***“Kamu gila? Kamu mau membuat reputasimu buruk jika aku mengeluarkan skandal ini?” tanya Joseph.“Skandal? Hmm, publik akan melupakannya nanti. Bukankah Anastasia juga begitu? Dia dihujat dan diasingkan, tapi tak lama dia bersinar lagi dan publik melupakan skandalnya,” balas Leon.Josep menghela napas panjang. “Itu karena dia adalah seorang Anastasia, dia punya talenta besar dan semua skandalnya bisa hilang karena Anastasia mempunyai aura bintang yang paling terang, bakatnya luar biasa. Publik mencintai semua karyanya.”“Dan itu akan terjadi padaku dan namaku pun akan bersinar jika aku dan Anastasia kembali,” tukas Leon.“Ini gila, Leon. Kamu mau kembali pada Anastasia? Bukankah kamu selama ini hanya memanfaatkannya saja? Kamu sudah punya segalanya, jika kamu berhenti dari dunia hiburan pun, keluarga Hale sangat kaya raya dan Elora... dia sangat tunduk padamu, aku rasa kamu akana sia-sia jika menginginkan Anastasia ke sisimu, dia sudah menikah.”“Aku sangat yakin kalau pria itu han
***Anastasia berbaring di pelukan Maximilian, merasa damai di bawah selimut hangat. Di sekeliling mereka, malam semakin larut, tapi keheningan kamar membawa ketenangan. Maximilian mencium lembut puncak kepalanya, napasnya pelan dan stabil.“Mungkin satu minggu ini aku tidak bisa pulang,” ucap Maximilian tiba-tiba. “Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Lusa aku berangkat ke luar kota.”Anastasia menoleh sedikit, alisnya bertaut. “Pekerjaan apa? Bukankah kamu hanya koki dan harus selalu ada di restoran?”Maximilian tersenyum kecil, seolah pertanyaan itu lucu baginya. “Ya, tapi kali ini ada pelatihan khusus. Aku harus belajar menu baru agar lebih mahir untuk menu-menu baru di restoran.”Anastasia terdiam, hatinya sedikit resah. Lima hari lagi adalah ulang tahun pernikahan Selene, dan dia berencana pergi ke New Zealand untuk menghadiri perayaan itu. Ia ingin memberitahu Maximilian, tapi merasa khawatir hal itu akan mengganggu pekerjaannya.Dia menghela napas perlahan, memutuskan unt
***"Tidakkah kau merindukanku, Ana?" bisiknya di telinganya, suaranya rendah namun terdengar jelas. "Jika aku merindukanmu, apakah kita bisa kembali seperti dulu?"Anastasia membeku. Ia menatap Leon dengan tajam, tubuhnya sedikit gemetar karena marah. Leon berdiri di depannya, dengan senyum yang seolah penuh penyesalan, tapi Anastasia tahu lebih baik. Pria di depannya bukan lagi orang yang bisa dia percaya, bukan lagi orang yang bisa dia cintai."Lepaskan aku, Leon!" ucap Anastasia tegas, menarik lengannya yang berada dalam genggaman Leon. "Aku sudah melupakanmu utuh, dan di antara kita sudah tidak ada sedikit rasa yang tersisa."Leon menatap Anastasia dengan tatapan tajam yang mulai berubah menjadi marah. Ia tampak tak terima dengan penolakan itu. “Jangan bicara seperti itu, Anastasia. Kamu tahu kita punya sesuatu. Kamu tidak bisa begitu saja melupakanku!”Anastasia menegakkan tubuhnya. “Kita sudah selesai, Leon. Sejak lama.”Leon, dengan cepat, menarik lengan Anastasia dan memeluk
***"Jangan lancang menyentuh yang aku punya!" Suara Maximilian terdengar tegas dan dingin, menghentikan Renata yang baru saja mengangkat ponsel itu. Ia terkejut, wajahnya sedikit pucat, lalu ia tersenyum kikuk untuk menutupi kegugupannya."Aku hanya menjawabnya karena ponselmu dari tadi terus berdering, dan kupikir itu penting," jawab Renata berusaha tenang.Maximilian langsung merebut ponselnya dari tangan Renata dengan kasar. "Dan kamu tidak layak untuk mengangkatnya!" jawab Maximilian tajam, membuat Renata semakin tersudut."Aku hanya bermaksud membantu," Renata mencoba bertahan, namun pandangan Maximilian yang dingin menghancurkan segala niat baiknya. Ia menunduk, tapi dalam hatinya tersimpan rasa penasaran yang dalam.Tanpa menghiraukan Renata lagi, Maximilian berdiri dari kursinya, bersiap untuk pergi. Namun, Renata, yang tak ingin percakapan ini berakhir begitu saja, meraih lengan Maximilian. Sentuhan itu membuat pria itu tersentak marah."Jangan sentuh aku!" Maximilian menepi
***Di kediaman utama keluarga Kingsley...Maximilian menatap layar ponselnya dengan sorot mata tajam. Amarah yang membara dalam dirinya kian bertambah setelah melihat foto-foto ciuman antara Leon Hale dan Anastasia tersebar di berbagai media pagi ini. Foto yang seolah membuktikan adanya kedekatan di antara mereka, sesuatu yang tak mungkin ia percaya begitu saja. Anastasia sudah lama melupakan pria itu, namun kini ia kembali terseret dalam drama yang dipaksakan oleh media. Ia mengepalkan tangannya erat, hampir saja menghancurkan layar ponsel."Bryan, cari tahu semuanya. Aku ingin Leon Hale mendapat balasannya." Suaranya rendah, tetapi penuh ancaman.Bryan, yang sudah berdiri di depannya, mengangguk hormat. "Saya akan menyelidiki lebih dalam, Tuan. Sebelum foto itu tersebar, Nona Anastasia menerima pesan dari ponsel Lyra, manajernya. Pesan itu mengarahkan Nona Anastasia ke kamar hotel, tetapi setelah diperiksa, ternyata ponsel Lyra hilang. Ini jelas sebuah jebakan."Maximilian menegakk
***Maximilian melangkah mantap menuju ruang keluarga, di mana Selene sudah menunggunya dengan senyum lembut. Dia meletakkan secangkir teh di meja kecil di depannya, lalu menatapnya dengan penuh harap."Minumlah, sayang," ucap Selene sembari menuangkan teh hangat ke dalam cangkir di depan Maximilian.Maximilian meraih cangkir itu dan meminumnya perlahan. Keheningan sejenak tercipta, hingga akhirnya Selene memecahnya dengan pertanyaan yang langsung menyentuh titik permasalahan."Kamu masih alergi jika bersentuhan dengan wanita asing, ya? Kemarin, Renata tak sengaja menyentuhmu, dan Mama melihat reaksi tubuhmu," kata Selene dengan nada khawatir.Maximilian menunduk, menghela napas panjang, lalu menjawab, "Dia bukan tidak sengaja, Ma. Dia sengaja menyentuhku."Mata Selene melebar, takjub. Ia mencoba menyembunyikan keterkejutannya dengan menghela napas panjang, menatap putranya dengan penuh kasih. "Nak, jangan bersikap dingin padanya. Mama tahu kalau kamu masih marah, dan mama mengerti se
***Di ruangan kantor Christian Idzes, Anastasia sedang menatap jendela dengan mata kosong, pikirannya masih berantakan setelah mendengar dan membaca artikel maupun komentar berbagai hinaan yang ditujukan pada ibunya. Setiap kata yang ia dengar serasa merobek hatinya, tetapi ia harus bertahan di tengah cemoohan publik. Tiba-tiba, langkah-langkah ringan memasuki ruangan.Anastasia berbalik dan terkejut melihat seorang pria dengan topi dan masker yang menutupi sebagian wajahnya. Namun, mata itu—mata yang sudah sangat ia kenali—bertemu dengan tatapannya. Tanpa pikir panjang, ia berlari menghampirinya dan memeluk Maximilian erat-erat, tangis yang selama ini ia tahan akhirnya pecah juga."Max... mereka menghina mamaku lagi," isaknya dengan suara parau, "Aku tidak terima jika mamaku difitnah terus. Mamaku bukan wanita murahan! Mereka selalu mengaitkan berita buruk dengannya... Aku tidak bisa diam saja, Max. Aku tidak peduli mereka menghinaku, tapi mama... aku tak terima!”Maximilian mengepa
***Anastasia duduk di ruang rapat perusahaan dengan wajah pucat, menatap layar ponselnya yang penuh dengan berita buruk. Berita yang beredar menggambarkannya sebagai seorang wanita murahan yang akan melakukan apa saja demi popularitas. Dan kini, dengan munculnya berita tentang Maximilian—atau dalam nama lain yang mereka gunakan, Max Stone, yang disebut sebagai pria jalanan yang pernah terlibat masalah hukum—citra dirinya semakin buruk dan memanas di mata publik karena disebutkan pernikahan dengan Max Stone itu sebagai batu loncatan untuk merebut Leon Hale kembali.Konser Anastasia yang seharusnya digelar minggu depan pun akhirnya ditunda tanpa batas waktu. Berita itu menjadi pukulan besar bagi rencana dan mimpi-mimpinya, dan komentar-komentar di media sosial penuh dengan cemoohan yang semakin menyakitinya. Banyak yang menulis bahwa Anastasia dan Max Stone adalah pasangan yang cocok, sama-sama dari “kelas bawah” menurut mereka. Sakit hati, cemas, dan merasa bersalah apalagi pada Max y
***Langit cerah menaungi villa pribadi keluarga Kingsley, dihiasi dengan alunan lembut musik klasik yang mengiringi para tamu undangan menuju taman yang telah disulap menjadi tempat upacara pernikahan megah. Anastasia berdiri di balik tirai putih, mengenakan gaun pernikahan yang memukau. Gaun itu dirancang khusus oleh Celine Idzes, penuh detail renda yang elegan, dengan ekor panjang yang membuatnya tampak seperti seorang ratu.Rhett berdiri di sampingnya, mengenakan setelan jas hitam yang rapi. Tangannya menggenggam lengan Anastasia dengan lembut, matanya berkaca-kaca."Papa tidak pernah menyangka akan memiliki kesempatan ini," ucap Rhett pelan, suaranya bergetar.Anastasia menatap ayahnya dengan senyuman hangat. "Aku bahagia Papa di sini. Aku tidak bisa membayangkan orang lain yang mendampingiku selain Papa."Rhett mengangguk, menahan air mata yang hampir jatuh. Ia menatap Anastasia dengan bangga. "Kamu sangat cantik hari ini, Nak. Maximilian adalah pria paling beruntung di dunia."
***Di ruang rapat eksekutif Kingsley Group, suasana mencekam. Robert Brown, pria paruh baya dengan jasnya yang kini tampak kusut, berlutut di lantai marmer hitam yang dingin. Wajahnya penuh dengan keringat dingin, sementara tangannya gemetar menahan rasa takut."Maximilian... Aku memohon padamu," ucap Robert, suaranya bergetar. "Lepaskan kami. Aku berjanji tidak akan mengusik keluarga Kingsley lagi. Aku... Aku bersumpah."Di kursi utama, Maximilian duduk dengan tenang. Sosoknya yang tegap dan aura dinginnya membuat semua yang berada di ruangan itu enggan bernapas terlalu keras. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi kulit hitam, kedua tangan saling bertaut di depan dada. Senyum kecil muncul di bibirnya, senyum yang penuh arti dan tak memberi celah untuk harapan."Berjanji, ya?" Maximilian akhirnya berbicara, suaranya rendah namun tajam. "Paman akan bersembunyi ke luar negeri, kan? Dan itu di Sydney. Apa aku salah menebak?"Mata Robert membelalak, bibirnya terbuka tanpa suara. Tubuhnya ter
***Di kamar utama kediaman keluarga Kingsley, suasana yang awalnya tenang berubah menjadi percakapan hangat. Anastasia duduk di atas ranjang dengan wajah sedikit pucat, namun senyumnya tetap menghiasi wajahnya. Di sisinya, Maximilian terus memegang tangannya, memberikan kehangatan dan perhatian penuh.Steven sedang memeriksa kondisi Anastasia dengan stetoskop di tangannya. Wajahnya serius, namun ada senyum kecil yang tersembunyi di sana. Setelah selesai, dia berdiri dan melipat tangannya di dada sambil menatap Selene dan Shayne, kedua orang tua Maximilian."Paman, Bibi..." Steven memulai, senyumnya semakin lebar. "Sebentar lagi kalian akan menjadi grandma dan grandpa. Kediaman ini pasti akan jauh lebih ramai."Kalimat itu langsung membuat ruangan menjadi hening. Selene membuka mulutnya, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Shayne, yang tadinya hanya duduk diam, langsung menegakkan tubuhnya. Namun, reaksi yang paling mencolok datang dari Maximilian."Apa yang kau
***Malam itu, berita tentang Anastasia yang secara resmi diakui sebagai menantu keluarga Kingsley mengguncang dunia. Para undangan di acara resmi keluarga Kingsley tercengang. Kilatan kamera memenuhi ruangan saat Maximilian dengan tenang berdiri di samping Anastasia, memperkenalkannya sebagai istri dan menantu keluarga Kingsley.Di berbagai media sosial, foto-foto mesra keduanya mulai beredar luas. Foto-foto itu menangkap momen romantis Maximilian dan Anastasia, memperlihatkan bagaimana pria itu menggenggam erat tangan istrinya, seolah tak ingin ada yang mengganggunya. Ada foto ketika Maximilian menatap Anastasia penuh kelembutan, sebuah pemandangan yang membuat publik terkagum-kagum.Di sebuah akun penggemar, seorang netizen menulis, “Siapa yang sangka Anastasia menikah dengan Maximilian Kingsley? Mereka terlihat sempurna bersama!”Komentar-komentar positif membanjiri setiap unggahan tentang mereka, memuji betapa serasi pasangan ini. Netizen tak henti-hentinya membicarakan betapa be
***Wajah Renata terlihat pucat dengan air mata yang mengalir di pipinya. Di tengah pesta ulang tahun Kingsley Group yang mewah, kegaduhan ini menarik perhatian para tamu. Robert, ayahnya, menghampiri Renata dengan wajah penuh kekhawatiran. Dia menunduk, membangunkan putrinya dengan lembut."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" tanya Robert dengan suara cemas.Renata mengangguk lemah, terisak dengan air mata yang mengalir semakin deras. Pemandangan putrinya yang terlihat tersakiti itu membuat Robert memalingkan tatapan marah ke arah Anastasia, yang berdiri tidak jauh dari mereka. Semua tamu mulai berbisik-bisik, seolah mereka setuju dengan kebencian yang tampak di mata Robert.Dengan nada dingin dan tajam, Robert menatap Anastasia penuh hinaan. "Kenapa ada wanita rendahan sepertimu di sini?" katanya, suaranya dipenuhi kemarahan yang tak tersembunyi. "Bagaimana kau bisa datang ke pesta ini? Apa kau merayu seseorang dengan tubuhmu agar bisa datang ke acara sebesar ini?"Tawa merendahkan lan
***Lampu-lampu kristal di ballroom megah Kingsley Tower berpendar, menciptakan kilauan indah di setiap sudut ruangan. Para tamu undangan yang mengenakan busana glamor berkumpul, menikmati pesta ulang tahun perusahaan Kingsley Group yang ke-75. Namun, malam ini, bukan hanya perayaan yang menjadi pusat perhatian—rumor tentang penerus Kingsley Group yang akan diumumkan secara resmi malam ini telah menjadi buah bibir semua orang. Apalagi sang penerus itu selalu menjadi rahasia karena keberadaannya sangat misterius, bahkan tidak ada media satupun yang mengetahui dimana keberadaan sang pewaris ituDi tengah dentingan gelas-gelas wine dan alunan musik jazz, suara pembawa acara menggema, memecah keheningan ballroom."Ladies and gentlemen, mari kita sambut penerus Kingsley Group, Maximilian Kingsley!"Begitu nama itu disebutkan, sorak-sorai kecil terdengar dari para tamu, dan kamera-kamera media langsung diarahkan ke panggung. Seorang pria berpostur tinggi, berbalut setelan jas hitam sempurna
***Suara benda-benda pecah bergema di dalam kamar Renata. Vas, cermin kecil, bahkan bingkai foto dilempar begitu saja hingga hancur berserakan di lantai. Wajah Renata memerah penuh amarah, napasnya memburu, dan matanya penuh kebencian. Kegagalan rencananya untuk menculik Anastasia benar-benar membuatnya berang."Mereka tak becus!" teriak Renata sambil menendang sisa-sisa kaca di lantai. "Sialan! Orang rendah macam itu berani menolak uangku?" Suaranya menggema dengan kemarahan yang seolah tak kunjung reda.Di tengah-tengah kekesalannya, ia meraih laci meja riasnya dengan kasar, membuka sebuah kotak kecil dan mengeluarkan sebuah botol kecil berisi pil berwarna putih. Renata menatap obat itu dengan tatapan yang penuh tekad."Kalau aku tidak bisa menculiknya, maka aku akan melakukan cara lain," gumamnya sambil menyeringai tipis. "Aku akan tidur dengan Max... dan dengan ini," ia mengangkat pil itu, "aku akan menjadi istrinya."Namun, sebelum Renata bisa melanjutkan monolognya, pintu kamar
***Rhett duduk di sebuah kafe mewah di sudut kota, menatap kosong ke arah cangkir kopi yang ada di depannya. Hatinya bergejolak, tak tenang, seakan ada beban yang tak bisa ia lepaskan dari pundaknya. Hari ini, ia akan bertemu dengan pria yang berhasil merebut hati putrinya—Maximilian Kingsley, seorang pria yang terkenal dingin namun disegani banyak orang.Suara langkah tegas terdengar mendekat, dan Rhett mendongak. Di depannya berdiri seorang pria tinggi dengan tatapan tenang namun tajam. Itu Maximilian, pria yang telah menjadi suami Anastasia. Rhett berdiri, menyambut Maximilian dengan anggukan kepala yang sopan.“Tuan Rhett,” Maximilian memulai, suaranya rendah namun penuh wibawa. Ia mengulurkan tangan. “Senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda.”Rhett menyambut uluran tangan itu. “Begitu juga dengan saya, Tuan muda Kingsley.” Ia mencoba tersenyum, walau hatinya diliputi perasaan campur aduk.Maximilian duduk di hadapannya, matanya lurus menatap Rhett. Meskipun banyak yang mengenal
***Anastasia menggenggam dokumen yang diberikan Maximilian dengan tangan gemetar. Hatinya terasa berat, bercampur amarah dan rasa sakit. Mata Anastasia memburam, air mata perlahan mengalir tanpa bisa ia bendung lagi."Kakek dan nenekku sendiri… Mereka yang menyebabkan kecelakaan itu? Kenapa… kenapa mereka tega?" ucapnya terisak, suaranya pecah di tengah kalimat. "Pantas saja… Saat aku datang ke keluarga Noire, mereka semua membenciku. Apalagi Kakek dan Nenek… Sejak awal, keadaanku dianggap tak terlihat. Bahkan aku selalu dikucilkan.”Maximilian hanya bisa menghela napas panjang, tatapannya penuh keprihatinan. "Ana… Semua ini karena ayahmu. Ayahmu memutuskan menikah dengan Aria dengan syarat bahwa kamu bisa diterima dalam keluarga Noire," jawabnya pelan.Anastasia mengernyitkan kening, seolah tak percaya pada apa yang ia dengar. "Papa? Tapi kenapa Papa begitu ingin aku masuk ke dalam keluarga Noire? Bukankah dia selalu menunjukkan kalau dia membenciku? Selalu dingin dan acuh bahkan di