untuk memberitahukan hasil medis seorang pasien secara sembarangan, Will. Kamu sangat paham sebagai sesame dokter. Jadi tak perlu kujelaskan lagi, bukan?”“Saya tahu, Bu. Tapi seperti yang saya jelaskan tadi kalau pasien adalah pasienku yang dengan aktif melakukan pemeriksaan atau terapi pasca operasi mata yang dijalaninya tahun lalu. Dia bahkan sudah seperti adik padaku, lalu kini terjadi masalah yang berhubu
Sean bercerita pada Anggun tentang dirinya dan William. Tentang bagaimana dia tak terlalu mengenal dokter muda itu, namun ia bisa langsung menyadari perasaannya pada mendiang Tiara dari perhatiannya. Yang kemudian juga membuat William dipercayai oleh Tiara untuk keputusan besar dan nekat di ujung hidupnya.Tentu saja bagian terakhir itulah yang menjadi perhatian utama Anggun. Dia sungguh tak pernah menyangka bagian tersebut.Maksudnya, dia selalu tahu betapa baik dan perhatiannya William padanya selama ini di mana pria itu bahkan juga sudah seperti seorang teman baginya. Ia pikir karena William memang hanya bersimpati padanya saja. Sungguh tak terduga kalau semua itu dilakukan karena ia memang telah diamanatkan secara langsung oleh sang pendonor untuk memperhatikannya.Yang kemudian menjadi alasan Sean semakin marah padanya. Sebab Sean menyalahkan William karena menyembunyikan kondisi Tiara hingga akhir, sehingga dia bahkan tak sempat bertemu Tiara untuk terakhir kalinya. Begitu juga
“K-Kenapa begitu, Anggun?” Melya bertanya dengan cepat. “Kenapa kamu memutuskan untuk berhenti berkonsultasi dengan Dokter William?”“Apa ada metode pengobatan dengan saya yang membuat kamu merasa kurang nyaman, Nggun?”“H-Huh? Tidak. Tidak sama sekali, Dok. Malah… saya selalu merasa nyaman berobat dengan Dokter dari awal. Sejak pertama kali Dokter mendatangi saya untuk bilang kalau saya menerima donor, saya benar-benar merasa sangat berterima kasih pada Dokter. Apalagi Dokter juga selalu lembut dan perhatian kepada saya. Sehingga tidak mungkin saya merasakan tak nyaman bersama Dokter.”“Lalu kenapa kamu memutuskan untuk begini?”“Hm… ini karena… hm….” Anggun tampak gugup dan bingung untuk menjaawab. “Mengenai itu… hm tidak ada apa-apa, Dok. Saya memang hanya ingin saja.”William dan Melya tampak saling bertatap-tatapan. Kedua mata itu refleks mengirim sinyal rahasia lagi terhadap satu sama lain.“Pokoknya keputusan ini saya ambil untuk alasan yang berasal dari diri saya, Dok. Anda ta
Setelah menyelesaikan rapat pada hari ini, Sean langsung kembali ke ruangannya. Ia pun tampak langsung memeriksa tablet PC yang selalu menghubungkannya pada Anggun – baik itu CCTV di rumah ataupun kalung dengan alat penyadap pemberiannya.Sebab dia tahu pasti kalau hari ini Anggun punya jadwal untuk melakukan check-up dengan William. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya akan mereka obrolkan, terlebih karena semalam Anggun setuju untuk menghentikan jadwal check-up rutinnya dengan musuh bebuyutannya itu.Namun….Alangkah terkejutnya pria itu saat menyadari kalau alat itu langsung menampakkan tempat yang familier di salah satu ruang rumahnya.‘Dia meninggalkannya? Damn, padahal aku sudah menyuruhnya untuk selalu membawanya.’ Pria itu langsung mengumpat. ‘Tapi dia hanya lupa saja, kan? Dia sama sekali tak curiga?’Sean langsung mengangkat bahu sambil sedikit tertawa.‘Tentu saja dia tak akan sadar. Orang sampai sekarang saja dia masih belum juga paham soal kegunaan CCTV mengingat ia terlalu
Karena Sean memerintahkan karyawan keamanan apartemen untuk mengabari kalau Anggun kembali ke gedung itu, maka sekitar satu jam setelahnya teleponnya pun berdering. Melalui Armand ia akhirnya mengetahui kalau sang calon istri katanya telah sampai di rumah. Maka dengan cepat Sean menyalakan tablet PC miliknya lagi guna mengawasi lagi setiap gerak-gerik Anggun. Yang mana sukses membuat senyuman di wajahnya melebar karena sosok gadis itu telah kembali ditemuinya di dalam griya tawang miliknya. Tampak asyik mengobrol dengan Asisten Rumah Tangga mereka, Bi Nurul. Tentu saja dia langsung mengamati keadaaan hati gadis itu dengan lebih dekat. Ia pun memperbesar layar untuk mengecek ekspresi sang gadis. ‘Sepertinya dia wajar. Suasana hatinya tak berubah sama sekali. Artinya tak ada yang perlu aku cemaskan dari pertemuannya dengan William tadi. Dia mungkin telah memenuhi keinginanku agar dia berhenti berlangganan menjadi pasien dari pria itu.’ Dengan begitu pun Sean akhirnya mematikan layar
Awalnya Anggun ragu melakukan ini. Sebab ia sendiri tak yakin apa Sean benar-benar memperhatikannya secara langsung lewat kamera CCTV yang berada di kamarnya itu. Ia juga khawatir pria itu tak akan mempedulikannya melakukan semua ini. Namun, dia lega karena selang beberapa menit sejak ia berlagak seperti hendak menikam dirinya seperti itu, tiba-tiba terdengar suara kunci pintu utama yang terbuka. Lalu tak lama langkah yang tergesa-gesa segera mendekat sebelum kemudian pintu kamar ini dibuka dengan kasar. “Anggun, apa yang hendak kamu lakukan? Apa yang kamu pikirkan?” Pria itu bertanya dengan panik kepadanya. Di belakangnya tampak sosok Armand yang juga tak kalah terkejut dengan sang atasan. Anggun kini sudah tak bisa lagi membantah sisa harapan yang ia tanam terhadap pria itu. Ini titik di mana ia sudah tak bisa lagi pura-pura buta dengan segala perbuatan Sean padanya. Ini saat jurus mencuci otak Sean sudah tak seharusnya lagi bekerja terhadap dirinya, ‘Ternyata benar. Sean tak ben