Setelah menemui Davis, Almero bergegas kembali ke mansion. Malam ini juga permasalahannya dengan Sellandra harus selesai. Almero sudah tidak tahan dengan keadaan seperti sekarang. Saling sayang, tapi bagaikan orang asing. "Apa istriku mau makan malam?" tanya Almero pada pelayan yang menunggu di depan kamar. Sebagai ungkapan terima kasih karena sudah membantu menyadarkan Sellandra, Almero mengangkat pelayan itu menjadi asisten khusus untuk menangani semua kebutuhan istrinya di mansion ini. "Nyonya Sellandra langsung menghabiskan makan malamnya, Tuan. Dan tadi penampilan Nyonya juga sudah jauh lebih baik. Nyonya bersedia mandi dan mengganti pakaiannya dengan yang baru,""Benarkah?""Benar, Tuan."Almero tersenyum. "Kalian semua istirahatlah. Aku ingin menyelesaikan permasalahan ini tanpa ada yang mengganggu. Dan Kai, kau pulang saja. Aku tahu kau lelah.""Baik, Komisaris. Selamat malam," sahut Kai kemudian membungkukkan badan. Setelah itu dia dan semua orang pergi dari hadapan atasan
Almero merebahkan tubuh Sellandra ke atas ranjang dengan sangat hati-hati. Setelah mendapat izin untuk mengambil haknya, dia segera membawa istrinya yang cantik ke pembaringan. Berbulan-bulan mampu menahan, tidak di sangka malam ini pertahanan Almero akhirnya jebol juga. Dia lega karena sekarang antara dirinya dengan Sellandra sudah tidak terhalang apapun lagi. Mereka saling cinta, dan sama-sama saling menginginkan. "Kenapa tersenyum?" tanya Sellandra sembari menyentuh ujung bibir Almero yang tertarik ke atas. "Apa ada yang salah dengan diriku?""Tidak ada. Malah kau terlalu sempurna," jawab Almero. Posisinya kini sudah berada di atas tubuh Sellandra, sedang kedua tangan berada di sisi kanan dan kiri kepalanya. "Aku tersenyum karena tidak menyangka malam ini kita bisa kembali bersama. Entah harus bersyukur atau bagaimana, tapi kesalah-pahaman yang terjadi secara tidak langsung telah membuat kita sadar kalau kita itu sebenarnya saling membutuhkan. Benar tidak?""Ya, kau benar."Sellan
Setelah kesalah-pahaman di antara Almero dan Sellandra berhasil terselesaikan dengan baik, pagi ini mansion terasa tenang sekali. Dua sejoli yang baru saja membersihkan badan di kamar mandi terlihat sedang duduk bersebelahan di depan meja rias. Almero dengan telatennya membantu mengeringkan rambut panjang Sellandra, sedang di empunya hanya duduk diam sambil menatap wajah suaminya lewat cermin. Sesekali dia nampak menyunggingkan senyum, yang mana di balas oleh Almero dengan senyum yang tak kalah manis darinya. "Ero, apa dulu kau pernah melakukan hal seperti ini pada seseorang? Kau begitu piawai dengan pekerjaanmu. Aku jadi curiga," tanya Sellandra iseng. "Tidak ada seorang pun yang bisa membuatku melakukannya selain dirimu, sayang. Hanya kau satu-satunya wanita yang pernah merasakan perhatian dariku. Sungguh," jawab Almero jujur. Dia lalu menatap Sellandra lewat pantulan cermin. "Keadaan membuatku tidak bisa sembarangan percaya pada orang lain. Namun mendiang Kakek Latief adalah satu
"Senang?" Sellandra bertanya sambil menatap pria yang terus tersenyum sambil memeluknya. Mereka baru saja kembali setelah dari pengadilan. "Sangat," jawab Almero jujur mengakui. "Terima kasih banyak karena kau sudah bersedia untuk mencabut gugatannya. Aku lega sekali,"Setelah sarapan, Almero dan Sellandra bergegas pergi ke pengadilan guna mencabut gugatan. Meskipun Almero tahu kalau pengacara yang menangani gugatan cerai merupakan orang yang telah di bayar oleh Yollanda, dia memilih untuk membiarkan dan memaafkan orang tersebut. Hal ini Almero lakukan karena dia tak ingin Sellandra merasa curiga dan mencapnya sebagai suami yang buruk. Jadi dia merasa sudah cukup berpuas hati dengan di cabutnya gugatan tersebut sehingga hubungan dengan Sellandra sudah baik-baik saja. Akan tetapi ceritanya akan berbeda jika Sellandra sampai menolak untuk memaafkannya. Pengacara ini pasti mati di tangan Almero. "Karena sekarang sudah tidak adalagi masalah di antara kita, bisakah kau mengizinkan aku un
Seorang wanita terlihat berjalan keluar dari dalam minimarket sambil menutupi wajah menggunakan syal berwarna coklat. Tubuh wanita ini terlihat sangat tinggi meski dia hanya mengenakan sepatu jenis flat shoes. Walau memakai kaca mata hitam, hal itu tak bisa menutupi kegelisahan yang tersembunyi di dalam matanya. Ya, wanita ini sedang ketakutan akan sesuatu. Ini terlihat dari gerak-geriknya yang terus menoleh ke belakang seolah ada seseorang yang sedang membuntuti. Hmmm. Brengsek! Kenapa semuanya jadi seperti ini sih. Dan kenapa juga Sellandra malah menjadi akur dengan Almero. Dasar bodoh. Bukankah seharusnya gugatan itu sudah naik ke pengadilan ya? Tapi kenapa mereka malah berencana menggelar pesta resepsi pernikahan? Sialan! geram Yollanda dalam hati. Setelah penyamaran orang suruhannya di ketahui oleh Kai dan Almero, Yollanda bergegas pergi melarikan diri. Untungnya saat itu sambungan telepon tidak terputus, jadi dia masih mempunyai kesempatan untuk menyelamatkan diri dari kejaran
Almero tidak main-main dengan perkataannya. Setelah mengumumkan pada seluruh karyawan Aeron Group tentang hubungannya dengan Sellandra, dia kembali melakukan konferensi pers di hadapan awak media. Almero memberitahu semua orang kalau selama ini dia sebenarnya sudah menikah. Sontak kabar tersebut membuat orang-orang kembali heboh. Akan tetapi setelah mereka di beritahu siapa wanita yang menjadi istrinya dan juga alasan kenapa pernikahannya terpaksa dirahasiakan, orang-orang itu akhirnya paham dan mau memaklumi. Kehebohan yang sempat terjadi langsung berubah menjadi sambutan penuh suka cita begitu Almero memberitahu akan mengundang semua orang untuk hadir di acara paling bahagia di hidupnya. Baik hati sekali, bukan? Tentu saja. Karena memang inilah yang Almero janjikan pada Sellandra. Dia akan membuat Sellandra menjadi satu-satunya wanita yang paling bahagia di muka bumi ini. Pasti. “Sayang, kau sedang apa? Kita makan malam dulu yuk,” tanya Nadia sambil melongokkan kepala ke dalam kama
Tepat pukul jam dua belas malam, Almero dan Sellandra masuk ke dalam kamar. Raut wajah keduanya terlihat lelah, tapi gurat kebahagiaan jelas tercetak di sana. Sambil membantu memegangi ekor gaun pengantin yang di pakai oleh Sellandra, Almero membimbingnya untuk duduk di pinggiran ranjang yang sudah dihias dengan sangat indah. Dia lalu berjongkok di hadapan wanita cantik yang tengah tersenyum manis. "Lelah?" tanya Almero sembari menyeka keringat di kening Sellandra. Dia kemudian tersenyum saat istrinya ini menggelengkan kepala. "Bagaimana mungkin aku bisa merasa lelah di saat kau menghadirkan pesta yang begitu megah?" jawab Sellandra. "Aku bahagia, Ero. Sangat amat bahagia sekali. Terima kasih.""Sebenarnya aku ingin melakukan sesuatu yang lebih daripada ini. Namun apa mau di kata. Sesuatu sudah lebih dulu terjadi sebelum niatku terlaksana. Dan seperti inilah kebahagiaan yang bisa ku berikan sekarang. Aku harap itu tidak melenceng jauh dari harapanmu, sayang."Setelah mengumumkan pad
"Ero, lepaskan aku dulu. Ini sudah siang, nanti kita terlambat masuk ke kantor," ucap Sellandra sambil memukul pelan lengan tangan Ero yang terus memeluk pinggangnya. Entahlah, sejak mereka menikah pria ini makin menjadi-jadi saja. Terkadang Sellandra bahkan sampai kesulitan untuk sekedar meminta izin keluar bersama dengan temannya. Ero sangat posesif. "Kau dan aku sama-sama bos di perusahaan kita, sayang. Mustahil ada orang yang berani memprotes keterlambatan kita," sahut Almero masih dengan menciumi leher belakang Sellandra. Dia suka sekali dengan posisi mereka saat ini. Hehehe. "Meskipun kita adalah bos, tetap saja kita tidak boleh memberikan contoh yang buruk pada mereka. Ayolah, biarkan aku bangun dan bersiap diri. Aku juga masih harus menyiapkan pakaian yang akan kau pakai hari ini. Ya?"Almero menggeleng. Dia dengan sengaja malah mengeratkan pelukannya di pinggang Sellandra. Terlalu enggan untuk melewatkan kehangatan ini. Biar saja kalau wanita cantik ini ingin mengamuk, dia
Tujuh tahun kemudian .... "Ayaahhh!"Suara teriakan lucu langsung menyambut kepulangan Almero yang baru saja kembali dari melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Melihat kedua anaknya berlarian ke arahnya membuat Almero tampak kegirangan. Segera dia berjongkok di lantai lalu merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan dari Rogert dan Adriana. "Aduhh anak-anak Ayah yang cantik dan tampan. Apa kabar, hm? Rindu Ayah tidak?" tanya Almero sambil mencium pipi kedua anaknya secara bergantian. Dia gemas sekali melihat kedua bocah ini. Sungguh. "Kabar kami sangat baik, Ayah. Ibu juga baik," jawab Rogert dengan lancar. Dia lalu mengelus rambut adiknya yang sedang merebah manja di bahu sang ayah. "Sekarang kau sudah tidak sedih lagi, kan? Ayah sudah kembali ke rumah. Jangan menangis lagi ya?""Iya, Kak," sahut Adriana patuh. "Lho, kenapa adikmu bisa menangis? Apa yang terjadi?""Adriana bilang dia sangat merindukan Ayah. Jadi setiap mau tidur dia akan selalu menangis dan bertanya
"Hati-hati, sayang," ucap Almero sambil membantu mengantarkan Sellandra ke dalam kamar mandi. "Ughhh, begah sekali perutku. Aku sampai sulit bernafas, Ero," sahut Sellandra terengah. "Apa yang harus aku lakukan agar kau bisa merasa lebih nyaman? Rasanya sakit melihatmu kesulitan seperti ini, sayang."Sellandra tertawa. Suaminya selalu saja berkata manis. Dan sialnya Sellandra sangat suka itu. "Kau hanya perlu terus berada di sisiku. Dengan begitu kau sudah membantu membuatku merasa nyaman. Sungguh.""Hmmm,"Usia kandungan Sellandra sudah mencapai bulan kelahiran sekarang. Hal itu membuat semua orang menjadi sangat waspada. Terutama Almero. Setengah dia tak bisa tidur saat di malam hari karena takut Sellandra mulas mendadak. Agak berlebihan memang. Tapi Almero memang seantusias itu menyambut kelahiran anak pertama mereka. Dan setelah melewati perdebatan panjang, akhirnya di ketahui kalau Sellandra hamil kembar. Ini dilakukan karena Almero merasa panik melihat ukuran perut Sellandra
Di bandara, terlihat Kintan berjalan sendirian sambil menarik koper yang tidak terlalu besar. Di matanya bertengger sebuah kaca mata hitam yang dia pakai untuk menyembunyikan matanya yang membengkak. Ya, semalaman penuh dia menangis menunggu Davis menghubunginya. Tapi nihil. Pria itu benar-benar tak peduli dengan kehamilannya. Akhirnya dengan sangat berat hati dia menghubungi Ero dan mengatakan kalau bersedia untuk tinggal di luar negeri. "Tidak apa-apa ya Nak kita hanya hidup berdua. Ibu janji nanti di sana Ibu akan merawatmu dengan baik. Maaf ya karena sudah membuatmu hadir dengar kondisi keluarga yang tidak lengkap," ucap Kintan lirih sambil mengelus-elus perutnya. Pagi tadi saat Kintan berpamitan pada semua keluarganya, Bima sempat melarangnya pergi ke luar negeri. Bahkan ibunya sampai menangis dan memohon agar dirinya tetap tinggal di kota ini. Meski sedih melihat keadaan itu, Kintan tetap memaksakan diri untuk pergi. Terlalu sakit jika harus bernafas di satu kota yang sama de
“Selamat pagi, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu?”“Di mana ruangan Davis?” tanya Sellandra. Raut wajahnya terlihat seperti orang yang sedang menyimpan amarah.“Ruangan Tuan Davis ada di lantai sembilan. Mau saya antarkan?”“Tidak usah. Terima kasih,”“Sama-sama, Nyonya.”Kedatangan Sellandra yang begitu tiba-tiba membuat heboh semua karyawan Aeron Group. Para karyawan itu saling berbisik, bertanya-tanya gerangan apa yang terjadi sehingga membuat wanita kesayangan bos mereka datang hanya dengan memakai daster saja. Pagi tadi saat Sellandra bangun, dia tak sengaja mendengar percakapan Ero dan Kai yang sedang membahas soal Kintan. Awalnya Sellandra ingin menimbrung, tapi setelah mengetahui apa yang terjadi diapun mengurungkan niatnya. Beralasan ingin pergi jalan-jalan sebentar dengan kepala pelayan, Sellandra nekad datang ke Aeron Group guna menemui Davis. Ya. Sellandra sudah mengetahui tentang kehamilan Kintan. Termasuk juga dengan penolakan Davis yang malah meminta Kintan agar menggug
Flashback"Aku hamil,".... Kintan meremas baju bagian bawahnya setelah memberitahu Davis kalau dirinya hamil. Gugup, dia gugup sekali. Kintan begitu takut pria ini akan menolak mengakui janin yang ada di dalam perutnya. "Kau yakin itu adalah anakku?" tanya Davis. Jujur dia syok sekali setelah Kintan memberitahu kalau dirinya sedang hamil. Setelah hati Davis langsung bereaksi keras dengan meminta untuk tidak menerima kehadiran janin tersebut. Bayi itu bukan miliknya."Dav, hanya denganmu aku pernah melakukan hal seperti itu. Bukankah kau juga tahu kalau itu adalah yang pertama untukku?" sahut Kintan resah menyadari adanya penolakan di diri pria ini. "Aku memang yang pertama, tapi setelah itu aku mana tahu kau melakukannya dengan pria lain atau tidak. Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi, bukan?"Kintan tersentak kaget mendengar tuduhan keji yang dilayangkan oleh Davis. Sungguh, dia benar-benar tidak menyangka kalau Davis akan sekejam ini padanya. Kejam sekali. "Berhenti memper
Senyum Sellandra langsung mengembang begitu melihat wajah ibunya. Karena merindu, dia merengek meminta Ero agar mengantarkannya pulang ke rumah. Dia rindu sekali pada ibu dan juga neneknya. "Halo sayang, apa kabar?" tanya Nadia sembari berjalan cepat menghampiri putrinya yang baru saja keluar dari mobil. Begitu sampai di dekatnya dia langsung memeluknya penuh sayang. "Ibu rindu sekali padamu, Nak. Bagaimana? Kandunganmu sehat-sehat saja, kan?""Kami sangat sehat, Ibu. Ero menjagaku dengan begitu baik. Dia sangat siaga," jawab Sellandra. "Syukurlah kalau kalian sehat. Ibu lega mendengarnya,"Nadia mengurai pelukan. Dia lalu berganti memeluk menantunya yang begitu membanggakan. "Terima kasih sudah menjaga Sellandra dengan baik, Ero. Mungkinkah ini alasan kenapa Kakek menjodohkan kalian berdua. Beliau tahu kalau kau adalah suami yang paling tepat untuk Sellandra. Sekali lagi terima kasih banyak ya," ucap Nadia penuh haru. "Jangan berterima kasih seperti ini, Ibu. Menjaga Sellandra da
Hoeekk hoeekkTubuh Sellandra sampai terbungkuk-bungkuk saat dia kembali memuntahkan isi perutnya. Dia lalu berpegangan ke dinding saat kakinya bergetar karena lemas. "E-Ero," .... Suara Sellandra begitu lirih. Almero yang sedang terlelap pun tak bisa mendengarnya. Sekarang waktu menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Dan tiba-tiba saja perut Sellandra bergejolak. Dia yang tidak tega membangunkan Almero memutuskan untuk pergi ke kamar mandi seorang diri. Awalnya Sellandra pikir rasa mual itu hanya sebentar. Tapi siapa sangka kalau dia tak henti mengeluarkan seluruh sisa makanan yang ada di perutnya yang mana membuat sekujur tubuhnya menjadi gemetaran dan juga lemas. "Ero, tolong aku," ucap Sellandra masih berusaha memanggil Ero dengan suaranya yang begitu kecil. Matanya sudah berkunang-kunang sekarang. Almero yang sedang terlelap samar-samar seperti mendengar ada orang yang memanggilnya. Dia lalu berusaha membuka mata sambil meraba kasur di sebelahnya. (Kosong) Tak butuh waktu la
FlashbackKintan buru-buru keluar dari dalam mobil begitu melihat Davis muncul. Dia kemudian berlari mengejarnya. "Davis, tunggu. Aku ingin bicara padamu!" teriak Kintan ketika melihat Davis hendak masuk ke dalam lift. Mendengar suara teriakan memanggil namanya Davis akhirnya berbalik. Dia yang sedang kelelahan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan merasa bebannya semakin bertambah saja begitu mengetahui siapa yang memanggilnya. Kintan, mantan tunangannya. Wanita itu tengah berlari menuju padanya. Entah apa yang di inginkan. Hmmmm. "Beri aku kesempatan untuk bicara. Please?" ucap Kintan begitu sampai di hadapan Davis. Dia memohon dengan tatapan memelas. "Apalagi yang ingin kau bicarakan, Kintan? Semuanya sudah selesai. Kau dan aku tidak lagi terikat tali pertunangan," sahut Davis dengan dinginnya. Dia enggan sekali bicara dengan mantannya ini. Membuat hati jadi berdenyut nyeri. "Dav, aku tahu aku salah. Tapi tidak bisakah kau memberiku kesempatan untuk memperbaikinya?"Kinta
Flashback“Bima, akhirnya kau pulang juga, Nak!” seru Felita sembari berjalan cepat menghampiri putranya yang sudah beberapa bulan hilang tak berkabar. Seketika air matanya mengalir deras begitu mereka saling memeluk. “Kau kemana saja, Bim. Ayahmu bilang kau berada di panti rehabilitasi, tapi kenapa Ibu dan yang lain tak bisa mengunjungimu? Apa yang sebenarnya terjadi?”Sebelum menjawab pertanyaan sang ibu, Bima terlebih dahulu melepas pelukan mereka kemudian mencium keningnya penuh sayang. Rindu sekali dia pada wanita ini. Sungguh.“Ceritanya panjang sekali, Bu. Mungkin tidak bisa selesai diceritakan seabad lamanya,” ucap Bima berseloroh.“Ei kau ini. Ibu serius, Bima. Tolong jangan bercanda!”“Hehe, baiklah.” Bima berdehem. “Ibu tahu tidak saat Sellandra mengalami lebam di lehernya?”“Iya Ibu tahu. Kenapa memangnya?” tanya Felita sambil mengerutkan kening. Agak bingung dia dengan yang sedang dibicarakan oleh putranya.“Itu aku yang menyerangnya,” jawab Bima. “Saat itu aku tidak tahu