Home / CEO / Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda / 4. Tuan Muda yang pulang

Share

4. Tuan Muda yang pulang

Author: Pramesti GC
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

POV Alif

Aku meninggalkan Dewi dan Nadia sendiri, hatiku terasa sakit saat orang yang aku sayang di hina terus menerus karena miskin. Memang apa salahnya hidup sederhana? kami tak pernah meminta belas kasih mereka selama ini, aku bahkan masih bisa memenuhi kehidupan kami sehari-hari, walau dengan sederhana.

Mereka boleh saja menghinaku sendiri, namun melihat Dewi di pojok kan hanya karena aku memilih hidup sederhana, hatiku serasa begitu terluka. Terlebih Nadia putriku, apa salah gadis itu pada mereka, bahkan sepotong ayam_pun kini jadi lara bagi hatinya.

Sebuah mobil berhenti setelah lama aku menunggu di jalan masuk desa dan saat aku masuk ke dalam mobil tak sengaja aku melihat mobil mas Aziz juga keluar dari gang rumah ibu mertuaku. Aku tak perduli pada kaca mobil nya yang turun memperhatikan aku sekarang.

"Jalan saja!" Ucapku singkat dan mobil mewah milikku berjalan meninggalkan kampung tempat Dewi tinggal.

Satu jam perjalanan membawa aku sampai di rumah megah yang sepuluh tahun laluk aku tinggali, rumah yang saat itu begitu aku benci namun karena istri dan anakku kini aku memilih kembali. Aku melangkah masuk ke dalam rumah, menatap halaman yang masih sama sejak aku pergi dulu, menatap kolam tempat ikan-ikan kesayangan papa dulu di pelihara, semua masih terasa sama, bahkan karena itu aku kembali mengenang luka lama ku.

Aku masuk ke dalam rumah, berjalan menuju ruang tengah dan terdiam saat melihat lelaki yang mengalirkan darahnya padaku terduduk di atas kursi roda.

"Askara!" Teriaknya memecah hening, tubuhnya rubuh ke lantai dan merangkak mendekatiku.

Aku mendekat, membantunya berdiri dan duduk kembali di atas kursi rodanya, tangannya tak berhenti mengusap wajahku, bahkan matanya yang mengguning menatapku sayu.

"Benarkah ini kamu?" Ucapnya parau, tangisnya meledak bagai bayi yang kelaparan.

"Putraku! dia memang putraku Askara Rendra Sanjaya!" Ucapnya terus mengelus punggungku yang membungkuk ke arahnya.

"Katakan Aska, katakan ini bukan mimpi?"

"Bukan Papa, ini memang aku." Aku berjongkok di di hadapannya sekarang.

Benciku padanya hilang saat aku menatap matanya yang sayu, amarahku lenyap seketika saat merasakan tubuhnya bergetar lemah, kini yang aku rasakan justeru rindu yang memburu. Menggapa lelaki yang dulu begitu gagah nan berkarisma, kini bahkan tak sanggup menopang raganya sendiri.

"Terimakasih Tuhan, terimakasih anakku sudah kembali!" Papa berucap dengan tangisan hingga bulir bening_pun ikut lolos dari mata ini.

Aku di bantu asisten pribadi papa membawanya berdiri lalu duduk di sofa ruang tengah yang lega, bahkan ruang ini bisa menampung lebih dari lima ratus orang bila acara di gelar.

Papa menatap aku dengan lekat, kaos putih dengan lubang kecil di dekat perut membuat dia menatap aku sayu, netranya seakan mengisyaratkan ibanya yang besar padaku, tanya jelas tergambar dari sorotnya yang suram.

"Ah, hidupku tak se_ menyedihkan ini pa, aku masih bisa hidup layak." Ucapku berusaha tersenyum sembari menarik kaos putih yang melekat di tubuh.

Ada rasa malu saat aku mengatakan kalimat itu, bagaimana tidak, aku kemari untuk mengembalikan harga diri keluarga kecilku di kampung dan tentu saja membeli kesombongan keluarganya.

"Papa tak menyimpulkan apapun Ka, tapi mungkin nanti kamu akan cerita sendiri. Papa hanya ingin bertanya pakah kamu bahagia dengan hidupmu selama ini ?"

Aku tersenyum "Bahagia pa, sangat bahagi. Aku bahkan merasa hidupku terlalu indah untuk ku tinggalkan."

Papa masih menatap aku sendu. "Papa lega mendengarnya Ka."

"Papa tau, Aska sudah menikah dan punya anak."

"Apa?" Mata tua itu menatap aku terkejut.

"Papa punya cucu juga, gadis cantik berusia tujuh tahun." Ucapku lagi, meyakinkannya bahwa aku tak sedang bercanda.

"Dimana mereka?"

"Di kampung, Aska belum membawa mereka kemari.".

"Kenapa tidak membawanya kemari?"

"Belum saatnya pa, nanti jika semua sudah siap."

Papa menganggukkan kepalanya. "Papa terkejut mendengarnya Ka, bahkan pernikahanmu saja papa tak ada. Kamu kemari untuk pulang selamanya?"

"Mungkin, apa posisiku masih ada?" Aku bertanya pada Papa, meski jawaban yang kudengar adalah jawaban yang sudah jelas.

Papa tertawa, tawanya tak pernah berubah, selalu renyah dan hangat. "Siapa yang berani mengambilnya darimu?" Ucapnya memastikan.

Ya, lagi pula akulah anak tunggalnya, tak mungkin juga ada yang akan menggantikan posisiku di rumah papa.

"Obatnya tuan." Seorang pelayan mendekat dengan obat dan segelas air.

"Papa sakit?"

"Ya, sebentar." Papa memasukkan obat di tangannya ke dalam mulut dan meminum habis segelas air dari aras nampan.

"Sejak kamu pergi papa tak lagi sehat, bahkan mengurus begitu banyak perusahaan membuat papa membutuhkan om Bram."

Aku terdiam mendengarnya, om Bram adalah adik tiri papa dari pernikahan nenek dan seorang lelaki keturunan Cina, sementara semua harta dan usaha yang papa punya sekarang adalah warisan dari kakekku, ayah kandung papa sendiri.

"Sekarang kamu sudah kembali, papa senang semua kini ada pada tempat yang seharusnya." Ucapnya dengan tulus.

"Kamu ingin ke kamarmu? Papa harus kembali istirahat." Papa menawari, beliau terlihat letih sekarang.

Aku berdiri mengantarkan papa ke kamarnya, lelaki itu nampak begitu sulit membuka mata,namun sebelum masuk beliau berpesan agar aku tak lagi pergi saat beliau bangun nantin.

"Apa papa sudah lama sakit?" Aku bertanya pada Pak Agus, sekertaris papa di rumah, dia yang paling dekat dengan papa dan yang paling bisa di percaya.

"Sejak tuan muda pergi kesehatan tuan Rendi menurun."

"Sejak kapan papa selalu minum obat?" Aku kembali bertanya dan sekertaris papa menganggukkan kepala.

"Sejak lama tuan , namun keadaannya semakin memburuk."

Aku mengangguk paham.

"Lantas bagaimana perusahaan sekarang?" Aku kembali bertanya.

"Baik tuan, semua berkembang baik, hanya saja tuan Bram tak mau terbuka soal keuangan."

"Kenapa?" Alisku berkerut mendengar nama pamanku itu.

"Alasanya semua laporan langsung ke tuan besar, jadi bawahan tak perlu tau."

"Begitu? terimakasih sudah memberi tahuku pak Agus, kamu boleh kembali menjaga papa"

"Baik tuan, ini ponsel yang anda minta tuan." Agus memberikan aku kotak berisi ponsel terbaru .

"Terimakasih!"

.

Aku hanya mengatakan itu dan berjalan ke arah tangga menuju ke kamarku.

Kubuka pintu besar yanh lama aku tinggalkan, ruangan yang baunya saja bahkan aku lupa, ranjang besar itu bahkan masih berada di tempatnya, lengkap dengan banyaknya koleksiku saat masih remaja dulu. Sekarang usiaku hampir kepala tiga, dan setatusku tak lagi sendiri seperti dulu.

Ponsel yang aku bawa dari rumah sengaja aku matikan sejak tadi, aku tau Dewi pasti menghubungi aku sekarang, namun aku memilih menghindar dulu untuk menyelesaikan beberapa hal.

Kunyalakan ponsel yang di berikan pak Agus, menghubungi seseorang yang pasti telah lamaa menunggu kabarku.

" Apa kabar, aku sudah kembali." Ucapku memulai kalimat saat ponsel telah terangkat.

Comments (58)
goodnovel comment avatar
Bambang Iswaanto
menarik ceritanya tp sayang harus bayar kalo mau baca selanjutnya ............
goodnovel comment avatar
Amelia Nabela
yah pake koin
goodnovel comment avatar
Sumarni Sungkono
gmn in i, tdi saya dah baca sampai bab 12kok ngulang lagi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   5. Keluarga Toxic.

    Apa yang akan aku katakan pada Nadia, mas Alif bahkan pergi tanpa berpamitan padanya, gadis itu pasti sedih bila tau apa yang terjadi.Kutatap rumah tempat kami tinggal, rumah yang mas Alif kontrak di awal pernikahan kami. Dia pendatang di kampung ini kala itu, membantu pengerjaan proyek jembatan besar dan mas Alif adalah salah satu buruh yang datang dari kota.Dia menikahiku setelah dua tahun kami saling kenal, bapak adalah rekan kerjanya di proyek dan kami berkenalan karena aku sering di minta mengantarkan makan siang bapak. Di mataku mas Alif orang yang baik, sabar dan rajin, bapak mungkin juga berpikir begitu, karena itulah beliau menjodohkan aku dengannya."Ibuk sudah pulang?" Aku terkejut, Nadia sudah berdiri di ambang pintu depan, menatapku yang masih terdiam di pelataran."Sudah, Nadia sudah selesai makan?"Gadisku menganggukkan kepala, namun matanya tak berhenti menelisik ke balik punggungku."Ayah mana buk?"Deg!Tubuhku gemetar rasanya, aku bahkan belum tau apa yang sedang

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   6

    "Tunggu Wi, aku melihat suamimu pergi dengan mobil mewah, kamu tau itu siapa?" Kalimat mas Aziz menghentikan langkahku."Apa yang mas katakan?"" Mas Aziz lihat mas Alif pergi semalam, naik mobil mewah mbak, di jemput orang berjas hitam." Ratna bicara dengan nada meremehkan, matanya melirik seolah sedang menertawakan situasiku sekarang."Mobil mewah?" Aku terkejut mendengar ucapan Ratna, mas Alif bahkan tak pamit dengan jelas akan pergi kemana, bagaimana bisa ada mobil mewah menjemputnya semalam."Kamu nggak tau?" mas Aziz bertanya lagi"Aku ngak tau mas, mas yakin itu mas Alif?""Kamu kira aku bohong? mataku juga masih sehat Wi!" Mas Aziz nampak tersinggung.."Bukan begitu mas, hanya mas Alif memang belum bilang ke mana, tapi kok aneh kalau dia naik mobil mewah.""Iyakan aneh, aku juga berpikir begitu mas, lagi pula mana mungkin seles makanan saja kok bisa punya teman atau kenalan orang kaya!" Mbak Tri melipat tangan di dada."Jangan merendahkan suamiku begitu mbak!"Tatapan mbak Tr

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   7.

    "Kenapa kamu tak kesal?" Deren bertanya dengan heran."Buat apa aku kesal, mereka hanya meminjam tapi tak benar-benar memiliki, toh jika bukan karena satu hal aku mungkin tak akan kembali Ren, aku sudah bahagia dengan keluargaku sendiri?""Keluarga? kamu sudah menikah? ini gila!" "Hahahaaa, apanya yang gila, aku lelaki normal Deren, wajar saja bila aku menikah dan punya anak.""Kamu sudah punya anak juga? apa yang sudah merasukimu sepuluh tahun ini Lif?" Deren masih terheran-heran mendengar jawaban sahabatnya itu, mereka berteman telah lebih dari dua puluh tahun dan sekarang seorang tuan muda kembali dengan jatidiri yang jauh berbeda."Aku akan ceritakan semuanya nanti, sekarang Ceritakanlah padaku apa yang sudah terjadi selama aku pergi?"Alif bicara dengan serius pada sahabatnya itu, selama dia pergi bahkan Alif tak pernah ingin melihat dan membaca berita apapun tentang keluargnya sendiri. Terlalu sakit dan pedih mengingat kembali mamanya yang menderita karena penghianatan sang pap

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   8..

    "Aku ingin meminta bantuan Deren, tolong minta orang datang ke rumah istriku dan pastikan kebutuhan mereka terpenuhi dulu." Alif tiba-tiba saja meminta pada Deren."Sekarang?" Deren menaikkan alisnya terkejut"Ya, sejak semalam aku tak tau harus berbuat apa untuk memastikan mereka aman, tolong kirim orang ke sana selama aku tak ada.""Baiklah,tapi kamu yakin akan baik-baik saja? Kenapa kita tak menjemputnya saja sekarang?" Deren mengamati wajah sahabatnya, ada gurat ragu dan takut di sana."Aku nggak apa-apa Deren, tolong saja urus keperluan istri dan anakku. Menjemput mereka itu perkara mudah, yang sulit adalah memastikan mereka aman lebih dulu.""Ya aku mengerti, jika begitu akan aku urus mereka sekarang juga." Deren berjalan mendahului Alif, membuka pintu aula dan terdiam saat melihat Lukas sudah berdiei dengan wajah tak suka padanya."Pak Deren, apakah rapat mendadak ini perintahmu?" Lelaki dua puluh lima tahun itu menatap Deren dengan marah."Iya bisa di bilang begitu, tapi tidak

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   9. Paket Istimewa

    pov penulisDewi masih terus memikirkan apa yang terjadi pada suaminya, setelah selesai setrika baju dia bahkan tak bisa duduk dengan tenang, tangannya masih terus berusaha mencari kegiatan untuk mengalihkan pikirannya yang entah sedang berada di mana."Bagaimana jika mas Aziz benar?"Tiba-tiba saja kalimat itu terlintas di dalam kepalanya, segala prasangka buruk seolah terus mencoba mengusai."Tidak, itu tidak mungkin benar! Bagaimana bisa mas Alif melakukaan itu pada kami" Dewi berpikir Alif terlalu baik untuk berbuat jahat pada dirinya dan Nadia."Tapi bagaimana jika itu benar?""Ark! apasih isi kepalaku ini!" Dewi menolak sendiri pikiran buruknya itu."Ah, aku bahkan lupa menjemput Nadia!" Ucapnya panik saat jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Bergegas dia mengambil motor untuk menjemput Nadia, namun baru saja motornya keluar halaman sebuah mobil mewah berhenti tepat di hadapannya. Seorang wanita dengan pakaian formal turun dan mendekati Dewi."Permisi, ibu saya mau tanya rum

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   10. Peringatan kecil

    Beni mengikuti Alif masuk ke dalam ruang kerjanya, meninggalkan Lukas yang masih terlihat kesal menatap barang-barangnya di luar ruangan. Alif duduk di sofa ujung dekat jendela, menatap wajah om nya yang terlihat sedang tak baik-baik saja."Bagaimana kabar om selama aku pergi?" Alif bertanya pada Beni, lelaki bertubuh ideal itu duduk sembari membetulkan letak jasnya."Aku baik, bahkan bekerja dengan penuh tanggung jawab, kamu bisa lihat sendiri bagaimana perusahaan ini maju saat kamu tinggalkan. "Alif menaikkan kedua alisnya, mendengar kalimat jumawa om nya yang bahkan belum dia lihat sendiri hasilnya, membuat lelaki itu tertawa dengan dalam hati."Bagaimana kabarmu Aska, kemana saja kamu selama ini?" Beni bertanya dengan ramah, namun matanya seolah menelisik mencari tau kemana jalan pikiran lawan bicaranya."Aku baik om, aku memulai hidup baru yang bahagia dan jauh dari segala kemewahan.""Hahahaaa, Benarkah? Bahagia tanpa kemewahan?." Tawa Beni menggema di ruangan kerja Alif."Lucu

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   11. Bertemu sebentar

    Mendapat pesan dari Deren, Alif segera meninggalkan kantornya, dia keluar menuju lantai satu dan berhenti di dekat tangga saat melihat Bram sedang berdiri sembari bicara di telepon dengan seseorang."Aku tak mau tau, tempatkan Lukas di pabrik lain yang jauh dari Aska!"Nampaknya Bram sedang berusaha melindungi putranya itu, dia berusaha menjauhkan Lukas dari Alif agar segala kebobrokan bocah itu tak terbongkar oleh Alif."Aku tak mau tau, segera urus kepindahan Lukas!" Suara kesal Bram terdengar sedikit menggema.Alif sengaja diam, memilih pergi dan tak lagi memikirkan polah om nya itu, dirinya punya urusan yang jauh lebih penting sekarang. Alif berjalan menuju ke tempat parkir, seluruh staf dan satpam sudah tau siapa dirinya sekarang, hingga sikap mereka semua berubah baik.Deren sudah menunggu di depan gedung, berjalan membukakan pintu untuk bos yang juga sahabatnya itu."Kau sudah menjalankan pesanku?" Alif bertanya memastikan."Sudah, mana berani aku mmmembantah tuan muda.""Henti

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   12. Keraguan

    Sepanjang perjalanan pulang, Nadia masih tetap bersikukuh lelaki yang di lihatnya sangat mirip dengan sang ayah, Dewi yang tak tau lagi harus berkomentar apa hanya bisa meng_iya kan saja apa yang putrinya yakini. Motor kecil miliknya masuk ke pekarangan rumah, Nadia turun sembari menjinjing permen kapas yang di mintanya di kota tadi, hari sudah menjelang sore saat mereka sampai ke rumah.Klek! Klek!Dewi membuka pintu rumah dan membiarkan Nadia masuk lebih dulu, dirinya sedang mengambil tas kulit yang di letakkan nya di dalam jok motor."Ibuk, ini kotak apa?"Mendengar suara Nadia, Dewi baru teringat akan dua kardus besar yang di bawa orang-orang berbadan besar itu tadi siang."Sebentar sayang!" Ucapnya bergegas masuk dan menutup pintu dengan rapat."Kok di tutup?" Nadia bertanya heran."Ibuk mau istirahat, capek." Dewi mencari alasan yang mudah di terima putrinya.Nadia hanya mengangguk dan menarik tangan Dewi mendekati dua kardus seukuran mesin cuci di depan mereka."Nadia boleh buk

Latest chapter

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   201

    201"Tidak, Nadia!" Aku berteriak panik saat melihat bola yang Nadia bawa terlempar tak jauh dari tubuh lelaki yang terlihat sedang bersembunyi di balik pohon besar itu."Ada apa?" Mas Alif nampak panik melihat aku berlari keluar dan berteriak."Ada apa Wi?" Mas Alif menarik tanganku dengan cemas."Mas, lelaki itu datang lagi mas, dia di bawah." Ucapku dengan panik dan segera berlari menghampiri Nadia dan Caca.Aku tak dapat memikirkan apapun lagi sekarang, rasanya banyak hal yang mengancam kedua putriku saat ini."Wi, jangan berlari." Suara mas Alif masih dapat ku dengar saat aku menuruni anak tangga. Bagaimana aku tak berlari jika bayangan lelaki asing itu menghantui seolah akan membuat nadia atau Caca dalam bahaya."Sayang, pelan saja!" Suara mas Alif kembali terdengar.Aku sudah keluar dari bungalow dan berlari menuju halaman belakang, ku lewati begitu saja kolam renang nan cantik yang terus ku kagumi dari lantai dua kamar kami, kakiku bahkan menginjak rerumputan tanpa alas, sebe

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   200

    Pov Dewi.Aku masih tak habis pikir, siapa lelaki yang kami temui di minimarket tadi, aku sepertinya pernah melihat wajah lelaki itu, tapi aku tak tau dimana dan siapa."Apa kita perlu membawakan anak-anak cemilan nyonya?" Yasmin membuyarkan lamunanku.Caca dan Nadia memang sudah naik ke lantai atas dan bersiap ke pantai, karena itu Yasmin bertanya apa yang perlu dia bawa untuk menemani anak-anak."Bawakan saja beberapa jajanan yang mereka suka, jangan terlalu jauh dari bibir pantai Yas, ombak sore hari biasanya lebih besar."Aku memberi Yasmin nasehat agar tak lupa, sebab Nadia anak yang sangat ingin tau, dia pasti akan meminta ini dan itu bila rasa penasarannya sudah memuncak."Saya akan ingat nyonya." Ucap Yasmin lalu berjalan menjauhiku.Aku lantas berjalan menuju kamar, mas Alif sedang mengganti bajunya saat aku masuk tanpa mengetuk pintu. Wajahnya nampak terkejut, takut jika pegawai kami yang masuk tanpa izin."Maaf_" Aku menyengir kuda, lupa jika mas Alif sudah naik ke kamar ka

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   199

    Kami semua sudah ada di dalam mobil, perjalaanan yang akan kami tempuh cukup jauh, dua jam dari tempat kami tinggal. Mas Alif menyetir sendiri kendaraan kami, sementara yang lajn mengikiti dari belakang.Caca dan Nadia bercanda terus sampai kami ikut tertawa dengan keberadaan mereka dalam mobil, meski aku sendiri masih sangat jengkel dengan kejadian di rumah pagi ini, namun tawa Caca dan Nadia membuat aku terus merasa bersyukur."Buk, boleh tidak kami beli ice cream buk." Nadia meminta saat perjalanan kami sudah sangat jauh.Aku tersenyum mendengar ucapannya. Tak ada salahnya juga membeli ice cream untuk di nikmati bersama, lagi pula ini kan liburan."Baiklah, kita akan berhenti kalau ada minimarket di depan." Ucapku yang membuat dua anak itu kegirangan tak sabar. Aku dan mas Alif hanya bisa tersenyum melihat tingkah merek yang memgemaskan bagi kami.Tak berapa lama mas Alif membelokkn mobilnya dan terparkir tepat di depan sebuah minimarket dengan logo anak lebah itu. "Nadia sama mbak

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   198

    Dewi masih menatap kesl ke arah Yanti, dia lantas mendekti wanita itu lagi dan melihat ada sorot tahut di sana."Yang lain boleh kembali bekerja!" Ucap Dewi dingin, sementara satu persaru pengasuh anaknya pergi turun dari lantai atas.Yanti masih diam dan tak berani melihay ke arah Dewi, bahkan firinya masih berdiri di tempat yang sama dan dalam posisi tak berubah sama sekali."Duduklah Yan, aku ingin mendengarkan penjelasmu!" Dewi meminta Yanti duduk yang tenang sebab bnyak orang akan tai itu keponkan linnya masih menungguMas, kenapa Lukas kasar sekali padaku!"Tri bersikap begitu manja pada Beni saat mereka tiba di rumah, pertemuan Beni dan Lukas yang tanpa sengaja itu membuat mereka bersitegang di depan umum.Tri masih memegang pergelangan tangannya yang berdenyut, Lukas dengan sangat kasar meremas pergelangan tangannya hingga memar kemeraha.Beni tak pernah bisa bersikap kasar pada Tri, entah kenapa dirinya selalu saja meniruti apa perintah wanita itu, bahkan ketika Tri mutuskan

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   197. Pencuri di rumah

    Hari ini Dewi berencana membawa Caca dan Nadia ke pantai, setelah kepergian Papa mertuanya ke luar negeri, Dewi sering melihat Caca melamun sendiri, hingga akhirnya dia berpikir untuk membawa Nadia dan Caca ke pantai untuk bersenang-senang.Sejak semalam mereka sudah tak berhenti menyiapkan segala hal yang di butuhkan untuk tamasya."Buk, baju ini bagus tidak?" Nadia menunjukkkan dres bunga putih nan cantik, dres itu hadiah dari Yasmin untuk Nadia saat baru datang ke rumah ini.Yasmin tersenyum mendapati pemberiannya jadi nb pilihan nona cilik yang dia jaga."Cantik, Nadia bisa pakai ini jika mau." Ucap Dewi dengan senyum mengembang dan gadis itu berjingkrak senang masuk kembali ke dalam kamarnya.Dewi lantas menatap ke arah Caca yang sejak tadi hanya berdiri di depan pintu kamar."Hay cantik, ada apa sayang?" Dewi mendekati Caca dan membelai kepala gadis kecil itu."Caca bingung mau pakai apa." Ucapnya lugu.Dewi menarik gadia itu kembali ke kamanya. Membuka lemari yang disediak

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   197

    Wajar saja bila Aziz tak lagi mau memikirkan istrinya Tri, setekah penghianatan yang dia terima Aziz bahkan tak lagi perduli dari mana semua itu.Setiap orang datang denhan hadapanndan keinginan batuAku dan semua saudaraku memang sangat dekat sejak kecil, bapak memperlakukan kami dengan sangat baik hingga kami saling menolon satu sama lain. Mbak Dewi mmemang yang paling banyak berkorban untuk kami, bahkan dia terpaksa berhenti kuliah kedokteran hanya karena tak ada yang membantu merawat nenek saat ibu bbekerja dulu."Sudahlah mbak, aku tak mau lagi bertengkar di sini, aku ingin mbak tau bahwa kami memang sangat ingin semuanya berjalan dengan baik sekarang dan mas Hendra tak ada lagi dalam kehidupan kami!" Ucapan Ratna sungguh sangat menyakiti hatiku."Aku tak ingin bertengkar untuk sekarang mbak, calon suamiku sedang sakit, tolong jangan buat aku dan keluargaku bersikap buruk pada kalian di sini. Lagi pula mas Hendra memang sudah tak cukup layak untuk jadi suamiku sekarang, aku meras

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   195

    Mereka melanjutkan perjalanan menuju apartemen yang telh Beni siapkan untuk Tri, setelah amukan Lukas tempo hari, Tri merajuk untuk tinggal di tempat yang hanya dirinya sendiri yang punya kuasa di sana dan jadilah Beni membelikan apartemen mewah di pusat kota.Mobil mereka tiba di parkiran basement gedung, Beni keluar lebih dulu dan membukakan pintu untuk Tri. Wanita yang kini berpenampilan begiru elegant itu keluar dengan senyum manis menyambut tatapan hangat lelaki yang tengah tergila-gila padanya itu.Tri lantas berjalan dengan merengkuh lengan Beni dalam dekapan, mereka nampak begitu hangat dan saling menebarkan cinta hingga tak sadar sepasang mata sedang menatap dari balik kaca mobil dengam amarah memuncak.Beni mengantarkan Tri hingga ke depan lif untuk naik ke lantai atas."Aku harus kembali ke kantor sekarang, banyak audit dari pusat dan aku harus segera tiba di kantor lebih dulu." Beni membelai tengkuk Tri dengan lembut, dan mereka saling melemparkan senyum penuh bahagia."Ji

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   194

    "Papa minta tolong untuk jaga Caca saat papa ada di Eropa ya wi."Papa tiba-tiba saja bicara saat kami sedang duduk bersama di gazebo belakang rumah utama."Papa akan ke Eropa?" Aku terkejut lantas menatap ke arah mas Alif yang ternyata nampak tenang dan seakan sudah tau apa yang akan di katakan papa pada kami."Papa harus mengurus beberapa bisnis kita di sana dan tak mungkin juga membawa Caca bersama kan. Anak iti butuh keluarga yang utuh Askara dan papa saja tak bisa memenuhi ruang hatinya yang hampa."Aku mendengarkan dalam diam, sebab apa yang papa katakan memang benar adanya. Caca hanyalah gaddia kecil yang masih ingin di sayangi dan di manja dengan cinta dan kasih sayang yang berlimpah."Papa rasa kalian lebih patas membesarkannya seperti anak sendiri.""apa maksud papa kami lebih pantas?" Aku tak bisa menyembunyikan tanya dalam benak."Kalian adalah keluarga yang bahagia, Caca sangat dekat dengan Nadia dan kamu Wi, Papa rasa menitipkan Caca padamu adalah pilihan yang tepat."Se

  • Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda   193

    "Tidak, jangan begitu. Aku akan menunggu kekasihku ini kembali ke dalam mobil dan segera berangkat ke pabrik." Tri memutar tubuh Bebelakanginya lantas sedikit mendorong tubuh itu berjalan maju ke depan."Baiklah, aku akan pergi lebih dulu. Kamu yakin tak apa-apa aku tinggal di sini?" Beni memastikan bahwa Tri tak merasa keberatan di tinggalkan sendiri.Tri tersenyum dengan manja. "Aku tak apa-apa. Sungguh." Ucapnya lagi meyakinkan sang kekasih.Merasa Tri tak keberatan untuk di tinggalkan, Beni memberikan kecupan di kening dan bibir wanit itu, lantas berpamitan untuk kembali ke pabriknya."Aku pergi dulu." Ucapnya pelan lantas berjalan pergi meninggalkan Tri sendiri.Tri terus memerhatikan mobil mewah Beni pergi meninggalkan basement. Tri lantas kembali menunggu lif turun dari lantai atas ke tempatnya. Berada di lantai bawah gedung dengan suasana tak terlalu terang tak membuat Tri meras takut biasanya, namun entah kenapa kali ini dia merasa ada yang sedang menatap dirinya."Ada apa in

DMCA.com Protection Status