Beranda / Romansa / Suami Miskinku Ternyata Konglomerat / Part 354 Menyesal Seumur Hidup

Share

Part 354 Menyesal Seumur Hidup

Penulis: Pena Asmara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi menjelang, hatiku benar-benar gelisah. Mimpi yang sama selama dua malam berturut-turut, juga tentang jawaban Teh Niken menyangkut penyakit yang dideritanya, membuat hati ini menjadi risau. Takut, jika penyakit yang menimpa Teh Niken juga akan mengenaiku. Di bangku depan teras rumah ini aku menyendiri dan merenung, masih teringat ucapan si teteh semalam.

"Teteh positif HIV, Rah, penyakit yang belum diketemukan obatnya," ucapTeh Niken, menjawab pertanyaanku semalam, sembari terisak-isak.

"Teteh hanya tinggal menunggu waktu. Teteh takut, Sarahh ...." Tangisannya semakin keras terdengar.

"Teteh ingin bertobat, tetapi bagaimana caranya? Cara salat pun teteh tidak paham, ditambah Emak yang masih terus memaksa teteh untuk terus melayani tamu. Teteh hanya bisa pasrah, Sarahh."

Kasihan sekali aku melihat keadaan Teh Niken. Ingin sekali memeluknya, tetapi Teh Niken menolak dan melarangku. Pintanya hanya satu kepadaku, sebelum dia keluar dari kamarku karena mendengar aku berteriak-teriak k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nurhayati Hanafi
mantap thor.lanjut ya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 355 Tetap Seorang Ibu

    Aku segera pergi meninggalkan Zulham, untuk kembali pulang ke rumah. Setelah berjanji tadi akan menemuinya lagi malam nanti.Niatku sudah bulat, Teh Niken pun mendukung malah terus menyuruhku, untuk segera pergi dari kampung ini.Sesampainya di rumah, terlihat emak sedang sibuk bertelepon di bangku depan teras rumah, bangku yang sama dengan yang kududuki tadi sebelum bertemu dengan Zulham. Paras wajahnya seperti menyimpan amarah. Aku pun segera duduk di depan emak, tidak beberapa lama, dia pun mematikan sambungan teleponnya."Nelpon siapa, Mak?" tanyaku ke emak, mataku terus saja menatapnya. Untuk terus mengingat wajahnya, jikalau aku jadi pergi nanti, lalu kangen dengan emak. Karena walau bagaimana pun, emak tetap ibu kandung yang melahirkan aku. Aku tidak tahu, sampai berapa lama kepergianku nanti. Seburuk apa pun sifat dan kelakuan emak, dia tetap adalah seorang ibu. Aku pasti akan merindukannya nanti."Si Astuti benar-benar keterlaluan, pergi berhari-hari, telepon nggak diangkat,

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 356 Kerusakan Moral

    Dengan motor tua miliknya, bapak mencoba mencari keberadaan Teh Astuti ke kota kabupaten. Aku menolak saat bapak memintaku untuk menemaninya. Niatku sudah bulat, akan pergi dengan Zulham malam ini juga. Karena hanya malam ini kesempatan terakhirku untuk bisa pergi dari rumah. Sedangkan besok malam, kemungkinan Om Gunadi akan datang menjemputku, dan langsung mengajak ke bandara untuk menemaninya liburan beberapa hari di Bali dan Lombok.Menjelang sore, Teh Niken yang sudah kuberi tahu akan rencana kepergianku malam nanti memintaku untuk menemui dia di kamarnya. Wajahnya semakin terlihat pucat, tubuhnya pun terlihat tidak bertenaga. Dia selalu mengeluh mudah cape, tulang-tulangnya terasa sakit, padahal tidak melakukan aktivitas apa pun di rumah. Sepertinya, penyakit yang sudah dideritanya mempengaruhi stamina tubuhnya."Duduk, Rah," ucapnya, menyuruh aku duduk di bangku rias, berhadapan langsung dengan Teh Niken yang duduk bersila di atas ranjang dengan sebuah bantal di atas pangkuannya

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 357 Bersedia Menunggu

    Motor yang dikendarai Zulham melesat menembus malam. Sepanjang perjalanan, aku dan Zulham tidak terlalu banyak bicara, mungkin karena kami berdua sedang sibuk memikirkan, langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya.Setelah memasuki pusat kota kecamatan, Zulham meminggirkan motornya di sebuah gerobak nasi goreng, menoleh ke arahku yang masih duduk di belakangnya."Kita makan nasi goreng dulu ya, Rah. Mau, 'kan?" Aku mengangguk menyetujuinya, lalu turun dari motor Zulham."Sarah mau makan apa?" Aku terdiam, berpikir sebentar, sepertinya sudah lama sekali aku tidak makan mie rebus gerobak seperti ini."Mie rebus saja, Kak," jawabku."Sarah duduk dulu, Ya," ujarnya, lantas Zulham mendekati pedagangnya, sembari menyebutkan pesanannya, dan aku duduk di sebuah bangku kayu panjang, dengan meja bergambarkan iklan teh kemasan.Aku dan Zulham lantas duduk berhadap-hadapan, wajahnya menatap tajam, lalu cepat-cepat membuang muka."Maaf," ujarnya cepat, seperti melakukan sebuah kesalahan. "Maaf b

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 358 Penuh Penderitaan

    POV : Emak Sedari kecil dulu, setiap kali ada keramaian semacam jaipong, sintren, aku pasti melihat. Jika sekarang, hiburan seperti organ tunggal atau panggung dangdut seperti ini, saya juga pasti datang. Rasanya, selalu ingin senang-senang saja. Masa kecilku yang penuh penderitaan dan kesusahan membuatku tidak ingin mengalaminya kembali. Baik di masa remaja, ataupun setelah memiliki anak, hingga umurku sekarang ini. Untuk terlepas dari jeratan kesusahan, saya rela menjalani pekerjaan yang sekarang ikut dilakukan anak-anakku. Cara mudah mendapatkan uang bagi kami yang tidak memiliki pendidikan tinggi dan dasar agama yang kuat. Dosa sudah tidak masuk lagi ke dalam hitunganku. Hidup susah dan serba kekurangan, hanya itu yang kutakuti.Aku sudah bekerja keras, melahirkan, memberikan susu dan makan kepada anak-anakku, maka wajar saja jika kupaksa anak-anak gadisku membalas pengorbanan yang telah kulakukan untuk mereka, dengan cara memberikan aku jalan kesenangan untuk pribadiku sendiri.

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 359 Tidak Tahu Diuntung

    Menjelang sore, pemakaman anakku Astuti baru selesai dilakukan. Setelah pagi tadi, dengan ditemani kepala rukun di kampung dan beberapa tetangga, datang ke rumah sakit untuk mengambil jasad Astuti. Kampung ini mendadak heboh, apalagi saat diketahui jika pelakunya adalah warga desa kami.Sampai selesai pemakaman, suamiku dan Sarah tidak hadir, dan juga tidak diketahui keberadaannya. Sudah kutanyakan ke sana kemari tentang kabar keduanya. Satu pun tidak ada yang mengetahui. Begitupun saat kubertanya dengan kawan dekat Sarah, Iroh. Gadis yang hampir seumuran dengan Sarah itu pun tidak mengetahuinya, bahkan dia terlihat kaget saat kuberitahu bahwa dari semalam Sarah belum juga pulang ke rumah.Kampung ini berbeda seperti kampung-kampung di sekitarnya. Tidak ada keharusan untuk mengadakan tahlilan untuk orang atau keluarga yang meninggal. Jika ada pun siapa yang akan memimpin pelaksanaannya, karena sebagian besar warga kami buta dengan ilmu agama. Jadi kuputuskan untuk tidak melakukan sede

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 360 Akhir Perjalanan

    Ada sekitar satu jam-an, aku menghabiskan waktu di kamar berdua dengan Kang Danu. Memadu hasrat dalam keadaan mabuk, hal-hal yang dulu sering kulakukan semasa muda dulu bersama dengannya.Sarmenah namaku, biasa dipanggil Ceu Menah, pernah menjadi seperti dua orang anakku, Niken dan Sarah sebagai pemegang harga kegadisan tertinggi saat aku muda dulu. Aku masih ingat dengan siapa orang yang pertama membeli kegadisanku, seorang kepala desa satu kabupaten dengan kampungku. Saat itu usiaku lebih muda dari Sarah, usia 13 tahunan, dan sampai usia 17 tahun aku masih memegang harga tertinggi saat itu, sampai akhirnya yang berusia lebih muda menggantikan posisiku."Yuk, Menah, kita berangkat sekarang," ajak Kang Danu, sambil meminum gelas anggur terakhirnya, menyisakan separuhnya lantas diberikan kepadaku, dan langsung kuhabiskan tanpa sisa.Sembari tertawa genit, dan berjalan sedikit sempoyongan aku memeluk pinggang Kang Danu, yang juga memeluk bahuku. Kepada salah seorang anak buahnya yang s

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 361 Benar Ingin Bertobat

    Sarah menangis terisak-isak. Kenangan kelam dan menyedihkan puluhan tahun yang lalu kembali membawanya ke dalam kesedihan yang selama ini selalu dipendam olehnya. Selain dengan suaminya, Ustadz Zulham, yang memang juga bagian dari saksi sejarah hidupnya. Sarah belum pernah bercerita pada siapapun soal hal ini, dan baru kepada Susan lah dia berani bercerita tentang kisah kelam masa lalunya. Ketiga kuburan keluarganya, emak, Niken, dan Astuti, dikuburkan berjajar di pekuburan perkampungan ini. Sementara sang bapak, tinggal bersama keluarga barunya di desa lain. Sesekali pernah mengunjunginya, begitupun dengan Sarah, mengunjungi sangat bapak, terutama di waktu lebaran Idul Fitri.Susan lantas berdiri, memeluk Sarah dari belakang. Yang masih menangis terduduk di kursi. Menguatkan dan memberikan kata-kata penghiburan. Susan sendiri teramat terkejut setelah mendengarkan kisah kehidupan kawan sepengajiannya ini. Cerita kelam desa ini, sebelum berubah menjadi desa yang terlihat agamis seper

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 362 Makin Cepat Makin Baik

    Susan masih terdiam, tidak langsung menjawab pertanyaan Sarah. Dia merasa malu, untuk meminta kepada keluarga Risma mau memaafkan perbuatan Subroto. Karena tidak ada hubungan resmi di antara dirinya dan pria itu. Walaupun Susan sudah menerima lamaran dari Subroto. "Saya malu Teh Sarah. Keluarga Mas Riswan dan Teh Risma sangat baik terhadap saya. Masa saya meminta mereka untuk mencabut tuntutan kepada orang yang jahat kepada mereka?"Susan sedang ada dalam kebimbangan. Pada dasarnya dia pun sangat ingin membantu calon suaminya tersebut, tetapi di sisi lain, dia pun tidak ingin jika keluarga besar Risma salah paham terhadapnya. Apalagi jika nantinya akan marah kepadanya. "Mbak Susan sangat mengenal keluarga korban, atau hanya sekedar kenal saja?" tanya Sarah menyelidik. "Sangat mengenal sekali, Teh. Walaupun awalnya dikenalkan dulu oleh Mbak Maharani. Tapi memang pada dasarnya mereka adalah orang-orang baik. Kesalahan memang ada pada Mas Subroto.""Mbak Susan juga berhak berbahagia.

Bab terbaru

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 394 Waktu Terbaik

    Dli, Aku mau ijin ke kamar kecil sebentar?" ucap Irma langsung berdiri dari tempat duduknya. "Lurus saja, Ma. Pintu kedua di sebelah kanan, kamar mandi buat tamu," jawab Fadli, wajahnya mengarah ke lorong dalam rumah. "Saya permisi sebentar, Tante." Si nyonya besar hanya mengangguk saja, dan Irma pun langsung berjalan ke arah yang ditunjukkan oleh Fadli.Sebenarnya, Irma tidak ingin buang air kecil ataupun besar. Dia hanya ingin menghindar sebentar. Ucapan dan pertanyaan dari ibunya Fadli dan Fadlan sungguh membuatnya sangat tidak nyaman. Dirinya merasa direndahkan dan tidak dihargai hanya karena seragam dan pekerjaannya yang sekarang. Irma sangat mencintai pekerjaannya, karena dari hasil kerjanya dia bisa membantu perekonomian keluarganya. Biaya sekolah ketiga adiknya, juga untuk merenovasi rumah. Walaupun tidak sekaya jika dibandingkan dengan Fadli, tetapi Irma adalah wanita yang mandiri. Kekayaan atau harta yang dimiliki pria bukanlah prioritasnya sekarang ini dalam mencari pas

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 393 Seperti Terdakwa

    Irma bisa melihat, jika tatapan Fadli yang berdiri di sampingnya banyak menyimpan kemarahan terhadap saudara kembarnya, Fadlan. Kegeraman terlihat jelas pada wajahnya. Irma sungguh tidak ingin terjadi sesuatu hal yang tidak dia inginkan, ditambah lagi ada ibu dari mereka berdua.Irma berucap pelan kepada Fadli, dan tidak ingin Fadlan ikut mendengarkan."Jika kamu sampai berkelahi dengan Fadlan, jangan harap aku akan sudi bertemu denganmu lagi, Dli? ucapnya tegas, lalu tersenyum manis kepada Fadli. Sesaat Fadli diam tertegun, lalu dia mengangguk."Yuk, masuk, Ma," ajaknya lagi kepada Irma, sambil tangan kanannya menuntun Niken sang keponakan. Fadli langsung masuk ke dalam rumah tanpa menegur Fadlan, berpura-pura sibuk berbicara dengan Niken sambil berjalan. Sementara Irma berhenti tepat di depan Fadlan, menegur terlebih dahulu."Bagaimana kabarmu, Fad?" tegur Irma, dan entah kenapa, hatinya mulai merasakan tidak nyaman dengan Fadlan. Mungkin penyebab utamanya karena fitnah yang dia lak

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 392 Pernah Menggugat Tuhan

    Siapa yang sudah berbohong terhadap dirinya, Fadli ataukah Fadlan? Siapa pula yang harus dia percaya di antara keduanya? Jika memang Fadlan yang sudah berbohong, apa maksud dan tujuannya? Irma benar-benar dibuat bingung setelah mendengarkan penjelasan versi Fadli. Namun, jika ternyata Fadlan yang sudah berbohong dan sengaja untuk menjelekkan juga memfitnah saudara kembarnya tersebut, betapa Irma akan sangat kecewa terhadapnya. Fadlan bilang jika Fadli sudah berkeluarga dan juga memiliki satu anak perempuan yang seumuran dengan putrinya, namun Fadli bilang jika istri sudah meninggal dunia, bahkan menjelaskannya dengan mata yang berkaca-kaca. "Istrimu sudah meninggal, Dli?" tanya Irma, dia memutuskan untuk tidak lagi membahas tentang perbedaan keterangan antara Fadli dan Fadlan. Siapa yang sudah berbohong dan siapa yang sudah berbicara jujur di antara mereka. Fadli mengangguk, membenarkan pertanyaan Irma. "Meninggal bersama dengan anakku di dalam kandungan," jelas Fadli, raut kesedi

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 391 Siapa yang Harus Dipercaya

    Fadli malah terlihat seperti orang bingung, macam tidak paham apa yang sudah diucapkan oleh Irma. "Kamu sebenarnya bicara apa sih, Ma? Beneran, aku nggak paham," jawab Fadli, menatap wajah Irma dalam. Kembali dia lanjut bicara. "Benci? Musuhan? Sama siapa? Aku musuhan dan benci sama Fadlan gitu maksudnya, kamu?" tanyanya ke Irma. "Maaf, jika aku salah dan dianggap kegeeran, tapi menurut Fadlan seperti itu."Fadli menatap Irma dalam, bukan maksudnya untuk tidak mengakui, tapi itu peristiwa sudah beberapa tahun yang lalu, yang bahkan usia mereka waktu itu masih berumur belasan. "Dulu saat kita masih satu sekolah, iya, Korma. Aku memang sempat marah dengan Fadlan, karena aku yang dekat denganmu dari kelas satu, Tiba-tiba saat kelas tiga, dia main serobot aja." Fadli tertawa, ingatannya seperti sedang kembali ke masa lalu. Kembali dia bicara. "Saat dulu itu memang bukan salah kamu, bukan juga salah Fadlan. Aku saja yang dulu tidak punya keberanian untuk bicara langsung terhadapmu. "

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 390 Masa Lalu yang Belum Selesai

    Pria yang ingin bertemu dengannya jelas memang Fadli. Karena, memang hanya Fadli yang dulu memanggilnya dengan sebutan korma. Entah kenapa, badan Irma langsung terasa gemetar."Irma, kenapa bengong saja di dekat pintu, Masuk? itu temui Pak Fadli," teguran dari Pak Benny menyadarkan Irma dari terkesima. Kehadiran saudara kembar dari Fadlan ini jelas di luar perkiraannya. Dari mana Fadli bisa tahu jika Irma bekerja di pabrik ini? Terus, darimana Fadli bisa kenal pemilik perusahaan ini. Sampai-sampai Pak Benny pun sangat respect terhadapnya. "Ba-baik, Pak?" jawab Irma atas teguran atasannya itu, namun sebelum mendekati Fadli, justru Fadli yang langsung berbicara dengan Pak Benny. "Pak Benny, saya ijin mau ajak teman SMA saya ini, Irma, untuk makan siang.""Boleh, Pak, silakan," jawab kepala pabrik itu cepat, langsung memperbolehkan. Perlakuan Pak Benny terhadap Fadli cukup membuat Irma heran, betapa sangat hormatnya atasannya itu kepada Fadli. "Irma, kamu diajak makan siang sama Pak

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 389 Tamu Yang Ingin Bertemu

    [ Assalamu'alaikum, Fad. Aku sudah memutuskan, sebelum urusan dengan istrimu selesai, aku minta, jangan temui aku dulu. Aku harap, kamu bisa memahami dan mengerti dengan keputusan yang sudah kuambil ini.]Selesai mengirimkan pesan, Irma lantas memblokir nomor Fadlan di aplikasi WA miliknya, bahkan memblokirnya juga di kontak teleponnya. Padahal, baru hari ini Irma memiliki nomor handphone mantan cinta pertamanya itu. Meletakkan hapenya di atas meja rias samping tempat tidurnya, lalu membaringkan tubuhnya di dipan tidur miliknya. Kembali teringat peristiwa saat di ropang tadi, betapa hatinya sangat sakit dianggap sebagai penyebab rusaknya rumah tangga seseorang. Pelakor, demi Tuhan Irma bukan seperti itu, dia lebih baik tetap menyendiri seperti ini daripada jadi perusak rumah tangga orang. Dalam perasaan yang resah, rasa kantuk mulai datang menyergap, karena Irma memang tidak terbiasa tidur terlalu telat. ÷÷÷Tiga hari setelah peristiwa penyiraman kopi oleh Agnes, dan akhirnya beru

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 388 Tangisan Seorang Ibu

    "Mengapa sampai saat ini kamu belum juga menikah, Ir. Apakah itu semua karena aku?"Udara malam di pantai ini semakin dingin, ditambah lagi dengan anginnya yang kencang. Irma sampai mensidakepkan kedua tangannya karena hawa dingin tersebut, ditambah terkena basahan cokelat tadi, walaupun dia sudah berganti pakaian. Setelah cukup lama terdiam, Irma mulai menjawab pertanyaan Fadlan. "Aku harus menjawab apa, Fad? Jika aku bilang mungkin memang sudah garis hidupku dari Allah seperti ini, salah tidak?"Sesaat Fadlan terdiam, karena memang apa yang Irma katakan itu benar adanya. "Tidak, Ir, kamu tidak salah. Hidup, mati, dan jodoh memang urusan Allah 'kan?" "Hmm ... hanya satu hal yang bisa aku jawab dengan jujur dan sebenarnya. Dan itu sudah kujawab saat di rumah tadi. Apa aku harus mengulanginya lagi?" tanya Irma lagi. "Jika kamu tidak keberatan?""Kamu adalah kekasih yang pertama, Fad, dan sampai saat ini aku belum pernah berteman dekat lagi dengan pria lain," jawab Irma, ada nada get

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 387 Sudah Berselingkuh

    Part 12Fadlan terdiam, mendengar pertanyaan Irma, tatapannya masih menghadap ke tengah lautan yang terlihat temaram, terkena pantulan cahaya rembulan. Angin laut masih berembus kencang. Terlihat Fadlan menarik nafasnya sejenak, sembari matanya terpejam, lalu dilepaskan perlahan."Agnes sudah berselingkuh," jawabnya singkat.Lalu mengambil kopinya, dan menghirupnya perlahan."Kamu menyaksikan sendiri?" tanya Irma."Maksudnya?" jawab Fadlan"Maksudku, kamu menyaksikan sendiri perselingkuhan tersebut?" tanya Irma lagi."Tidak," jawab Fadlan, masih singkat. Tatapannya lalu beralih ke arah Irma."Aku menemukan chat-chat pribadinya dengan pria lain," jelas Fadlan."Maksud chat pribadi, seperti apa?""Chat-chat mesranya dengan pria lain." Jemarinya mengusap pelan wajahnya."Kamu kenal, siapa pria yang kamu maksud?" Irma masih terus mengejar. Bukannya Irma ingin kepo dengan masalah orang lain, tetapi ... Fadlan sendiri yang sudah berjanji, ingin menceritakan tentang masalah keluarganya."Ya,

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 386 Menyimpan Amarah

    Terlihat dari raut wajah dan tatapan matanya, jika wanita yang menganggap Irma sebagai perempuan gatel itu sedang menyimpan amarah, ada dua wanita lagi di belakangnya, sepertinya kawan dari calon mantan istrinya Fadlan.Irma hanya diam termangu, saat perempuan itu melabraknya. Fadlan langsung berdiri."Udah, Nes. Perempuan perusak mah, jambak aja rambutnya," ucap salah satu kawannya."Iya, ga usah takut, apa perlu gue bantuin hajar nih pelakor," tuduh kawannya yang satu lagi kepada Irma. Dua orang kawan-kawannya, malah memanas-manasi calon mantan Fadlan tersebut."Hai ... hai, kerjaan kalian jangan bisanya manas-manasin ya. Hai ... Agnes! Irma tidak ada hubungannya dengan masalah pribadi kita, aku bertemu Irma, baru seminggu ini. Sedangkan masalah di antara kita berdua, sudah berjalan berbulan-bulan. Jadi jika kamu menuduh Irma sebagai orang ke tiga di antara hubungan kita, kamu salah alamat," ucap Fadlan tegas. Irma tetap terdiam, dia bingung, harus bersikap seperti apa."Gue seperti

DMCA.com Protection Status