Terima kasih telah membaca. Yuk, jangan lupa kasih review dan rate kamu ke cerita ya. Biar aku makin semangat nulis. Makasih.
Adalah hal yang janggal bagi Anggun saat menemukan sosok Sean di sampingnya ketika terbangun pagi ini. Sebab selama tiga minggu ini, setelah mereka menghabiskan malam, pria itu selalu bangun lebih awal dan meninggalkannya sendirian di kamar itu. Bahkan saat di akhir pekan sekalipun yang menurut keterangan orang-orang seharusnya adalah saat semua orang hanya bersantai di rumah saja. Namun, ada apa dengan hari ini ya? Anggun jadi bertanya-tanya. Kenapa pria ini masih berada di sisinya seperti ini?. Bahkan dalam keadaan tidur yang begitu nyanyak? Dan ya… jika sepertinya kamu sudah bisa menebak, kalau semalam gadis malang itu kembali harus melayani gairah Sean. Masih seperti di awal-awal dulu, tentu saja Anggun melakukannya dengan terpaksa. Namun, setelah semua tekanan dan ancaman yang diterimanya di tiga hari pertama di tempat ini, pada akhirnya Anggun benar-benar hanya pasrah saja. Dia memutuskan untuk berhenti bersikeras atau bahkan membangkang. Karena hal itu terlalu berisiko. Hal
“Ini. Segera minum.”Anggun memandang tanpa kata sebuah pil familier yang diulurkan oleh Sean kepadanya. Hal itu membuatnya kembali tertegun menyadari kalau tujuh hari kembali berlalu, sebab pil itu selalu diberikan kepadanya di hari yang sama. Walaupun biasanya alih-alih di waktu sarapan pagi begini, Sean biasanya akan menyodorkannya saat makan malam.Omong-omong sepertinya pria itu memang sedang bebas tugas seharian ini. Awalnya tadi waktu melihat sosok Sean masih tertidur di sisinya pagi ini, Anggun berpikiran kalau dirinya hanya tengah kesiangan bangun dari biasanya. Namun, nyatanya hingga hari kian menjelang ini pun pria itu masih tetap bersantai-santai saja di rumah. Sehingga untuk pertama kalinya setelah tiga minggu, mereka dapat sarapan bersama seperti ini. Sebab biasanya hanya pas makan malam saja pria itu bersamanya di ruang makan ini.Lalu masih seperti sebelum-sebelumnya, Anggun pun melakukan perintahnya itu. Tanpa kata sama sekali dia mengambil pil tadi dan langsung menel
Clara baru saja mengemudikan mobilnya memasuki pekarangan dari gedung apartemen mewah bernama Vine Jade Resident itu. Namun, seketika niatnya itu terhenti begitu melihat sebuah SUV mewah keluar dari jalur parkiran bawah tanah. Dia langsung mengenali sosok Sean yang duduk di belakang kemudi.“Dia mau ke mana? Kenapa buru-buru sekali?”Tanpa pikir panjang wanita itu pun segera menyusul pria itu sebelum hilang jejak di antara ratusan kendaraan yang lain. Dia pun memutuskan untuk membuntutinya secara diam-diam.Tak menunggu waktu lama, kurang dari lima menit kemudian, mobil Sean tampak memasuki pekarangan dari rumah sakit nomor satu di kota ini. Clara pun turun cepat-cepat untuk menyusul Sean yang tampak terburu-buru masuk ke dalam.“Dia mau bertemu siapa? Siapa yang lagi sakit?”***Hati Sean merasa tak nyaman sebenarnya. Selain karena malas untuk bertemu dengan kakeknya yang pengatur itu, tentu saja rumah sakit ini punya sejarah kelam di hidupnya. Karena ini mengingatkannya pada kejadia
‘Siapa yang ditemui oleh Sean di dalam sana ya? Apa yang mereka bicarakan?’Clara bergumam penasaran sambil masih mengintip ke arah pintu ruangan inap VVIP No.3 itu. Tempat di mana tadi dia terakhir kali melihat punggung Sean sebelum pria itu memasukinya.Namun, wanita itu sedikit tersentak beberapa menit setelahnya. Saat dia melihat sosok Sean keluar lagi dari sana kurang dari sepuluh menit sejak dia memasukinya. Dengan panik Clara semakin bersembunyi di balik tiang itu dari Sean yang kembali berjalan menuju arah lift. Sepertinya ia berniat untuk segera meninggalkan tempat itu lagi.‘Tapi kenapa ekspresi wajahnya terlihat marah begitu ya? Tch, aku jadi semakin penasaran saja. Siapa sih yang tengah diajaknya bertemu?’Clara memastikan lift tadi meninggalkan lantai ini. Lantas, dia pun segera keluar dari persembunyiannya dan berjalan mendekati pintu yang tadi dimasuki Sean. Diam-diam mengintip melalui kaca jendela yang berada di daun pintu.‘Sepertinya itu adalah anggota keluarganya. L
Seperti yang dikatakannya tadi, awalnya Anggun sama sekali tak menyangka kalau Sean akan keluar rumah di hari ini. Karena merupakan hal yang tak biasa melihat pria itu masih berada di sisinya saat terbangun tadi pagi ditambah mereka sarapan bersama untuk pertama kalinya, sehingga Luna berpikiran kalau suami sang pendonor memiliki rencana-rencana gila lagi terhadap dirinya. Apalagi karena dia juga langsung mengirim Bi Nurul pulang seperti tadi.Namun kemudian, Anggun mendengar suara langkah pria itu menuju pintu keluar. Lalu tak lama setelahnya, suara pintu yang terbuka dan tertutup pun menyusul.‘Bisa jadi dia akan kembali lagi. Jadi aku jangan lega dulu.’Anggun menahan dirinya keluar dulu untuk meyakinkan diri. Namun setelah sekitar sepuluh menit berlalu, barulah gadis itu bangkit dari tempat duduknya untuk mengintip ke luar. Memastikan kalau orang yang menawannya benar-benar sudah tak di sana.Anggun sedikit berlari menuju pintu utama rumah, lalu memeriksa kamera yang berada di in
Anggun mulai mendapatkan ide itu di suatu sore. Saat dia menyadari kalau setiap kali Sean hendak berangkat serta balik ke rumah itu, selalu terdengar bunyi tombol yang ditekan sebanyak enam kali. Lalu setelahnya akan terdengar tanda kalau pintu itu berhasil terbuka.Apalagi dia memang sempat beberapa kali mengamati pintu dari besi itu. Di awal dia merasa heran kegunaan dari tombol seperti remote yang ditempelkana pada handle pintu, sebab itu kali pertama dia melihat jenis pintu seperti itu. Sehingga kini kalau disatukan dengan penemuannya tadi, kini semua itu mulai masuk akal.Itu sebabnya Anggun pun kembali melakukan sesuatu untuk tetap berusaha meloloskan dirinya. Awalnya dia hanya coba-coba dengan memasukkan kombinasi angka yang asal-asalan, hingga terdengar bunyi lengkingan tanda error dari benda itu tepat saat dia mencoba sebanyak tiga kali. Sehingga membuatnya kembali mempelajari hal yang baru.Maka dari situlah dia mulai lebih aktif mencoba. Dia akan menekan enam kombinasi angk
Setelah mencoba sebanyak lima kali di setiap satu jamnya, Anggun pun harus kembali menelan kekecewaan karena gagal. Sekali lagi dia mencoret dua kombinasi angka yang tidak mempan untuk membukakan pintu itu untuknya.‘Apa ada ya yang bisa kulakukan untuk mempersingkat pilihan nomor yang ada? Karena rasanya tak mungkin aku berhasil hanya dengan menebak-nebak seperti ini, sebab angkanya terlalu banyak.’Anggun kembali mendudukkan tubuhnya dengan lesu ke permukaan sofa. Pandangan perempuan itu kini tampak nyalang menuju sekitarnya. Berusaha mencari jalan keluar dari hambatan yang kembali munuju jalan pulang.Hingga kemudian, matanya terhenti pada pigura foto paling besar yang dipajang di rumah itu. Hal yang sejak awal sudah langsung menarik perhatiannya ketika sampai di tempat ini. Tak lain merupakan foto pernikahan Sean dan Tiara.‘Sekarang baru terpikirkan olehku. Bukankah seharusnya kode pintu ini sama dengan pin ATM yang diberikan kedua orang tuaku dulu? Yang kemudian membuatku bisa t
Anggun tak menyangka kalau pintu kamar Sean tidak terkunci sama sekali. Lantas secara perlahan, dengan masih sangat gugup, dia pun mendorong daun pintu itu untuk semakin terbuka. Membuatnya dapat melihat isi ruangan itu untuk pertama kalinya.“Waah….”Anggun tak bisa menahan dirinya untuk tidak takjub. Selama ini dia pikir kamar yang telat ditempatinya selama tiuga minggu itu sudah sangat besar, namun ternyata kamar Sean jauh lebih besar lagi. Segala hal terlihat lebih lengkap di sana, di mana bahkan Anggun dapat melihat sebuah ruangan khusus untuk menyimpan pakaian di dalamnya. Belum lagi ruang utama yang lebih besar dengan tempat tidur hingga rangkaian sofa yang jauh lebih mewah.“Dia bahkan bisa memiliiki rumah sendiri hanya di dalam kamarnya ini. Lihat, bahkan ada kulkasnya segala. Bagaimana mungkin seseprang bisa begitu kaya seperti ini?”Sempat Anggun terlena dengan apa yang dia lihat, namun kemudian dengan cepat dia pun tersadar. Dengan cepat ditepisnya pemikiran tersebut.“Ast