🥀🥀🥀🥀🥀
# Pov Imron
"Assalamualaikum," suara seseorang mengetuk pintu didepan.
"Waalaikumsalam," teriakku dari dalam kamar.
Akupun bergegas menuju ruang tamu dan segera membuka pintu.
"Togar!" Ucapku menatap kawanku itu penuh dengan tanda tanya.
"Ada apa kawan?" Tanyaku penasaran.
"Imron,-" Ucapnya sambil mengatur nafas.
" Sayang kali kau tak ikut tadi, kami ada jumpa sama si Huma di sana," ucapnya sambil men
🌷🌷🌷🌷🌷 #Pov Huma Aku menunduk sambil menata kue di meja tamu. Seseorang seperti memperhatikanku dari tadi, akupun mengangkat kepala dan,- "Huma?" "Bang Togar?" ucap kami bersamaan, kami sama-sama terkejut. Kang Hadi dan Lilis seperti kebingungan melihat kami saling mengenal. " Kalian kok bisa saling kenal?" Lirih kang Hadi, masih melongo melihat kami. "Aku kawannya Imron, kang Hadi,
🌷🌷🌷🌷🌷 #Pov Humaira Assalamualaikum!" Ucapku sambil membunyikan bel. "Waalaikumsalam." Jawaban dari dalam rumah seraya membukakan pintu. "Alhamdulilah, akhirnya Neng datang juga. Sama siapa ke sini nya, Neng?" Ujar a Wahyu tersenyum ketika melihatku datang, lalu menatap sekeliling. "Sama Haikal A, tapi dia nggak bisa mampir, ada urusan katanya." jawabku. A Wahyu meraih tanganku, kemudian menggenggamnya, netra kami saling bertemu. "
"Anak-anak, gimana kalau beli es krim nya di toko depan aja jangan yang jauh-jauh. Mamanya nggak bisa bawa mobil." Aku berusaha membujuk anak-anak."Nggak mau ah! aku maunya jalan-jalan sambil makan es krim," rengek Raiqah."Nggak boleh gitu dong sayang, cucunya nenek! Nanti, mama Huma nya ngambek, terus pulang," ujar mamahnya Wahyu."Tapi ada syaratnya!" Kami pun mendengarkan Raiqah secara seksama."Mama Huma harus nginap di sini,!" Ucapan Raiqah, sontak membuatku kaget, begitu pun mamah."Ya udah, kita belinya di Cimahi mall aja ya! tapi, kita perginya naik angkot! Gimana? Setuju nggak?" tawarku.&nb
Lalu tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh bahuku dari belakang."Teh!" seru seorang wanita, yang sepertinya aku pernah mendengarnya.Aku pun menoleh ke arah belakang dan ternyata,"Eh, itu kan' yang tadi!" batinku."Eh, iya! Neng Sinta yang tadi tea? Nggak jadi ke rumah sakitnya, Neng?" tanyaku masih dalam keadaan terkejut."Iya, bener, Teh! Saya ke sini cuma mau kasih tau, Ceu Yuni pernah akan menjodohkan saya dengan Aa' Wahyu. Saya ingatkan, sebaiknya Teteh mundur, deh! Jangan dekati keluarga A' Wahyu lagi.Apalagi belagak dekat sama anak-anaknya A'
🌷🌷🌷🌷🌷Aku mengambil gawai di atas nakas, sudah tak sabar rasanya ingin menghubungi Aa' Wahyu.Setelah kepergiannya tadi pagi, belum sekalipun berkomunikasi dengannya lagi.["Aa' sudah sampai belum?"] Aku menulis pesan singkat di aplikasi berwarna hijau.Tak menunggu lama, gawaiku pun berdering, terpampang namanya di layar handphoneku.Dengan membaca namanya saja, sudah membuatku berdebar tak karuan, hati ini diselimuti kerinduan yang mendalam, padahal baru tadi pagi kami bertemu.Kutekan tombol hijau di gawaiku, dengan senyum yang mengembang.["Halo! Neng!"]["Halo, Aa' Wahyu! Aa' nyampe jam berapa tadi "][Tadi, Aa' nyampenya jam dua belas,an. Neng lagi apa?"] tanyanya["Oh ... ! Sekarang, Neng lagi santai aja.Aa' lagi apa sekarang?Udah makan belum Aa'?]" tanyaku.
🌺🌺🌺🌺🌺# Pov Ceu Yuni (Mamahnya Wahyu)Tanpa sengaja, hari ini aku bertemu dengan Bu Sri, dan juga Sinta, di dalam mobil angkutan kota jurusan Cibeber-Cimahi, sewaktu kami hendak pergi jalan-jalan ke mall di daerah Pasar Antri Cimahi.Dengan tegas, aku memperkenalkan Huma, kepada mereka sebagai calon menantuku, mereka pun nampak kaget mendengarnya, bahkan aku sempat mengundang mereka ke acara kami besok di rumah Wahyu.Mudah-mudahan mereka mau mengerti dan berhenti mengharapkan Wahyu.Memang, aku dulu pernah menjodohkan Wahyu dan Sinta. Namun, Wahyu sama sekali tak merespon, bahkan seringkali menghindari
🌺🌺🌺🌺🌺# Pov Ceu YuniPada malam harinya, aku sengaja menginap di rumah Wahyu, agar bisa mengutarakan niatku.Tok ...Tok ...Tok ..."Yu, Wahyu! Buka pintunya, Nak! Buka atuh kasep, jangan ngurung diri terus," teriakku.Kriiieet ... suara pintu pun terbuka.Setelah membuka pintu, Wahyu kembali duduk di lantai kamarnya, tampak ia sedang termenung sambil melihat-lihat album foto pernikahan bersama mendiang istrinya."Wahyu, yang sudah meninggal tak akan kembali lagi, sebaiknya dikirimi doa, bukan dikirimi air mata terus-menerus." ucapku. "Kehidupan ini akan terus berputar, siap ataupun tidak siap kita akan melewatinya," imbuhku lagi."Ingat, Wahyu! Jangan terlalu terlena dengan kesedihan.Bukannya mamah melarang kamu untuk berduka cita, tapi kamu juga
🌼🌼🌼🌼🌼# Pov HumaHari ini aku akan pergi ke rumahnya Aa' Wahyu yang di Cimahi Tengah.Calon mama mertua, tadi sudah menelpon, beliau sudah berangkat dan sudah berada di lokasi sekitar sepuluh menit yang lalu.Kini, aku telah siap-siap untuk segera menuju ke sana."Mamah, Eneng berangkat dulu ya?" pamitku pada mamah di tempat catering kami yang baru.Tempatnya tak jauh dari rumah kami."Iya, salam buat Ceu Yuni ya? Bilangin nanti mamah ke sananya agak siangan," ucapny
"Kenapa, Kal? Bolak-balik aja," ucap Hadi,"Mendingan makan dulu, keburu dingin nanti!" imbuhnya lagi."Ini Teh Huma, belum nyampe juga jam segini, aku kan jadi khawatir, Kang" jawab Haikal."Telepon juga nggak aktif," imbuhnya lagi."Coba telepon Laura, handphone Huma paling lowbat." Kang Hadi menambah porsi makannya."Ayo makan dulu, biar bisa berfikir jernih," ucap Hadi."Iya deh." Haikal bergabung bersama Kang Hadi di meja makan.Keesokan harinya, Imron dan keluarga sudah bersiap-siap untuk
# Beberapa hari kemudianSuasana pagi hari di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta cukup ramai, Haikal, Hadi dan keluarga Bang Togar, berjalan beriringan menaiki kapal KM Kelud yang berkapasitas dua ribu orang penumpang, yang tidak lama lagi akan berangkat.Mereka hendak berlayar menuju ke pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, namun harus transit di beberapa titik sebelum sampai di tujuan akhir, mereka akan berlayar selama tiga hari dua malam.Haikal dan Kang Hadi sangat menikmati perjalanan panjang mereka, ini merupakan pengalaman mereka yang pertama menaiki kapal laut, karena selama ini belum pernah bepergian jauh keluar dari pulau Jawa.Humaira dan beberapa orang yang lainnya akan terbang menaiki pesawat dari bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandara Kualanamu kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara tiga hari kemudian.Saat ini ia sedang bersiap-siap m
"Mungkin Laras sama Laura mau ikut." Humaira menoleh ke arah Laras dan Laura.Laras dan Laura saling berpandangan, kemudian mereka menjawab hampir bersamaan."Tengok saja nanti," jawab mereka."Nanti kalau mau pergi, sama-sama kita ya?" ucap Togar.Ketika sedang asyik berbincang, tiba-tiba gawai milik Togar berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon."Kebetulan sekali, si Imron video call, kuangkat dulu ya,"ucapnya.["Assalamualaikum Imron apa kabar? "] Togar melambaikan tangannya ke arah layar handphonenya.["Horas bah! Macam mana kabar di sana, kawan?"] balas Imron.["Kamipun sehat-sehat semua di sini,"] jawab Togar.["Bagaimana Togar sudah kau bilang sama keluarga Humaira tentang acara pernikahanku itu?"] tanya Imron.["Sudah, tengok ini! Kami lagi ngumpul di rumah Haikal."] Togar mem
Laras berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di dalam kamar, kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya menjadi sadar, ia menyesali perbuatannya selama ini."Ayuk! Dipanggil sama mamah Yati, disuruh makan." Laura masuk ke dalam kamar, ia kasihan melihat kakaknya selalu termenung dan menyendiri di dalam kamar."Ayuk nggak lapar," jawabnya singkat.Laura duduk di tepi ranjang, ia menatap Laras yang semakin kusut, rambut dibiarkannya tergerai berantakan, seolah tidak ada lagi semangat hidup."Ayuk pegang apa itu?" Laura melihat Laras menggenggam sesuatu.Laras membuka genggaman di tangannya. kemudian memperlihatkanny
Alex mengambil sesuatu dari saku celananya, kemudian ia hendak menyumpal mulut Laura dengan saputangan yang sudah ia olesi dengan obat bius.Laura mundur beberapa langkah, sehingga Alex yang posisinya masih berada di dalam mobil, sedikit kesulitan untuk melakukan aksinya."Sudah aku duga, kau akan memakai cara-cara licik seperti ini, seperti waktu itu saat kau menjebakku."Laura menatap Alex dengan penuh kebencian."Gara-gara ulahmu itu terpaksa aku menerima lamaranmu," imbuhnya lagi."Bagaimanakah kau bisa mengenaliku, Sayang?" tanya Alex, dengan suaranya yang tidak lagi dibuat-buat."Walaupun kau merubah penampilanmu, tapi a
"Seandainya saja tadi Ayuk aku bisa kita ajak kerjasama untuk menemukan Alex dan komplotannya," ucap Laura."Aku mewakili kakakku, mohon maaf kepada keluarga di sini, atas kelakuannya itu," ucap Laura."Iya, sudah kami maafkan kok, jangan khawatir Laura." balas Humaira."Kamu benar Laura, kakak kamu itu bisa kita ajak kerjasama."Haikal menatap Laura."Laura, tolong ambilkan laptop-ku di kamar," imbuhnya lagi.Laura bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar Haikal, tidak lama kemudian ia pun sudah kembali membawa laptop berwarna hitam dengan layar 14 inci.Haikal mulai membuka laptopnya, ia melihat rekaman CCTV, kini semua orang yang berada di ruang tamu fokus melihat ke arah benda segi empat tersebut."Sepertinya aku kenal dengan pria itu," ucap Laura, ketika melihat Laras turun dari mobil diikuti oleh Hen
Humaira menikmati pemandangan di jalanan kota Bandung yang ia lalui melalui jendela mobil taksi, sudah berbulan-bulan meninggalkan kota ini membuatnya rindu akan tanah kelahirannya itu, sementara Maulida nampak tertidur pulas di sampingnya."Masih lama lagi kah, Kak Ira?" tanya Maulida ketika ia membuka matanya."Nggak lama lagi kok," balas Humaira."Kalau masih ngantuk, tidur aja lagi, nanti kakak bangunin," imbuhnya lagi."Udah nggak ngantuk lagi, kok!" balas Maulida.Tak' lama kemudian, mobil pun berhenti di depan rumah Humaira, ia beranjak turun dari mobil, kemudian mengeluarkan semua barang bawaannya, dibantu oleh Maulida dan sopir taksi."Rumah kakak bagus ya?"Maulida mengedarkan pandangannya ke arah rumah Humaira dan rumah disekitarnya."Ayo masuk!" Humaira tersenyum."Assalamualaikum!" uca
Laras melemparkan gawainya ke atas tempat tidur, ia merasa kesal karena Laura begitu saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Nanti sore pula, katanya! Mana sudah lapar kali' ini," umpatnya sambil memegangi perutnya.Ia berjalan mondar-mandir mengitari kamar, sesekali meremas rambutnya yang hitam sebahu.Laras tersenyum, ketika tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang, kemudian membongkar tas koper besar berisi pakaian, ia mencari sebuah baju yang didalamnya terdapat uang yang ia curi dari keluarga Tuan Kenzi.Beberapa lembar uangkertas yang terdiri daripecahanmulai 1.000yen, 2.000yen, 5000yen, hingga 10.000yen, ia kumpulkan kemudian merapikannya."Sebaiknya aku tukarkan dulu uang Yen ini dengan rupiah, baru aku beli makanan dan langsung pergi ke Bandung," Laras tersenyum puas.Laras mengambil handphonen
"Aku pagi ini disuruh ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian peristiwa kebakaran kemarin," ucap Haikal.Laura menoleh sekilas ke arah Haikal kemudian kembali menikmati sarapannya."Laura, kamu ikut yuk! Temani aku, aku takut nih, berurusan dengan polisi." Haikal menatap Laura.Laura menoleh ke arah Ceu Yati untuk meminta persetujuan, kemudian Ceu Yati menganggukkan kepalanya."Kalau Neng Laura sudah baikan, boleh pergi kok," ucap Ceu Yati."Tapi catering gimana, Mah?" tanya Laura."Urusan catering biar mamah yang urus." Jawab Ceu Yati.Haikal bangkit dari duduknya, kemudian menoleh ke arah Laura."Aku siap-siap dulu, nanti nyusul ya?" ucapnya."Iya" jawab Laura singkat."Mamah juga mau ke tempat catering Hilma, mau ngawasin pegawai." Ceu Yati bangkit dari duduknya lalu ia beranjak p