🥀🥀🥀🥀🥀
#Pov Huma
Pada malam harinya:
Akhirnya waktu malam telah tiba, aku sudah tak sabar menunggu kedatangan Wahyu.
Aku berharap semoga Wahyu mau mengerti dan memaafkanku.
"Assalamualaikum," ucap seseorang dari luar.
"Waalaikumsalam." Dengan hati berdebar dan perasaaan yang sudah tak menentu, aku segera membukakan pintu.
"Aa." Ucapku tersenyum.
Wahyu tak menjawab, ia masih
🥀🥀🥀🥀🥀# pov LauraMalam ini aku akan berpamitan kepada semua keluarga disini, juga keluarga Kak Maya.Kak Maya sudah pulang ke Jakarta sejak kemarin, mungkin nanti aku kabari lewat telpon saja.Sebelum melangkah keluar kamar, aku menarik banyak oksigen dan menghembuskannya perlahan, kumantapkan hatiku dengan keputusan yang kuambil ini.Bismillah ...Keluarga besar Kak Huma masih berkumpul di meja makan, Bang Wahyu juga masih ada, akupun segera bergabung dan duduk bersama mereka.
❤️❤️❤️❤️❤️#Pov HumaTring ...Segera akupun melihat handphoneku yang masih dipegang.Ternyata ada pesan dari A Wahyu, akupun segera membacanya.["Neng, lusa Aa jadi berangkat, Neng kalau mau ikut antar Aa ke bandara, nanti bareng sama keluarga Aa ya, nanti Aa jemput, " ] ujar Wahyu.["A, Neng suka sedih kalau liat orang pergi. Neng nggak ikut ya?"] Balasku, emot sedih.["Nggak ada Neng, nggak seru atuh."
🌻🌻🌻🌻🌻#Pov HumaDisaat sedang asyik makan, tiba-tiba datang Bang Imron menghampiri kami."Bahagia kali kutengok klian dari tadi, rupanya calon suami Kau duda beranak dua ini." Pekik Bang Imron dengan tangan mengepal, menahan emosi.A Wahyu pun berdiri, menatap tajam ke arah Bang Imron, rahangnya mengeras, tangan mulai mengepal kuat."Hei! Apa urusannya denganmu? Kamu siapa? Beraninya kamu mengganggu kami!" Teriak A Wahyu lantang, dengan menahan emosi."A Wahyu, dia itu B
❤️❤️❤️❤️❤️# pov Huma"Neng disini jaga diri baik-baik, jangan ketemuan sama mantan Neng itu, takut Aa liatnya, kayaknya orangnya nekat," ucap A Wahyu."Baik Aa Wahyu ku, siap! Aa juga janji ya? Jangan dekat-dekat sama cewek Aceh, apalagi sampai jadian, Neng nggak rela pokoknya," ucapku."Iya, Sayang,-" balasnya."A gimana ini? anak-anaknya udah pada tidur, Neng udah mau nyampe rumah!" tanyaku."Ya udah, bangunin aja nggak apa-apa," jawab A Wahyu."Atau Aa antarin anak-anak dul
🌷🌷🌷🌷🌷# Pov ImronPada malam harinyaMalam ini, aku sengaja bertandang kerumah Togar, mana tau ditawari makan, istri dan anaknya Togar memang lagi disini karena si Ucok anak Togar masih libur sekolah."Assalamualaikum," ucapku."Waalaikumsalam salam." Jawab tuan rumah seraya membukakan pintu."Eh, Bang Imron. Masuk Bang! Bang Togar nya lagi makan, ayo makan sama-sama!" Ajaknya."Kebetulan," batinku.
🥀🥀🥀🥀🥀# Pov Imron"Assalamualaikum," suara seseorang mengetuk pintu didepan."Waalaikumsalam," teriakku dari dalam kamar.Akupun bergegas menuju ruang tamu dan segera membuka pintu."Togar!" Ucapku menatap kawanku itu penuh dengan tanda tanya."Ada apa kawan?" Tanyaku penasaran."Imron,-" Ucapnya sambil mengatur nafas." Sayang kali kau tak ikut tadi, kami ada jumpa sama si Huma di sana," ucapnya sambil men
🌷🌷🌷🌷🌷 #Pov Huma Aku menunduk sambil menata kue di meja tamu. Seseorang seperti memperhatikanku dari tadi, akupun mengangkat kepala dan,- "Huma?" "Bang Togar?" ucap kami bersamaan, kami sama-sama terkejut. Kang Hadi dan Lilis seperti kebingungan melihat kami saling mengenal. " Kalian kok bisa saling kenal?" Lirih kang Hadi, masih melongo melihat kami. "Aku kawannya Imron, kang Hadi,
🌷🌷🌷🌷🌷 #Pov Humaira Assalamualaikum!" Ucapku sambil membunyikan bel. "Waalaikumsalam." Jawaban dari dalam rumah seraya membukakan pintu. "Alhamdulilah, akhirnya Neng datang juga. Sama siapa ke sini nya, Neng?" Ujar a Wahyu tersenyum ketika melihatku datang, lalu menatap sekeliling. "Sama Haikal A, tapi dia nggak bisa mampir, ada urusan katanya." jawabku. A Wahyu meraih tanganku, kemudian menggenggamnya, netra kami saling bertemu. "
"Kenapa, Kal? Bolak-balik aja," ucap Hadi,"Mendingan makan dulu, keburu dingin nanti!" imbuhnya lagi."Ini Teh Huma, belum nyampe juga jam segini, aku kan jadi khawatir, Kang" jawab Haikal."Telepon juga nggak aktif," imbuhnya lagi."Coba telepon Laura, handphone Huma paling lowbat." Kang Hadi menambah porsi makannya."Ayo makan dulu, biar bisa berfikir jernih," ucap Hadi."Iya deh." Haikal bergabung bersama Kang Hadi di meja makan.Keesokan harinya, Imron dan keluarga sudah bersiap-siap untuk
# Beberapa hari kemudianSuasana pagi hari di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta cukup ramai, Haikal, Hadi dan keluarga Bang Togar, berjalan beriringan menaiki kapal KM Kelud yang berkapasitas dua ribu orang penumpang, yang tidak lama lagi akan berangkat.Mereka hendak berlayar menuju ke pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, namun harus transit di beberapa titik sebelum sampai di tujuan akhir, mereka akan berlayar selama tiga hari dua malam.Haikal dan Kang Hadi sangat menikmati perjalanan panjang mereka, ini merupakan pengalaman mereka yang pertama menaiki kapal laut, karena selama ini belum pernah bepergian jauh keluar dari pulau Jawa.Humaira dan beberapa orang yang lainnya akan terbang menaiki pesawat dari bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandara Kualanamu kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara tiga hari kemudian.Saat ini ia sedang bersiap-siap m
"Mungkin Laras sama Laura mau ikut." Humaira menoleh ke arah Laras dan Laura.Laras dan Laura saling berpandangan, kemudian mereka menjawab hampir bersamaan."Tengok saja nanti," jawab mereka."Nanti kalau mau pergi, sama-sama kita ya?" ucap Togar.Ketika sedang asyik berbincang, tiba-tiba gawai milik Togar berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon."Kebetulan sekali, si Imron video call, kuangkat dulu ya,"ucapnya.["Assalamualaikum Imron apa kabar? "] Togar melambaikan tangannya ke arah layar handphonenya.["Horas bah! Macam mana kabar di sana, kawan?"] balas Imron.["Kamipun sehat-sehat semua di sini,"] jawab Togar.["Bagaimana Togar sudah kau bilang sama keluarga Humaira tentang acara pernikahanku itu?"] tanya Imron.["Sudah, tengok ini! Kami lagi ngumpul di rumah Haikal."] Togar mem
Laras berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di dalam kamar, kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya menjadi sadar, ia menyesali perbuatannya selama ini."Ayuk! Dipanggil sama mamah Yati, disuruh makan." Laura masuk ke dalam kamar, ia kasihan melihat kakaknya selalu termenung dan menyendiri di dalam kamar."Ayuk nggak lapar," jawabnya singkat.Laura duduk di tepi ranjang, ia menatap Laras yang semakin kusut, rambut dibiarkannya tergerai berantakan, seolah tidak ada lagi semangat hidup."Ayuk pegang apa itu?" Laura melihat Laras menggenggam sesuatu.Laras membuka genggaman di tangannya. kemudian memperlihatkanny
Alex mengambil sesuatu dari saku celananya, kemudian ia hendak menyumpal mulut Laura dengan saputangan yang sudah ia olesi dengan obat bius.Laura mundur beberapa langkah, sehingga Alex yang posisinya masih berada di dalam mobil, sedikit kesulitan untuk melakukan aksinya."Sudah aku duga, kau akan memakai cara-cara licik seperti ini, seperti waktu itu saat kau menjebakku."Laura menatap Alex dengan penuh kebencian."Gara-gara ulahmu itu terpaksa aku menerima lamaranmu," imbuhnya lagi."Bagaimanakah kau bisa mengenaliku, Sayang?" tanya Alex, dengan suaranya yang tidak lagi dibuat-buat."Walaupun kau merubah penampilanmu, tapi a
"Seandainya saja tadi Ayuk aku bisa kita ajak kerjasama untuk menemukan Alex dan komplotannya," ucap Laura."Aku mewakili kakakku, mohon maaf kepada keluarga di sini, atas kelakuannya itu," ucap Laura."Iya, sudah kami maafkan kok, jangan khawatir Laura." balas Humaira."Kamu benar Laura, kakak kamu itu bisa kita ajak kerjasama."Haikal menatap Laura."Laura, tolong ambilkan laptop-ku di kamar," imbuhnya lagi.Laura bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar Haikal, tidak lama kemudian ia pun sudah kembali membawa laptop berwarna hitam dengan layar 14 inci.Haikal mulai membuka laptopnya, ia melihat rekaman CCTV, kini semua orang yang berada di ruang tamu fokus melihat ke arah benda segi empat tersebut."Sepertinya aku kenal dengan pria itu," ucap Laura, ketika melihat Laras turun dari mobil diikuti oleh Hen
Humaira menikmati pemandangan di jalanan kota Bandung yang ia lalui melalui jendela mobil taksi, sudah berbulan-bulan meninggalkan kota ini membuatnya rindu akan tanah kelahirannya itu, sementara Maulida nampak tertidur pulas di sampingnya."Masih lama lagi kah, Kak Ira?" tanya Maulida ketika ia membuka matanya."Nggak lama lagi kok," balas Humaira."Kalau masih ngantuk, tidur aja lagi, nanti kakak bangunin," imbuhnya lagi."Udah nggak ngantuk lagi, kok!" balas Maulida.Tak' lama kemudian, mobil pun berhenti di depan rumah Humaira, ia beranjak turun dari mobil, kemudian mengeluarkan semua barang bawaannya, dibantu oleh Maulida dan sopir taksi."Rumah kakak bagus ya?"Maulida mengedarkan pandangannya ke arah rumah Humaira dan rumah disekitarnya."Ayo masuk!" Humaira tersenyum."Assalamualaikum!" uca
Laras melemparkan gawainya ke atas tempat tidur, ia merasa kesal karena Laura begitu saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Nanti sore pula, katanya! Mana sudah lapar kali' ini," umpatnya sambil memegangi perutnya.Ia berjalan mondar-mandir mengitari kamar, sesekali meremas rambutnya yang hitam sebahu.Laras tersenyum, ketika tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang, kemudian membongkar tas koper besar berisi pakaian, ia mencari sebuah baju yang didalamnya terdapat uang yang ia curi dari keluarga Tuan Kenzi.Beberapa lembar uangkertas yang terdiri daripecahanmulai 1.000yen, 2.000yen, 5000yen, hingga 10.000yen, ia kumpulkan kemudian merapikannya."Sebaiknya aku tukarkan dulu uang Yen ini dengan rupiah, baru aku beli makanan dan langsung pergi ke Bandung," Laras tersenyum puas.Laras mengambil handphonen
"Aku pagi ini disuruh ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian peristiwa kebakaran kemarin," ucap Haikal.Laura menoleh sekilas ke arah Haikal kemudian kembali menikmati sarapannya."Laura, kamu ikut yuk! Temani aku, aku takut nih, berurusan dengan polisi." Haikal menatap Laura.Laura menoleh ke arah Ceu Yati untuk meminta persetujuan, kemudian Ceu Yati menganggukkan kepalanya."Kalau Neng Laura sudah baikan, boleh pergi kok," ucap Ceu Yati."Tapi catering gimana, Mah?" tanya Laura."Urusan catering biar mamah yang urus." Jawab Ceu Yati.Haikal bangkit dari duduknya, kemudian menoleh ke arah Laura."Aku siap-siap dulu, nanti nyusul ya?" ucapnya."Iya" jawab Laura singkat."Mamah juga mau ke tempat catering Hilma, mau ngawasin pegawai." Ceu Yati bangkit dari duduknya lalu ia beranjak p