Pov Raja"Cukup, Sil. Aku tak mau mendengarnya lagi. Sudah ku bilang, aku belum mau dekat dengan lelaki manapun. Termasuk Raja."Kata-kata itu terus terngiang ditelingaku saat menyetir menuju ke tempat kerjaku. Patah hati tentu saja ku rasakan, sebelum aku memulai aku sudah di tolak secara tak langsung. Sakit, sungguh terasa sangat sakit.Namun apa aku akan menyerah? jawabannya tentu saja tidak. Disini akulah orang yang bersalah. Aku mulai menyukai Abel bahkan saat dia masih hamil besar dan masih dalam proses perceraian. Sejak awal aku sudah menyiapkan diri untuk hal buruk seperti ini. Aku tidak marah dengan Abel. Aku sama sekali tidak tersinggung dengan ucapannya barusan. Aku hanya perlu sedikit bersabar lagi untuk bisa memenangkan hatinya dan menyembuhkan rasa traumanya.Ketegasan Abel perlu di acungi jempol. Aku justru tidak akan merasa tertantang jika dia langsung menerimaku. Secara dia baru bercerai dan ditinggal mati mantan suaminya, meski kabar ini belum bisa kupastikan kebenar
Pov Dita"Assalamualaikum...!" tiba-tiba terdengar suara maskulin lelaki yang sangat kurindukan kedatangannya."Waalaikumsalam Mas Raja. Kamu tahu aku disini?" tanyaku penuh percaya diri. Baru beberapa menit aku disini, dia sudah datang menjengukku dengan dua bungkus makanan ditangannya. Ah, aku beruntung banget tinggal disini. Mas Raja jadi perhatian begini padaku. Semoga dia selamanya bisa bersikap manis begini padaku.Mas Raja hanya menatapku sekilas, lalu dia mendekat ke arah Mbak Abel. Jadi dia datang bukan untuk menemuiku, melainkan menemui Mbak Abel? sialan!Keduanya terlihat sangat kaku saat bertemu. Apa terjadi sesuatu di antara mereka?"Semarah apapun kamu padaku, kamu tetep wajib jawab salamku." ucap Mas Raja pada Mbak Abel. Benarkah dia Mas Raja yang selama ini ku kenal? kenapa dia tak pernah memperlakulanku semanis itu selama ini?"Walaikumsalam." jawab Mbak Abel tanpa menatap lelaki yang membuatku tergila-gila itu. Jual mahal sekali dia, aku yakin dia hanya sedang berakt
Pov Raja"Raja, awas mobil!"Teriakan Abel membuatku membalikan badanku, ku lihat sebuah mobil audy tepat ada di depanku. Aku tak bisa menghindarinya. Aku melompat ke kap mobil, membiarkan punggung dan sisi tubuhku mengenai bagian mobil terlebih dahulu. Aku terpental dan mobil itu langsung kabur."Raja!" masih sempat kudengar teriakan Abel sambil berlari ke arahku bersamaan dengan tubuhku yang menghantam aspal. Setelah itu, pandanganku mulai gelap. Aku tak sadarkan diri.Entah jam berapa sekarang, aku mulai bisa membuka mataku kembali. Kepala dan lengan kananku sudah diperban. Saat baru tersadar ku lihat disekitarku ada Dokter lelaki yang sedang menanganiku."Syukurlah anda sudah sadar." ucap. Dokter itu."Saya dimana, Dok?" tanyaku, karena ingatanku belum terlalu pulih."Anda di rumah sakit. Anda korban tabrak lari. Seorang perempuan yang membawa anda kesini." aku akhirnya mengingat semua kejadian sebelum aku tak sadarkan diri."Sekarang apa yang anda rasakan? apakah ada sesuatu yang
Pov Sisil[Hallo, Sil. Kamu sudah pulang kerja?]Raja berbicara melalui panggilan telepon.[Baru saja pulang ja, ada apa?] jawabku. Sambil membuka pintu mobil. Kemudian turun untuk segera masuk ke dalam rumah.[Datanglah ke rumah Abel sekarang, ya. Aku sangat butuh bantuanmu!] pintanya.[Siap Ja, aku kesana sekarang juga.] jawabku tanpa basa-basa. Awalnya kupikir dia meminta bantuanku untuk meminta maaf pada Abel. Pagi tadi dia sempat menghubungiku menjelaskan alasan kenapa dia tak datang. Aku bisa memahami alasannya. Tapi untuk Abel yang baru saja terluka, pasti sangat sulit menerima apapun alasan itu.Tring!Sebuah pesan masuk. Ternyata dari Raja. Dia bukan meminta tolong membujuk Abel. Melainkan memintaku untuk menolong Abel mengusir Dita dari rumah Abel.Gila wanita sinting itu. Setelah berhasil merebut suami Abel, dia masih berani menunjukan batang hidungnya di depan wanita yang sudah diambil suaminya. Lebih menjijikan lagi, dia mengemis belas kasiahan wanita yang sudah dijahatin
Pov Citra"Uang untuk apa lagi, sih? sebulan ini kamu sudah meminta banyak sekali uang. Kalau terlalu banyak pengeluaran, istriku bisa curiga lama-lama." bebel Om Farhan ketika aku mau minta uang lagi sesuai permintaan Mas Putra. Sejak kedatangannya, dia asik memerasku dan menjadikanku mesin atm. Entah untuk apalagi dia meminta uang, padahal kemarin baru saja aku kasih uang hasil merampok dari Dita saat keluar dari bank. Tapi sekarang dia sudah meminta lagi. Benar-benar dia tak merasa iba dengan kondisiku yang hanya menjadi simpanan Om Farhan seperti ini.Kupikir, akulah satu-satunya keluarga yang Mas Putra punya. Aku tak mau dia hidup menderita menjadi buronan. Aku tolong semampuku agar dia hidup layak di tempat persembunyiannya. Nyatanya Mas Putra tetaplah Mas Putra. Dia terus-terusan menjadi benalu. Pengalaman hidupnya sama sekali tak di jadikannya pelajaran, bahkan dia sekarang tega mempertaruhkan nasib adiknya sendiri hanya untuk ambisinya mengusik kembali hidup Mbak Abel.Yang
Pov Author"Mbak, bangun!"Suara dua remaja lelaki yang cukup keras membuat Abel terbangun juga. Rasa letih tergambar jelas di raut wajahnya saat membuka matanya."Mbak, bisa-bisanya kamu menjaga toko ini sambil tidur?" tanya salah atau dari dua remaja tadi."Hampir saja kami berhasil mencuri dua lego ini dari toko, Mbak. Kalau bukan karena seorang polisi yang sudah memergoki kami, Mbak pasti sudah rugi." sahut remaja yang satu lagi."Polisi?""Ya, mbak. Kami di paksa polisi itu kembali kesini untuk membayar lego yang sudah kami curi ini." cerita salah satu remaja pria tesebut."Sekarang mana polisi itu?" tanya Abel penasaran."Dia tadi ada di depan toko 'X' saat menangkap kami." jawab remaja itu lagi.Abel keluar toko, memastikan polisi yang disebutkan dua remaja pria itu adalah seseorang yang membuatnya susah tidur tiap malam. Seseorang yang selama ini membuatnya tak bernafsu makan. Seseorang yang hanya bisa dia rindukan tanpa berani mengharapkan.Pandanganya menyapu kesebuah toko y
"Kalau anakku tidak mau meningģalkanmu. Sekarang, kau yang harus meninggalkan anakku. Jauhi dia, mengerti!"Ucapan Ayah Raja membuat nafas Abel tercekat. Raja tahu wanita itu kembali terluka karena lidah tajam Ayahnya lagi."Maaf, Om. Mulai sekarang saya tidak akan lagi meninggalkan anak anda. Sudah beberapa kali dia mempertaruhkan nyawanya demi menolong saya. Sekarang saatnya saya mengorbankan harga diri dan perasaan saya demi dia." balas Abel sambil menggenggam tangan lelaki yang ada di sebelahnya.Raja tersenyum mengembang mendengar ucapan Abel. Dia tak menyangka wanita yang selalu di anggapnya lemah itu kini berubah menjadi singa di depan Ayahnya."Jadi kau mau balas dendam dengan mengencani anakku sebagai ganti aku telah memecatmu dari perusahaan?" tanya sinis Ayah Raja, sorot matanya penuh kemarahan ke arah Abel."Ayah, kenapa akhir-akhir ini Ayah menjadi sering ikut campur urusanku? Ini sudah tengah malam Ayah, jangan buat kekacauan di rumah orang. Pulanglah!""Sebelum wanita i
Pov DamarPukul tujuh malam, aku sedang ada di rumah bersama istriku. Saat istriku sedang membantu asisten rumah tanggaku menyiapkan makan malam, ponselku berdering. Sebuah panggilan telepon masuk. Ternyata dari Dita. Buat apa malam-malam dia telepon, padahal dia tahu aku pria beristri harusnya tak dihubunginya di jam-jam seperti ini.Karena tak mau membuat marah wanita yang sangat hebat di atas ranjang itu, segera ku angkat teleponnya.[Hallo, sayang!] sapaku pada Dita, gadis belia yang tadi siang membuatku kelelahan karena aksinya.[Om, Raja dan mbak Abel akan berkencan malam ini. Dita gak mau tahu, Om gagalkan rencana mereka sekarang juga, gimanapun caranya!] desaknya.Kepalaku berdenyut nyeri mendengar ucapan Dita. Raja terlalu keras kepala sampai tak mau mendengar sedikitpun nasehatku. Apa hebatnya wanita seperti Abel di banding Jeni. Jeni anak teman bisnisku yang tentunya berasal dari keluarga terpandang juga kaya raya, cantik lagi. Bisa-bisanya Raja malah menyukai wanita gembel
Pov Liam"Mingkem Liam, nanti kemasukan nyamuk mulutmu!"Aku baru sadar setelah Irish menyuruhku menutup mulutku. Malu? tentu saja begitu."Kamu lama sekali!" aku pura-pura geram pada Irish."Ngantri. Pengunjung salon bukan aku saja!" jawabnya.Aku membukakan pintu mobil untuknya."Aku pakai mobilku saja!" ucap Irish."Jangan membantah kenapa? Masuk!"Irish pasrah dan menuruti perintahku. Sepanjang perjalanan memang kami saling diam tapi mataku jelalatan curi-curi pandang kearahnya.Mobilku telah sampai di depan hotel yang sudah di sewa sebagai tempat pernikahan Viola dan Yudha. Aku menuntun Irish selayaknya kami betulan sepasang kekasih.Saat masuk kedalam, aku melihat Viola dan suaminya sedang sibuk mengobrol dengan tamu lainnya."Irish menunduk dan sama sekali tak berani menatap mantan pacarnya. Aku tahu hatinya sedang sangat hancur tapi dia harus mengangkat wajahnya agar tidak terlihat lemah seperti ini."Jangan nangisin jodoh orang gitu!" ucapku menggoda Irish."Siapa yang nangis
Pov Liam"Polisi sudah datang. Maaf, telah membuatmu malu di depan umum. Aku tak mau kamu kabur dan kembali menyakiti Irish!" ucapku. Vikha sangat marah melihat beberapa polisi datang ingin menangkapnya."Brengs*k kamu Liam. Kamu temanku tapi kenapa kamu malah membela wanita itu!" teriak Vikha saat polisi akan membawanya pergi. Pengunjung restoran yang datang semua menatap kearah Vikha.Vikha memang temanku. Kami cukup akrab semasa SMA dulu tapi bukan berarti aku diam saja saat dia melakukan kejahatan.Aku kasihan pada Irish. Hidupnya sudah sangat berantakan karena Vikha. Aku harap Irish akan kembali mendapat haknya setelah Vikha dan yang lainnya tertangkap.Setelah urusan Vikha selesai aku langsung pulang kerumah."Kau sudah makan?" tanyaku saat Irish membuka pintu rumah."Belum. Kamu sendirikan yang melarangku makan sebelum kamu pulang!" jawabnya datar. Aku tersenyum karena senang dia menuruti perintahku."Aku mandi dulu, kamu siapkan makan malamnya!" perintahku. Dia mengangguk dan
Pov LiamAwalnya aku sangat marah karena mantan istri temanku selalu saja membuat masalah. Aku kesal wanita itu selalu membuatku hampir celaka, namun setelah mendengarkan cerita menyedihkannya, semua perasaan benciku hilang. Namun meski begitu aku tak mau melepasnya begitu saja. Dia harus tetap ku hukum.Setelah keadaannya membaik aku membawanya pulang ke rumahku. Mobilnya masih di bengkel jadi dia menurut begitu saja saat aku menyuruhnya masuk ke dalam mobilku.Irish sangat rajin, dia mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan sangat rapih. Masakannya juga sangat enak. aku heran dengan Alan. Bagaimana dia bisa membuang wanita seperti Irish demi wanita egois seperti Vikha dan keluarganya."Kamu sudah makan?" tanyaku ketika akan makan malam."Sudah." jawabnya sambil menyiapkan makanan di atas meja makan."Lain kali jangan makan sendirian. Kamu harus tunggu aku sampai pulang." ucapku."Ok!" jawabnya singkat padahal aku ingin dia lebih cerewet seperti biasanya. Tapi yang tetjadi malah seba
Pov AlanAku tak menyangka Irish tega menghancurkan kepercayaan Ayahku. Untuk apa coba dia menjual rumah dan toko pemberian Ayahku kalau bukan untuk memberi Yudha bantuan.Aku tahu keuangan Yudha pasti sedang hancur untuk mengurus ibunya. Jadi lelaki itu menggunakan Irish untuk menyelamatkannya dari kemiskinan.Awalnya aku tak percaya Irish menjadi wanita sebodoh itu demi Yudha. Nmaun setelah Vikha memberiku bukti bahwa Irish benar-benar sudah menjual toko dan rumah aku baru percaya.Meski aku tahu kesalahan Irish fatal, melihat wanita itu di maki secara kasar oleh Ayahku, aku menjadi tak tega. Entah aki masih terus menyukainya atau perasaan ini hanya perasaan kasian saja."Kamu sedang memikirkan apa, sayang?" tanya Vikha sambil mendekat kearahku. Sebelah wajahnya masih sangat menakutkan, tapi syukurnya dia sudah bisa menerima kenyataan."Aku masih saja tak habis pikir dengan perbuatan Irish. Kenapa dia makin bodoh setelah bercerai denganku. Dulu meski aku jahat, aku tak peelrnah meni
Mataku hampir saja terpejam, namun bel di rumahku terus-terusan berbunyi tanpa jeda. Aku yakin orang datang berniat cari masalah.Pintu ku buka, ada lima lelaki berbadan kekar berdiri di depan pintu. Apa orang-orang ini adalah orang suruhan dari orang yang sudah menipuku kemarin?"Kami akan memberi waktu satu jam dari sekarang untuk kamu mengemas barang-barang kamu!" ucap salah satu dari mereka."Kenapa aku harus mengemas barangku?" tanyaku sambil menatap nyalang para lelaki itu."Jangan pura-pura bodoh! kamu sudah menjual rumah ini pada bos kami!" bentak lelaki tadi."Bos kalian gila. Dia sudah menjebakku. Aku tak pernah menjual rumah ini padanya!""Jangan banyak bicara kamu atau kamu akan menyesal!" lelaki yang dari tadi bicara memberi kode pada temannya untuk menyeretku. Aku melakukan perlawanan, tapi tenagaku tidak ada apa-apanya di banding mereka. Aku terlempar keluar pintu rumah.Beberapa lelaki yang tadinya masuk ke dalam rumah kembali dan membawakanku koper berisi baju-bajuku.
Pov Irish"Apa enggak ada cara lain ya, Bik? aku enggak tega menyerahkan sertifikat rumah dan toko pemberian Ayah Adit pada mereka. Aku takut Ayah Adit akan marah jika tahu.""Dia takan tahu, Bu. Rahasia ini cuma kita berdua yang tahu. Toko ibu cukup ramai sebelumnya. Anda pasti pelan-pelan bisa mencicil uang yang anda pinjam." balas bik Linda. Benar juga ucapannya, bisnis kueku cukup ramai, aku yakin bisa dengan cepat membayar cicilan hutangku."Baiklah, Bik. Kapan kita temui orang itu?" tanyaku pada Bik Linda."Kapanpun anda ingin menemuinya saya akan antarkan." jawabnya."Kalau gitu besok kita akan ke rumah orang itu.""Baik bu, esok jemput langsung saja saya di rumah kontrakan saya."Aku mengangguk setuju. Kemudian bik Linda pamit pulang. Setelah kepergiannya aku merasa kembali kesunyian di rumahku sendiri. Mengingat penghianatan Yudha aku kembali menangis. Selemah ini memang aku sekarang.Semua fotoku saat bersama Yudha sudah aku hapus, nombornya pun sudah ku blokir. Barang-baran
Pov IrishHari ini aku menemui pemilik perusahaan yang beberapa waktu lalu mengorder kueku. Butuh waktu lama dan perjuangan keras agar bisa langsung menemui orang itu. Itu karena dia selalu menyuruh asistennya untuk menyelesaikan semuanya tanpa mau bertemu langsung denganku. Aku tak puas hati hanya menyelesikan masalah dengan bawahannya yang keras kepala itu saja.Nasib para karyawanku di pertaruhkan, aku akan melakukan apa saja demi menyelamatkan mereka dari fitnah kejam ini. Aku yakin seseorang sedang dengan sengaja menjebak kami.Dalam pertemuan kami, lelaki yang menjadi bos perusahaan tersebut bilang akan mengurungkan niatnya melaporkan kami asal kami mambayar denda sebesar 500juta. Sepertinya mereka memang menginginkan kehancuranku. Tapi bisa apa aku sekarang? aku tak mau karyawanku menderita, aku akan melakukan apapun untuk menyelamatkan mereka.Setelah pertemuanku dan bos gila itu berakhir, aku segera menghubungi Yudha untuk meminta pendapatnya. Namun entah kenapa kali ini Yudh
Pov YudhaAku rasa dunia sedang sangat kejam kepadaku. Masalah datang bertubi-tubi. Keadaan ibuku kritis, aku bingung harus bagaimana sekarang.Kenapa aku seceroboh ini. Harusnya aku tak perlu dulu memberitahu ibuku tentang lamaranku pada Irish. Saat ini ibuku sangat butuh dukungan, harusnya aku bisa mengontrol diri agar keadaannya tidak menjadi seperti ini.Beberapa hari setelah ibuku berhasil melewati masa kritis, akhirnya dia sembuh juga. Aku bisa tersenyum lega sekarang.Perasaan bahagiaku tidak bertahan lama. Setelah kesembuhan ibuku, dia sama sekali tidak mau di jenguk olehku. Aku benar-benar tak tahu dengan cara apa aku bisa memandapatkan maafnya.Di tengah perasaan kacauku, aku teringat pada sebuah kartu nama yang ibuku berikan.Aku kemudian membuka dompetku lalu mengambil kartu nama itu.'Viola Amalia' itu nama wanita yang ibu bilang menginginkanku. Mungkin aku butuh bantuannya untuk bisa mendapatkan maaf wanita yang sudah melahirkanku.Aku melajukan mobil menuju perusahaan w
Pov Yudha Sekitar jam satu siang aku sudah sampai di depan rumah Om Adit. Meski dalam keadaan terdesakpun aku tetap mengantarkan Irish menggunakan taksi sampai ke rumahnya. Sebenarnya aku sama sekali tak punya nyali menginjakan kaki di rumah Om Adit lagi. Namun mengingat kebaikan Om Adit aku harus belajar bermuka tebal. Aku ingin minta maaf pada keluarga Om Adit, meskipun itu takan membuat lelaki itu mencabut tuntutannya pada ibuku."Den, Yudha?" satpam di rumah Om Adit langsung membukakan pintu setelah melihatku di depan gerbang. Akupun segera masuk namun baru beberapa langkah masuk aku di halangi."Den maaf, sesuai perintah Tuan saya hanya di tugaskan memberikan beberapa koper itu jika anda pulang." Mang Ucup menunjuk kearah beberapa koper yang ada di sebelah post satpam."Itu apa, Mang?" tanyaku padanya."Itu barang-barang anda."Sontak aku sangat terkejut, apakah aku sudah di usir dari rumah mewah ini setelah kejahatan ibuku pada keluarga Om Adit terbongkar?"Benarkah Tuan yang m