Share

64. Putri kembar

Penulis: Damaya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-17 22:21:56
"Bagaimana? Informasi apa yang sudah kau dapatkan?"

Dewa segera duduk setelah mempersilahkan Rainer—orang kepercayaannya untuk ikut duduk bersama di sofa, mereka saling berhadapan.

"Namanya Melati, Bang." Pemuda itu mulai menjelaskan informasi yang didapatkan. "Dia diasuh oleh nenek tua bernama Sekar, dan mereka tinggal di sebuah desa kecil yang letaknya tidak jauh dari lokasi terjadinya kecelakaan hari itu. Melati memiliki julukan Gadis Balap. Karena dia juga hobi menaklukan lintasan. Hanya bedanya di lebih suka menekuni motocross. Seharusnya jika hari itu dia tidak mengalami kecelakaan, dia bisa mengikuti ajang bergengsi di Kuala Lumpur."

Dewa menyimak serius penjelasan Rainer, dengan sesekali menunjukkan kerutan di dahi. Dewa merasa heran sekaligus kagum, gadis itu sepertinya memiliki hobi yang juga mainstream sama seperti dirinya.

"Mengesankan. Gadis yang menarik," ujar Dewa tulus. "Lalu apa kau tahu siapa Sekar? Dia kerabat atau orang lain? Selain itu, apa tidak ada keterangan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Muda Nona Konglomerat   65. Trauma itu

    "Terima kasih. Anda sudah menyelamatkan saya dan mau menanggung semua pengobatan saya, Tuan." Dewa mengangguk pelan menanggapi ucapan terima kasih gadis di depannya. Melati balas tersenyum samar yang terlihat sangat dipaksakan, dan Dewa tetap bersikap seolah tidak tahu apapun mengenai gadis itu. Setelah berhasil lolos dari maut, dan harus berada di rumah sakit berbulan-bulan tapi tak ada satupun kerabat yang menemani, Dewa paham kesedihan yang sedang Melati rasakan. "Bagaimana keadaanmu sekarang?" Dewa coba mengalihkan kesedihan itu dengan kembali bertanya. "Sekarang aku sudah merasa jauh lebih baik, Tuan." Berada di ruang eksklusif dengan fasilitas lengkap layaknya kamar hotel, Dewa tahu Melati sebenarnya kurang nyaman, mengingat mereka hanya berdua. Hanya saja karena tidak ingin menyinggung dirinya yang sudah banyak membantu, gadis itu berusaha bersikap tenang. Walaupun tidak dipungkiri, dengan Melati yang terus menundukkan pandangan—tidak berani menatap matanya, Dewa sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Suami Muda Nona Konglomerat   66. Kesepakatan

    Di ruang meeting perusahaan Laksamana group, tengah terjadi ketegangan. Tika tetap memperjuangkan haknya meski para pemegang saham kekeh ingin menggantikan dirinya dengan kandidat yang menurut mereka layak. Biarpun semakin tersudut saat semua peserta rapat menyalahkan dirinya atas kemunduran Mr. Logan, dan menganggap apa yang terjadi pada Laksmana group sepenuhnya atas tanggung jawabnya sebagai pemimpin—Tika tetap tak gentar. Dengan berani ia menatap semua orang yang ada di ruangan itu dengan mata sayu tapi menyiratkan ketegasan. Kendati merasa sudah sangat muak dengan situasi yang ada, pun rasa nyeri diperut bagian bawah yang sering muncul dan tiba-tiba menghilang—-dahi Tika bercucur keringat. Tapi Tika tetap berusaha tenang. Karena tidak ingin apa yang terjadi padanya saat itu dianggap dalih untuk menyelamatkan diri. "Bukankah kita sudah pernah membahas masalah ini di rapat sebelumnya? Beserta alasan kemunduran Mr. Logan. Lantas, apa kalian tidak bisa melihat kinerja saya selama

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19
  • Suami Muda Nona Konglomerat   67. Pasrah

    Dewa terkejut begitu membuka pintu apartemen, ternyata wanita yang paling ia rindukan tengah berdiri. Namun, kali ini ada yang berbeda, Tika tak sedikitpun menunjukkan sikap ramah. Bahkan begitu pintu terbuka lebar, Tika langsung menyerobot masuk sebelum sempat Dewa persilahkan. "Ada apa?" Dewa meringis ngilu melihat cara duduk Tika di sofa, dinilai terlalu kasar. "Aku tidak menyangka kau tega melakukan itu," sembur Tika tiba-tiba. Tidak paham dengan apa yang Tika bicarakan, Dewa segera mendekat. "Bicara yang jelas. Apa yang sudah kulakukan sampai kau bisa semarah ini?" Dewa ikut duduk di samping Tika, tapi justru lebih tertarik memperhatikan perut besar sang istri—khawatir terjadi sesuatu setelah cara duduk Tika yang bar bar yadi. "Oke. Aku minta maaf," kata Dewa meski sebenarnya belum tahu dimana letak kesalahannya. Dewa menganggap kemarahan Tika pengaruh hormon kehamilan. Namun, begitu mendapati mata Tika memancar penuh amarah, Dewa mengerutkan alis. Ada yang tidak beres. "

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Suami Muda Nona Konglomerat   68. Lebih beruntung

    Terkejut bercampur takjub. Itulah alasan yang membuat Dewa sampai bisa tidak sadarkan diri. Sesuatu yang dinantikan akhirnya tiba, tapi begitu mengetahui nyawa baru muncul dari tempat yang selama ini paling digilai, nyatanya Dewa tak cukup mampu mengendalikan diri. Kendati mengetahui secara ilmiah memang seperti itu proses wanita melahirkan secara normal. Tetapi tetap saja, saat melihatnya langsung, terlebih itu wanita yang dicintai, tak disangka rasanya begitu mendebarkan. Setiap kali mendengar Tika mengejan, Dewa merasa tenaganya ikut tertarik habis. Tepatnya ketika mendengar suara tangis bayinya, Dewa merasa jiwanya seketika meloncat keluar, dan pergi entah berapa lama baru bisa kembali. Lantas sekarang, meski sudah dua jam lebih Dewa duduk di sana—sofa panjang yang ada di kamarnya, Dewa belum juga berpuas hati memandangi hasil mahakaryanya. Selain itu, Dewa juga belum sepenuhnya percaya, jika sosok kecil yang saat ini berada di samping istrinya terbaring dan terlelap, merupaka

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • Suami Muda Nona Konglomerat   69. Berbenah diri

    "Periksa setiap sudut ruangan ini, jangan sampai ada yang terlewatkan satu benda pun," ujar Dewa memberi perintah. "Aku curiga pasti ada sesuatu disini yang tidak pernah Tika sadari." Sama seperti Gusti dan juga Sam, Dewa ikut memeriksa setiap sudut serta benda yang ada di ruang kerja Tika. "Kau yakin akan menemukan petunjuknya di sini, Wa?" tanya Gusti sambil bertolak pinggang—memperhatikan sekitar setelah memeriksa lemari yang ada di dekat pintu. "Bik Santi pernah memberitahuku. Sebelum aku datang, Roland sering berkunjung dan tidak ragu memasuki ruangan ini untuk mendiskusikan sesuatu dengan Tika. Siapa tahu saat Tika lengah, dia memanfaatkan kesempatan itu untuk memasang cctv, atau alat penyadap suara di tempat yang tidak mudah terlihat mata." Dewa tetap yakin dengan pemikirannya. Sebab, sangat mustahil Roland tidak menggunakan kesempatan itu untuk mendapat informasi apapun dari Tika. Termasuk kesepakatan nikah kontrak yang dulu pernah dirinya dan sang istri sepakati. "Cuku

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25
  • Suami Muda Nona Konglomerat   70. Tetap biasa

    "Akhiri kontrak kerjasama kita dengan keluarga Liem sekarang juga!" kata Dewa tegas. Dewa dibuat meradang setelah menemukan alat penyadap suara yang terpasang di sudut meja sofa. Bentuknya yang kecil menyerupai kancing baju pun berwarna hitam sama seperti cat meja, tak ayal keberadaanya tidak disadari siapapun—termasuk Dewa sendiri yang juga sering duduk di dekatnya. Kendati demikian, biarpun berukuran mini, tapi benda tersebut memiliki keunggulan tersendiri. Melalui alat tersebut, orang yang mengendalikannya bisa sangat jelas menangkap suara yang ada di ruangan tersebut. Roland sialan! "Baik Tuan, saya akan memutus kerjasama dengan mereka hari ini juga," balas Sam. "Tak kusangka dia bisa sepicik itu." Memperhatikan benda kecil di tangannya, Gusti ikut menyuarakan kekesalannya. Dewa yang masih belum bisa mengendalikan diri dari kemarahan, hanya menatap sebentar Gusti sebelum akhirnya keluar dari ruang kerja Tika. Sejak awal Dewa memang sudah tahu tujuan Roland mendekati Tika

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-26
  • Suami Muda Nona Konglomerat   71. Harus tau

    Dewa kembali ke rumah sakit untuk menjemput Melati. Mengingat jarak yang ditempuh cukup jauh, Dewa memutuskan pergi lebih awal. Bahkan tanpa sepengetahuan Tika, serta kedua orang tuanya yang belum bangun setelah semalam bergantian begadang. Dewa memilih mengendarai kendaraan roda duanya, daripada harus mengganggu Sam yang pasti sedang quality time bersama keluarga di hari libur. Selain itu, Dewa juga sudah sangat rindu memacu kuda besinya setelah beberapa minggu hanya tersimpan di basement apartemen. Tidak ada yang lebih nyaman bagi Dewa, selain stylish casual, pun dengan sepatu sneakers hitam senada jaket kulit yang ia kenakan—membuatnya benar-benar menjadi diri sendiri. Tampilan seperti itulah yang Dewa sukai, dan berkali-kali lipat meningkatkan percaya dirinya. Dewa masih membelah jalanan yang di waktu matahari masih malu-malu menampakkan diri. Selain menjadi satu-satu jalan utama menuju kota A, jalur yang Dewa lalui memang mengarah pedesaan dengan sawah membentang luas, baik da

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-02
  • Suami Muda Nona Konglomerat   72. Ditangkap

    "Aku juga tahu kau tidak sengaja melakukannya?" Alih-alih menjawab, Melati justru melontarkan pernyataan yang sukses membuat Dewa terhenyak. Tapi memilih tetap diam. Karena tahu gadis itu masih ingin bicara lagi. "Walaupun kau tidak pernah menyukai saudariku, tapi aku tetap tidak mendukung nenek untuk membencimu." Baru Dewa bersuara, ingin tahu bagaimana tanggapan Melati mengenai kejadian tragis kala itu. "Kenapa? Kenapa kau tidak ikut membenciku? Kau sudah kehilangan saudara kembarmu karena aku, sudah sepantasnya kau menuruti permintaan nenekmu, bukan?" Seketika itu, Dewa berubah tertegun melihat respon Melati hanya menggeleng, meski dengan mata sendu saat menatap dalam dirinya. "Terkadang, kita tidak bisa mengikuti permintaan para orang tua jika itu bertentangan dengan hati. Bukan aku tidak sedih kehilangan Miranda, tapi aku lebih sedih ketika nenek memisahkan kami dan membiarkan saudariku tinggal di Panti Asuhan." Melati mulai bercerita. "Saat itu usia kami sudah sepuluh ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-02

Bab terbaru

  • Suami Muda Nona Konglomerat   105. Tamat

    Begitu tahu siapa yang sedang menunggu mereka di ruang tamu, Tika beralih pandang pada Dewa yang juga akan menuju tempat yang sama. Mengetahui Dewa mengangguk samar—seolah mengatakan semua pasti baik-baik saja, Tika mengatur nafas terlebih dulu sebelum memutuskan memasuki ruangan tersebut. Melihat kemunculan pemilik rumah, Floren segara bangkit dari sofa. "Tika! Maaf. Aku baru bisa datang sekarang." Melihat sikap ramah Floren yang seakan tidak pernah terjadi ketegangan di antara mereka, Tika seketika berhenti, dan kembali menoleh Dewa yang juga ikut berhenti."Sebaiknya kita duduk," bisik Dewa menangkap kerutan di dahi sang istri. Mendapat anggukan setuju, Dewa membimbing Tika duduk di sofa yang sama. Meletakkan paper bag berukuran sedang ke atas meja, pun dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya—Floren kembali berkata, "ada hadiah tak seberapa untuk si kecil. Diterima ya. Sekali lagi aku ucapkan selamat atas kelahiran putra kalian." Namun, ternyata Floren tak cukup berani berad

  • Suami Muda Nona Konglomerat   104. Menyimpan rasa yang sama

    Jagat media tengah dihebohkan dengan berita kematian Firman. Pemuda dua puluh delapan tahun itu ditemukan meringkuk tak bernyawa di dalam kamarnya. Diduga luka sayatan melintang di leher, hingga putusnya urat nadi yang menjadi penyebab nyawa pemuda itu tidak bisa diselamatkan. Dugaan sementara Firman nekat mengakhiri hidup, lantaran depresi.Pernyataan tersebut diperkuat oleh keterangan tahanan lain, yang mengatakan jika sejak kedatangan teman-temannya, Firman berubah murung, dan tidak banyak bicara. Sampai akhirnya selang beberapa hari, saat petugas datang mengantarkan sarapan, berulang kali memanggil tidak juga ada jawaban—Firman tetap meringkuk di atas karpet usang, dan begitu dipastikan ternyata ada genangan darah di dekat leher yang mulai mengering. Diperkirakan Firman melancarkan aksinya saat malam hari.Naasnya, keadaan tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di kediaman Liem. Ketegangan yang menurut keterangan terjadi saat pagi hari itu, menyisakan kekacauan hingga menjadi saks

  • Suami Muda Nona Konglomerat   103. Towards the end

    "Sayang… apa ada yang serius?""Tidak. Semuanya baik-baik saja."Barulah Dewa bisa bernafas lega setelah mendengar langsung dari mulut Tika. Sebenarnya ekspresi tenang yang ia tunjukan di hadapan semua orang tadi, sangat bertentangan dengan hati ketika mengetahui Tika pergi ke rumah sakit, dan diantar supir. Pikiran sudah tak karuan. Hal buruk seketika silih berganti datang hingga memenuhi kepala. Pasalnya, Tika bukanlah perempuan cengeng yang akan rela bolak-balik rumah sakit, jika itu hanya keluhan yang tak seberapa.Karena itulah Dewa sangat cemas memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya. Tak ayal sampai menyusul ke rumah sakit, dan membiarkan Sam serta Gusti yang menggantikan dirinya rapat dengan klien. Melihat keraguan di wajah Dewa, Tika segara mendekatkan mulut di telinga suami muda itu, agar Dewa tidak semakin mencemaskan dirinya."Aku baru saja berkonsultasi alat kontrasepsi yang aman aku gunakan. Bukankah katamu kita harus menunda adik untuk Arkhan?" Kendati awa

  • Suami Muda Nona Konglomerat   102. Bukan milikmu!

    "Aku hanya ingin kalian tetap hidup. Sekalipun aku harus membayar mahal untuk itu, karena tidak bisa lagi bersamamu, aku terima. Setidaknya bisa melihatmu tetap bernafas itu sudah lebih dari cukup."Pandangan Floren seketika terangkat, kemarahan semakin membumbung tinggi ia rasakan. Semudah itukah Roland memutus sesuatu yang sebenarnya sangat sulit ia lalui? Dimana empati lelaki itu yang justru mengalah dengan keadaan, dan membiarkan dirinya kesakitan seorang diri. Alih-alih bertindak selayaknya lelaki sejati."Aku memang tidak pernah tahu perjanjian apa yang kau sepakati dengan Tuan Liem, " lirih Floren disertai kemarahan yang terlihat jelas dari sorot matanya yang memerah. "Tapi tidak bisakah kau memberiku penjelasan? Atau setidaknya memintaku pergi menggunakan bahasa manusia? Bukan malah berlaku picik dengan merekayasa kecelakaan itu. Cih! Membuat statement rendahan hanya karena ingin menikahi perempuan lain. Memalukan!" Floren bersungut-sungut meluapkan amarah yang hampir meledakk

  • Suami Muda Nona Konglomerat   101. Perempuan aneh

    "Tetap tidak bisa, Nona. Anda harus membuat janji terlebih dahulu.""Kalian berisik sekali! Katakan saja aku teman bos kalian. Dia pasti paham!" ketus Clara.Semakin jengah dengan sikap Clara yang bersikeras ingin dipertemukan dengan atasan mereka, dua resepsionis wanita itu pun saling bertukar pandang dengan raut wajah menahan kesal."Kenapa masih diam saja? Cepat beritahu bos kalian jika aku, Clara sedang menunggu di sini," ujarnya lagi penuh percaya diri. "Sedikit cepat ya… aku tidak terbiasa menunggu." Sambil mengibaskan tangan ke depan wajah, Clara berpaling ke samping. Mengusir bosan dengan mengedarkan pandangan—memperhatikan interior yang ada di sekitarnya. Dalam hati Clara masih saja menggerutu akan kebodohannya yang gegabah memilih Alan—lelaki yang ternyata sangat perhitungan. Seandainya saja ia tahu sejak awal, jika Dewa merupakan pewaris tunggal Adiraksa, tentu saja ia akan bertahan dengan lelaki itu—meski sebenarnya hanya menginginkan tubuhnya. Tapi setidaknya sekarang,

  • Suami Muda Nona Konglomerat   100. Perasaan apa ini?

    "Ini untukku?" Melihat gadis kecil itu mengangguk antusias, Floren tersenyum senang. "Terima kasih. Bunganya sangat cantik. Siapa namamu, Sayang? Oh." Floren berubah tercenung, saat mengetahui gadis yang sejak tadi terus melukis wajahnya dengan senyum manis itu, rupanya penyandang disabilitas."Maafkan aku." Floren segera menjatuhkan lutut, dan memeluk gadis itu yang juga langsung melingkarkan tangan ke lehernya.'Kenapa rasanya begitu menenangkan. Melihat gadis ini, aku seperti melihat diriku sendiri versi kecil.'Sejenak menyelami rasa yang semakin menjalar hati—Floren ingin sebentar saja meminjam gadis itu untuk mengembalikan ketenangan yang nyaris tidak pernah ia dapatkan lagi—setelah kebahagiaannya direnggut paksa beberapa tahun lalu. Terlalu lama terombang-ambing di lautan lepas, Floren tidak tahu dermaga mana yang akan dituju. Hingga membuatnya berada dalam ketidakpastian. Ketika itu yang bisa dilakukan hanya bertahan, menjaga seimbangan agar tidak sampai terguling dan tenggel

  • Suami Muda Nona Konglomerat   99. Satu alasan

    Clara begitu terkejut setelah mendengar apa yang baru saja ibunya sampaikan. Bahkan karena terlalu terkejut, sampai-sampai perempuan yang masih menggulung rambutnya dengan handuk kecil itu, masih mematung meski ibunya telah berlalu."Tidak mungkin, tidak mungkin dia pewaris tunggal Adiraksa. Dia hanya berandal yang kebetulan bisa menikahi wanita konglomerat itu. Yah! Derajatnya tidak mungkin lebih tinggi dari Alan." Berulang kali Clara menyakinkan diri, apa yang ibunya sampaikan hanyalah rumor yang pasti tidak valid kebenarannya. Mustahil Dewa seorang milyader yang kekayaannya jangankan satu Alan, bahkan sepuluh Alan pun tidak bisa menandinginya. "Tapi jika itu benar, apa yang harus kulakukan agar bisa kembali padanya?""Clara!!"Namun, di selah-selah perempuan itu sedang menyusun rencana, tiba-tiba suara teriakan dari lantai dua—tepatnya kamar utama, terdengar menggema ke segala penjuru rumah Alan yang memang tidak terlalu luas. Seketika itu, Clara berdecak kesal saat melirik ke la

  • Suami Muda Nona Konglomerat   98. Sahabatku maduku

    "Sialan! Dia benar-benar keras kepala," geram Dewa seraya menyadarkan punggung dan menyilangkan satu kaki di atas kaki yang lain. "Cih. Dia pikir aku akan tetap diam saja dan membiarkan dia semakin besar kepala? Jelas saja tidak!"Gusti yang masih serius membaca berkas di depannya, menoleh singkah. Rupanya gerutuan Dewa cukup membuatnya terusik. "Kasih dia paham, seberapa berharga Kak Tika untukmu. Dia hanya masa lalu, tidak berhak mencampuri masa depanmu. Apalagi yang terjadi pada kalian dulu bukanlah cinta, melainkan simbiosis mutualisme, dan seharusnya dia cukup sadar diri akan itu," ujarnya tanpa mengalihkan pandangan."Kau tahu sendiri, aku tidak bisa berbuat banyak saat Tika bersamaku. Bahkan ketika dia mengklaim Tika juga tidak berhak denganku, jika aku tidak mau menerimanya. Hampir saja aku hilang kendali. Bagaimana bisa dia selancang itu pada ibu dari putraku!"Dewa semakin bersungut-sungut—-sangat kesal akan sikap Floren semalam yang masih bersikeras ingin memisahkan dirinya

  • Suami Muda Nona Konglomerat   97. Begitu lebih adil

    Di bawah kucuran air shower, Roland masih betah merapatkan dahi ke dinding. Dengan kedua tangan mencengkram rambut belakang, ia masih saja menyesali tindakannya yang sudah menggoda Pratiwi. Sehingga memberi kesempatan perempuan itu untuk bisa menggagahi tubuhnya. Mungkin ia sudah benar-benar sinting karena berani menantang predator yang memang pecandu seks, hingga akhirnya menodai kesucian tubuhnya yang pernah ia dedikasikan hanya untuk satu perempuan saja.Floren memiliki berpengaruh penting sampai ia bisa menjadi sosok yang sekarang—-dingin nyaris tak tersentuh. Bahkan sering kali Pratiwi beranggapan, jika keegoisan Tuan Liem juga telah memangkas jiwa kelelakian Roland yang selalu tak acuh padanya.Padahal sekian tahun tinggal bersama dalam satu atap, mendapati Pratiwi mengenakan gaun seksi bahkan nyaris seperti tak berbusana hampir setiap hari Roland temui. Tetapi lelaki yang memiliki tahi lalat di dekat hidung itu, tak sekalipun menunjukan ketertarikannya. Meski sebenarnya Pratiwi

DMCA.com Protection Status