Share

198. Apa Salah Saya

Penulis: Pena Asmara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Terlihat oleh Riswan, ada tiga orang yang berpakaian seperti dirinya di ruangan ini, termasuk Julius, pakaian tahanan berwarna oranye. Selain Julius, Riswan tidak mengenali mereka satu per satu. Dia sendiri, selama beberapa minggu di rumah tahanan ini tapi baru mengetahui jika berada satu gedung dengan bekas dari orang kepercayaannya tersebut. Seorang penjaga Rutan terlihat berjaga di depan pintu, mengawasi Riswan dan empat orang lainnya.

Ruangan itu berbentuk segi empat memanjang, dengan Julius duduk di sebuah kursi besi sudut ruang. Terlihat hanya diam termenung tanpa memperhatikan sekitar. Pandangannya lurus ke arah luar ruangan berkaca. Dengan taman dan rumput hijau sebagai pemandangannya. Begitupun dengan doa lainnya. Tidak ada yang berbicara satu sama lain, mereka sibuk dengan pikirannya sendiri.

Julius sama sekali tidak mengetahui kehadiran Riswan di situ, karena memang masing-masing dari mereka tidak saling mengetahui keberadaan mereka di gedung ini satu sama lain. Dan Riswan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Edi Prasojo
cerita lanjutannya sangat lama...bosan nunggunya...mendinh didelete aja dr daftar pustaka...
goodnovel comment avatar
Atif Susanto
ceritanya kok gk tamat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   199. Pebisnis Kotor

    Sesaat Julius terdiam, lalu melihat Riswan dengan pandangan mata yang redup, berucap pelan. "Saya menyesal, Pak. Saya terjerat dan terjebak.""Maksudnya?""Saya melakukan penculikan juga fitnah terhadap bapak karena terjerat hutang, Pak?" jelasnya lagi. "Terjerat hutang, hutang apa? Bukannya gaji yang kamu dapatkan sudah sangat besar di perkebunan dengan jabatan kepala pabrik?""Saya yang salah, Pak. Tidak menyadari jika saya memang sengaja dijebak untuk masuk perangkap," jelas Julius, masih dengan suara perlahan. "Siapa yang sudah menjebakmu, ceritakan saja?" Riswan terus mencecar Julius. Dan Julius pun sepertinya sudah mulai terlihat nyaman. Tadinya dia berpikir jika Riswan pasti akan marah besar terhadapnya. "Seorang konglomerat media, Pak Soeb--""Maaf, Pak? Anda berdua sesama tahanan dilarang berbicara satu sama lain. Silakan Pak Riswan berpindah tempat." Suara berat terdengar. Dua orang petugas rumah tahanan sudah berada di samping mereka tanpa mereka sadari. Saking asyiknya

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 200. Memulai Pencarian

    Amran memilih melewati jalan Kampung untuk menuju rumah Pak Kardi yang bersebelahan dengan kantor kepala desa. Amran pikir akan mudah untuk menemui Pak Kardi, mengingat hari ini adalah hari Minggu, di mana kantor kepala desa tempat beliau bekerja sedang tutup. Benar saja, Amran melihat keadaan tempat pemerintahan desa itu dalam keadaan sepi. Dia masuk halaman kantor, memilih jalan pintas lewat tembok pagar yang sengaja di pugar selebar dua meter untuk akses cepat menuju rumah kepala desa. Dari depan teras, rumah kades itu terlihat sepi, tetapi dari tempat Amran berdiri dia bisa mendengar suara degung Sunda dari dalam rumah, berarti ada orang di dalamnya. "Assalamu'alaikum." Amran mengucapkan salam dengan nada yang cukup kencang, takut suaranya tidak terdengar karena musik khas daerah diputar dari dalam rumah. Ada tiga kali Amran mengucapkan salam, sampai akhirnya terdengar balasan salam dari dalam rumah. Pak Kardi sendiri yang membukakan pintu, sedikit terkaget juga beliau melihat

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   201. Mencari Petunjuk

    Mereka berdua dengan berboncengan motor menuju Desa Cimelati. Jarak Desa yang dituju tidaklah terlalu jauh karena tidak mengenal macet dan masih dalam satu kabupaten yang sama dengan Desa Cibungah. Motor yang dikendarai Pak Kardi berhenti tepat di perbatasan Desa Cimelati. Sedikit bingung terlihat Pak Kades, melihat Desa yang dia datangi dulu sudah berbeda sama sekali. Sudah banyak bangunan rumah, toko-toko mini, dan warung-warung di sepanjang pinggir jalan memasuki desa. "Kok nggak seperti terakhir saya kemari ya, Mran?" tanya Pak Kardi dengan polosnya. "Memang Bapak terakhir kali kemari kapan?""Saat bersama Kemung dulu.""Ya Allah, Pak, itu kan sudah puluhan tahun yang lalu? Saya pun mungkin masih balita.""Lah terus, cara mencari informasi tentang Pak Dadang bagaimana?" tanya Pak Kardi lagi, terlihat kebingungan. "Memang Pak Kades tidak tahu nama uwa dari Pak Kemung?" Pak Kardi menggeleng, sembari menjawab, "Mana saya ingat Mran, itu kan sudah puluhan tahun yang lalu," jawabny

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   202. Jangan Mudah Menyakiti

    202Amran mengangguk, menyetujui ajakan Pak Kardi untuk segera menuju rumah yang mereka maksud. Lingkungan sekitar terlihat sepi dan lengang, tidak terlihat seorang pun berada di luar rumah, bahkan anak-anak sekalipun."Assalamu'alaikum!" Pak Kardi berucap salam pertama, tapi belum juga ada jawaban. Kembali mengucapkan salam, sembari mengetuk pintu rumah yang dimaksud. Amran pun ikut mengucapkan salam, tapi tetap belum ada yang menjawab salam mereka. Amran dan Pak Kardi sewaktu-waktu bertatapan, kebingungan juga bagaimana cara agar bisa bertemu si pemilik rumah. Berkali-kali mereka mengucapkan salam, tetap tidak ada yang merespon. "Penghuninya tidak ada, Pak? Sedang berkumpul semua di balai desa." suara dari belakang mereka, Pak Kardi dan Amran menoleh bersamaan ke arah suara itu berasal. Seorang pria paruh baya seumuran Pak Kardi berdiri menghadap mereka sambil membawa pacul. Mungkin baru atau selesai dari kebun. Pak Kardi dan Amran segera mendekati bapak tersebut, kurang sopan r

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   203. Lelah Hati dan Pikiran

    Selesai menelepon Amran, dan menceritakan tentang cerita mimpi Samsiah. Risma langsung kembali ke kamarnya setelah memastikan kedua putrinya Yuli dan Neti aman bersama pengasuhnya. Tubuhnya merasa lelah sekali. Bukan karena pertemuan dengan kedua pengacara Julius atau karena kerja keras, tetapi lebih karena lelah pikiran. Lelah otak akan sangat berpengaruh terhadap kondisi tubuh. Semakin mendekati waktu masa persidangan, membuat Risma semakin memperhatikan Riswan. Rindunya sudah sangat membuncah. Ingin bertelpon untuk sekadar melepas kangen, suaminya dilarang memegang ponsel selama masa tahanan. Jujur saja, walaupun sudah banyak penipuan, keculasan, dan upaya rekayasa dalam kasus hukum suaminya. Hatinya tetap merasakan keresahan. Dia tahu, selama ini belum pernah ada yang lolos dari jerat hukum sidang tipikor. KPK selalu bisa membuktikan keterlibatan orang-orang yang pernah mereka tangkap. Apalagi dalam sidang nanti, hakim yang akan sidang Riswan adalah Artidjo Kautsar. Seorang hak

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   204. Bukan Orang Sembarangan

    204"Percaya dengan mimpi?" Umi Hasanah seperti memastikan. "Iya, Umi.""Kok tumben nanya soal mimpi?" tanya Umi Hasanah lagi sembari tersenyum. “Memangnya Risma mimpi, apa?”"Bukan saya yang mimpi, Umi, tapi Samsiah." Risma menceritakan tentang mimpi yang dialami adik bungsunya tersebut, dan Umi Hasanah serius sekali mendengarkan penjelasan dari Risma. "Menurut Umi, bagaimana?" tanya Risma setelah selesai. "Secara pribadi, Umi sendiri tidak bisa mengatakan kita harus percaya atau tidak percaya. Karena itu semua rahasia Allah. Bisa saja itu sebuah petunjuk atau hanya sekedar kembang mimpi.""Begitu ya, Umi. Berarti mimpi itu bisa diikuti juga tidak?""Entahlah Ris, apakah kualitas mimpi kita sekelas Nabi Yusuf, atau hanya sekedar permainan alam bawah sadar kita.""Iya, Umi. Risma juga pernah mendengar tentang kisah Nabi Yusuf dan mimpinya, sehingga diangkat menjadi pejabat tinggi istana.""Mimpi rasul Allah itu menceritakan tentang sesuatu yang belum akan terjadi. Tentang kemarau

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   205. Ampuni Hamba Ya Allah

    205Risma kembali duduk di hadapan Umi Hasanah, setelah sebelumnya meminta izin sedikit untuk menerima telepon dari Amran. Risma masih kepikiran, apakah putra dari Pak Dadang yang ternyata sudah menjadi wakil bupati masih mau menerima permintaan maaf untuk bapaknya, setelah Risma mengetahui tentang orang tersebut melalui Pengacara Julius. Risma sendiri tidak menyangka jika orang yang dicarinya memiliki jabatan yang cukup tinggi di pemerintahan. Meskipun Risma paham, tidak ada yang tidak mungkin dan cukup mudah bagi Allah untuk mengubah nasib dan jalan hidup siapa saja yang melawan-Nya.Manusia yang di sudut pandang kebanyakan orang sebagai kaum rendahan, yang tersingkirkan karena hidup dalam nyatanya tidak ada yang bisa menebak masa mendatang. Yang pasti orang itu berusaha berusaha keras agar bisa mengubah kehidupan, dan bukan hanya diam berpangku tangan. Allah tidak akan mengubah suatu kaum jika kaum itu sendiri tidak akan mengubahnya. "Kamu kenapa, Ris? Kok jadi bengong begitu?"

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   206. Cintai Yang Kekal

    Risma masih menangis dipelukan Umi Hasanah, sebagian gamis yang dipakai Umi basah di bagian depan karena air mata Risma. Sang guru mengaji itu membiarkan sambil mengusap usap lembut bahu Risma. Sebagai sesama istri, Umi Hasanah memahami betul apa yang dirasakan oleh Risma. Jauh dari suami dan tidak bisa dihubungi, tanpa tahu kapan sang pendamping hidup akan berkumpul bersama lagi. Setelah beberapa saat membiarkan, Umi Hasanah mulai berbicara kembali kepada Risma. Lebih tepatnya berbisik di dekat telinga murid mengajinya tersebut. "Percayalah, Ris. Apa pun yang kita rasakan. Baik sedih, susah, kepedihan, penderitaan, Allah tahu kita pasti bisa menghadapinya. Karena Allah tahu sampai di mana batas kemampuan hambanya dan tidak akan lebih dari itu. "Segala ujian atau pun musibah yang datangnya dari Allah, itu adalah cara Allah untuk menguji ketaqwaan hamba-hambanya. Untuk naik tingkat istilahnya, asal kita sabar dan tidak berburuk sangka kepada Allah. "Karena, tidak ada rencana yang

Bab terbaru

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 394 Waktu Terbaik

    Dli, Aku mau ijin ke kamar kecil sebentar?" ucap Irma langsung berdiri dari tempat duduknya. "Lurus saja, Ma. Pintu kedua di sebelah kanan, kamar mandi buat tamu," jawab Fadli, wajahnya mengarah ke lorong dalam rumah. "Saya permisi sebentar, Tante." Si nyonya besar hanya mengangguk saja, dan Irma pun langsung berjalan ke arah yang ditunjukkan oleh Fadli.Sebenarnya, Irma tidak ingin buang air kecil ataupun besar. Dia hanya ingin menghindar sebentar. Ucapan dan pertanyaan dari ibunya Fadli dan Fadlan sungguh membuatnya sangat tidak nyaman. Dirinya merasa direndahkan dan tidak dihargai hanya karena seragam dan pekerjaannya yang sekarang. Irma sangat mencintai pekerjaannya, karena dari hasil kerjanya dia bisa membantu perekonomian keluarganya. Biaya sekolah ketiga adiknya, juga untuk merenovasi rumah. Walaupun tidak sekaya jika dibandingkan dengan Fadli, tetapi Irma adalah wanita yang mandiri. Kekayaan atau harta yang dimiliki pria bukanlah prioritasnya sekarang ini dalam mencari pas

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 393 Seperti Terdakwa

    Irma bisa melihat, jika tatapan Fadli yang berdiri di sampingnya banyak menyimpan kemarahan terhadap saudara kembarnya, Fadlan. Kegeraman terlihat jelas pada wajahnya. Irma sungguh tidak ingin terjadi sesuatu hal yang tidak dia inginkan, ditambah lagi ada ibu dari mereka berdua.Irma berucap pelan kepada Fadli, dan tidak ingin Fadlan ikut mendengarkan."Jika kamu sampai berkelahi dengan Fadlan, jangan harap aku akan sudi bertemu denganmu lagi, Dli? ucapnya tegas, lalu tersenyum manis kepada Fadli. Sesaat Fadli diam tertegun, lalu dia mengangguk."Yuk, masuk, Ma," ajaknya lagi kepada Irma, sambil tangan kanannya menuntun Niken sang keponakan. Fadli langsung masuk ke dalam rumah tanpa menegur Fadlan, berpura-pura sibuk berbicara dengan Niken sambil berjalan. Sementara Irma berhenti tepat di depan Fadlan, menegur terlebih dahulu."Bagaimana kabarmu, Fad?" tegur Irma, dan entah kenapa, hatinya mulai merasakan tidak nyaman dengan Fadlan. Mungkin penyebab utamanya karena fitnah yang dia lak

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 392 Pernah Menggugat Tuhan

    Siapa yang sudah berbohong terhadap dirinya, Fadli ataukah Fadlan? Siapa pula yang harus dia percaya di antara keduanya? Jika memang Fadlan yang sudah berbohong, apa maksud dan tujuannya? Irma benar-benar dibuat bingung setelah mendengarkan penjelasan versi Fadli. Namun, jika ternyata Fadlan yang sudah berbohong dan sengaja untuk menjelekkan juga memfitnah saudara kembarnya tersebut, betapa Irma akan sangat kecewa terhadapnya. Fadlan bilang jika Fadli sudah berkeluarga dan juga memiliki satu anak perempuan yang seumuran dengan putrinya, namun Fadli bilang jika istri sudah meninggal dunia, bahkan menjelaskannya dengan mata yang berkaca-kaca. "Istrimu sudah meninggal, Dli?" tanya Irma, dia memutuskan untuk tidak lagi membahas tentang perbedaan keterangan antara Fadli dan Fadlan. Siapa yang sudah berbohong dan siapa yang sudah berbicara jujur di antara mereka. Fadli mengangguk, membenarkan pertanyaan Irma. "Meninggal bersama dengan anakku di dalam kandungan," jelas Fadli, raut kesedi

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 391 Siapa yang Harus Dipercaya

    Fadli malah terlihat seperti orang bingung, macam tidak paham apa yang sudah diucapkan oleh Irma. "Kamu sebenarnya bicara apa sih, Ma? Beneran, aku nggak paham," jawab Fadli, menatap wajah Irma dalam. Kembali dia lanjut bicara. "Benci? Musuhan? Sama siapa? Aku musuhan dan benci sama Fadlan gitu maksudnya, kamu?" tanyanya ke Irma. "Maaf, jika aku salah dan dianggap kegeeran, tapi menurut Fadlan seperti itu."Fadli menatap Irma dalam, bukan maksudnya untuk tidak mengakui, tapi itu peristiwa sudah beberapa tahun yang lalu, yang bahkan usia mereka waktu itu masih berumur belasan. "Dulu saat kita masih satu sekolah, iya, Korma. Aku memang sempat marah dengan Fadlan, karena aku yang dekat denganmu dari kelas satu, Tiba-tiba saat kelas tiga, dia main serobot aja." Fadli tertawa, ingatannya seperti sedang kembali ke masa lalu. Kembali dia bicara. "Saat dulu itu memang bukan salah kamu, bukan juga salah Fadlan. Aku saja yang dulu tidak punya keberanian untuk bicara langsung terhadapmu. "

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 390 Masa Lalu yang Belum Selesai

    Pria yang ingin bertemu dengannya jelas memang Fadli. Karena, memang hanya Fadli yang dulu memanggilnya dengan sebutan korma. Entah kenapa, badan Irma langsung terasa gemetar."Irma, kenapa bengong saja di dekat pintu, Masuk? itu temui Pak Fadli," teguran dari Pak Benny menyadarkan Irma dari terkesima. Kehadiran saudara kembar dari Fadlan ini jelas di luar perkiraannya. Dari mana Fadli bisa tahu jika Irma bekerja di pabrik ini? Terus, darimana Fadli bisa kenal pemilik perusahaan ini. Sampai-sampai Pak Benny pun sangat respect terhadapnya. "Ba-baik, Pak?" jawab Irma atas teguran atasannya itu, namun sebelum mendekati Fadli, justru Fadli yang langsung berbicara dengan Pak Benny. "Pak Benny, saya ijin mau ajak teman SMA saya ini, Irma, untuk makan siang.""Boleh, Pak, silakan," jawab kepala pabrik itu cepat, langsung memperbolehkan. Perlakuan Pak Benny terhadap Fadli cukup membuat Irma heran, betapa sangat hormatnya atasannya itu kepada Fadli. "Irma, kamu diajak makan siang sama Pak

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 389 Tamu Yang Ingin Bertemu

    [ Assalamu'alaikum, Fad. Aku sudah memutuskan, sebelum urusan dengan istrimu selesai, aku minta, jangan temui aku dulu. Aku harap, kamu bisa memahami dan mengerti dengan keputusan yang sudah kuambil ini.]Selesai mengirimkan pesan, Irma lantas memblokir nomor Fadlan di aplikasi WA miliknya, bahkan memblokirnya juga di kontak teleponnya. Padahal, baru hari ini Irma memiliki nomor handphone mantan cinta pertamanya itu. Meletakkan hapenya di atas meja rias samping tempat tidurnya, lalu membaringkan tubuhnya di dipan tidur miliknya. Kembali teringat peristiwa saat di ropang tadi, betapa hatinya sangat sakit dianggap sebagai penyebab rusaknya rumah tangga seseorang. Pelakor, demi Tuhan Irma bukan seperti itu, dia lebih baik tetap menyendiri seperti ini daripada jadi perusak rumah tangga orang. Dalam perasaan yang resah, rasa kantuk mulai datang menyergap, karena Irma memang tidak terbiasa tidur terlalu telat. ÷÷÷Tiga hari setelah peristiwa penyiraman kopi oleh Agnes, dan akhirnya beru

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 388 Tangisan Seorang Ibu

    "Mengapa sampai saat ini kamu belum juga menikah, Ir. Apakah itu semua karena aku?"Udara malam di pantai ini semakin dingin, ditambah lagi dengan anginnya yang kencang. Irma sampai mensidakepkan kedua tangannya karena hawa dingin tersebut, ditambah terkena basahan cokelat tadi, walaupun dia sudah berganti pakaian. Setelah cukup lama terdiam, Irma mulai menjawab pertanyaan Fadlan. "Aku harus menjawab apa, Fad? Jika aku bilang mungkin memang sudah garis hidupku dari Allah seperti ini, salah tidak?"Sesaat Fadlan terdiam, karena memang apa yang Irma katakan itu benar adanya. "Tidak, Ir, kamu tidak salah. Hidup, mati, dan jodoh memang urusan Allah 'kan?" "Hmm ... hanya satu hal yang bisa aku jawab dengan jujur dan sebenarnya. Dan itu sudah kujawab saat di rumah tadi. Apa aku harus mengulanginya lagi?" tanya Irma lagi. "Jika kamu tidak keberatan?""Kamu adalah kekasih yang pertama, Fad, dan sampai saat ini aku belum pernah berteman dekat lagi dengan pria lain," jawab Irma, ada nada get

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 387 Sudah Berselingkuh

    Part 12Fadlan terdiam, mendengar pertanyaan Irma, tatapannya masih menghadap ke tengah lautan yang terlihat temaram, terkena pantulan cahaya rembulan. Angin laut masih berembus kencang. Terlihat Fadlan menarik nafasnya sejenak, sembari matanya terpejam, lalu dilepaskan perlahan."Agnes sudah berselingkuh," jawabnya singkat.Lalu mengambil kopinya, dan menghirupnya perlahan."Kamu menyaksikan sendiri?" tanya Irma."Maksudnya?" jawab Fadlan"Maksudku, kamu menyaksikan sendiri perselingkuhan tersebut?" tanya Irma lagi."Tidak," jawab Fadlan, masih singkat. Tatapannya lalu beralih ke arah Irma."Aku menemukan chat-chat pribadinya dengan pria lain," jelas Fadlan."Maksud chat pribadi, seperti apa?""Chat-chat mesranya dengan pria lain." Jemarinya mengusap pelan wajahnya."Kamu kenal, siapa pria yang kamu maksud?" Irma masih terus mengejar. Bukannya Irma ingin kepo dengan masalah orang lain, tetapi ... Fadlan sendiri yang sudah berjanji, ingin menceritakan tentang masalah keluarganya."Ya,

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 386 Menyimpan Amarah

    Terlihat dari raut wajah dan tatapan matanya, jika wanita yang menganggap Irma sebagai perempuan gatel itu sedang menyimpan amarah, ada dua wanita lagi di belakangnya, sepertinya kawan dari calon mantan istrinya Fadlan.Irma hanya diam termangu, saat perempuan itu melabraknya. Fadlan langsung berdiri."Udah, Nes. Perempuan perusak mah, jambak aja rambutnya," ucap salah satu kawannya."Iya, ga usah takut, apa perlu gue bantuin hajar nih pelakor," tuduh kawannya yang satu lagi kepada Irma. Dua orang kawan-kawannya, malah memanas-manasi calon mantan Fadlan tersebut."Hai ... hai, kerjaan kalian jangan bisanya manas-manasin ya. Hai ... Agnes! Irma tidak ada hubungannya dengan masalah pribadi kita, aku bertemu Irma, baru seminggu ini. Sedangkan masalah di antara kita berdua, sudah berjalan berbulan-bulan. Jadi jika kamu menuduh Irma sebagai orang ke tiga di antara hubungan kita, kamu salah alamat," ucap Fadlan tegas. Irma tetap terdiam, dia bingung, harus bersikap seperti apa."Gue seperti

DMCA.com Protection Status