Jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya gengss... Selamat menjalankan ibadah puasa (Khususnya muslim?
🍀 Happy Reading 🍀 "Komisaris, saya sudah menjalankan rencana untuk menekan mereka semua. Dan malam ini di keluarga Latief pasti akan terjadi keributan yang cukup besar!" ucap Kai melaporkan pada sang atasan. Dia baru saja menerima kabar dari orang suruhannya. "Baguslah. Dengan begini wanita tua itu tidak akan memiliki jalan lain lagi selain berharap pada Sellandra seorang. Oya, bagaimana dengan Ziko dan Bima? Reaksi seperti apa yang terjadi pada mereka setelah tahu kalau perusahaan yang sedang mereka incar benar-benar tak bisa tertolong lagi?" "Mereka sangat panik, Komisaris. Apalagi setelah mereka tahu kalau orang-orang yang tadinya memberikan dukungan tiba-tiba pergi begitu saja. Dan dari laporan orang suruhan saya, saat ini mereka sedang gencar mencari sekutu dari perusahaan lain yang bersedia menggelontorkan dana untuk membantu menyelamatkan perusahaan mereka. Tapi sayang, semua itu mustahil terjadi karena semua perusahaan yang ada di negara ini sudah menerima surat peringata
🍀Happy Reading🍀 Sambil tersenyum ramah Davis membalas uluran jabat tangan dari para rekannya yang ingin mengucapkan selamat atas di angkatnya dia menjadi manager di Aeron Group. Kebahagiaan itu terlihat jelas di mata Davis ketika salah satu karyawan memuji kehebatannya yang mampu naik jabatan hanya dalam waktu yang bisa terbilang singkat. Namun sayang, tawa kebahagiaan yang saat itu menghiasi bibir Davis mendadak sirna saat salah satu dari mereka menyinggung tentang pernikahannya dengan Sellandra. Seketika Davis membatu. "Dav, aku sungguh bangga melihat keberhasilan yang berhasil kau raih. Sellandra pasti akan menjadi orang yang paling bahagia atas kabar ini. Benar tidak?" tanya salah seorang karyawan. "Oh ya, ngomong-ngomong kapan kau dan Sellandra akan menikah? Kau sudah melamarnya belum?" Tak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut Davis begitu dia di ingatkan pada luka yang amat sangat menyakitkan hatinya. Dia diam tak bergeming, mengabaikan tatapan keheranan dari teman-tem
🍀Happy Reading🍀 Braaakkkkk "Apa-apaan kau, Ziko? Kenapa membanting tasmu di atas meja. Membuat kaget saja!" tegur Kasturi sambil menatap tajam ke arah putranya yang baru saja sampai di rumah. Seketika moodnya rusak, dia tak lagi berselera melihat-lihat koleksi berlian yang tadi sedang di bacanya. "Mana Sellandra, Bu?" tanya Ziko setelah duduk di sofa. Dia kemudian memijit-mijit tulang hidungnya. "Bukankah anak itu masih berada di perusahaan ya? Ibu belum melihatnya kembali ke rumah," jawab Kasturi sambil mengerutkan kening. "Ada apa, Ziko? Tumben sekali kau menanyakan tentang Sellandra." "Bu, memangnya Ibu tidak tahu ya kalau semua perusahaan menolak untuk bekerjasama dengan perusahaan kita? Aku pikir awalnya dia bisa menghandle masalah ini. Akan tetapi sore tadi aku mendapat telepon dari teman-temanku kalau Sellandra telah menghina dan menyalahkan mereka karena telah menarik saham dari perusahaan. Padahal tadinya mereka berniat untuk kembali bekerjasama dengan Latief Group. M
🍀Happy Reading🍀 "Wahh wahh wahh, Kintan. Kenapa di dalam rumah kita bisa tercium aroma sampah yang begitu busuk ya? Apa jangan-jangan pelayan di sini tidak menjalankan tugas mereka dengan baik?" sindir Bima sambil melirik ke arah pria miskin yang berdiri di belakang sepupunya. Dia lalu menyeringai. "Aku rasa para pelayan sudah menjalankan tugas mereka dengan sangat baik, Kak. Hanya saja ada yang sengaja membawa tong sampah masuk ke dalam rumah ini," sahut Kintan. Sellandra paham betul kalau Kintan dan Bima sedang menyindir keberadaan suaminya. Namun dia berusaha untuk tetap sabar menghadapi hinaan mereka karena sekarang diam-diam tangan Ero sedang mengusap punggungnya. Sellandra tahu kalau Ero sedang membujuknya agar tidak terpancing emosi gara-gara ulah kurang ajar dari kedua sepupunya itu. "Haahhhh, akhirnya aku bisa duduk juga setelah seharian berputar-putar membereskan masalah di kantor," ucap Bima. "Nek, apa Ayah sudah memberitahu Nenek tentang para penanam saham yang kec
🍀Happy Reading 🍀 Pagi harinya, di kediaman keluarga Latief terlihat Bima yang sedang begitu sibuk mematut penampilannya di depan cermin. Hari ini dia akan pergi ke Aeron Group guna menandatangani kontrak kerjasama. Jadi Bima harus memastikan kalau penampilannya benar-benar telah sempurna sebelum bertemu dengan Komisaris perusahaan besar tersebut. "Kak?" Bima menoleh. Dia kemudian tersenyum melihat adiknya yang sedang berdiri menyender di daun pintu. "Masuklah," ucap Bima. "Hmmm, wajahmu terlihat begitu berseri-seri. Sebegitu bahagianya akan bertemu dengan Komisaris Aeron Group, hm?" tanya Kintan seraya melangkah masuk ke dalam kamar sang kakak. Dia kemudian duduk di sofa, terkekeh geli saat memperhatikan kakaknya yang tidak berhenti mematut diri di depan cermin. "Jangan menertawakan aku, Kintan. Wajar kan kalau aku berpenampilan rapi seperti ini demi menyambut bergabungnya Latief Group dengan perusahaan besar itu? Aeron Group adalah impian semua orang yang tinggal di negara
🍀Happy Reading🍀 Sesampainya Bima dan Kintan di Aeron Group, mereka pun segera mendatangi meja resepsionis guna mengkonfirmasi kedatangan mereka di perusahaan tersebut. Dalam hati, mereka tak henti membatin mengagumi akan kemegahan interior di dalam gedung megah ini. Luar biasa, hanya satu kata itu yang terlintas di benak masing-masing. "Maaf, Tuan Bima. Untuk saat ini sekertaris Fang dan juga Tuan Kai sedang tidak ada di tempat. Mereka sedang menemani Komisaris mengurus pekerjaan di luar kantor. Silahkan anda menunggu sebentar!" ucap si resepsionis dengan sopan. "Sekertaris Fang dan Tuan Kai tidak ada di tempat? Bagaimana bisa. Bukankah kami diminta datang untuk melakukan penandatanganan kontrak kerjasama dengan pemilik Aeron Group ya?" tanya Bima seraya mengerutkan kening. Dia cukup kaget mendengar laporan resepsionis tersebut. "Maaf sebelumnya. Apakah sudah ada pemberitahuan secara langsung kalau anda akan bertemu dengan Komisaris?" "Em, itu .... Bima tergagap dalam menan
🍀Happy Reading🍀 "Maaf, Tuan Bima. Komisaris kami hanya bersedia menandatangani kontrak dengan orang yang telah mengirimkan berkas ke Aeron Group. Yang artinya bahwa hanya Nona Sellandra-lah yang bisa mewakili Latief Group. Selain beliau, kerjasama ini tidak akan pernah terjadi!" ucap sekertaris Fang seraya tersenyum simpul pada dua orang tamu yang telah menunggu jawaban ini sejak pagi tadi. Kasihan sekali. "A-apa? Jadi sia-sia kedatangan kami kemari?" pekik Bima syok. Tangannya sampai terkepal kuat saking emosinya dia mendengar perkataan sekertaris Fang. "Bukan sia-sia, Tuan Bima. Hanya kurang tepat saja." "Maaf menyela, sekertaris Fang!" ucap Kintan seraya maju selangkah ke depan. "Semalam setelah anda menelpon, Kak Sellandra meminta Kak Bima saja yang datang kemari. Dia sedang sibuk hari ini, jadi meminta tolong pada kami untuk mewakilkannya menandatangani kontrak dengan Komisaris Aeron Group. Apakah hal ini tidak bisa di pikirkan kembali? Saya dan Kak Bima telah menunggu sej
🍀Happy Reading 🍀 Di Aeron Group, terlihat Ero yang baru saja keluar dari dalam toilet. Penampilannya terlihat cukup rapi untuk ukuran seseorang yang bekerja sebagai seorang cleaning servis. "Ero, bisakah kita bicara sebentar?" Sedikit berjengit kaget, Ero langsung menoleh ke arah sumber suara. Dia lalu menganggukkan kepala begitu tahu siapa yang menegurnya. "Tuan Davis, apa anda memerlukan bantuan saya? Katakan saja, jangan sungkan," tanya Ero ketika Davis hanya diam mematung di hadapannya. Ero merasa ada yang salah dengan ekpresi di wajah laki-laki ini, jadi memutuskan untuk bicara lebih dulu. "Hmmmm, tidak. Aku tidak sedang membutuhkan apa-apa, Ero. Aku ... aku hanya merasa tak tenang," jawab Davis pelan. Dadanya berdetak kuat ketika ingin melanjutkan kata-katanya. Tidak Davis, kau tidak boleh menuduh sembarangan pada Ero dan Sellandra. Kau lupa ya kalau Bima dan Kintan adalah orang-orang yang sangat jahat dan juga licik? Mereka bahkan tak pernah bersikap baik pada Sellan
Tujuh tahun kemudian .... "Ayaahhh!"Suara teriakan lucu langsung menyambut kepulangan Almero yang baru saja kembali dari melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Melihat kedua anaknya berlarian ke arahnya membuat Almero tampak kegirangan. Segera dia berjongkok di lantai lalu merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan dari Rogert dan Adriana. "Aduhh anak-anak Ayah yang cantik dan tampan. Apa kabar, hm? Rindu Ayah tidak?" tanya Almero sambil mencium pipi kedua anaknya secara bergantian. Dia gemas sekali melihat kedua bocah ini. Sungguh. "Kabar kami sangat baik, Ayah. Ibu juga baik," jawab Rogert dengan lancar. Dia lalu mengelus rambut adiknya yang sedang merebah manja di bahu sang ayah. "Sekarang kau sudah tidak sedih lagi, kan? Ayah sudah kembali ke rumah. Jangan menangis lagi ya?""Iya, Kak," sahut Adriana patuh. "Lho, kenapa adikmu bisa menangis? Apa yang terjadi?""Adriana bilang dia sangat merindukan Ayah. Jadi setiap mau tidur dia akan selalu menangis dan bertanya
"Hati-hati, sayang," ucap Almero sambil membantu mengantarkan Sellandra ke dalam kamar mandi. "Ughhh, begah sekali perutku. Aku sampai sulit bernafas, Ero," sahut Sellandra terengah. "Apa yang harus aku lakukan agar kau bisa merasa lebih nyaman? Rasanya sakit melihatmu kesulitan seperti ini, sayang."Sellandra tertawa. Suaminya selalu saja berkata manis. Dan sialnya Sellandra sangat suka itu. "Kau hanya perlu terus berada di sisiku. Dengan begitu kau sudah membantu membuatku merasa nyaman. Sungguh.""Hmmm,"Usia kandungan Sellandra sudah mencapai bulan kelahiran sekarang. Hal itu membuat semua orang menjadi sangat waspada. Terutama Almero. Setengah dia tak bisa tidur saat di malam hari karena takut Sellandra mulas mendadak. Agak berlebihan memang. Tapi Almero memang seantusias itu menyambut kelahiran anak pertama mereka. Dan setelah melewati perdebatan panjang, akhirnya di ketahui kalau Sellandra hamil kembar. Ini dilakukan karena Almero merasa panik melihat ukuran perut Sellandra
Di bandara, terlihat Kintan berjalan sendirian sambil menarik koper yang tidak terlalu besar. Di matanya bertengger sebuah kaca mata hitam yang dia pakai untuk menyembunyikan matanya yang membengkak. Ya, semalaman penuh dia menangis menunggu Davis menghubunginya. Tapi nihil. Pria itu benar-benar tak peduli dengan kehamilannya. Akhirnya dengan sangat berat hati dia menghubungi Ero dan mengatakan kalau bersedia untuk tinggal di luar negeri. "Tidak apa-apa ya Nak kita hanya hidup berdua. Ibu janji nanti di sana Ibu akan merawatmu dengan baik. Maaf ya karena sudah membuatmu hadir dengar kondisi keluarga yang tidak lengkap," ucap Kintan lirih sambil mengelus-elus perutnya. Pagi tadi saat Kintan berpamitan pada semua keluarganya, Bima sempat melarangnya pergi ke luar negeri. Bahkan ibunya sampai menangis dan memohon agar dirinya tetap tinggal di kota ini. Meski sedih melihat keadaan itu, Kintan tetap memaksakan diri untuk pergi. Terlalu sakit jika harus bernafas di satu kota yang sama de
“Selamat pagi, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu?”“Di mana ruangan Davis?” tanya Sellandra. Raut wajahnya terlihat seperti orang yang sedang menyimpan amarah.“Ruangan Tuan Davis ada di lantai sembilan. Mau saya antarkan?”“Tidak usah. Terima kasih,”“Sama-sama, Nyonya.”Kedatangan Sellandra yang begitu tiba-tiba membuat heboh semua karyawan Aeron Group. Para karyawan itu saling berbisik, bertanya-tanya gerangan apa yang terjadi sehingga membuat wanita kesayangan bos mereka datang hanya dengan memakai daster saja. Pagi tadi saat Sellandra bangun, dia tak sengaja mendengar percakapan Ero dan Kai yang sedang membahas soal Kintan. Awalnya Sellandra ingin menimbrung, tapi setelah mengetahui apa yang terjadi diapun mengurungkan niatnya. Beralasan ingin pergi jalan-jalan sebentar dengan kepala pelayan, Sellandra nekad datang ke Aeron Group guna menemui Davis. Ya. Sellandra sudah mengetahui tentang kehamilan Kintan. Termasuk juga dengan penolakan Davis yang malah meminta Kintan agar menggug
Flashback"Aku hamil,".... Kintan meremas baju bagian bawahnya setelah memberitahu Davis kalau dirinya hamil. Gugup, dia gugup sekali. Kintan begitu takut pria ini akan menolak mengakui janin yang ada di dalam perutnya. "Kau yakin itu adalah anakku?" tanya Davis. Jujur dia syok sekali setelah Kintan memberitahu kalau dirinya sedang hamil. Setelah hati Davis langsung bereaksi keras dengan meminta untuk tidak menerima kehadiran janin tersebut. Bayi itu bukan miliknya."Dav, hanya denganmu aku pernah melakukan hal seperti itu. Bukankah kau juga tahu kalau itu adalah yang pertama untukku?" sahut Kintan resah menyadari adanya penolakan di diri pria ini. "Aku memang yang pertama, tapi setelah itu aku mana tahu kau melakukannya dengan pria lain atau tidak. Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi, bukan?"Kintan tersentak kaget mendengar tuduhan keji yang dilayangkan oleh Davis. Sungguh, dia benar-benar tidak menyangka kalau Davis akan sekejam ini padanya. Kejam sekali. "Berhenti memper
Senyum Sellandra langsung mengembang begitu melihat wajah ibunya. Karena merindu, dia merengek meminta Ero agar mengantarkannya pulang ke rumah. Dia rindu sekali pada ibu dan juga neneknya. "Halo sayang, apa kabar?" tanya Nadia sembari berjalan cepat menghampiri putrinya yang baru saja keluar dari mobil. Begitu sampai di dekatnya dia langsung memeluknya penuh sayang. "Ibu rindu sekali padamu, Nak. Bagaimana? Kandunganmu sehat-sehat saja, kan?""Kami sangat sehat, Ibu. Ero menjagaku dengan begitu baik. Dia sangat siaga," jawab Sellandra. "Syukurlah kalau kalian sehat. Ibu lega mendengarnya,"Nadia mengurai pelukan. Dia lalu berganti memeluk menantunya yang begitu membanggakan. "Terima kasih sudah menjaga Sellandra dengan baik, Ero. Mungkinkah ini alasan kenapa Kakek menjodohkan kalian berdua. Beliau tahu kalau kau adalah suami yang paling tepat untuk Sellandra. Sekali lagi terima kasih banyak ya," ucap Nadia penuh haru. "Jangan berterima kasih seperti ini, Ibu. Menjaga Sellandra da
Hoeekk hoeekkTubuh Sellandra sampai terbungkuk-bungkuk saat dia kembali memuntahkan isi perutnya. Dia lalu berpegangan ke dinding saat kakinya bergetar karena lemas. "E-Ero," .... Suara Sellandra begitu lirih. Almero yang sedang terlelap pun tak bisa mendengarnya. Sekarang waktu menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Dan tiba-tiba saja perut Sellandra bergejolak. Dia yang tidak tega membangunkan Almero memutuskan untuk pergi ke kamar mandi seorang diri. Awalnya Sellandra pikir rasa mual itu hanya sebentar. Tapi siapa sangka kalau dia tak henti mengeluarkan seluruh sisa makanan yang ada di perutnya yang mana membuat sekujur tubuhnya menjadi gemetaran dan juga lemas. "Ero, tolong aku," ucap Sellandra masih berusaha memanggil Ero dengan suaranya yang begitu kecil. Matanya sudah berkunang-kunang sekarang. Almero yang sedang terlelap samar-samar seperti mendengar ada orang yang memanggilnya. Dia lalu berusaha membuka mata sambil meraba kasur di sebelahnya. (Kosong) Tak butuh waktu la
FlashbackKintan buru-buru keluar dari dalam mobil begitu melihat Davis muncul. Dia kemudian berlari mengejarnya. "Davis, tunggu. Aku ingin bicara padamu!" teriak Kintan ketika melihat Davis hendak masuk ke dalam lift. Mendengar suara teriakan memanggil namanya Davis akhirnya berbalik. Dia yang sedang kelelahan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan merasa bebannya semakin bertambah saja begitu mengetahui siapa yang memanggilnya. Kintan, mantan tunangannya. Wanita itu tengah berlari menuju padanya. Entah apa yang di inginkan. Hmmmm. "Beri aku kesempatan untuk bicara. Please?" ucap Kintan begitu sampai di hadapan Davis. Dia memohon dengan tatapan memelas. "Apalagi yang ingin kau bicarakan, Kintan? Semuanya sudah selesai. Kau dan aku tidak lagi terikat tali pertunangan," sahut Davis dengan dinginnya. Dia enggan sekali bicara dengan mantannya ini. Membuat hati jadi berdenyut nyeri. "Dav, aku tahu aku salah. Tapi tidak bisakah kau memberiku kesempatan untuk memperbaikinya?"Kinta
Flashback“Bima, akhirnya kau pulang juga, Nak!” seru Felita sembari berjalan cepat menghampiri putranya yang sudah beberapa bulan hilang tak berkabar. Seketika air matanya mengalir deras begitu mereka saling memeluk. “Kau kemana saja, Bim. Ayahmu bilang kau berada di panti rehabilitasi, tapi kenapa Ibu dan yang lain tak bisa mengunjungimu? Apa yang sebenarnya terjadi?”Sebelum menjawab pertanyaan sang ibu, Bima terlebih dahulu melepas pelukan mereka kemudian mencium keningnya penuh sayang. Rindu sekali dia pada wanita ini. Sungguh.“Ceritanya panjang sekali, Bu. Mungkin tidak bisa selesai diceritakan seabad lamanya,” ucap Bima berseloroh.“Ei kau ini. Ibu serius, Bima. Tolong jangan bercanda!”“Hehe, baiklah.” Bima berdehem. “Ibu tahu tidak saat Sellandra mengalami lebam di lehernya?”“Iya Ibu tahu. Kenapa memangnya?” tanya Felita sambil mengerutkan kening. Agak bingung dia dengan yang sedang dibicarakan oleh putranya.“Itu aku yang menyerangnya,” jawab Bima. “Saat itu aku tidak tahu