“Kenapa Sean masih belum mencari atau menghubungiku ya? Padahal kemarin Tante Miranda bilang kalau dia sudah memberi tahu soal aku yang mulai mendekati keluarganya?”Clara tampak bimbang sendiri sambil menimang-nimang ponsel di tangannya. Lagi-lagi berharap kalau sang pujaan hati yang dingin dan mengacuhkannya itu agar kembali terhubung dengannya.Namun, tidak.Nyatanya sudah lebih dari 24 jam semenjak Miranda menyampaikan hal itu padanya, namun pria itu masih saja tidak melakukan tindakan yang Clara harapkan. Jangankan untuk mendatanginya dan mengajak bicara, lihatlah bagaimana ponselnya ini masih sepi-sepi saja.“Apa maksudnya diam Sean ini ya? Apa dia benaran memilih nggak meladeniku lagi atau sebenarnya malah akhirnya dia bisa kembali menyadari hatinya. Bisa saja kan kalau ucapan Tante Miranda akhirnya membuat Sean berhenti membohongi diri soal perasaannya yang telah hilang padaku. Sehingga akhirnya… dia pun membiarkanku berbuat semaunya hingga mendekati keluarganya karena memang
Lagi dan lagi.Anggun harus menemukan dirinya dalam kondisi ini. Saat dia berada di dalam kungkungan posesif dan penuh kuasa dari seorang Sean Agrawarsena, saat pria itu kembali mengklaim tubuhnya walaupun seharusnya dia tak berhak untuk menyentuhnya. Dia tak berhak untuk menidurinya berkali-kali seperti ini.Namun, pria itu tampak seperti tak pernah peduli.Dari awal membawa Anggun ke sini dengan paksa, dia sepertinya sudah bertekad untuk melepaskan nalar dan hati nuraninya. Apalagi saat kemudian dia dengan enteng dan tanpa perasaan merenggut kegadisan Anggun. Yang kemudian hal itu terus berlanjut menjadi rutinitas yang terjadi tiga dalam empat hari dalam satu minggu. Seakan-akan pria itu ketagihan.Pun, sejak awal Anggun pun juga telah diajarkan untuk melakukan hal-hal yang tak diketahuinya selama ini. Sean benar-benar memanfaatkannya untuk mendapatkan segala jenis kepuasan yang tak terbatas lagi larangannya. Benar-benar melupakan norma dan kewajaran.Anggun pun sudah tak tahu lagi.
Belakangan ini Clara memiliki rutinitas terbaru. Selain melakukan bisnis yang dia tekuni dan bertemu dengan teman-teman lama, dia banyak menghabiskan waktu dengan mengunjungi keluarga Sean. Kalau awalnya dia sering berkunjung ke rumah sakit saat Hendro Agrawarsena masih dirawat di sana, sekarang dia sering menyempatkan diri mendatangi kediaaman mereka.Seperti saat sekarang misalnya.Lagi-lagi dia sudah berada di sana lagi. Kepribadiannya yang riang bahkan membuatnya tak hanya akrab dengan anggota keluarga sang pujaan hatinya saja, namun juga dengan para pekerja yang ada di sana. Padahal hanya sekitar dua mingguan ini saja dia menampakkan diri di sana tapi orang-orang tampak sudah sangat menerima kehadirannya.Karena tentu saja ini pun trik yang dia lakukan untuk mendapatkan targetnya dalam hal mencuri perhatian dan kepercayaan keluarganya Sean – terutama kakeknya – yang begitu ngebet ini segera punya menantu lagi. Dia juga ingin bisa mendapat kepercayaan Sean lagi setelah semua yang
Sementara Anggun masih saja memikirkan soal yang dikatakan oleh Sean tadi malam. Seperti yang diinginkan oleh pria itu, doktrin itu memang semakin mencemari otak si gadis yang polos. Membuatnya tak bisa menepis hal itu dari dalam pikirannya walaupun kini rasa tak nyaman bersarang di dadanya.Karena tentu saja ini seperti sulit untuk dipercaya. Hatinya juga mulai merasa bersalah dan benci pada dirinya yang sendiri karena takut kalau itu benar adanya.‘Tapi bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin aku akan menyukai orang yang telah merusak hidupku seperti itu. Aku kan bukan orang gila?’Tapi dia harus bagaimana kalau semua ucapan Sean semalam terasa ada benarnya. Memang itulah yang sempat dia rasakan di tengah liburan singkat mereka di Bali. Walau tentu saja, ada beberapa teori sang CEO yang tak sepaham dengannya.“Awu… awuuu….”Anggun tersadar saat mendengar suara Bi Nurul yang tahu-tahu sudah berada di belakangnya. Sebuah piring berisi beraneka buah yang bersih dan dipotong-potong tampak
Baik Anggun maupun Bi Nurul sama-sama tak menyangka kalau Sean akan kembali ke griya tawang di jam makan siang. Sebab selama ini kebiasaan pria itu ada dua: di hari sibuk dia akan yang selalu berangkat pagi-pagi dan kembali di jam lima sore, lalu pas weekend kadang dia ada di rumah seharian atau kalaupun keluar kembali di sore hari juga.Namun, saat kedua orang itu sedang asyik membuat makan siang untuk mereka berdua, tiba-tiba saja terdengar seseorang membuka interkom di pintu dengan kode. Lantas sosok yang hari ini tampak kasual dengan jins dan kemeja abu-abu itu menampakkan dirinya.“Awu… awuu… awu….”Bi Nurul langsung menghampiri sang tuan rumah dan berbicata mengggunakan bahasa isyarat. Sementara Anggun masih tetap tinggal di dapur. Matanya hanya memperhatikan pria itu di sana yang memang langsung membuat kegelisahan di dalam dirinya.“Tak apa-apa. Siapkan saja… apa yang bisa Anda siapkan untuk makan siang ini. Saya nggak keberatan kalau sedikit terlambat,” sahut Sean sambil ikut
Sementara itu di pusat kota, terlihatlah sebuah kafe yang tampak baru saja dibuka. Dari luar terlihat beberapa karangan bunga mengucapkan selamat atas pembukaan. Pita merah panjang yang baru saja dipotong tampak tergeletak begitu saja di lantai teras depan dengan tirai yang telah dihias dengan berbagai rupa. Lantas di dalamnya juga penuh hiasan seperti pita, balon, hingga tulisan ucapan selamat yang terpajang.Bentuk suka cita juga terlihat jelas oleh orang-orang yang berada di dalamnya. Walau keadaannya tak terlalu ramai, namun orang-orang yang di sana tampak bersenang-senang mengobrol ataupun menikmati hidangan. Tentu saja iringan musik pop akustik yang membahana ke seisi kafe juga menjadi salah satu hal yang semakin membangkitkan keceriaan semua orang.Di antara sekitar dua belas orang di sana, salah satunya terlihat familier dengan kita semua. Ya, orang yang dimaksud tak lain adalah dokter tampan dan baik hati kesayangan kita semua – Dokter William. Di mana hari ini kembali dia da
William tampak langsung tersenyum miris mendengar ucapan Tasha itu. Karena dialah yang paling tahu pasti alasannya mengingat Tiara sempat bercerita kepadanya di awal-awal William mendengar mantan temannya itu menderita penyakit tersebut dari dokter yang tak lain merupakan mantan dosen mereka. Hal yang sesungguhnya juga sering William sayangkan hingga hari ini.Namun, pada akhirnya sudah sangat terlambat untuk menyesali. Semua yang terjadi telah terjadi. Lagipula semua itu tidak akan membuat Tiara kembali lagi pada mereka.“Tch, kalau sudah begini aku jadi sangat merindukannya.” Tasha bergumam sambil mengeluarkan ponselnya. Tampak langsung mengotak-atiknya. “Kamu tahu, Will? Aku senang karena Tiara dulunya adalah orang yang aktif di sosial media. Jadi jejak-jejak kenangannya masih sangat apik karena kita bisa membuka akunnya itu kapan saja serta juga melihat kembali foto-foto yang dia tinggalkan. Aku selalu melakukannya setiap kali merindukannya.”“Ya. Itu kan memang kebiasaannya sejak
Akhirnya setelah menghabiskan waktu sekitar enam jam, di jam delapan malam, perbaikan pintu itu pun selesai. Para petugas itu pun telah dipersilakan pulang setelah Sean mengecek keadaan pintu yang memang sudah kembali berjalan normal.“Kamu sekarang boleh pulang, Mand. Sorry, karena aku memintamu bekerja walaupun sekarang akhir pekan,” ucap Sean pada sang asisten pribadi.“Tidak apa-apa, Tuan. Ini kan memang tugas saya.” Armand sempat melirik ke arah pintu masuk kamar Anggun yang tertutup rapat. “Tapi… bagaimana dengan makan malam Anda maupun wanita itu, Tuan? Apa perlu saya panggilkan juru masak ke sini untuk menyiapkannya dulu?”“Tak perlu. Aku yang akan mengurusnya nanti. Kamu bisa pulang sekarang.”Armand tampak masih ragu-ragu. Namun, walau begitu ia selalu hanya menuruti saja ucapan dari Sean. Ia pun pamit kepada pria itu tak lama kemudian.Sementara Sean pun segera melirik pintu kamar Anggun itu lagi. Keadaannya sangat lengang, karena sepertinya Anggun benar-benar merasa bersal