“Selamat siang Pak Anggara, silahkan duduk,” sapa Kim pada Anggara yang baru saja datang di ruangannya. “Hum, bagaimana Kim? Apa kau sudah mengurusnya?” tanya Anggara setelah duduk di hadapan pengacara Kim. Kim mengeluarkan surat akta kelahiran Ashley yang sudah berhasil diubah, menunjukkannya pada Anggara. “Tolong periksa dulu pak Anggara, barangkali saya ada kesalahan penulisan nama,” ujar Kim. Anggara menatap pada lembaran kertas dimana nama Septian Anggara telah tertulis sebagai ayah kandung dari Ashley Widjaja Anggara. Anggara bernafas lega, satu tujuannya telah tercapai. Kini Argi tak akan bisa merebut putrinya. Karena secara hukum Anggara sudah membuktikan jika Ashley adalah putrinya. “Apa pak Anggara sudah mendapatkan tanda tangan nyonya Akira?” pertanyaan Kim membuat Anggara mengalihkan pandangan. “Bisakah kau mengirim file surat pernyataan itu padaku? Mungkin aku akan meminta tanda tangan Akira lewat email,” ujar Anggara. “Tentu bisa, saya akan kirim sekarang,” Kim se
“Mona?” kata yang keluar dari mulut Taufan, disambut dengan senyuman manis wanita itu. Selama ditugaskan beberapa hari lalu, Taufan sedikit mengenal Mona. Karena beberapa kali dia berkunjung ke rumah Anggara. Gadis manis berkulit sawo matang, yang cukup menarik perhatian Taufan. “Apa kau sudah siap bekerja Mona?” tanya Anggara menyentak lamunan Taufan. Membuat Taufan merasa kikuk sendiri, hingga dia pun menundukkan pandangan. “Saya sudah siap pak Anggara,” jawab Mona dengan suara lembut mendayu, itu yang terdengar di pendengaran Taufan. “Nanti kamu akan bekerja di bagian marketing, dan Taufan yang akan membantumu,” jelas Anggara. Dia bisa menangkap jelas gelagat Taufan yang tak seperti biasa, meski hanya melihatnya dari sudut mata. “Baik, pak Anggara. Mohon bimbingannya pak Taufan!” ucap Mona sembari menundukkan kepala. “Kamu bisa memulai bekerja hari ini, Mona. Dan jika memerlukan apapun jangan sungkan untuk memberitahuku. Semoga kamu nyaman bekerja di sini.” Sesuai dengan jan
Argi tak sabar menunggu hingga keesokan hari. Tentu selama ini dia tak akan diam selama istrinya belum kembali padanya. Argi terus berusaha mencari keberadaan istrinya. Maka dia menyuruh anak buahnya untuk membuntuti Anggara. Setelah perusahaan Anggara Widjaja Corp ditutup, tentu rivalnya akan berada di kantor yang baru. Dan sesuai dengan dugaannya, Anggara adalah pemilik perusahaan AA Corporation.“Awasi terus rumah itu, besok aku akan kesana. Dan beritahu aku jika pria itu keluar,” perintah Argi pada anak buahnya.“Rumah siapa yang kau awasi?” tanya Raditya pada putranya. Saat putranya tengah melakukan panggilan, tak sengaja dia mendengar percakapan itu.Setelah Akira dibawa kabur, Argi memang memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya.“Istriku,” jawabnya singkat tanpa memandang ke arah Raditya yang berdiri di sisinya.Raditya menghela nafas panjang, “lebih baik kau lupakan istrimu. Aku rasa kau akan sangat mudah mencari penggantinya. Banyak wanita yang lebih baik dari—”“Aku
Jalanan tak terlalu padat, membuat perjalanan mereka terasa lebih cepat. Tidak sampai tiga jam, mobil yang dikemudikan Anggara memasuki pelataran rumah sakit.Setelah menemui petugas resepsionis, Akira diantarkan menuju ruangan bayinya berada. Anggara mengikutinya dari belakang, dan menghentikan langkahnya tatkala mendengar bunyi ponsel yang tersimpan di saku bajunya.Anggara melirik sekilas pada layar ponsel, dimana Ruth menghubunginya. Menggeser tombol hijau dan mendekatkan benda pipih itu di depan daun telinga, sembari melanjutkan langkahnya.“Aang, mama baru saja sampai di rumahmu. Kemana Ashley? Apa kau mengajaknya? Kenapa kamu tak menutup pintumu?” begitu banyak pertanyaan yang dilayangkan ibunya. Membuat Anggara bingung.Bukankah putrinya berada di rumah bersama Rumi? Lalu mengapa Ruth bertanya demikian?“Apa mama tidak melihat Ash di rumah? Bukankah mama yang meminta untuk tidak mengajak Ash?” Bukannya menjawab, Anggara justru bertanya karena sama bingungnya.“Rumahmu kosong,
“Kembalikan Ash pada mas Anggara, dan aku akan kembali padamu,” jawab Akira tanpa berpikir lama. Ya, dia tidak boleh bersikap egois. Bukankah kebahagiaan Ashley adalah tujuan utamanya? Anggara terkejut mendengar jawaban Akira. Dia hendak merebut ponsel dari tangan istrinya, namun Akira mengisyaratkan dengan menggeleng kepalanya. “Kita bertemu di Rinega Palace dua jam lagi sayang,” ucap Argi dan dengan segera Akira menutup panggilan tanpa menjawabnya terlebih dulu. Akira menarik nafas dalam, dia tahu mungkin Anggara tidak menyetujui keputusannya. Namun Akira hanya melakukannya untuk kebaikan Ashley, hatinya jauh lebih tenang jika putrinya berada di tangan yang tepat, yaitu ayah kandungnya sendiri. “Apa kamu serius akan kembali padanya? Bukankah dia telah menyakitimu? Aku bisa menggantikan dengan yang lain, asal bukan dirimu, Akira!” ucap Anggara terdengar pilu. Akira bergeming dengan mata terpejam. Dadanya terasa sesak, pikirannya sudah buntu. Tak ada jalan lain selain menyerahkan
Akira dibawa menuju lantai teratas, dimana hanya ada ruangan presidential suite. Sesampainya di dalam kamar, Argi baru melepaskan cekalan di tangan Akira. Mengunci kembali pintu kamar. Lalu memutar tubuhnya, menatap pada istri yang sangat dia rindukan. “Apa kabarmu, sayang?” ucapnya sembari melangkah maju. Namun Akira justru berjalan mundur dengan wajah terlihat panik. Argi semakin melebarkan langkahnya, hingga membuat Akira tersudut. Tangan Akira meraba pada tembok dingin di belakangnya. “Mas, apa yang mau kamu lakukan?” ujar Akira memperingatkan. “Menurutmu?” satu alis Argi terangkat naik, tangannya terulur mengungkung posisi istrinya. “Apa yang membuatmu kabur dariku, hum?” tanya Argi menatap netra Akira lekat. Akira membuang tatapannya ke samping. Keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya. “Tatap orang yang mengajakmu bicara, Akira!” sentak Argi sembari menahan dagu Akira agar membalas tatapannya. “Aku ingin mengakhiri pernikahan kita!” ujar Akira dengan bibir gemet
“Aku ingin minta maaf padamu, karena kelakuanku selama ini membuatmu sakit hati,” ucap Clara mengawali obrolan.Akira menghela nafas, sebelum menjawab “ternyata kamu sudah menyadari kesalahanmu? Aku harap kamu berhenti mencari lelaki yang sudah memiliki keluarga.”“Aku sendiri juga tidak bisa memilih pada siapa cinta ini berlabuh. Sudah sangat lama aku menaruh perasaan pada bos Argi. Dan hubungan kami berlangsung setelah bos Argi menikahi anda,” jelas Clara.Entah hanya perasaannya saja, namun Akira merasa Clara sengaja mengatakan itu untuk memanas-manasi hatinya. Namun tak seperti dulu, sekarang justru Akira tak merasakan apapun. Tak ada rasa cemburu atau sakit hati ketika mendengar cerita pengkhianatan suaminya.Akira masih diam tanpa ekspresi. Membuat Clara merasa bingung sendiri.“Apa anda tidak marah? Atau sakit hati?” “Bukankah kamu pernah menyakitiku lebih dari ini? Aku hanya berharap kelak kau tidak akan merasakan apa yang dulunya pernah aku rasakan,” jawab Akira, lalu menyer
Perjalanan membutuhkan waktu berjam-jam untuk mencapai rumah Anggara.Argi sudah mengemudi secara ugal-ugalan, bahkan sesekali menyalakan lampu hazard dan membunyikan klakson berulang kali.“Sialan! Jika memang Anggara yang membawamu kabur, maka aku tidak akan memaafkannya!” ucap Argi bermonolog, sembari memukul setir.Wajahnya terlihat memerah karena amarah yang begitu menguasai pikirannya.Hingga akhirnya mobilnya sampai di tempat tujuan. Sekali lagi dia menekan klakson mobil, kali ini lebih lama agar penjaga rumah membukakan pintu gerbang untuknya.Pria tua yang sudah bekerja puluhan tahun pada Baskoro membuka pintu gerbang dan berjalan menghampiri mobil Argi.“Mas Argi? Ada apa mas? Kok malam-malam datang?” tanya Slamet dengan wajah mengerut.“Dimana Anggara? Panggil dia kemari!” perintah Argi pada pria penjaga.Slamet mengangguk, lalu kembali masuk untuk memanggilkan Anggara. Namun sebelum langkahnya mencapai daun pintu, sosok Anggara sudah keluar.“Siapa pak?” tanya Anggara pena
Dokter wanita menghembuskan nafas pelan, lalu kembali memandang Akira. “Jangan khawatir nyonya Akira, bayi-bayi anda tumbuh dengan baik. Kabar yang akan kalian dengar justru adalah kabar baik.” Dokter menjeda ucapannya. Anggara yang sedari tadi memperhatikan ucapan dokter dengan serius, kini bisa bernafas lega. Dokter mengalihkan pandangan ke Anggara lalu berkata, “pak Anggara, istri anda tengah mengandung bayi kembar.” Ucapan dokter sontak membuat Anggara terkejut hingga matanya membulat sempurna. Namun hanya sesaat, raut wajahnya berganti dengan kebahagiaan. “Benarkah?” tanyanya seakan ingin memastikan perkataan dokter. Dokter wanita itu segera menunjuk ke arah monitor, memperlihatkan rahim Akira yang memiliki dua kantong janin yang terpisah. Masing-masing kantong terlihat calon buah hati mereka yang terlihat sangat kecil. Rasa kebahagian Akira kini semakin lengkap. Kehilangan putra tercinta setahun yang lalu, namun kini Tuhan menggantinya dengan dua anak sekaligus. Tak henti
“Seperti dugaan saya, nyonya Akira hamil. Dan usia kandungannya masih lima Minggu,” ucap dokter Arya. “Nanti jika ingin mengetahui detailnya, anda bisa mengunjungi rumah sakit. Kami bisa melakukan USG untuk memastikan.” Orang-orang yang berdiri mengelilingi Akira sangat terkejut, terlebih Anggara yang sudah berbulan-bulan menantikan kabar baik ini. “Secepatnya kami akan mengunjungi rumah sakit. Lalu apa ada obat untuk mengurangi mual? Hari ini istri saya sering merasakan mual,” tanya Anggara sembari menggenggam erat tangan Akira. “Saya akan resepkan obat mual dan vitamin. Nanti tolong pak Anggara menebusnya di apotik terdekat.” Dokter pun segera menulis resep dan memberikannya pada Anggara. “Terima kasih, dok.” Anggara hendak mengantarkan dokter itu, namun Baskoro menahannya. “Temanilah istrimu! Biar papa yang mengantar dokter Arya,” ucap Baskoro terdengar seperti sebuah perintah. Anggara pun mengangguk, kembali menghampiri istrinya dan duduk di sisi ranjang. “Kau dengar? Anak k
Karena tamu undangan sudah hadir, maka acara segera dimulai. Anggara dan Akira berdiri di samping putri kesayangannya.Ashley tampak cantik dengan balutan dress putih. Rambut hitam lebatnya terurai berhiaskan sebuah mahkota di atas kepala.Lagu selamat ulang tahun berkumandang, mengiringi orang-orang yang bernyanyi. Setelah lagu selesai, Ashley meniup lilin angka tiga itu dengan antusias.Kini giliran Ashley menyuapkan kue pertama pada kedua orang tuanya. Ashley mengambil sesendok kue, hendak memberikan suapan pertama pada ibunya.Akira menerima suapan itu, lalu mencium kening Ashley dengan penuh kasih. Namun saat hendak menelan kue, mendadak perutnya bergejolak. Diapun segera menutup mulutnya dengan telapak tangan.“Ada apa sayang?” tanya Anggara dengan raut wajah panik. Namun Akira hanya menepuk bahu Anggara dan segera menuruni panggung dengan langkah terburu-buru.Anggara kehilangan konsentrasi, namun tak mungkin jika dirinya pergi dari sana meninggalkan putrinya sendiri. Maka dari
Dalam sepekan, Anggara dan keluarganya menghabiskan waktu liburnya di Pulau Dewata, tentu waktu yang membahagiakan dan banyak kenangan yang terukir.Janji Anggara dua tahun lalu sudah digenapi. Sebelum dia berangkat ke Jepang, Anggara telah berjanji akan mengajak istrinya untuk berlibur ke Bali. Namun karena kasus kematian palsunya, membuat janji itu tertunda.Namun takdir kembali mempertemukan dirinya dengan Akira dan keluarga kecilnya.Waktu berjalan sangat cepat, kehidupan rumah tangga Akira dan Anggara hanya dipenuhi oleh kebahagian.Pagi itu keluarga Anggara tengah menyiapkan sebuah pesta untuk ulang tahun Ashley yang ketiga.Pekarangan rumah telah ditata oleh tim pendekor yang sengaja disewa Anggara. Dekorasi layaknya pesta kebun. Dengan sebuah panggung kecil di tengah taman. Serta beberapa pernak pernik anak perempuan, dari bunga dan balon warna-warni.Anggara sengaja meliburkan seluruh karyawannya agar bisa datang memeriahkan acara. Juga tetangganya yang memiliki anak kecil ju
Malam semakin larut, ketika mereka tiba di tempat penginapan. Jarak yang tak terlalu jauh, namun karena kondisi macet membuat perjalanan terasa lambat.Kini Anggara dan Akira berada di kamar mereka yang berada di bangunan terpisah dengan bangunan utama, dimana kedua orangtuanya beristirahat.“Mas Aang, mau mandi duluan?” tanya Akira yang merasa tubuhnya terasa lengket karena perjalanan panjang.“Mandilah terlebih dulu, nanti aku menyusul,” jawab Anggara, lalu membimbing istrinya untuk memasuki kamar mandi terlebih dulu.Akira memutuskan untuk merendam tubuhnya dalam bathup yang telah terisi dengan air hangat. Mungkin dengan ini, bisa membuat tubuhnya rileks dan rasa lelahnya hilang.Akira segera mengikat rambut panjangnya dan menanggalkan seluruh kain yang melekat di tubuhnya, lalu melangkah memasuki bathup.Dan benar, tubuhnya terasa rileks ketika terendam dalam air hangat yang dipenuhi busa itu.Hingga beberapa menit berlalu, Akira menyadari jika suaminya tak kunjung datang. Bukanka
Anggara sudah merencanakan liburan keluarga. Selama satu pekan menghabiskan liburan di Pulau Dewata. Menyerahkan segala tugas kantornya pada Taufan dan Bayu.Meskipun awalnya Anggara hendak melakukan bulan madu berdua, namun hatinya tidak tenang jika tidak mengajak Ashley.Baskoro dan Ruth turut serta dalam perjalanan kali ini.“Ang, papa dan mama tinggal di rumah saja. Bukankah ini liburan untuk kalian berdua? Maksud mama, kamu dan istrimu?” “Justru itu ma, aku akan tenang jika putriku juga ikut. Maka dari itu, Aang meminta mama dan papa juga ikut. Kita bisa menghabiskan akhir tahun di sana,” jelas Anggara.Hingga akhirnya Ruth dan Baskoro pun menuruti permintaan putranya, karena Anggara sudah terlanjur memesan tiket untuk semua keluarganya.“Baiklah, anggap saja mama jadi pengasuh Ash nanti dan kalian cepatlah memiliki momongan lagi. Mama tidak sabar ingin menggendong cucu lagi,” balas Ruth mengerlingkan mata ke arah menantunya. Membuat Akira tersipu dengan pipi merona merah."Ini
“Lakukan, mas! Aku menginginkannya!” ujar Akira dengan nafas terengah-engah, menahan gejolak gairah yang mulai muncul.Anggara kembali memagut bibir Akira, sembari memasukkan miliknya dalam tubuh sang istri. Gerakan perlahan, hingga miliknya terbenam seluruhnya dalam rahim Akira.Menikmati sensasi yang membuat keduanya sama-sama tenggelam dalam lautan kenikmatan.“Mphhhhhh…” Akira mendesah tertahan, karena mulutnya yang terbungkam. Membiarkan lidah Anggara menjelajahi rongga mulutnya.Hingga tak lama, Anggara mengurai tautan bibirnya sebelum Akira kehabisan nafas. Lidahnya kembali menjelajahi daun telinga Akira hingga leher putihnya. Sensasi yang membuat milik Akira semakin basah. Namun Anggara masih dalam posisi diam, membiarkan miliknya terbenam dan terasa diurut.Akira sudah tidak tahan lagi, dia menginginkan lebih.“Mas Aang, bergeraklah! Aku tak tahan lagi!” rintih Akira dengan tatapan memohon. Keinginannya sudah tak bisa ditahan lagi, karena nafsunya yang sudah membumbung tinggi
Seharian ini, Akira menghabiskan waktu untuk bermain bersama putrinya di dalam kamar. Niatnya hanya untuk membayar waktu yang telah terbuang selama beberapa hari ini mengabaikan Ashley.“Mami mungkin bukan ibu yang terbaik, tapi mami akan selalu menyayangi Ash. Maafkan mami jika beberapa hari ini membuat Ash kesepian,” ucap Akira lirih sembari mencium pipi gembul putrinya yang sudah tertidur.“Tidak, kamu adalah ibu yang terbaik untuk anak-anak kita!” suara Anggara terdengar dari belakangnya. Membuat Akira seketika menoleh.“Mas?”Anggara tersenyum hangat, lalu melangkah menuju sisi ranjang.“Akira, aku selalu berjanji akan menjadikanmu wanita yang paling bahagia. Berhentilah menyalahkan dirimu, dan yakinlah kita mampu melewati ini.”Anggara meraih tangan Akira lalu membawanya ke bibir. Sebuah ungkapan cinta yang selalu terdengar romantis di pendengaran Akira.Akira beranjak dari posisinya, duduk di samping Anggara.“Mas tidak perlu melakukan apapun, karena dicintai dengan cara sepert
Hari-hari berlalu terasa begitu menyesakkan bagi hati seorang ibu yang mengalami kehilangan buah hatinya.Semenjak putranya tiada, Akira selalu mengunjungi makam putranya. Bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk berada di pusara sang putra.Meskipun kehadiran suami dan putri kecilnya menjadi pelipur lara, namun rasa sakit belum sepenuhnya hilang dari hati Akira.“Ikhlaskan kepergian putra kita, sayang. Apa kamu tahu, putra kita kini sudah bahagia di surga. Bisa bertemu dengan nenek dan kakeknya,” hibur Anggara yang kini duduk bersimpuh di samping istrinya.Tak henti-hentinya Anggara mencari cara untuk menghibur hati Akira. Kepergian putra Akira juga menjadi pukulan terberat untuknya.Akira memaksakan senyumnya. Dia tahu Anggara begitu cemas melihat kondisinya.“Mas, aku sudah ikhlas jika memang ini jalan yang terbaik untuk Odelio.”Akira menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Kepergian putranya bukan berarti membuat hidupnya terpuruk. Ada Ashley yang masih ha