Di sebuah gedung tua misterius, di lembah pegunungan yang dalam, beberapa penatua duduk di kursi kehormatan.
Di tengah-tengah berdiri seorang pria tampan yang sangat gagah, dikelilingi oleh keagungan. Dia adalah Penatua Agung, pemimpin tertinggi dari kelompok tersebut.Semua orang dalam ruangan itu memancarkan aura yang agung, penuh dengan vitalitas dan dominasi yang kuat.
Semuanya orang tua beruban kecuali seorang pria muda yang berdiri tepat di tengah-tengah para tetua itu."Misi ini tipe tingkat tertinggi, keselamatan klien adalah prioritas."
"Berapa lama periode misi ini dilaksanakan?"
"Sampai batas waktu yang tidak ditentukan."
Pria tampan berusia sekitar 25 tahun tersebut mengerutkan keningnya. Itu membentuk bingkai seperti pedang dengan bola mata sejernih bulan yang memancar cerah dengan dibalut kulit putih agak kecokelatan, tubuhnya bugar penuh vitalitas, kekar, pertanda individu tersebut telah melalui serangkaian pelatihan fisik yang profesional.
Dia adalah Benny Tan. Elit tertinggi Organisasi Awan Gelap, salah satu organisasi misterius yang bergerak dalam bayang-bayang, berkamuflase, dan tidak dikenal oleh orang-orang kebanyakan.
Eksistensi organisasi ini melampaui pemahaman khalayak ramai. Bahkan, status, fungsi dan tugas, serta hak eksklusifnya melampaui Jenderal Tentara negara ini.
"Ada pertanyaan?"
"Apakah jalannya hanya dengan saya harus menikahi klien?"
"Hmmm.. hanya itu caranya. Ingat agar misi dilaksanakan secara sempurna. Untuk mendukung misi, Rio akan ada di belakangmu, menyiapkan juga memfasilitasi semua keperluanmu nanti."
"Gunakan segala cara untuk melindungi klien, termasuk berkorban dengan nyawamu jika perlu. Setelah misi ini selesai, kamu dapat mengambil istirahat yang panjang, tidak akan diganggu oleh grup. Tetapi itu hanya jika semuanya berjalan sempurna." Kata tetua agung tersebut dengan ekspresi penuh khidmat, nada bicaranya tenang seperti air danau yang teduh namun sangat dalam.
Walau usianya kelihatan sekitar 60 tahun, dia penuh dengan kharisma dan energik, itu terpancar dari gerak-gerik kecil yang mulia dari badannya. Tubuhnya kekar juga tegap, memancarkan aura yang mendominasi dan menindas yang kuat dan konstan. Tatapannya seolah menembus jiwa, siapa pun yang menatap lurus ke matanya seolah jiwanya telah terlepas dari tubuhnya. Seperti waktu kematian sudah di depan mata sendiri.
Dia adalah kakek Benny Tan, juga merupakan ketua Organisasi Awan Gelap. Tetua Agung yang memimpin selusin tetua lain yang membidangi berbagai fungsi tugas jajaran elit di bawahnya.
"Apakah benar bahwa setelah semuanya selesai saya dapat bersantai?" Tanya Benny Tan dengan mimik puas sambil tersenyum penuh minat dan semangat gembira, seolah berlibur panjang adalah harta karun langka yang muncul di hadapannya.
Sudah lama dia tidak beristirahat panjang untuk bersantai.
Baru dua hari yang lalu dia kembali dari tugas rahasia membunuh individu gembong narkoba di Meksiko.Aliran barang haram tersebut diketahui mengalir ke negara ini seperti aliran deras sungai beberapa waktu lalu.Karena negara dalam bahaya juga pihak kepolisian kewalahan menangkap banyaknya anggota sindikat ini, akhirnya negara menyerahkan kasusnya untuk diselesaikan oleh organisasi secara tuntas.
Sebelum ini dia juga sudah berkeliling kemana-mana, melanglang buana kesana kemari dalam menjalankan misi yang diberikan organisasi.
"Selama misi selesai dan klien tidak lagi membutuhka Anda, secara alami tugas Anda sudah final. Ada pertanyaan?"
"Siapa nama klien?"
"Ini dokumennya." Kata Penatua Agung sambil menyodorkan amplop cokelat besar cukup tebal bersegel merah dengan cap hitam tua dengan fitur awan hitam di sudut amplop, pertanda kerahasiaan misi dengan level tingkat tertinggi.
Benny Tan meraihnya, lalu dengan keterampilan tangannya yang cepat membolak-balik tiap lembaran yang dikeluarkan dari dalam amplop cokelat itu. Saat melihat fotonya dia cukup terkejut dengan pesona gadis itu.
'Tidak buruk. Cukup untuk mengisi kebosanan selama waktu itu'. Benny berkata dalam hatinya sambil ternsenyum masam. Itu terlihat seperti habis diolesi dengan perasan jeruk mentah.
"Namanya Tiara Lin, umur 21 tahun. Dia cucu tunggal keluarga Tan, keluarga kelas dua, kota lapis kedua. Orangnya cukup cantik, namun karakternya butuh adaptasi. Setelah tiba, dengan segala cara amankan dia. Termasuk tindakan preventif atas penolakan keras dengan karakter bangsawannya, beberapa hal mungkin akan merintangimu. Anda diizinkan membatasi gerak-geriknya termasuk merombak karakternya jika merepotkan."
Setelah jeda sesaat, Tetua Agung melanjutkan, "Gadis ini, mungkin sedikit merepotkan Anda nantinya. Apa pun itu, misi tetaplah misi. Tuntaskan secara sempurna."
"Apakah saya harus menikahi dia? Tidakkah ada cara lain yang memungkinkan? Ini bisa membuat saya depresi. Saya bisa berjarak 250 meter dari klien setiap saat tanpa berkedip sambil tetap terjaga." Tanya Benny sambil menyipitkan matanya.
Tugas ini lebih sulit daripada terjun ke lokasi konflik. Dalam kerumunan sepuluh ribu orang, dia bisa menyusup dan melepaskan kepala komandan musuh dari tubuhnya ditengah banjir masa bawahannya.
Itu merupakan tugas yang mudah dengan peringat profesionalitasnya.Ini akan lebih sulit dari berlari di antara hujan peluru, siulan pedang, dentang senjata rahasia, juga berbagai jenis keterampilan senjata lainnya.
Dibandingkan dengan semua itu, tugas ini merupakan yang tugas yang aneh juga merepotkan.'Huhhhh..'
"Baiklah, saya paham. Kapan waktu keberangkatan saya?"
"Tiketmu sudah diletakkan di kamarmu, lusa merupakan jadwal penerbanganmu. Rio sudah mendarat di sana kemarin siang. Mempersiapkan juga memantau perkembangan disana."
"Apa? Siapa yang berani menerobos kamarku?" Benny kesal ada yang menerobos masuk ke vilanya. Berani-beraninya orang itu? Mau cari mati? Siapa dewa yang memberikannya keberanian itu?
"Haha... lupakan itu. Kembalilah beristirahat, nikmati waktu yang ada. Semua akses keuangan juga fasilitas Anda telah dinonaktifkan agar terlihat alami. ATM, mobil, juga semua mainan kecilmu itu tinggalkan saja. Semua keterbatasan dan keperluanmu akan diurus Rio. Tidak diizinkan membantah, juga kurangi berhubungan dengan gadis yang tidak tau berpakaian itu. Dia sangat mengganggu pemandangan mata orang tua ini."
'Hmmm sepertinya ini akan merepotkan'. Gumamnya diam-diam dalam hatinya.
" Baiklah, misi dipahami." Selesai berkaga Benny berbalik langsung pergi dalam bayang-bayang redup ruangan tersebut.
Hanya dalam satu kedipan sosok tubuhnya telah menghilang.Gerakannya sangat cepat seperti bayangan naga yang panjang. Itu seperti meninggalkan siluet cahaya semakin lama semakin redup. Dia sangat cepat dan terampil dalam kecepatan dan kecakapan tempur, juga penggunaan berbagai jenis metode senjata.
Dia juga adalah jenius muda yang berpengetahuan luas dengan perspektif yang mendalam, juga kemampuan analisis yang mumpuni.
Kemampuan dan pengetahuannya adalah yang terbaik di antara jenius talenta terbaik dalam organisasi.Selain semua kemampuan dan pengetahuan, dia juga memiliki fisik yang proporsional dan tampan.
Setiap gadis yang melihatnya pasti akan bergetar hatinya dan akan melakukan segala cara untuk mendekatinya."Apakah Tetua Agung yakin untuk melakukan ini? Saya rasa ini akan sulit." Kata seorang tetua dengan ekspresi suram di wajahnya.
Jelas kelihatan jika dia tidak begitu rela tugas ini diserahkan kepada talenta paling berbakat dalam grup.
Melihat tatapan matanya yang dalam dan penuh keengganan, Tetua Agung hanya tersenyum getir."Segalanya sudah sampai pada titik ini. Sudah waktunya. Ini adalah keputusan terbaik." Kata Tetua Agung sambil tersenyum misterius.
Dia mengambil cangkir teh dari meja di depannya, menyesap itu lalu bersandar dan memejamkan matanya sambil bersandar ringan pada kursi kebesaran berbingkai emas murni yang sangat megah.
Gerakannya membawa momentum luar biasa. Itu sangat anggun dan hebat.Semuanya hening, tidak ada suara yang keluar. Bahkan tarikan napas jelas terdengar. Pada situasi ini, bunyi jarum yang jatuh pun akan terdengar. Ini sangat hening, situasinya seperti ruangan dalam ketiadaan.
Semua tenggelam dalam kensunyian yang mencekam. Penuh misteri yang dalam. Yah, mereka adalah individu-individu dalam daftar elit teratas yang bekerja dalam bayangan gelap dan tidak ada yang tau keberadaan mereka selain tokoh-tokoh terkemuka negara ini.
Pagi ini matahari bersinar cerah, memancar kemerahan lembut semilir angin lembut menerpa kulit dengan pelan, berhembus sepoi-sepoi menemani sang surya yang bercahaya di ufuk Timur. Hiruk-pikuk jalanan pertanda aktivitas keseharian dimulai.Kota Tepi Laut Barat merupakan sebuah kota lapis kedua yang cukup kompetitif dan banyak bisnis perusahaan ibukota berada disini. Walau hanya sebagai kota lapis kedua, ini sudah termasuk salah satu kota kelas atas, dengan ekonomi yang cukup maju jika dibandingkan dengan beberapa kota lapis kedua lainnya.“Demi kebaikanmu, kali ini kamu harus mendengarkan kakek. Segala sesuatu tidak berjalan sesuai rencana, kamu harus tetap hidup. Jika terjadi sesuatu padamu, kakek tidak akan punya wajah untuk bertemu dengan orang tuamu di surga nanti. Perusahaan sedang tidak baik-baik saja, bisa bangkrut kapan saja.” Tersenyum getir, ujung bibirnya sedikit bergetar saat kakek Tiara Lin mengucapkan kata demi kata dengan penuh ma
Tiara Lin dengan enggan berbalik pergi ke kamarnya. Langkah kakinya lemas dengan ekspresi lesu terpaut jelas di wajahnya yang cantik, itu sungguh merusak pemandangan terpampang dari wajahnya yang menawan. Apakah ini hukuman dari langit? Apakah nasib saya bisa begitu tragis?Tatapannya kosong mengiringi tiap derap langkah kakinya, tertatih-tatih menelusuri lorong menuju lantai atas. Dia terlihat letih atas tekanan keras ini, seperti mengalami depresi berat. Sekilas itu seperti mayat berjalan. Kulit putihnya yang biasanya memerah seperti penampilan bayi kecil, sekarang sudah seperti tubuh tanpa jiwa. Seputih kertas tanpa ada tanda-tanda aliran darah mengalir di sana.Biasanya dia tidak akan berdebat dengan kakeknya. Apapun yang keluar dari mulutnya akan disanggupi oleh kakeknya. Walau terkadang beberapa hal yang diinginkannya terkesan agak mustahil, sebisa mungkin kakeknya akan memberikan yang terbaik untuk memanjakannya. Dia secara alami terbiasa dengan hal-hal se
Vroom…vromm…Lusinan kendaraan mewah edisi terbatas melaju keluar dari kawasan mansion. Itu terlihat sangat apik dan megah, meliuk-liuk seperti ular besar yang panjang perlahan menjauh. Iring-riringan konvoi itu begitu gagah dan menarik perhatian.Banyak masyarakat kota Tepi Barat Laut terkagum-kagum dengan pertunjukkan tersebut. Jelas, ini bukan sesuatu yang bisa mereka capai. Ini adalah formasi konvoi keluarga kalangan atas di kota ini. Iring-iringan ini melesat melesat menuju King Star Hotel, salah satu hotel bintang lima di kota Tepi Barat Laut yang juga merupakan salah satu item bisnis di bawah Lin Group.Di teposisi kendaraan yang berada di tengah, itu adalah Kakek Lin juga Tiara Lin. Mobil keduanya seperti diapit oleh pengawalan yang ketat, jelas ini merupakan para pengawal kepercayaan keluarga Lin. Arak-arakan konvoi terlihat sangat rapi, ini hanya bisa ditampilkan oleh profesional terlatih yang mumpuni di bidangnya.“Kakek, ap
“Orang tua ini menyukai sportivitas Junior. Namun itu tidaklah masalah sama sekali, hanya masalah mengangkat satu jari.” Kata kakek Lin sambil tersenyum ringan. Dia sangat puas dengan sikap pemuda di hadapannya.Menurutnya ini hanya masalah sepele dan tidak perlu diperdebatkan. Namun, melihat tindakan positif dari Benny Tan yang inisiatif, dia secara alami menyukai tindakan yang bertanggung jawab dan sikap ‘jantan’ yang ditunjukkan oleh Benny Tan. Dia tersenyum dan tenggelam dalam pemikirannya sendiri.“Ternyata orang tua itu merekomendasikan pemuda yang memenuhi harapanku. Bahkan, mungkin bisa melampaui itu karena ini baru beberapa tarikan napas setelah bertemu.” Gumamnya pada dirinya sendiri. Hatinya penuh syukur kepada seorang individu tertentu yang merekomendasikan Benny Tan.Di sisi lain, Tiara Lin sangat gelisah melihat ekspresi kakeknya yang riang dan hangat terhadap pria asing ini. Sebenarnya dia telah bere