Share

132. Ia Telah Pergi

Author: Harmony^-
last update Last Updated: 2023-10-05 23:05:55

Melihat kepergian Marsha, Dean segera meninggalkan tempat untuk mencari Diana.

Rencana mereka harus segera di batalkan karena Marsha dalam keadaan mengandung. Jika tidak, mereka berdua akan terlibat masalah yang lebih besar dari dugaan keduanya.

“Sial, di mana wanita itu berada?!” batin Dean merasa sangat cemas.

Baru setengah jalan menuju kursi yang telah di pingit Derren untuk tempat mereka duduk, Diana tiba-tiba menghalangi jalan mereka sambil membawa dua gelas jus.

“Hai, Marsha. Kita bertemu lagi, ya?”

Derren mengerutkan kening. Wanita cantik dengan style elegan ini adalah wanita yang di cap penganggu rumah tangga Kakaknya oleh Marsha. Sebab itu wajahnya terlihat sinis saat ia menghalangi jalan mereka.

“Haruskah aku senang melihatmu?” Marsha mengambil minuman yang di suguhkan Diana—sebab ia melihat wanita itu baru mengambilnya di nampan pelayan, jadi harusnya tak ada yang perlu ia curigai. “Kita tidak punya hubungan y
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   133. Toleransi

    “Bagaimana keadaan istrimu?” Dena bertanya begitu melihat Derren keluar dari dalam kamar Marsha dengan mata yang sedikit sembab. Lelaki itu tidak menjawab. Ia hanya mengulas senyum masam dan berjala pergi meninggalkan lorong kamar Marsha. “Kamu mau ke mana?” Dean menghentikan langkah Derren. Ada perasaan canggung saat tangannya menahan pundak lelaki itu. Tatapan tajam yang setia di lontarkan Derren saat memandangnya, membuat tangan Dean sontak melepas pundaknya. “Saya hendak pergi ke minimarket. Marsha membutuhkan beberapa barang untuk bisa tinggal di sini beberapa hari. Saya hendak menyiapkannya,” jelas Derren dengan formal. Baik Dean atau semua keluarga Marsha dapat mendengar ucapannya dengan jelas. Mereka pun bungkam dan membiarkan Derren pergi. Menghela napas sesak, Dena bangkit dari tempatnya. Ia mendekat ke pintu kamar Marsha, mengintip ke dalam ruangan. Ia melihat Marsha tengah duduk di tepi rajang dan mena

    Last Updated : 2023-10-06
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   134. Sadar Diri

    Rina menatap Derren lekat. “Siapa yang melakukan hal jahat itu.” Derren menunduk. Rina mendekat dan mengintip wajah putranya. Lelaki itu mengeluarkan air mata tanpa terisak dalam tangisnya. Rina terkejut sampai salah merespons. “Anak sebesar dirimu menangis?” pekiknya. Seketika ia menutup mulut dengan kedua tangan dan kembali menatap Derren yang tak menghentikan tangis walau tak sengaja di hina oleh Ibunya. Sementara Gama mengeluarkan sapu tangan dan memberikan benda itu pada Rina sambil mengode untuk memberikan benda itu pada Derren. Melihat hubungan canggung antar Rina dan Derren tampaknya Gama mengerti apa yang harus ia lakukan sekarang. “Saya akan mencari makan siang. Tolong jaga teman saya, Tante ....”   Gama mundur perlahan sebelum pergi meninggalkan tempat sambil meminta beberapa perawat yang masih standby menunggu Rina, pergi bersama dengannya. Rina terdiam bingung melihat bulir air mat

    Last Updated : 2023-10-06
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   135. Nyawa Dan Nyawa

    Gama terdiam dengan tatapan terkejut. Melihat Marsha yang tengah sakit itu marah, ia merasa sedikit cemas dengan kondisi psikisnya.” "Marsha, tenanglah.” Gama berusaha menenangkan. Ia ingin menggenggam kedua bahu wanita itu, namun tangannya di tepis kasar saat hendak menyentuhnya. “Kau hanya perlu menjawabku.” Marsha menekan setiap kalimat. Tatapan tajam terasa sangat menusuk bagi lawan bicaranya. “Tak perlu menyentuhku!” Gama menarik turun kedua tangan. Ia menatap Marsha pasrah. Sikap dingin itu sedikit keterlaluan saat ia hendak berbuat kebaikan nyata. “Dasar kejam!” pekik Gama dalam hati. Namun ia tak sanggup mengatakan hal itu pada Marsha mengingat kondisinya yang memprihatinkan. “Suamimu hanya pergi dengan Ibunya. Mereka sedang bicara di kantin.” Gama menghela napas panjang. “Kamu puas sekarang?” “Ya.” Marsha menjawab dengan lantang dan singkat. Ia mengalihkan tatapannya dari Gama dan memilih duduk di kursi b

    Last Updated : 2023-10-07
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   136. Hal Yang Menyulut Amarah

    Kedua tangan Marsha menggenggam erat. Tatapan kesal yang ia lemparkan pada Derren terlihat meyakinkan. Di tambah sorot mata yang penuh dendam itu, Derren merasakan firasat uruk. “Kamu tidak boleh bertindak gegabah.” Gama menyela. Kedua manik mata Marsha tertuju padanya dengan cepat. “Kenapa? Ia sudah membunuh anakku. Nyawa dengan nyawa. Itulah sepantasnya.” Gama menghela napas berat. Ia mengambil ponselnya dan kembali memutar videonya. “Jangan salah sasaran.” Gama menatap taja,. “Apa kamu yakin ia Lea? Bagiku sangat berbeda. Tinggi badan dan caranya berjalan. Mereka bukan orang yang sama.” “Kamu benar, Gama. Beberapa hari yang lalu aku sudah memastikan wanita itu tidak ada di kota sampai detik ini.” Derren menatap kedua lawan bicara yang menatap intens. “Aku mengirim seseorang untuk mengawasinya. Walau Lea terlihat berubah, tapi sikap sadis adalah sikap bawaan dari lahirnya. Aku tak bisa percaya dengannya begitu saja.” Derr

    Last Updated : 2023-10-08
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   137. Yang Terbaik

    “Marsha, jangan tinggalkan aku!” Derren berusaha mengejar langkah cepat istrinya memasuki kafe. Ia menghilang di telan banyaknya pelanggan yang antre di depan kasir untuk memesan minuman. Derren yang kehilangan wanita, segera menyisir setiap sudut ruangan dengan menggunakan penglihatannya. Karena ini tempat umum dan bukan hutan, ia tak mungkin berteriak seperti mencari orang hilang di sepanjang jalan, bukan? Satu-satunya yang bisa ia andalkan hanya penglihatannya yang ter-fokuskan. “Ke mana ia pergi?” Derren naik ke lantai dua. Sementara orang yang tengah ia cari malah berada di salah satu bangku bagian tengah kafe. Ia yang mengenakan pakaian tidur, harusnya menjadi clue yang mudah untuk Derren. Namun karena banyak pengunjung, mungkin tubuh Marsha tenggelam di antaranya. “Marsha? Kenapa kamu ada di sini?” tanya Dena, menatap putri tunggal yang ia keluarkan dari rahimnya—menatap Dena dengan tatapan bengis. “Aku melihat Danie

    Last Updated : 2023-10-09
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   138. Merebut Restu

    “Derren.” Bima melambaikan tangan meminta menantu bungsunya mendekat. Derren yang baru keluar dari kamar Marsha setelah memindahkan istrinya ke tempat tidur, kini telah menyiapkan mental untuk di sidang Ayah Mertuanya. Ia duduk di samping Bima yang duduk di sofa ruang tengah sambil menatap ke arah taman samping yang di terangi lampu bulat berwarna kuning yang membuatnya terlihat menarik. “Apa yang di lakukan Marsha hari ini? Apa ada masalah yang bisa aku bantu untuknya?” Bima mengembuskan napas lembut. Kekhawatiran lelaki itu terlihat tulus. Wajahnya yang keriput sedikit memberengut saat tahu ia tak pernah membantu Marsha akhir-akhir ini. “Semakin bertambahnya usiaku, anak-anakku semakin tak mau menyulitkan Ayah dan Ibu mereka. Mereka berusaha menyelesaikan semua masalah mereka sendiri walau harus mematahkan mental dan hati mereka.” Bima kembali membuang napas lembut. “Aku yakin tak ada pikiran untuk meminta bantuan dariku.

    Last Updated : 2023-10-09
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   139. Ibu Negara

    Klap .... Bima meninggalkan rumah Marsha dengan di kawal lelaki yang tak pernah di tahu oleh Derren. Ini pertama kalinya ia melihat Bima di kawal oleh seseorang—terutama dengan sangat ketat. “Hati-hati di jalan, Ayah.” Derren melambai dan melihat mobil yang di tumpangi Bima meninggalkan tempat. Adri, lelaki berusia 35 tahun yang menjabat sebagai sekretaris Bima, menatap Tuannya dengan tatapan aneh. “Apa yang ingin kamu tanyakan?” tanya Bima melihat wajah sekretarisnya yang gelisah. “Saya ingin bertanya, Tuan Besar.” Adri yang duduk di sebelah sopir menoleh pada Bima yang duduk tepat di belakangnya. “Apakah lelaki yang saya temui tadi adalah suami Nona Marsha?” Bima mengangguk kecil. “Kenapa? Kamu merasa mengenalnya?” Ia memalingkan wajah dan menatap keluar jendela dengan menopang dagu pada bingkai kaca. “Bukan hanya kamu, seluruh orang di negara ini pasti mengetahuinya.” Tampaknya hal yang di takutkan Ad

    Last Updated : 2023-10-10
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   140. Maut Menghampiri

    “Akh ... bisa gila kalau seperti ini terus.” Diana menatap Dean yang diam dengan tatapan pasrah. Mereka terkurung dalam satu kamar yang cukup besar dengan fasilitas yang nyaman. Namun keduanya tak bisa keluar sebab pintu keluar kamar tersebut di jaga oleh orang-orang yang entah dari pihak mana. “Bagaimana kalau kita kabur saja? Kita bisa menggunakan koneksi kita untuk keluar dari tempat ini, kan?” Diana menatap Dean. Tatapan tajam nan menusuk itu terlihat mulai putus asa. “Jangan bertindak gegabah. Kau kira keluarga istriku akan membiarkan kita pergi dari sini dengan selamat? Seandainya kita memang bisa keluar dar sini, itu bukan karena kita berhasil melarikan diri. Namun karena pihak mereka yang melepaskan kita,” papar Dean. Diana mengusap wajahnya dengan frustrasi. “Kalau begitu lakukan sesuatu pada keluarga istrimu itu. Bukannya kamu orang yang cukup berpengaruh di ko—“ “Kamu kira aku apa?” Dean menatap tajam. Wanita yan

    Last Updated : 2023-10-10

Latest chapter

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   173. Misi‐CEO Hardy

    Marsha menatap Lea dan Anna yang saling berseteru di depan ruangannya. Sementara dirinya dan Syam, hanya menatap sebagai penonton dari dalam ruangan. “Aku tidak tahu jika hubungan mereka akan seburuk itu,” gumam Syam. Marsha yang mendengar itu hanya tersenyum simpul. “Itu memang karakternya. Kalau sudah membenci seseorang, dia akan terus membencinya sampai akhir. Senior tidak ingat bagaimana Lea memperlakukan aku saat masih bersaing hati untuk Derren?” Syam hanya mengangguk-angguk. Lalu kembali melihat pemandangan menyenangkan di depannya. “Ah, tapi seru melihatnya bertengkar. Aku selalu suka itu. Baik denganmu atau dengan Ibu Tiri mudanya itu.” Syam senyum-senyum tidak jelas. Sementara Marsha yang sibuk memindai data yang masuk lewat emailnya. Baik dari RS Zahara atau Perusahaan Mi. Yang jelas, itu tidak berhenti sejak 2 jam yang lalu. “Perkerjaanmu pasti sangat banyak, kan?” celetuk Syam, seperti mengejek.

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   172. Sedih

    Berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit yang di padati perawat dan pasien. Setelah sekian lama akhirnya Marsha bisa kembali bekerja. Pemandangan yang sama membuatnya jenuh. Tapi liburan dua hari kemarin telah membantunya melepas stres. “Selamat pagi, Prof.” Beberapa orang menyapa Marsha dengan ramah. Marsha hanya menunduk singkat menjawab salam itu sambil mengumbar senyum cantiknya. Saat hendak masuk ke dalam ruangan, ia bertemu Lea yang keluar dari dua ruangan yang ada di sebelah kantornya. Lea menatap Marsha dengan sinis. Tampaknya, mood wanita itu sedang tidak baik mengingat reaksinya yang berlebihan. “Padahal aku belum menyapa, tapi kamu sudah melempar tatapan seperti itu? Keterlaluan,” pekik Marsha, mendekati Lea. “Jangan bersikap baik di rumah sakit. Orang-orang Ayahku masih terus mengawasi ... bahkan ia menambah personelnya,” ucap Lea, mengeluh. Marsha menatap sekeliling. “Kalau di s

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   171. Masalah Pelik

    Marsha bangun cukup pagi setelah sekian kama tidak beraktivitas dan hanya rebahan sepanjang hari di rumah sakit. Kini ia bebas. Jadi Marsha akan memulai paginya dengan sesuatu yang baik—seperti membuat masakan untuk suami dan kedua adik iparnya yang cantik. Baru saja keluar dari kamarnya, Marsha sudah melihat kedua ajudan kepercayaannya tertidur pulas di sofa dengan posisi memangku laptop mereka yang masih menyala. “Astaga. Apa yang aku lihat di pagi hari?” gumam Marsha, berjalan mendekati kedua orang itu. “Hey, coba bangun dan pindah ke kamar. Jika ingin tidur, aku punya banyak kamar kosong.” Marsha membangunkan kedua orang itu. Walau akhirnya keduanya sangat sulit untuk di bangunkan. Marsha membutuhkan waktu 10 menit agar melihat kedua orang itu bangun dan meninggalkan ruang tamu. Menghela napas panjang, Daniel dan Salma meninggalkan laptop mereka di atas meja dalam kondisi menyala dan bekerja. “Kalian

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   170. Pergerakkan Awal

    Marsha tidak ingat kapan ia benar-benar tertidur pulas. Yang jelas, saat dia bangun Derren tidur di sampingnya dengan mata sembab. Marsha hanya menghela napas panjang dan membelai puncak kepalanya dengan sayang. Ia masih mengingat bagaimana keluhan dan kesedihan Derren kemarin malam. Cukup mengenai hatinya yang mudah luluh jika itu bersangkutan dengan suami kecilnya. Tapi tak ada kata istirahat untuk mengenang seseorang—walau itu adalah Ibu Mertua yang pernah tinggal bersama dengannya beberapa minggu. “Daniel.” Marsha memanggil dengan tegas. Lelaki yang sedari tadi berdiri di belakang pintu di sisi luar, akhirnya memberanikan diri untuk masuk dan mengganggu kemesraan kedua patsuri itu. “Apa yang ingin kamu sampaikan? Dari tadi aku melihatmu berdiri di luar dengan ragu-ragu.” Marsha turun dari ranjang, namun  saat satu kaki Marsha baru turun, Derren segera memeluk perutnya dengan mata terbuka lebar—lelaki itu benar

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   169. Tentang Anna dan Ayah

    Dena menatap Marsha dengan tatapan serius. “Tentang Ayahmu yang meninggal karena kecelakaan mobil. Ia tidak meninggal karena kecelakaan biasa. Ia di bunuh ... itu kecelakaan yang di sengaja.” Marsha mengerutkan kening. “Apa maksud Mama?” Ia bangkit dari posisi duduk—mondar-mandir tidak jelas dan duduk kembali dengan Dena yang menatapnya lelah. “Tunggu, ini di luar dugaan Marsha, Ma. Kenapa tiba-tiba membahas ini saat semuanya runyam?” Marsha menjambak kedua sisi rambutnya. “Apa sih ini? Kenapa tiba-tiba sekali.” Marsha menatap wanita itu dengan wajah lelah. “Marsha sibuk dengan kasus ini dan itu. Tapi Mama bicara begitu sekarang? Mama mau membuat Marsha botak karena terlalu banyak ‘problem’?” Dena menggeleng. “Bukan itu maksud Mama. Hanya saja ... pelakunya memiliki nama yang sama dengan orang yang kamu kejar dalam kasus beruntung ini.” Marsha mengerutkan kening untuk ke sekian kali. Ia masih tidak habis pikir dengan semua ini. “Anna? Apakah wanita itu ... biang keroknya?” Dena

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   168. Menyingkap Rahasia

    Drtt …. drtt … drtt … Marsha mengejapkan mata. Ini hari terakhirnya berada di rumah sakit. Yang ia pikirkan hanya bermalas-malasan seharian karena mengira ini adalah hari terakhir liburnya. Tapi begitu melihat panggilan telepon dari Daniel, entah mengapa Marsha yakin jika dirinya tak akan bisa bersantai lagi. “Halo.” Marsha menguap lebar. Yana dan Naya yang entah sejak kapan ada di dalam kamarnya, hanya melihat kelakuan kakak iparnya dengan geleng-geleng kepala. [Anda masih di rumah sakit, kan?] Marsha menjauhkan teleponnya dari telinga—memastikan apa benar yang meneleponnya adalah Daniel—karena orang di seberang sana seakan tak tahu kondisinya. “Kenapa bertanya tidak masuk akal?” Marsha bertanya dengan bingung. “Suaramu … apa ada masalah yang terjadi?” Daniel terdengar mendesak kasar. Tampaknya memang ada yang telah terjadi. Daniel adalah orang yang tenang jika berhadapan dengan dirinya. Mende

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   167. Selamat Tinggal

    Lea tersenyum dengan paksa. Air matanya hampir berlinang membasahi pipi. “Kenapa dengan wajahmu?” Marsha bertanya karena murni tidak tahu. Wanita itu datang dengan wajah sembab sambil membawa banyak makanan. Tapi begitu masuk ke dalam ruangan Marsha ia tidak melakukan apa pun dan hanya diam seperti mayat hidup di sofa panjang depan TV. Marsha masih duduk di atas ranjang dengan meninjau data. Setelah mengajukan pertanyaan tanpa jawaban, ia memilih untuk tidak bertanya lagi. Ampai beberapa jam berlalu tanpa obrolan di dalam ruangan itu. Marsha menatap keluar jendela. Langit malam sudah mulai menampakkan diri. Sudah saatnya Lea kembali. Tapi wanita itu hanya diam seperti beberapa saat yang lalu. “Hari makin gelap. Kamu tidak kembali?” tanya Marsha. Lea mengejapkan mata dan memalingkan pandangan ke arah Marsha. “Aku mau menginap.” Setelah mengatakan itu, Lea meletakkan bantal sofa yang dari tadi ia

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   166. Izin Menyerang

    Lea menatap Gama yang duduk di dalam ruang tamunya dengan tatapan bingung.“Apa yang membawamu ke sini?” tanyanya, dengan menyajikan secangkir teh untuk mereka berempat.“Aku datang untuk bertanya sesuatu.” Gama memilik ke arah Derren dan Syam yang masih terus melempar tatapan horor satu sama lain. “Tapi mereka akan mengganggu jika terus begitu. Tidak bisakah kamu membuang salah satunya ke kamar mandi atau ke mana gitu?” Lea menghela napas kasar. “Di antara dua orang ini, mana yang lebih di butuhkan untuk membantu?”Gama langsung menunjuk Derren. Seketika itu juga Lea langsung menyeret Syam dan memasukkannya ke dalam kamar, lalu menguncinya dari luar.“Kamu tidur saja, Senior. Kamu kan belum tidur karena menemaniku semalaman!” ucap Lea dari luar kamar tanpa rasa bersalah.Syam pasrah. Ia yang mulai mengantuk akhirnya menurut. “Baiklah. Bangunkan aku saat jam makan siang.” Lea tak menjawabnya. Ia kembali ke ar

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   165. Terciduk

    “Kamu mau makan apa?” Derren mengambil piring. Ia siap menjadi banu Marsha seandainya istri cantiknya itu meminta sesuatu. Sayangnya, Marsha sudah mengambil piringnya sendiri dan mengambil makanannya sendiri. Derren menghela napas penat. Ia mengikuti langkah Marsha berjalan pergi meninggalkan tempat hidangan kantin berada dan mencari tempat duduk. “Jangan terus mengikutiku.” Marsha menyuapkan makanan ke dalam mulut dan mulai makan dengan tenang. Derren memperhatikan dengan saksama. “Sampai kapan kamu jadi marah? Kemarin kan masih aku yang marah?” tanyanya, tak mengerti kenapa situasinya menjadi terbalik. Wanita itu hanya mengangkat pundak acuh tak acuh. Derren menghela napas. Ia masih mempertahankan senyumnya dengan sabar. “Bagaimana kalau menonton?” Marsha menaikkan alisnya. Ia terlihat tertarik. Tapi gengsi lebih mendominasi. “Tiba-tiba?” Ia menjawab dengan sewot. “Kamu masih ingat

DMCA.com Protection Status