🍀 Happy Reading 🍀 "Selamat siang, Nona Sellandra!" sapa Sekertaris Fang yang baru saja tiba. "Maaf membuat anda terlalu lama menunggu di sini." "Selamat siang kembali, Sekertaris Fang. Tidak masalah, saya mahklum dengan kesibukan anda!" sahut Sellandra sembari berdiri dari duduknya. Dengan sopan Sellandra menyambut uluran tangan dari wanita cantik yang menjadi salah satu orang kepercayaan dari pemilik Aeron Group. Dia kemudian kembali duduk setelah Sekertaris Fang mempersilahkannya. "Bawahan saya mengatakan ada hal penting yang ingin anda bahas dengan saya. Kalau boleh tahu tentang masalah apa ya?" tanya Sekertaris Fang seraya tersenyum ramah ke arah wanita cantik yang merupakan cucu dari pendiri Latief Group. "Anda bisa langsung melihatnya di sini, Sekertaris Fang." Sellandra kemudian meminta berkas dari tangan bawahannya. Dia lalu menyodorkannya ke arah Sekertaris Fang. "Pengajuan penanaman modal? Hm, anda datang dengan tujuan besar rupanya." Dengan santai Sekertaris Fan
🍀 Happy Reading 🍀 Tok tok tok Kai dengan langkah cepat berjalan ke arah pintu kemudian membukanya. Dia lalu menganggukkan kepala ke arah Sekertaris Fang yang datang sambil membawa sebuah berkas di tangannya. "Selamat siang, Komisaris," sapa Sekertaris Fang seraya menundukkan kepala. Pria yang di panggil Komisaris langsung berbalik badan. Wajahnya tampan dengan postur tubuh yang begitu atletis, berbeda jauh dari apa yang di pikirkan oleh orang-orang selama ini. Saat ini sang Komisaris tengah mengenakan kemeja putih dimana kancing bagian atasnya terbuka. Di tangannya ada segelas sampanye yang isinya tinggal sedikit, menunjukkan kalau pria ini sedang dalam kondisi mood yang buruk. "Apa ada masalah besar yang terjadi di perusahaan itu?" "Benar, Komisaris. Seseorang sepertinya mendalangi suatu rencana untuk menjatuhkan nama baik Nona Sellandra di mata para pemegang saham. Tadi sewaktu saya ingin membahas masalah tersebut Nona Sellandra terlihat tidak ingin. Saya menduga kalau pel
🍀Happy Reading🍀 Tepat jam delapan malam, Sellandra pulang ke rumah. Langkahnya sedikit gontai dan wajahnya terlihat begitu lelah. Bagaimana tidak lelah! Seharian ini dia sibuk mengurus masalah yang di sebabkan oleh paman dan juga sepupunya sendiri. Walaupun Sellandra sedikit mendapatkan angin segar setelah bertemu dengan salah satu orang penting di Aeron Group, ini masih belum bisa membuatnya merasa tenang. Semuanya masih fifti-fifti, yang artinya kalau perusahaan milik sang kakek masih berada di zona bahaya. "Nah. Pulang juga kau akhirnya!" Terdengar helaan nafas pelan ketika Sellandra mendengar suara sang nenek yang begitu cetus. Dia mencoba tersenyum sebelum akhirnya menoleh ke arah sumber suara. "Nenek bicara padaku?" tanya Sellandra. Sebisa mungkin dia bersikap sopan terhadap sang nenek. "Cihh, tidak usah berpura-pura sok polos kau!" sahut Kasturi dengan sengitnya. "Bagaimana? Apa kau sudah berhasil menemukan jalan keluar dari masalah yang terjadi di perusahaan?" "Nek,
🍀Happy Reading 🍀 Setelah pertemuannya dengan Sellandra siang tadi, perasaan Davis menjadi tidak karu-karuan. Dia sampai tidak fokus dengan pekerjaannya, yang mana hal itu membuat Davis terpaksa harus lembur untuk membereskan semua berkas yang tidak sengaja terbengkalai. Jujur, rasa rindu ini seperti menggerogoti jiwanya. Davis sangat amat menderita, dan obat yang dia butuhkan sekarang adalah kehadiran Sellandra. Ya, Davis butuh dia. Hanya dia. Tok tok tok "Permisi, Tuan Davis." "Ya?" Davis menoleh ke arah pintu. Dia diam terpaku melihat kehadiran Ero yang tengah berdiri sambil membawa sesuatu di atas nampan. Laki-laki ini ... Haruskah aku memintamu untuk menceraikan Sellandra, Ero? batin Davis dalam kesedihannya. "Tuan Davis, bolehkah saya masuk ke dalam?" tanya Ero dengan sopan. "Tadi saya tidak sengaja melihat anda yang sedang bekerja lembur. Jadi saya berinisiatif untuk membawakan kopi pahit dan sedikit cemilan untuk menemani waktu anda. Maaf jika saya lancang." "Oh, ti
🍀Happy Reading🍀 Pagi harinya, Sellandra terbangun saat mendengar suara ketukan pintu di jendela. Dia diam termangu sambil menatap ke arah sana. Ero, suaminya kembali datang berkunjung. Dalam suasana hati yang sedang sangat buruk, Sellandra berasa enggan untuk menemui suaminya itu. Semuanya terasa berat. Hatinya, tubuhnya, langkahnya, semua serasa menolak. Sungguh, pertemuannya dengan Davis di Aeron Group benar-benar sangat mempengaruhi batin dan juga perasaan Sellandra. Ingin rasanya dia menolak kehadiran Ero, tapi tidak bisa dia lakukan. Jadi sekarang satu-satunya hal yang bisa Sellandra lakukan hanyalah diam membiarkan ketukan itu terus terdengar. Sedikit kejam memang, tapi inilah bentuk kejujuran yang sebenarnya dari hati seorang Sellandra Latief. "Sell, aku tahu kau sebenarnya sudah bangun. Tolong bukalah. Ada hal penting yang ingin aku tanyakan padamu!" Deg Sellandra tertegun. Suara itu ... kenapa terdengar begitu hangat? Mungkinkah suaminya tahu kalau saat ini dirinya teng
🍀Happy Reading🍀 "Whhaaatt?? Davis di angkat menjadi salah satu manager di Aeron Group?" pekik Kintan syok setelah membaca unggahan status salah satu temannya yang juga bekerja di perusahaan besar tersebut. "Ini aku tidak salah lihat 'kan? Gembel itu sekarang menjadi manager andalan di sana. Ini mustahil!" Kintan sampai melempar ponselnya ke atas sofa saking tidak percayanya dia akan kabar yang baru saja dia baca. Davis Young, pria miskin yang dulunya menjadi kekasih Sellandra kini tiba-tiba memiliki karir gemilang setelah beberapa tahun bekerja sebagai karyawan biasa di Aeron Group. Sungguh, berita ini benar-benar sangat sulit untuk di percaya. Mustahil sekali bukan seorang gembel sepertinya bisa menduduki jabatan yang tidak biasa ini? Terlebih lagi di Aeron Group. Kintan benar-benar tak habis pikir karenanya. "Tidak-tidak. Davis tidak mungkin menjadi manager di sana, ini mustahil!" gumam Kintan seraya berkacak pinggang. Sambil mondar-mandir ke sana kemari, Kintan terus menolak
🍀Happy Reading🍀 Di Latief Group, terlihat Sellandra yang sedang duduk di ruangannya sambil memijit-mijit pinggiran kepala. Sejak tadi pagi dia terus menunggu apakah perwakilan dari Aeron Group sudah memberikan jawaban atau belum. Namun nihil, sampai waktu sudah sesore ini mereka masih belum juga menghubungi dia maupun sekertarisnya. Hal ini tentu saja membuat Sellandra menjadi sangat tidak tenang. Tim di bagian pelaksana sudah memberi kabar kalau keuangan di perusahaan sudah semakin menipis. Belum lagi dengan desakan sang nenek yang terus mengancam dan memaksa Sellandra agar bisa secepatnya menyelesaikan masalah ini. Membuat kepala Sellandra serasa akan pecah. Beban ini terlalu berat, dan Sellandra sama sekali tidak memiliki tempat untuk bersandar. Andai saja keluarganya mau sedikit memberi dukungan, Sellandra pasti tidak akan setidakberdaya ini. "Apa yang harus aku lakukan jika seandainya Aeron Group menolak kerjasama ini? Bagaimana nasib para karyawan di sini? Belum lagi Nenek d
🍀 Happy Reading 🍀 "Komisaris, saya sudah menjalankan rencana untuk menekan mereka semua. Dan malam ini di keluarga Latief pasti akan terjadi keributan yang cukup besar!" ucap Kai melaporkan pada sang atasan. Dia baru saja menerima kabar dari orang suruhannya. "Baguslah. Dengan begini wanita tua itu tidak akan memiliki jalan lain lagi selain berharap pada Sellandra seorang. Oya, bagaimana dengan Ziko dan Bima? Reaksi seperti apa yang terjadi pada mereka setelah tahu kalau perusahaan yang sedang mereka incar benar-benar tak bisa tertolong lagi?" "Mereka sangat panik, Komisaris. Apalagi setelah mereka tahu kalau orang-orang yang tadinya memberikan dukungan tiba-tiba pergi begitu saja. Dan dari laporan orang suruhan saya, saat ini mereka sedang gencar mencari sekutu dari perusahaan lain yang bersedia menggelontorkan dana untuk membantu menyelamatkan perusahaan mereka. Tapi sayang, semua itu mustahil terjadi karena semua perusahaan yang ada di negara ini sudah menerima surat peringata
Tujuh tahun kemudian .... "Ayaahhh!"Suara teriakan lucu langsung menyambut kepulangan Almero yang baru saja kembali dari melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Melihat kedua anaknya berlarian ke arahnya membuat Almero tampak kegirangan. Segera dia berjongkok di lantai lalu merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan dari Rogert dan Adriana. "Aduhh anak-anak Ayah yang cantik dan tampan. Apa kabar, hm? Rindu Ayah tidak?" tanya Almero sambil mencium pipi kedua anaknya secara bergantian. Dia gemas sekali melihat kedua bocah ini. Sungguh. "Kabar kami sangat baik, Ayah. Ibu juga baik," jawab Rogert dengan lancar. Dia lalu mengelus rambut adiknya yang sedang merebah manja di bahu sang ayah. "Sekarang kau sudah tidak sedih lagi, kan? Ayah sudah kembali ke rumah. Jangan menangis lagi ya?""Iya, Kak," sahut Adriana patuh. "Lho, kenapa adikmu bisa menangis? Apa yang terjadi?""Adriana bilang dia sangat merindukan Ayah. Jadi setiap mau tidur dia akan selalu menangis dan bertanya
"Hati-hati, sayang," ucap Almero sambil membantu mengantarkan Sellandra ke dalam kamar mandi. "Ughhh, begah sekali perutku. Aku sampai sulit bernafas, Ero," sahut Sellandra terengah. "Apa yang harus aku lakukan agar kau bisa merasa lebih nyaman? Rasanya sakit melihatmu kesulitan seperti ini, sayang."Sellandra tertawa. Suaminya selalu saja berkata manis. Dan sialnya Sellandra sangat suka itu. "Kau hanya perlu terus berada di sisiku. Dengan begitu kau sudah membantu membuatku merasa nyaman. Sungguh.""Hmmm,"Usia kandungan Sellandra sudah mencapai bulan kelahiran sekarang. Hal itu membuat semua orang menjadi sangat waspada. Terutama Almero. Setengah dia tak bisa tidur saat di malam hari karena takut Sellandra mulas mendadak. Agak berlebihan memang. Tapi Almero memang seantusias itu menyambut kelahiran anak pertama mereka. Dan setelah melewati perdebatan panjang, akhirnya di ketahui kalau Sellandra hamil kembar. Ini dilakukan karena Almero merasa panik melihat ukuran perut Sellandra
Di bandara, terlihat Kintan berjalan sendirian sambil menarik koper yang tidak terlalu besar. Di matanya bertengger sebuah kaca mata hitam yang dia pakai untuk menyembunyikan matanya yang membengkak. Ya, semalaman penuh dia menangis menunggu Davis menghubunginya. Tapi nihil. Pria itu benar-benar tak peduli dengan kehamilannya. Akhirnya dengan sangat berat hati dia menghubungi Ero dan mengatakan kalau bersedia untuk tinggal di luar negeri. "Tidak apa-apa ya Nak kita hanya hidup berdua. Ibu janji nanti di sana Ibu akan merawatmu dengan baik. Maaf ya karena sudah membuatmu hadir dengar kondisi keluarga yang tidak lengkap," ucap Kintan lirih sambil mengelus-elus perutnya. Pagi tadi saat Kintan berpamitan pada semua keluarganya, Bima sempat melarangnya pergi ke luar negeri. Bahkan ibunya sampai menangis dan memohon agar dirinya tetap tinggal di kota ini. Meski sedih melihat keadaan itu, Kintan tetap memaksakan diri untuk pergi. Terlalu sakit jika harus bernafas di satu kota yang sama de
“Selamat pagi, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu?”“Di mana ruangan Davis?” tanya Sellandra. Raut wajahnya terlihat seperti orang yang sedang menyimpan amarah.“Ruangan Tuan Davis ada di lantai sembilan. Mau saya antarkan?”“Tidak usah. Terima kasih,”“Sama-sama, Nyonya.”Kedatangan Sellandra yang begitu tiba-tiba membuat heboh semua karyawan Aeron Group. Para karyawan itu saling berbisik, bertanya-tanya gerangan apa yang terjadi sehingga membuat wanita kesayangan bos mereka datang hanya dengan memakai daster saja. Pagi tadi saat Sellandra bangun, dia tak sengaja mendengar percakapan Ero dan Kai yang sedang membahas soal Kintan. Awalnya Sellandra ingin menimbrung, tapi setelah mengetahui apa yang terjadi diapun mengurungkan niatnya. Beralasan ingin pergi jalan-jalan sebentar dengan kepala pelayan, Sellandra nekad datang ke Aeron Group guna menemui Davis. Ya. Sellandra sudah mengetahui tentang kehamilan Kintan. Termasuk juga dengan penolakan Davis yang malah meminta Kintan agar menggug
Flashback"Aku hamil,".... Kintan meremas baju bagian bawahnya setelah memberitahu Davis kalau dirinya hamil. Gugup, dia gugup sekali. Kintan begitu takut pria ini akan menolak mengakui janin yang ada di dalam perutnya. "Kau yakin itu adalah anakku?" tanya Davis. Jujur dia syok sekali setelah Kintan memberitahu kalau dirinya sedang hamil. Setelah hati Davis langsung bereaksi keras dengan meminta untuk tidak menerima kehadiran janin tersebut. Bayi itu bukan miliknya."Dav, hanya denganmu aku pernah melakukan hal seperti itu. Bukankah kau juga tahu kalau itu adalah yang pertama untukku?" sahut Kintan resah menyadari adanya penolakan di diri pria ini. "Aku memang yang pertama, tapi setelah itu aku mana tahu kau melakukannya dengan pria lain atau tidak. Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi, bukan?"Kintan tersentak kaget mendengar tuduhan keji yang dilayangkan oleh Davis. Sungguh, dia benar-benar tidak menyangka kalau Davis akan sekejam ini padanya. Kejam sekali. "Berhenti memper
Senyum Sellandra langsung mengembang begitu melihat wajah ibunya. Karena merindu, dia merengek meminta Ero agar mengantarkannya pulang ke rumah. Dia rindu sekali pada ibu dan juga neneknya. "Halo sayang, apa kabar?" tanya Nadia sembari berjalan cepat menghampiri putrinya yang baru saja keluar dari mobil. Begitu sampai di dekatnya dia langsung memeluknya penuh sayang. "Ibu rindu sekali padamu, Nak. Bagaimana? Kandunganmu sehat-sehat saja, kan?""Kami sangat sehat, Ibu. Ero menjagaku dengan begitu baik. Dia sangat siaga," jawab Sellandra. "Syukurlah kalau kalian sehat. Ibu lega mendengarnya,"Nadia mengurai pelukan. Dia lalu berganti memeluk menantunya yang begitu membanggakan. "Terima kasih sudah menjaga Sellandra dengan baik, Ero. Mungkinkah ini alasan kenapa Kakek menjodohkan kalian berdua. Beliau tahu kalau kau adalah suami yang paling tepat untuk Sellandra. Sekali lagi terima kasih banyak ya," ucap Nadia penuh haru. "Jangan berterima kasih seperti ini, Ibu. Menjaga Sellandra da
Hoeekk hoeekkTubuh Sellandra sampai terbungkuk-bungkuk saat dia kembali memuntahkan isi perutnya. Dia lalu berpegangan ke dinding saat kakinya bergetar karena lemas. "E-Ero," .... Suara Sellandra begitu lirih. Almero yang sedang terlelap pun tak bisa mendengarnya. Sekarang waktu menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Dan tiba-tiba saja perut Sellandra bergejolak. Dia yang tidak tega membangunkan Almero memutuskan untuk pergi ke kamar mandi seorang diri. Awalnya Sellandra pikir rasa mual itu hanya sebentar. Tapi siapa sangka kalau dia tak henti mengeluarkan seluruh sisa makanan yang ada di perutnya yang mana membuat sekujur tubuhnya menjadi gemetaran dan juga lemas. "Ero, tolong aku," ucap Sellandra masih berusaha memanggil Ero dengan suaranya yang begitu kecil. Matanya sudah berkunang-kunang sekarang. Almero yang sedang terlelap samar-samar seperti mendengar ada orang yang memanggilnya. Dia lalu berusaha membuka mata sambil meraba kasur di sebelahnya. (Kosong) Tak butuh waktu la
FlashbackKintan buru-buru keluar dari dalam mobil begitu melihat Davis muncul. Dia kemudian berlari mengejarnya. "Davis, tunggu. Aku ingin bicara padamu!" teriak Kintan ketika melihat Davis hendak masuk ke dalam lift. Mendengar suara teriakan memanggil namanya Davis akhirnya berbalik. Dia yang sedang kelelahan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan merasa bebannya semakin bertambah saja begitu mengetahui siapa yang memanggilnya. Kintan, mantan tunangannya. Wanita itu tengah berlari menuju padanya. Entah apa yang di inginkan. Hmmmm. "Beri aku kesempatan untuk bicara. Please?" ucap Kintan begitu sampai di hadapan Davis. Dia memohon dengan tatapan memelas. "Apalagi yang ingin kau bicarakan, Kintan? Semuanya sudah selesai. Kau dan aku tidak lagi terikat tali pertunangan," sahut Davis dengan dinginnya. Dia enggan sekali bicara dengan mantannya ini. Membuat hati jadi berdenyut nyeri. "Dav, aku tahu aku salah. Tapi tidak bisakah kau memberiku kesempatan untuk memperbaikinya?"Kinta
Flashback“Bima, akhirnya kau pulang juga, Nak!” seru Felita sembari berjalan cepat menghampiri putranya yang sudah beberapa bulan hilang tak berkabar. Seketika air matanya mengalir deras begitu mereka saling memeluk. “Kau kemana saja, Bim. Ayahmu bilang kau berada di panti rehabilitasi, tapi kenapa Ibu dan yang lain tak bisa mengunjungimu? Apa yang sebenarnya terjadi?”Sebelum menjawab pertanyaan sang ibu, Bima terlebih dahulu melepas pelukan mereka kemudian mencium keningnya penuh sayang. Rindu sekali dia pada wanita ini. Sungguh.“Ceritanya panjang sekali, Bu. Mungkin tidak bisa selesai diceritakan seabad lamanya,” ucap Bima berseloroh.“Ei kau ini. Ibu serius, Bima. Tolong jangan bercanda!”“Hehe, baiklah.” Bima berdehem. “Ibu tahu tidak saat Sellandra mengalami lebam di lehernya?”“Iya Ibu tahu. Kenapa memangnya?” tanya Felita sambil mengerutkan kening. Agak bingung dia dengan yang sedang dibicarakan oleh putranya.“Itu aku yang menyerangnya,” jawab Bima. “Saat itu aku tidak tahu