Armand meninggalkannya setelah ia memasuki griya tawang itu. Dalam sejenak, setelah memastikan pria itu pergi, Anggun pun mencoba kembali membuktikan ucapan pria itu padanya. Dia sekali lagi mencoba memasukkan angka yang diberikan Sean itu pada kunci pintu.Terbuka!Senyuman Anggun terkembang. Jadi benar, Sean maupun Armand tak bohong. Kalau mereka tak akan menculik atau menyekapny lagi di sini. Kalau benar dia bisa bebas ke luar masuk tempat ini dengan enam digit angka tersebut.Maka satu beban telah disingkirkan. Anggun meletakkan tas miliknya pada sofa di depan pintu, lalu menyusuri rumah yang tak dihuni oleh siapapun selian dirinya itu. Dilihatnya ruangan demi ruangan yang bahkan baru sekitar semingguan dia tinggalkan, namun sudah terasa seperti bertahun-tahun saja.‘Aku tak seharusnya merasakan hal ini, namun… aku benar-benar merindukannya. Sama halnya dengan perasaan yang tak seharusnya kusimpan terhadap Sean, namun aku tak bisa menahan diriku.Terus berkeliling dan berkeliling,
“Harus bagaimana apanya? Tentu saja aku harus bertanggung jawab. Aku harus menikahimu.”Tanpa ragu Sean mengatakan itu untuk menjawab keresahannya. Dengan ekspresi yang sangat bersungguh-sungguh itu di wajahnya.Anggun kembali menemukan dilema,Di sisi lain ia merasa kalau itu sama sekali tak mungkin melihat sejarah di antara mereka ke belakang. Ia juga merasa itu bukan keputusan yang tepat sama sekali. Namun di sisi lain, bukankah memang itu solusi terbaik dari kejadian seperti ini? Sebab tentu saja ia tak bisa melahirkan dan membesarkan anak ini seorang diri.“Kan memang sudah sering kukatakan, Anggun. Kalau aku… merasa sangat menyesal atas apa yang aku lakukan padamu sebelumnya. Sekarang aku merasakan batunya karena nyatanya aku malah mencintaimu. Selain karena aku ingin menebus rasa bersalahku, aku juga ingin menjaga mata Tiara dekat denganku. Karena itulah yang membuat tubuhmu menjadi sesuatu yang utuh.”“T-Tapi itu tak mungkin, Sean. Itu mustahil.”“Kenapa mustahil? Kita kan sam
Setelah bicara selama beberapa jam, Anggun akhirnya meminta izin untuk pulang. Dia baru ingat kalau dia masih belum membalas chat yang dikirimkan oleh Melya tadi pagi. Lalu temannya itu kini terus berusaha untuk menghubunginya guna menanyakan keberadaannya. Lagipula Sean juga mendapatkan panggilan. Sepertinya dia ada urusan penting yang harus kembali membawanya bekerja.“Aku tak bisa mengantarmu. Namun, anak buahku selalu siaga untukmu. Aku bahkan telah menyuruh mereka meninggalkan nomor ponsel mereka, sehingga kalau misalnya nanti kamu membutuhkan mereka maka mereka pasti akan datang.” Sean berkata begitu sambil menggandengnya ke dekat pintu, “Jaga diri kamu ya? Nomor ponselku tadi telah kamu simpan, bukan? Nomor tersebut selalu aktif kapanpun kamu ingin menghubungiku. Kamu juga bisa gunakan password yang kuberikan tadi untuk dengan leluasa datang ke tempat ini semaumu. Mungkin kamu butuh tempat santai atau melihat Bi Nurul, kamu bisa datang kapanpun itu.”Anggun menganggukkan kepala
Maka Anggun pun menceritakan versi terbaru dari masalahnya dengan Sean pada Melya. Ia bercerita bagaimana suatu hari dia didatangi oleh Sean yang merupakan suami dari wanita yang memberikan bola matanya pada Anggun, lantas mereka menjadi dekat dan jatuh cinta setelah itu. Anggun kemudian menerima ajakan Sean untuk hidupnya di griya tawang pria itu dan juga melakukan kunjungan ke Bali. Di mana dia tak pernah menyebutkan fakta penyekapan sama sekali, melainkan mendeskripsikan seolah mereka suka sama suka untuk melindungi pria itu.Namun, tentu saja Melya tampak masih syok dengan semua ini. Dia bahkan tetap saja merasa skeptis terhadap sosok Sean.“Benarkah begitu? Kamu pasti bohong padaku kan, Anggun? Sebenarnya ceritanya tak begitu, bukan?” tanya Melya yang tampak sudah sangat emosi, namun tetap berusaha untuk menahan dirinya.“A-Aku tidak bohong sama sekali kok, Mel. Memang itu yang terjadi.”“Tapi setahuku kamu bukan tipe yang dengan semudah itu diajak pergi oleh orang yang tak diken
Walaupun Melya masih merasa tak senang dan tak mau menerima kenyataan, namun pada akhirnya ia tidak bisa berbuat banyak. Terutama karena Anggun tampak sudah sangat bersikeras dengan keputusannya tersebut. Begitu juga fakta kalau permasalahan ini harus segera diputuskan mengingat kini Anggun telah berbadan dua.Akan tetapi, Melya tetap bersikukuh pada Anggun untuk membawanya kepada Sean. Ia ingin melihat pria itu secara langsung, karena hal itu akan lebih membantu dalam menentukan keputusan nantinya.Di sisi lain, tentu saja Sean telah mendengar semua hasil pembicaraan mereka. Ia enggan untuk menemui Melya sebenarnya, namun sepertinya ia harus melakukannya demi tujuannya ini tercapai. Lagipula pada akhirnya hal itu tidak akan mempengaruhinya sama sekali. Selama dia bisa meyakinkan Anggun untuk setuju, ia tahu tidak ada yang akan bisa melarangnya.‘Bagaimana menurut kamu? Apa kamu bisa meluangkan waktu?’ Anggun bertanya dengan was-was dengannya di telepon. ‘Sean, kamu mungkin tidak meng
Maka telah diputuskan.Setelah melihat keadaannya berdasarkan reaksi dari Melya hingga keinginan hatinya, serta tentu saja setelah meyakini ketulusan Sean dari setiap kata-katanya, maka Anggun pun akhirnya telah membulatkan hatinya. Dia memutuskan untuk menerima lamaran Sean.Hari inilah Anggun berencana untuk mengungkapkannya.Alih-alih pergi ke toko bunga seperti biasanya, dia akan menemui Sean di apartemennya. Dia saat ini telah tampak cantik dengan gaun berjenis A-Line selutut berwarna merah, dengan rambut yang ditata bergelombang dengan jepitan bunga berwarna senada di rambutnya. Membuatnya tampak segar dan cerah dipandang mata.“Hm… aku tak menyangka akan datang hari ini pada akhirnya, Anggun. Aku membantumu berdandan untuk menghadiri kencanmu. Bahkan lebih dari itu… kamu bermaksud untuk menerima lamaran dari seorang pria yang serius ingin menikahimu.”Melya bergumam begitu sambil menopang wajahnya di atas meja. Terus diperhatikannya Anggun yang tampak asyik berputar dan memuji
Kedua wanita itu sama-sama kaget melihat wajah satu sama lain di depan lift. Terutama Anggun yang tak menyangka sama sekali wanita yang tak diketahui namanya itu sama sekali – pencuri hasil tes kehamilan pertamanya – menampakkan dirinya di sana.‘Apa dia ke sini untuk menemui Sean. Sean sebelumnya cerita padaku soal hubungan mereka, di mana dia adalah mantan kekasihnya dulu. Orang yang telah membuat mendiang Mbak Tiara jadi salah paham padanya karena menganggap mereka telah berselingkuh.’ Anggun berpikir di dalam hatinya. ‘Lalu untuk apa lagi dia ke sini?’“Kamu ke sini ngapain? Mengganggu Sean bekerja?” tanya Clara dengan nada sinis terhadapnya.“Bukan urusan, Mbak.”Anggun pun melewati Clara untuk lebih memasuki lift. Dia tak enak juga pada pengguna lift lain yang menunggu untuk mereka. Sementara Clara yang seharusnya ke luar, malah memutuskan untuk tinggal. Dia mendekati Anggun yang tampak risih terhadapnya.“Mbak mau ngapain lagi? Mengikuti saya?”“Ada yang mau aku bicarakan lagi
Bi Nurul sangat senang saat melihat sosok Anggun lagi mendatangi griya tawang itu. Bak seorang anak kecil yang dipertemukan kembali dengan orang yang dirindukan, beliau sangatlah riang saat menyambut Anggun.“Awuuu… awuuu… wu….”Lagi-lagi Anggun tak mengerti apa yang beliau gumamkan, bersama dengan gestur tangan yang penuh semangat itu. Namun, satu hal yang Anggun tangkap. Apa yang ingin beliau sampaikan padanya pastilah tak jauh berbedaa dengan apa yang Anggun rasakan saat ini.“Iya, Bi. Aku juga. Aku senang banget bertemu dengan Bibi lagi.”“Awuuu… awu….”Bi Nurul meraih tangannya, lalu menggandeng menuju sofa di ruang tamu. Sehingga kini mereka berhadap-hadapan.“Awu…. Awu…. Awu….”Anggun kembali tak paham. Tapi dia simpulkan kalau beliau pastilah menanyakan kabar Anggun selama kepergiannya yang hampir tiga minggu lamanya.“Kabarku baik, Bi. Oh ya, aku punya sesuatu untuk Bibi.”Anggun tampak meraih kantong belanjaan yang dibawanya, di mana dia memang menyediakan sesuatu yang akan