PENGAKUAN HATISellandra serasa di sambar petir mendengar perkataan sang nenek yang menyebut kalau Kintan hendak bertunangan dengan Davis. Dia yang kala itu baru pulang dari kantor langsung berjalan cepat menuju kamar. Dadanya terasa seperti di hujam belati tajam begitu mengetahui kalau mantan kekasihnya akan bertunangan dengan sepupunya sendiri. Walaupun Sellandra telah memiliki Ero di hidupnya, jauh di dalam lubuk hati Sellandra masih tersimpan rapi kenangannya bersama Davis. Namun Sellandra benar-benar tidak menyangka kalau Davis akan setega ini menjalin hubungan dengan Kintan, yang tak lain adalah kerabat dekatnya. Hati wanita manalah yang tidak akan merasa sakit jika berada di posisi yang sama dengan Sellandra sekarang. Benar tidak?“Davis, harus sampai sejauh inikah? Aku tidak mempermasalahkan dengan siapa kau ingin kembali merajut hubungan, tapi kenapa Kintan? Kenapa kau memilih sepupuku daripada wanita lain yang tentunya jauh lebih baik dariku? Kenapa, Dav. Kenapa?” ujar Sella
Pagi harinya di kediaman keluarga Latief, terlihat Kasturi yang tengah duduk di ruang makan sambil bergantian memperhatikan Sellandra dan Nadia. Dia sangat penasaran sekali kenapa orang hebat seperti Almero bisa mengenal suaminya dan menikahi cucu yang paling dibencinya. Sudah sejak dia mengetahui identitas aslinya Ero, Kasturi begitu ingin menanyakan hal ini pada Sellandra. Akan tetapi saat dia terkenang dengan ancaman Almero, nyali Kasturi langsung menciut. Alhasil Kasturi hanya bisa memendam rasa penasarannya hingga dia melupakan keadaan Bima yang masih terkurung di dalam penjara. Karena rasa penasarannya pada Ero dan Sellandra, Bima jadi terlupakan.“Ibu, Ibu baik-baik saja ‘kan?” tanya Nadia yang merasa heran karena sejak tadi terus di perhatikan oleh ibu mertuanya.“Oh, tentu. Aku tentu baik-baik saja. Kenapa? Apa kau berharap aku jatuh sakit lagi seperti kemarin?” jawab Kasturi agak kaget saat Nadia tiba-tiba bertanya padanya. Dan di detik itulah Kasturi baru teringat dengan ke
“Sell, kau baik-baik saja ‘kan?” tanya Ero melihat Sellandra yang hanya diam saja meski sekarang mereka sudah sampai di halaman gedung Aeron Group. Tanpa melepaskan pandangannya, Ero kemudian melepas seatbelt di tubuhnya.Sejak hari dimana Sellandra mengetahui kalau Davis akan segera menggelar pertunangan dengan Kintan, sejak hari itu pula sikap Sellandra berubah menjadi sangat aneh. Walaupun raganya sedang bersama Ero, tapi dia sering tak fokus saat di ajak bicara. Seperti sekarang contohnya. Sellandra sama sekali tak merespon pertanyaan Ero, bahkan tidak sadar kalau mobil mereka telah berhenti. Jauh di dalam lubuk hatinya Ero, dia sebenarnya merasa sangat sedih dengan apa yang tengah di alami oleh istrinya ini. Akan tetapi Ero juga tak mampu menutupi perasaannya yang sedikit kecewa karena Sellandra ternyata masih mencintai Davis. Sungguh, kenyataan ini cukup menyakitkan hati. Ero akui itu.“Sellandra, aku tahu kau merasa sedih karena Kintan akan bertunangan dengan Davis. Aku bisa me
“Carikan tempat wisata yang sesuai dengan status Ero, Kai. Aku tidak akan membiarkan Sellandra menghadiri pesta pertunangan Davis dengan Kintan. Aku tidak mau melihatnya bersedih,” perintah Almero sambil menggeretakkan gigi. Bayangan wajah Sellandra yang tengah bermuram durja membuat darah di dalam tubuh Almero seakan mendidih. Dia tidak suka keadaan yang seperti ini.“Baik, Komisaris. Saya akan segera mencarikan tempat wisata yang tidak akan mengundang kecurigaan Nona Sellandra akan status anda,” sahut Kai seraya menunduk patuh. Dia sangat paham kalau suasana hati atasannya sedang tidak baik, jadi tanpa membuang waktu segera mencaritahu tempat wisata yang di inginkannya.Tatapan Almero berubah menjadi semakin dingin saat dia teringat akan ketidak sengajaannya mendengar percakapan antara Kintan dengan kedua orangtuanya yang licik itu. Dugaan Sellandra memang benar adanya kalau Kintan tidak benar-benar mencintai Davis. Gadis bermuka dua itu bersedia bertunangan dengannya karena ingin m
Setelah manager Yollanda menerima pesan email dari asisten Sellandra, direktur Latief Group, Yollanda mulai menimang keputusan apakah dia akan bersedia untuk bekerja di perusahaan itu atau tidak. Awalnya dia ingin menolak. Akan tetapi setelah Yollanda di beritahu managernya kalau produk milik Latief Group merupakan produk pertama kerjasama mereka dengan Aeron Group, tanpa pikir panjang Yollanda langsung menerimanya. Yollanda berpikir dia bisa menggunakan kesempatan ini agar bisa bertemu dengan Almero, si pria kaya raya pewaris tunggal di keluarga Smith. Sejak Yollanda kembali ke Shanghai, dia sama sekali tak mendapatkan informasi apapun tentang pria itu. Pergerakan Almero begitu rapi hingga membuat orang suruhan Yollanda tak bisa melacak jejaknya.“Almero sayang, semoga saja dengan kerjasama ini kita berdua bisa saling bertatap muka secara langsung. Kau terlalu misterius, membuatku jadi semakin bersemangat untuk mengejarmu,” ucap Yollanda sambil menatap pantulan wajahnya di depan cerm
Kintan dengan malas-malasan keluar dari dalam kamar setelah di beritahu pelayan kalau Davis datang berkunjung. Dia yang sedang kelelahan karena membantu pengacara kakaknya untuk mencari bukti, harus rela berpura-pura tersenyum sesaat sebelum dia sampai di ruang tamu rumahnya.Dasar sampah. Menyusahkan hidupku saja. Kalau bukan demi menghancurkan perasaan Sellandra, aku tidak akan sudi menghabiskan waktuku demi pria tak berguna sepertimu, Davis. Huh, keluh Kintan dalam hati.“Hai, Dav. Kapan kau datang?” sapa Kintan sambil tersenyum manis. Dia kemudian duduk di samping sang nenek. “Nek, aku sudah disini sekarang. Nenek istirahat saja di kamar.”“Tidak, ada hal penting yang ingin Nenek bicarakan dengan kalian,” sahut Kasturi menolak saat Kintan memintanya untuk masuk ke kamar. Setelah itu Kasturi menatap Davis dan Kintan secara bergantian. Jauh di lubuk hati Kasturi, dia sebenarnya sangat tidak rela Davis menjadi bagian dari keluarganya. Namun karena sebelumnya Kasturi telah menerima te
“Oh, jadi kau akan mengganti model yang lama dengan Yollanda Stewart?” tanya Almero sambil melirik Sellandra yang tengah menyeka keringat di keningnya. Hari ini hari libur, dan Almero mengajak Sellandra untuk berolahraga bersama. Sekalian dia ingin memberitahu Sellandra kalau istana yang dia inginkan sudah mulai di bangun.Ya, seperti yang Almero perintahkan. Sudah sejak beberapa hari yang lalu Kai mengatur pembangunan awal untuk mendirikan istana yang tadinya di janjikan mendiang Kakek Latief pada Sellandra, kini dia yang mengambil alih. Dikarenakan lokasinya yang cukup jauh dari kediaman keluarga Latief, jadi Almero perlu mencari alasan supaya bisa mengajak Sellandra untuk datang ke tempat ini. Dan cara yang dia gunakan adalah dengan mengajaknya lari pagi seperti sekarang. Agak kekanakan memang karena Almero tidak mengatakannya secara langsung. Ya mau bagaimana lagi. Sellandra tidak tahu kalau pemilik tanah ini adalah dirinya, jadi ya sudah. Cara ini adalah yang paling efektiv.“Iya
“Ayah, Ibu, Nenek. Aku dan Davis pergi dulu ya,” pamit Kintan sseraya menampilkan senyum palsu di hadapan Davis. “Pagi sekali kalian perginya. Apa sekalian ingin pergi jalan-jalan setelah fitting baju kalian?” ledek Felita sambil menatap bergantian ke arah Davis dan Kintan. Dia tentu saja tahu kalau putrinya hanya sedang bersandiwara saja. Anggaplah kalau dia sedang membantu rencana Kintan yang ingin menghancurkan Sellandra dari dalam. Karena jika ditanya, dengan senang hati Felita akan menjawab kalau dia tidak sudi mendapatkan menantu kelas bawah seperti Davis. Hanya menjadi manager di Aeron Group apanya yang perlu di banggakan. Benar tidak?“Itu tergantung bagaimana Kintan saja, Bibi. Kalau dia mau pergi jalan-jalan aku juga tidak keberatan untuk menemaninya,” jawab Davis sambil tersenyum kecil menyikapi ledekan yang dilayangkan oleh calon ibu mertuanya. Dia kemudian menoleh saat mendengar suara kikikan Kintan.“Dav, aku rasa kau perlu menguatkan mental agar tidak pingsan saat digo
Tujuh tahun kemudian .... "Ayaahhh!"Suara teriakan lucu langsung menyambut kepulangan Almero yang baru saja kembali dari melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Melihat kedua anaknya berlarian ke arahnya membuat Almero tampak kegirangan. Segera dia berjongkok di lantai lalu merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan dari Rogert dan Adriana. "Aduhh anak-anak Ayah yang cantik dan tampan. Apa kabar, hm? Rindu Ayah tidak?" tanya Almero sambil mencium pipi kedua anaknya secara bergantian. Dia gemas sekali melihat kedua bocah ini. Sungguh. "Kabar kami sangat baik, Ayah. Ibu juga baik," jawab Rogert dengan lancar. Dia lalu mengelus rambut adiknya yang sedang merebah manja di bahu sang ayah. "Sekarang kau sudah tidak sedih lagi, kan? Ayah sudah kembali ke rumah. Jangan menangis lagi ya?""Iya, Kak," sahut Adriana patuh. "Lho, kenapa adikmu bisa menangis? Apa yang terjadi?""Adriana bilang dia sangat merindukan Ayah. Jadi setiap mau tidur dia akan selalu menangis dan bertanya
"Hati-hati, sayang," ucap Almero sambil membantu mengantarkan Sellandra ke dalam kamar mandi. "Ughhh, begah sekali perutku. Aku sampai sulit bernafas, Ero," sahut Sellandra terengah. "Apa yang harus aku lakukan agar kau bisa merasa lebih nyaman? Rasanya sakit melihatmu kesulitan seperti ini, sayang."Sellandra tertawa. Suaminya selalu saja berkata manis. Dan sialnya Sellandra sangat suka itu. "Kau hanya perlu terus berada di sisiku. Dengan begitu kau sudah membantu membuatku merasa nyaman. Sungguh.""Hmmm,"Usia kandungan Sellandra sudah mencapai bulan kelahiran sekarang. Hal itu membuat semua orang menjadi sangat waspada. Terutama Almero. Setengah dia tak bisa tidur saat di malam hari karena takut Sellandra mulas mendadak. Agak berlebihan memang. Tapi Almero memang seantusias itu menyambut kelahiran anak pertama mereka. Dan setelah melewati perdebatan panjang, akhirnya di ketahui kalau Sellandra hamil kembar. Ini dilakukan karena Almero merasa panik melihat ukuran perut Sellandra
Di bandara, terlihat Kintan berjalan sendirian sambil menarik koper yang tidak terlalu besar. Di matanya bertengger sebuah kaca mata hitam yang dia pakai untuk menyembunyikan matanya yang membengkak. Ya, semalaman penuh dia menangis menunggu Davis menghubunginya. Tapi nihil. Pria itu benar-benar tak peduli dengan kehamilannya. Akhirnya dengan sangat berat hati dia menghubungi Ero dan mengatakan kalau bersedia untuk tinggal di luar negeri. "Tidak apa-apa ya Nak kita hanya hidup berdua. Ibu janji nanti di sana Ibu akan merawatmu dengan baik. Maaf ya karena sudah membuatmu hadir dengar kondisi keluarga yang tidak lengkap," ucap Kintan lirih sambil mengelus-elus perutnya. Pagi tadi saat Kintan berpamitan pada semua keluarganya, Bima sempat melarangnya pergi ke luar negeri. Bahkan ibunya sampai menangis dan memohon agar dirinya tetap tinggal di kota ini. Meski sedih melihat keadaan itu, Kintan tetap memaksakan diri untuk pergi. Terlalu sakit jika harus bernafas di satu kota yang sama de
“Selamat pagi, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu?”“Di mana ruangan Davis?” tanya Sellandra. Raut wajahnya terlihat seperti orang yang sedang menyimpan amarah.“Ruangan Tuan Davis ada di lantai sembilan. Mau saya antarkan?”“Tidak usah. Terima kasih,”“Sama-sama, Nyonya.”Kedatangan Sellandra yang begitu tiba-tiba membuat heboh semua karyawan Aeron Group. Para karyawan itu saling berbisik, bertanya-tanya gerangan apa yang terjadi sehingga membuat wanita kesayangan bos mereka datang hanya dengan memakai daster saja. Pagi tadi saat Sellandra bangun, dia tak sengaja mendengar percakapan Ero dan Kai yang sedang membahas soal Kintan. Awalnya Sellandra ingin menimbrung, tapi setelah mengetahui apa yang terjadi diapun mengurungkan niatnya. Beralasan ingin pergi jalan-jalan sebentar dengan kepala pelayan, Sellandra nekad datang ke Aeron Group guna menemui Davis. Ya. Sellandra sudah mengetahui tentang kehamilan Kintan. Termasuk juga dengan penolakan Davis yang malah meminta Kintan agar menggug
Flashback"Aku hamil,".... Kintan meremas baju bagian bawahnya setelah memberitahu Davis kalau dirinya hamil. Gugup, dia gugup sekali. Kintan begitu takut pria ini akan menolak mengakui janin yang ada di dalam perutnya. "Kau yakin itu adalah anakku?" tanya Davis. Jujur dia syok sekali setelah Kintan memberitahu kalau dirinya sedang hamil. Setelah hati Davis langsung bereaksi keras dengan meminta untuk tidak menerima kehadiran janin tersebut. Bayi itu bukan miliknya."Dav, hanya denganmu aku pernah melakukan hal seperti itu. Bukankah kau juga tahu kalau itu adalah yang pertama untukku?" sahut Kintan resah menyadari adanya penolakan di diri pria ini. "Aku memang yang pertama, tapi setelah itu aku mana tahu kau melakukannya dengan pria lain atau tidak. Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi, bukan?"Kintan tersentak kaget mendengar tuduhan keji yang dilayangkan oleh Davis. Sungguh, dia benar-benar tidak menyangka kalau Davis akan sekejam ini padanya. Kejam sekali. "Berhenti memper
Senyum Sellandra langsung mengembang begitu melihat wajah ibunya. Karena merindu, dia merengek meminta Ero agar mengantarkannya pulang ke rumah. Dia rindu sekali pada ibu dan juga neneknya. "Halo sayang, apa kabar?" tanya Nadia sembari berjalan cepat menghampiri putrinya yang baru saja keluar dari mobil. Begitu sampai di dekatnya dia langsung memeluknya penuh sayang. "Ibu rindu sekali padamu, Nak. Bagaimana? Kandunganmu sehat-sehat saja, kan?""Kami sangat sehat, Ibu. Ero menjagaku dengan begitu baik. Dia sangat siaga," jawab Sellandra. "Syukurlah kalau kalian sehat. Ibu lega mendengarnya,"Nadia mengurai pelukan. Dia lalu berganti memeluk menantunya yang begitu membanggakan. "Terima kasih sudah menjaga Sellandra dengan baik, Ero. Mungkinkah ini alasan kenapa Kakek menjodohkan kalian berdua. Beliau tahu kalau kau adalah suami yang paling tepat untuk Sellandra. Sekali lagi terima kasih banyak ya," ucap Nadia penuh haru. "Jangan berterima kasih seperti ini, Ibu. Menjaga Sellandra da
Hoeekk hoeekkTubuh Sellandra sampai terbungkuk-bungkuk saat dia kembali memuntahkan isi perutnya. Dia lalu berpegangan ke dinding saat kakinya bergetar karena lemas. "E-Ero," .... Suara Sellandra begitu lirih. Almero yang sedang terlelap pun tak bisa mendengarnya. Sekarang waktu menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Dan tiba-tiba saja perut Sellandra bergejolak. Dia yang tidak tega membangunkan Almero memutuskan untuk pergi ke kamar mandi seorang diri. Awalnya Sellandra pikir rasa mual itu hanya sebentar. Tapi siapa sangka kalau dia tak henti mengeluarkan seluruh sisa makanan yang ada di perutnya yang mana membuat sekujur tubuhnya menjadi gemetaran dan juga lemas. "Ero, tolong aku," ucap Sellandra masih berusaha memanggil Ero dengan suaranya yang begitu kecil. Matanya sudah berkunang-kunang sekarang. Almero yang sedang terlelap samar-samar seperti mendengar ada orang yang memanggilnya. Dia lalu berusaha membuka mata sambil meraba kasur di sebelahnya. (Kosong) Tak butuh waktu la
FlashbackKintan buru-buru keluar dari dalam mobil begitu melihat Davis muncul. Dia kemudian berlari mengejarnya. "Davis, tunggu. Aku ingin bicara padamu!" teriak Kintan ketika melihat Davis hendak masuk ke dalam lift. Mendengar suara teriakan memanggil namanya Davis akhirnya berbalik. Dia yang sedang kelelahan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan merasa bebannya semakin bertambah saja begitu mengetahui siapa yang memanggilnya. Kintan, mantan tunangannya. Wanita itu tengah berlari menuju padanya. Entah apa yang di inginkan. Hmmmm. "Beri aku kesempatan untuk bicara. Please?" ucap Kintan begitu sampai di hadapan Davis. Dia memohon dengan tatapan memelas. "Apalagi yang ingin kau bicarakan, Kintan? Semuanya sudah selesai. Kau dan aku tidak lagi terikat tali pertunangan," sahut Davis dengan dinginnya. Dia enggan sekali bicara dengan mantannya ini. Membuat hati jadi berdenyut nyeri. "Dav, aku tahu aku salah. Tapi tidak bisakah kau memberiku kesempatan untuk memperbaikinya?"Kinta
Flashback“Bima, akhirnya kau pulang juga, Nak!” seru Felita sembari berjalan cepat menghampiri putranya yang sudah beberapa bulan hilang tak berkabar. Seketika air matanya mengalir deras begitu mereka saling memeluk. “Kau kemana saja, Bim. Ayahmu bilang kau berada di panti rehabilitasi, tapi kenapa Ibu dan yang lain tak bisa mengunjungimu? Apa yang sebenarnya terjadi?”Sebelum menjawab pertanyaan sang ibu, Bima terlebih dahulu melepas pelukan mereka kemudian mencium keningnya penuh sayang. Rindu sekali dia pada wanita ini. Sungguh.“Ceritanya panjang sekali, Bu. Mungkin tidak bisa selesai diceritakan seabad lamanya,” ucap Bima berseloroh.“Ei kau ini. Ibu serius, Bima. Tolong jangan bercanda!”“Hehe, baiklah.” Bima berdehem. “Ibu tahu tidak saat Sellandra mengalami lebam di lehernya?”“Iya Ibu tahu. Kenapa memangnya?” tanya Felita sambil mengerutkan kening. Agak bingung dia dengan yang sedang dibicarakan oleh putranya.“Itu aku yang menyerangnya,” jawab Bima. “Saat itu aku tidak tahu