“Katakan apa ada yang mengunjungi kamar istriku tadi?” tanya Argi pada salah satu petugas nakes yang duduk di balik meja resepsionis. “Benar tuan Argi, tadi putri anda datang menjenguk nyonya Akira,” jawab petugas itu. “Sama siapa putriku datang? Mengapa kau tak menghubungiku?” “Maafkan, saya kira putri tuan bukanlah orang lain. Jadi saya tidak menghubungi tuan. Tadi nona Ashley datang bersama Oma dan pengasuhnya,” ucap petugas dengan wajah menunduk. Tentu dia merasa takut jika hal itu menjadi sebuah kesalahan. Oma? Tentu Argi sudah bisa memastikan jika yang datang tak lain Ruth dan Rumi. “Apa hanya kedua wanita itu? Apa kau tak melihat seorang pria?” Suster memutar bola matanya mengingat, lalu menjawab, “Tidak tuan, saya pastikan jika dua wanita saja yang mengantar nona Ashley.” Argi kembali melangkah menuju lift yang akan membawanya ke lantai atas. Di dalam lift, dia kembali menghubungi supirnya. “Son, sepertinya putriku akan kembali ke rumah itu. Sekarang aku minta kau kemba
Setelah menemani Akira menjenguk bayinya, Argi segera bersiap-siap pergi. Bayu sudah menunggunya di lobi depan.Akira melihat penampilan suaminya yang hanya mengenakan kaos dan celana panjang. Membuatnya bingung, hendak pergi kemana Argi?“Aku akan menjemput putri kita. Kau tunggu saja di sini, aku hanya sebentar,” ucapan Argi membuat Akira terkejut.“Mas, biarkan Ash tinggal sementara di rumah mama. Dia bahagia tinggal bersama Omanya,” pinta Akira. Bagaimana mungkin dia merasa tenang jika sebentar lagi kedua suaminya akan bertemu?“Bukankah kau akan senang jika Ash tinggal di sini bersama kita?” ujar Argi dengan sebelah alis terangkat. Dia berjalan mendekat ke ranjang pasien.“Tentu aku senang, hanya aku merasa belum betul-betul pulih. Mungkin Ash akan lebih aman jika bersama mama Ruth,” jawab Akira sembari mengalihkan pandangannya. Argi mencondongkan wajahnya untuk melihat ekspresi Akira.“Aku yang akan menjaga putri kita. Bukankah aku sudah berjanji akan berubah seperti dulu?” A
“Bukakan pintu!” perintah Argi dengan ekspresi angkuh. Dewa sedikit menundukkan tubuhnya, untuk mengamati pria yang ada di balik kemudi. Pria asing yang tak pernah dia lihat sebelumnya. “Anda siapa? Dan ada keperluan apa?” tanya Dewa dengan mata memicing. “Aku ingin bertemu dengan pemilik rumah ini. Dan aku memintamu untuk membukakan pintu!” jawab Argi dengan rasa tak sabar. “Anda siapa? Apa sudah ada janji sebelumnya dengan bos kami?” Dewa masih mencoba menahan Argi. “Apakah janji itu perlu? Hah?” sentak Argi dengan suara meninggi. Amarah Argi mulai muncul, melihat pria berotot yang menahan langkahnya. Dan keributan itu memancing Slamet untuk menghampiri rekannya di depan. “Dewa, apa yang terjadi? Siapa yang—,” ucapan Slamet terhenti tatkala melihat wajah Argi yang muncul dari dalam mobil. “Mas Argi? Apa kabar mas?” ucap Slamet dengan senyum ramah. Membuat wajah Dewa mengerut bingung. Dia menyadari kesalahannya dalam bersikap, mungkin pria arogan di hadapannya adalah kerabat d
“Hei, apa yang kau lakukan di rumahku!” hardik Baskoro, berdiri di antara kedua pria.Argi tersenyum sinis sebelum menjawab, “Ini bukan urusanmu, pak Baskoro. Ajari putramu untuk berlaku sopan padaku! Sudahkah kau memberitahunya apa yang sudah aku lakukan untuk keluargamu ini saat dirinya menghilang?”“Aku sudah membayar lunas semua hutang-hutang keluargaku. Kau sudah tidak bisa mengaturku lagi! Dan satu hal lagi, apa orang tuamu tidak mengajarimu untuk bersikap sopan?” ucap Baskoro geram.Argi justru tertawa renyah mendengar jawaban Baskoro. Memang benar Baskoro sudah melunasi seluruh hutangnya, namun Argi tidak rela jika keluarga Anggara kembali bangkit.“Baiklah, aku tidak ingin berlama-lama berada di tempat ini. Katakan dimana kalian menyembunyikan putriku!”“Ashley bukan putrimu! Dia adalah keturunan keluarga Anggara. Apa kau tak bisa melihatnya? Kau sudah merebut istri putraku! Apa kau juga berniat merebut putrinya?”Nafas Baskoro terlihat tersengal, dia begitu geram menghadapi
Dua hari telah berlalu. Hasil test DNA antara dirinya dan Ashley, akhirnya keluar. Anggara segera menemui pengacara untuk mengurus proses hak asuh. Anggara tidak ingin mengulur-ulur waktu, karena dia tahu Argi akan menagih janjinya. “Berapa lama anda bisa mengurusnya?” tanya Anggara pada sang pengacara, Kim. “Saya akan menyiapkan berkas-berkas pendukung segera. Apa boleh saya bertanya sesuatu?” Pria berusia empat puluh tahunan itu, membaca lembaran hasil tes DNA, dan segera menyimpan dalam tas kotak hitam. “Hum, apa kau memerlukan persyaratan lainnya?” Lim mengangguk, “Bagaimana hubungan pak Anggara dengan ibu anak ini? Apa kalian telah berpisah?” tanya Kim penasaran. Dia harus tahu alasan pemindahan hak asuh. Karena selama ini yang tertera di akta kelahiran Ashley ada nama ibu kandungnya. Anggara menghela nafas, sebelum menjawab, “Saya belum menceraikan istriku, Kim. Tapi aku bisa memastikan jika istriku akan menyetujui hal ini.” Kedua alis Kim saling bertaut, jawaban
Anggara segera memacu kendaraan roda empatnya menuju rumah, pikiran berkecamuk.Baru tadi pagi dia membicarakan perihal pengajuan hak asuh pada pengacara, kini dia merasa belum mampu untuk mempertahankan putrinya. Apa yang harus dia lakukan untuk mempertahankan Ashley?Tentu Argi akan sangat mudah mengambil Ashley dari tangannya. Apalagi dalam akta kelahiran Ashley masih tertulis namanya.Anggara memfokuskan pandangannya pada jalanan yang sedikit padat. Berulang kali dia membunyikan klakson agar kendaraan di depan berjalan lebih cepat. Dia tidak sabar ingin segera sampai rumah.Beberapa menit kemudian Anggara sampai di depan rumah, dimana mobil Argi sudah terparkir di halaman rumahnya.Anggara menghela nafas berat sebelum keluar dari mobil.“Dimana Argi?” tanya Anggara pada sekuriti yang berjaga.“Beliau ada di dalam tuan Anggara,” jawab Dewa. Semenjak dia mengetahui jika Argi adalah kerabat sang majikan, Dewa mulai merubah sikapnya.Langkah Anggara terhenti di ambang pintu, pendengar
“Mami! Mami!” teriak Ashley ketika langkahnya memasuki pekarangan villa. Akira tengah berada di dapur, mendengar suara putrinya memanggil, segera melangkah terburu-buru keluar rumah. “Ash?” Akira menghentikan langkahnya di depan pintu, lalu merendahkan tubuhnya serta merentangkan kedua tangannya. Ashley berhambur memeluk tubuh Akira, untuk menyalurkan rasa rindunya setelah beberapa hari ini tidak bertemu dengan sang ibu. “Ash rindu mami, mami sudah sembuh?” Ashley mengurai pelukannya, kedua tangan masih berada di bahu Akira. Matanya menatap lekat wajah ibunya. “Mami sudah sembuh, sayang. Bagaimana kabar putri cantik mami?” Akira membelai lembut rambut panjang Ashley. “Ash senang bisa bertemu mami, tapi Ash sedih Daddy dan Oma tidak ikut kesini,” Ashley terlihat murung. Dari sudut matanya, Akira bisa melihat kehadiran Argi yang mulai mendekat. “Mami sudah membuatkan Ash makanan favoritmu. Ayo kita masuk, Ash pasti kangen masakan mami, bukan?” Akira menggendong tubuh Ashley menu
Ruth berjalan menuju pintu gerbang untuk melihat keberadaan tamu.“Siapa kamu?” Ruth memandang pada gadis berkulit sawo matang itu dengan penasaran.“Maaf, Bu. Saya Mona putri pak Hartono. Saya hanya ingin menyampaikan surat ini pada mas Alex. Namun sepertinya saya salah alamat,” jelas gadis itu sembari menunduk.Alex? Tentu Ruth mengerti maksud ucapan gadis itu. Alex adalah nama yang dipakai putranya saat dirinya hilang ingatan.“Masuklah dulu. Apa kamu datang dari kampung?” Ruth meminta Dewa untuk membuka lebih lebar pintu gerbang.Sedikitnya Ruth sudah mengetahui tentang cerita Anggara yang ditolong oleh pria tua bernama Hartono.“Tapi Bu, saya harus mencari rumah mas Alex,” Mona menolak untuk masuk, karena dia masih mengira salah alamat.“Alex yang kamu maksud adalah Anggara. Dia putraku.”Mona terhenyak untuk beberapa saat, “Maafkan saya Bu, saya belum tahu nama asli mas Alex,” ucap Mona dengan rasa bersalah.“Tidak masalah, masuklah!”Ruth membawa Mona memasuki rumahnya.Mona di
Dokter wanita menghembuskan nafas pelan, lalu kembali memandang Akira. “Jangan khawatir nyonya Akira, bayi-bayi anda tumbuh dengan baik. Kabar yang akan kalian dengar justru adalah kabar baik.” Dokter menjeda ucapannya. Anggara yang sedari tadi memperhatikan ucapan dokter dengan serius, kini bisa bernafas lega. Dokter mengalihkan pandangan ke Anggara lalu berkata, “pak Anggara, istri anda tengah mengandung bayi kembar.” Ucapan dokter sontak membuat Anggara terkejut hingga matanya membulat sempurna. Namun hanya sesaat, raut wajahnya berganti dengan kebahagiaan. “Benarkah?” tanyanya seakan ingin memastikan perkataan dokter. Dokter wanita itu segera menunjuk ke arah monitor, memperlihatkan rahim Akira yang memiliki dua kantong janin yang terpisah. Masing-masing kantong terlihat calon buah hati mereka yang terlihat sangat kecil. Rasa kebahagian Akira kini semakin lengkap. Kehilangan putra tercinta setahun yang lalu, namun kini Tuhan menggantinya dengan dua anak sekaligus. Tak henti
“Seperti dugaan saya, nyonya Akira hamil. Dan usia kandungannya masih lima Minggu,” ucap dokter Arya. “Nanti jika ingin mengetahui detailnya, anda bisa mengunjungi rumah sakit. Kami bisa melakukan USG untuk memastikan.” Orang-orang yang berdiri mengelilingi Akira sangat terkejut, terlebih Anggara yang sudah berbulan-bulan menantikan kabar baik ini. “Secepatnya kami akan mengunjungi rumah sakit. Lalu apa ada obat untuk mengurangi mual? Hari ini istri saya sering merasakan mual,” tanya Anggara sembari menggenggam erat tangan Akira. “Saya akan resepkan obat mual dan vitamin. Nanti tolong pak Anggara menebusnya di apotik terdekat.” Dokter pun segera menulis resep dan memberikannya pada Anggara. “Terima kasih, dok.” Anggara hendak mengantarkan dokter itu, namun Baskoro menahannya. “Temanilah istrimu! Biar papa yang mengantar dokter Arya,” ucap Baskoro terdengar seperti sebuah perintah. Anggara pun mengangguk, kembali menghampiri istrinya dan duduk di sisi ranjang. “Kau dengar? Anak k
Karena tamu undangan sudah hadir, maka acara segera dimulai. Anggara dan Akira berdiri di samping putri kesayangannya.Ashley tampak cantik dengan balutan dress putih. Rambut hitam lebatnya terurai berhiaskan sebuah mahkota di atas kepala.Lagu selamat ulang tahun berkumandang, mengiringi orang-orang yang bernyanyi. Setelah lagu selesai, Ashley meniup lilin angka tiga itu dengan antusias.Kini giliran Ashley menyuapkan kue pertama pada kedua orang tuanya. Ashley mengambil sesendok kue, hendak memberikan suapan pertama pada ibunya.Akira menerima suapan itu, lalu mencium kening Ashley dengan penuh kasih. Namun saat hendak menelan kue, mendadak perutnya bergejolak. Diapun segera menutup mulutnya dengan telapak tangan.“Ada apa sayang?” tanya Anggara dengan raut wajah panik. Namun Akira hanya menepuk bahu Anggara dan segera menuruni panggung dengan langkah terburu-buru.Anggara kehilangan konsentrasi, namun tak mungkin jika dirinya pergi dari sana meninggalkan putrinya sendiri. Maka dari
Dalam sepekan, Anggara dan keluarganya menghabiskan waktu liburnya di Pulau Dewata, tentu waktu yang membahagiakan dan banyak kenangan yang terukir.Janji Anggara dua tahun lalu sudah digenapi. Sebelum dia berangkat ke Jepang, Anggara telah berjanji akan mengajak istrinya untuk berlibur ke Bali. Namun karena kasus kematian palsunya, membuat janji itu tertunda.Namun takdir kembali mempertemukan dirinya dengan Akira dan keluarga kecilnya.Waktu berjalan sangat cepat, kehidupan rumah tangga Akira dan Anggara hanya dipenuhi oleh kebahagian.Pagi itu keluarga Anggara tengah menyiapkan sebuah pesta untuk ulang tahun Ashley yang ketiga.Pekarangan rumah telah ditata oleh tim pendekor yang sengaja disewa Anggara. Dekorasi layaknya pesta kebun. Dengan sebuah panggung kecil di tengah taman. Serta beberapa pernak pernik anak perempuan, dari bunga dan balon warna-warni.Anggara sengaja meliburkan seluruh karyawannya agar bisa datang memeriahkan acara. Juga tetangganya yang memiliki anak kecil ju
Malam semakin larut, ketika mereka tiba di tempat penginapan. Jarak yang tak terlalu jauh, namun karena kondisi macet membuat perjalanan terasa lambat.Kini Anggara dan Akira berada di kamar mereka yang berada di bangunan terpisah dengan bangunan utama, dimana kedua orangtuanya beristirahat.“Mas Aang, mau mandi duluan?” tanya Akira yang merasa tubuhnya terasa lengket karena perjalanan panjang.“Mandilah terlebih dulu, nanti aku menyusul,” jawab Anggara, lalu membimbing istrinya untuk memasuki kamar mandi terlebih dulu.Akira memutuskan untuk merendam tubuhnya dalam bathup yang telah terisi dengan air hangat. Mungkin dengan ini, bisa membuat tubuhnya rileks dan rasa lelahnya hilang.Akira segera mengikat rambut panjangnya dan menanggalkan seluruh kain yang melekat di tubuhnya, lalu melangkah memasuki bathup.Dan benar, tubuhnya terasa rileks ketika terendam dalam air hangat yang dipenuhi busa itu.Hingga beberapa menit berlalu, Akira menyadari jika suaminya tak kunjung datang. Bukanka
Anggara sudah merencanakan liburan keluarga. Selama satu pekan menghabiskan liburan di Pulau Dewata. Menyerahkan segala tugas kantornya pada Taufan dan Bayu.Meskipun awalnya Anggara hendak melakukan bulan madu berdua, namun hatinya tidak tenang jika tidak mengajak Ashley.Baskoro dan Ruth turut serta dalam perjalanan kali ini.“Ang, papa dan mama tinggal di rumah saja. Bukankah ini liburan untuk kalian berdua? Maksud mama, kamu dan istrimu?” “Justru itu ma, aku akan tenang jika putriku juga ikut. Maka dari itu, Aang meminta mama dan papa juga ikut. Kita bisa menghabiskan akhir tahun di sana,” jelas Anggara.Hingga akhirnya Ruth dan Baskoro pun menuruti permintaan putranya, karena Anggara sudah terlanjur memesan tiket untuk semua keluarganya.“Baiklah, anggap saja mama jadi pengasuh Ash nanti dan kalian cepatlah memiliki momongan lagi. Mama tidak sabar ingin menggendong cucu lagi,” balas Ruth mengerlingkan mata ke arah menantunya. Membuat Akira tersipu dengan pipi merona merah."Ini
“Lakukan, mas! Aku menginginkannya!” ujar Akira dengan nafas terengah-engah, menahan gejolak gairah yang mulai muncul.Anggara kembali memagut bibir Akira, sembari memasukkan miliknya dalam tubuh sang istri. Gerakan perlahan, hingga miliknya terbenam seluruhnya dalam rahim Akira.Menikmati sensasi yang membuat keduanya sama-sama tenggelam dalam lautan kenikmatan.“Mphhhhhh…” Akira mendesah tertahan, karena mulutnya yang terbungkam. Membiarkan lidah Anggara menjelajahi rongga mulutnya.Hingga tak lama, Anggara mengurai tautan bibirnya sebelum Akira kehabisan nafas. Lidahnya kembali menjelajahi daun telinga Akira hingga leher putihnya. Sensasi yang membuat milik Akira semakin basah. Namun Anggara masih dalam posisi diam, membiarkan miliknya terbenam dan terasa diurut.Akira sudah tidak tahan lagi, dia menginginkan lebih.“Mas Aang, bergeraklah! Aku tak tahan lagi!” rintih Akira dengan tatapan memohon. Keinginannya sudah tak bisa ditahan lagi, karena nafsunya yang sudah membumbung tinggi
Seharian ini, Akira menghabiskan waktu untuk bermain bersama putrinya di dalam kamar. Niatnya hanya untuk membayar waktu yang telah terbuang selama beberapa hari ini mengabaikan Ashley.“Mami mungkin bukan ibu yang terbaik, tapi mami akan selalu menyayangi Ash. Maafkan mami jika beberapa hari ini membuat Ash kesepian,” ucap Akira lirih sembari mencium pipi gembul putrinya yang sudah tertidur.“Tidak, kamu adalah ibu yang terbaik untuk anak-anak kita!” suara Anggara terdengar dari belakangnya. Membuat Akira seketika menoleh.“Mas?”Anggara tersenyum hangat, lalu melangkah menuju sisi ranjang.“Akira, aku selalu berjanji akan menjadikanmu wanita yang paling bahagia. Berhentilah menyalahkan dirimu, dan yakinlah kita mampu melewati ini.”Anggara meraih tangan Akira lalu membawanya ke bibir. Sebuah ungkapan cinta yang selalu terdengar romantis di pendengaran Akira.Akira beranjak dari posisinya, duduk di samping Anggara.“Mas tidak perlu melakukan apapun, karena dicintai dengan cara sepert
Hari-hari berlalu terasa begitu menyesakkan bagi hati seorang ibu yang mengalami kehilangan buah hatinya.Semenjak putranya tiada, Akira selalu mengunjungi makam putranya. Bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk berada di pusara sang putra.Meskipun kehadiran suami dan putri kecilnya menjadi pelipur lara, namun rasa sakit belum sepenuhnya hilang dari hati Akira.“Ikhlaskan kepergian putra kita, sayang. Apa kamu tahu, putra kita kini sudah bahagia di surga. Bisa bertemu dengan nenek dan kakeknya,” hibur Anggara yang kini duduk bersimpuh di samping istrinya.Tak henti-hentinya Anggara mencari cara untuk menghibur hati Akira. Kepergian putra Akira juga menjadi pukulan terberat untuknya.Akira memaksakan senyumnya. Dia tahu Anggara begitu cemas melihat kondisinya.“Mas, aku sudah ikhlas jika memang ini jalan yang terbaik untuk Odelio.”Akira menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Kepergian putranya bukan berarti membuat hidupnya terpuruk. Ada Ashley yang masih ha