"Ayo jawab, kenapa kok kayak kebingungan gitu sih? Kami butuh tahu ke mana menantu kami pergi sejak sore sampai jam satu pagi," desak Pak Kevin Teja Kusuma sembari menatap curiga ke arah Suzy. Kali ini Nyonya Vanessa enggan untuk membela menantunya karena dia juga penasaran dengan jawaban Suzy. Dia hanya terdiam tanpa berniat menambah tekanan untuk perempuan muda yang seumuran dengan puteri bungsunya itu."A—aku ... aku pulang kerja, Pa, Ma," jawab Suzy terbata-bata. Dia tak tahu bagaimana harus berbohong ketika berada dalam kondisi terdesak seperti saat ini. Seandainya menjawab dugem, orang tua suaminya pasti berpikir dia telah selingkuh ketika Brian tak ada di Jakarta. Jadi mungkin kejujuran lebih diterima dengan baik, pikir Suzy."Kerja? Pekerjaan apa yang dilakukan di malam hari sampai harus pulang dini hari? JAWAB!" cecar Pak Kevin dengan suara nyaring hingga membuat Suzy memejamkan matanya ketakutan.Sebenarnya Nyonya Vanessa yang lembut hatinya tak tega melihat Suzy dihardik o
Bunyi getaran ponsel Brian membangunkan Bella yang kelelahan melayani Brian beberapa ronde nonstop. Sementara pria jantan yang staminanya tak perlu diragukan lagi itu lelap beristirahat pasca bergulat bersama Bella di atas ranjang tadi, diam-diam Bella membuka ponsel Brian.'Huhh, sialan. Ada pesan dari sainganku ternyata. Kubuka deh apa isi pesannya sekalian kuhapus aja biar Mas Brian nggak keinget sama Suzy!' batin Bella seraya menbaca pesan dari istei sah Brian. Dia tersenyum licik setelah mengetahui apa yang tertulis dalam pesan itu.Dengan segera Bella menghapus pesan dari Suzy bahkan memblokir nomor wanita itu di HP Brian. Tadi rupanya saat dia dan Brian asik indehoy, ada beberapa kali missed calls dari istrinya. Namanya lagi seru bertarung panas masa sih peduli dengan ponsel yang sekadar bergetar saja di nakas.'Ohh, jadi kerjaan si Suzy itu aslinya penari kabaret tho?! Syukurin ortunya Mas Brian mergokin pulang dini hari, rasain akibatnya! Emang enak jadi gelandangan ... diusi
"Tuan Harry, panti asuhan yang disebutkan oleh pengasuh anak itu mengonfirmasi bahwa pada tanggal Serena hilang, mereka menerima seorang bayi berusia setahun yang diserahkan wanita misterius," ujar Bill Keller, detektif swasta yang disewa jasanya untuk mencari puteri kandungnya yang hilang dua puluh tahun silam.Harry Livingstone membalik badannya dari balik kaca jendela kantornya di Jakarta Pusat. Dia menghela napas lalu berkata, "Ajak kepala pengawalku untuk menjemputnya, Bill. Aku ingin menemuinya dan memintanya tinggal kembali bersamaku!""Tentu saja, Tuan Harry. Saya permisi!" sahut Bill Keller lalu meninggalkan ruang presdir Cocoa Palm World Company. ***Sesampainya di Denpasar, Bali usai pesawatnya mendarat, Suzy segera mencari taksi bandara untuk mengantarnya ke mess karyawan Teja Kusuma Realty di Candidasa. Dia tak ingin menggunakan taksi online lagi karena trauma kejadian naasnya yang lalu saat nyaris diruda paksa sopir iseng.Perjalanan mobil itu berjalan lancar selama dua
"Bella, kamu ngaku saja deh. Apa kamu ngasi guna-guna ke Pak Brian? Dia nggak bakalan kayak orang kena pelet begini kalau posisi normal!" desak Hendrawan yang menemui Bella sendirian di depan pintu toilet kantor cabang Tanah Lot yang baru ditempati selama seminggu ini.Janda kembang itu tertawa renyah sembari menatap sinis kepada Hendrawan. "Mau tahu aja! Urusin aja kerjaan kamu sendiri, ngapain kamu ngurusin aku, hahh?!" tukasnya judes lalu melangkah melewati pemuda itu.Namun, Hendrawan segera menangkap lengan Bella seraya memperingatkan, "Kamu jangan macam-macam ya sama Pak Brian! Dia sudah punya istri, ngapain juga ngeladenin kamu. Dasar janda kegatelan!""Ckk ... lepasin nggak, atau kamu kulaporin ke Mas Brian kalo udah kurang ajar ngegodain aku di toilet!" ancam Bella sembari melotot.Akhirnya, Hendrawan dengan terpaksa melepaskan cengkeraman tangannya di lengan Bella. Dia mendesis kesal melihat wanita itu melenggang pergi dengan sok kecantikan."Aduh, kok jadi runyam begini sih
Sesuai rencananya kembali ke Jakarta untuk mencari istrinya, Brian pun segera meluncur ke rumah keluarga Teja Kusuma dari bandara. Dia disambut oleh papa mamanya di ruang tengah rumah mereka."Hai, Brian. Apa kabar?" sapa Nyonya Vanessa seraya memeluk hangat putera kesayangannya."Hai, Ma. Baik. Oya, di mana Suzy?" sahut Brian celingukan mencari sosok istrinya.Mamanya sontak menoleh ke arah Pak Kevin Teja Kusuma. Maka Brian pun curiga dan bertanya, "Ada apa ini? Apa terjadi sesuatu saat aku berada di Bali?""Papa juga mau bertanya tentang pekerjaan wanita yang kau nikahi, Brian. Minggu lalu Suzy pulang dini hari dengan dandanan seperti wanita penghibur. Setelah kutanyai, ternyata dia kerja di kelab malam. Apa kau bisa menjelaskan ke Papa?" ujar Pak Kevin bersedekap menghadap ke arah Brian."Ya, Suzy memang masih terikat kontrak dengan The Glam Expat Night Club. Dia penari kabaret, bintang utama panggung di sana. Namun, dia tidak melayani tamu secara seksual sama sekali. Buktinya adal
"Aku papa kandung Suzy. Dia puteriku yang telah lama hilang. Kau pasti Brian Teja Kusuma bukan? Kenalkan, aku Harry Livingstone!" jawab Tuan Harry Livingstone sembari mengulurkan tangan kanannya kepada suami puterinya."Iya, saya Brian Teja Kusuma. Salam kenal, Sir!" Dengan wajah syok berat Brian segera menjabat tangan papa mertuanya itu. Dia tak menyangka bahwa istrinya masih memiliki orang tua kandung dan bule pula. Sepertinya nama keluarga Livingstone agak familiar di kalangan high society, pikir Brian dalam diam seraya mengingat-ingat."Hari sudah lewat tengah malam, Pa. Ayo kita pulang saja sekarang!" desak Suzy tanpa memedulikan Brian yang tak rela melepasnya pergi."Suz, kita harus bicara empat mata. Apa kamu marah kepadaku? Tolong maafkan aku dan papa mamaku, please!" Brian menangkap lengan kiri istrinya agar tak pergi meninggalkannya begitu saja.Senyuman tipis tersungging di bibir merah Suzy, dia menatap Brian lurus-lurus. "Okay, aku memaafkan kalian. Mungkin lain kali kita
"Serena, kamu di sini rupanya! Papa ingin mengajakmu sarapan bersama," ujar Tuan Harry Livingstone seraya melangkah masuk ke ruang tamu kediamannya. Matanya bertemu dengan Brian yang segera bangkit dari sofa dan segera menyalaminya sopan."Selamat pagi, Mister Livingstone. Maaf saya bertamu pagi-pagi sekali!" ucap Brian dengan tak enak hati. Dia memang tiba begitu pagi karena kuatir Suzy tak ada di rumah bila kesiangan.Pria berdarah Amerika Serikat yang sekilas genetiknya mirip dengan Suzy itu pun merangkul bahu puterinya sambil berkata, "Darling, kita ajak Brian sarapan pagi bersama saja ya? Kalian berbincang santailah, Papa tak akan mengganggu!""Iya, Pa. Aku nggak masalah," sahut Suzy yang dipanggil dengan nama Serena semenjak tinggal di kediaman ayah kandungnya. Dia pun mengajak Brian pindah ke ruang makan bersama mereka.Beberapa pelayan rumah berjejer mengelilingi mereka bertiga di meja makan untuk membantu bila ada peralatan makan atau minta minuman atau makanan yang kurang da
"Welcome, Bang Brian! Lho Mbak Suzy mana nih? Kok nggak diajak ke acara grand opening resort sih?!" sambut Thalita seraya memeluk kakak laki-lakinya. Mendengar pertanyaan yang sudah dapat dia duga sebelum berangkat ke acara perayaan pembukaan resort Mister Rodrigo di Uluwatu, Brian hanya mengendikkan bahunya dan menjawab, "Suzy lagi sibuk banget di Jakarta. Jadi kebetulan nggak bisa terbang ke Bali, Tha!""Ohh gitu, ya udah nggakpapa. Bang Brian kutemani deh, soalnya Mas Indra sibuk sama bosnya tuh!" ujar Thalita sambil mengelus perut besarnya di balik kain gaun semata kaki bermodel off shoulder longgar warna baby pink.Brian pun bertanya, "Keponakanku kapan nih jadwal lahirannya, Tha?""Sebenernya sudah kelewat beberapa hari dari HPL dokter kandungan. Tapi belum ada kontraksi gitu, Bang. Ya, ditunggu aja!" jawab Thalita sembari mengajak Brian duduk di deretan kursi nomor tiga dari depan panggung.Acara grand opening telah dimulai dan dibuka oleh MC dari Surabaya yang juga bagian dar
Liburan tanggal merah nasional kali ini, Indra mengundang kakak iparnya untuk bercengkrama bersama keluarga kecilnya di halaman belakang rumah yang dia buat seperti danau buatan dengan anjungan kayu Jati dari Kalimantan yang dia pesan khusus dulu."Hai, Thalita, Indra! Wow, gila gede banget rumah kalian yang baru!" seru Suzy ketika menjumpai pasangan itu di area santai di halaman belakang rumah megah mereka.Thalita tertawa riang menyambut kakak iparnya dengan pelukan hangat. Dia pun menjawab, "Yang bosenan dan suka nomaden Mas Indra tuh, Mbak Suz!""Wajarlah, anak kita sudah empat jadi butuh ruang gerak yang lebih luas 'kan, Cayangku!" jawab Indra ringkas dan logis.Keempat buah hati mereka; Gregory, Aiden, Peter, dan Chloe bermain bebas di lantai kayu yang dipelitur licin berhadapan langsung dengan danau. Bocah-bocah imut dan Gregory 9 tahun yang tertua itu nampak girang didatangi oleh kedua sepupu mereka yaitu William dan Jeremy. Tawa ceria diselingi bahasa anak-anak memeriahkan su
Sosok yang dijemput oleh Hendrawan di Bandara Soekarno-Hatta sore itu bukan sembarang perempuan. Jantung pemuda yang sudah lama menjomblo belasan tahun lamanya tersebut berdetak kencang seakan nyaris lompat dari dadanya menatap sosok berambut brown gold panjang sepunggung dengan sepasang mata birunya."Hello, Handsome! Terima kasih sudah menjemputku lagi. Apa kabar?" Miss Veronica Barnfield melemparkan senyum manisnya kepada Hendrawan seraya berjabat tangan."Hai juga, Cantik. Kabarku baik. Wow, rambut kamu sudah panjang semenjak kita berpisah di Denpasar. Jadi ada pekerjaan dengan Boss Brian ya makanya kamu datang ke Jakarta?" balas Hendrawan seraya mengambil alih koper dari tangan Vero.Namun, wanita berdarah Inggris itu enggan menjawabnya langsung. Dia hanya tersenyum misterius seraya berkata, "Ada deh pokoknya!""Kalau bukan karena pekerjaan, kenapa dong kamu jauh-jauh ke Jakarta, Baby?" tanya Hendrawan dengan penasaran. Dia memasukkan koper ke bagasi belakang mobil pribadinya yai
"Halo, apa kabar, Mas Brian?" sapa Suzy Malika dengan keceriaan yang susah payah dia tampilkan.Brian pun membalasnya dengan senyuman tulus usai menghela napas. Ada kesedihan yang tersirat dalam raut wajahnya. Namun, Brian tetap membalas sapaan istrinya yang selalu menjadi wanita terindah di hidupnya, "Hai, Suzy Sayang. Kabarku selalu baik. Selamat datang kembali di Jakarta. Ayo kita pulang ke rumahku!" "Apa kamu yakin bisa merawat puteriku di rumahmu, Brian? Andaipun tidak mampu, aku masih kuat untuk merawat Serena. Hubungi saja nomor ponselku kalau kamu berubah pikiran, okay?" ujar Tuan Harry Livingstone dengan nada tegas yang pasti dipahami oleh menantunya."Baik, Pa. Saya mengerti, biarkan saya mencoba merawat Serena terlebih dahulu," jawab Brian sekalipun nampak ketidak yakinan dalam ucapannya yang ditangkap oleh ayah dan anak itu.Suzy mengangguk meyakinkan papanya untuk melepaskan kepergiannya bersama Brian. Akhirnya Tuan Harry Livingstone menepuk-nepuk bahu Brian sebelum beli
Proses fisioterapi kedua kaki Suzy Malika yang cedera akibat tabrak lari yang dilakukan oleh Bella telah berlangsung selama nyaris setahun. Atas izin dari fakultas, Suzy menjalani kuliah secara daring terkait keterbatasan fisik yang dia alami. Namun, sisa satu semester kuliah yang harus dia jalani pada akhirnya berhasil ditutup dengan sempurna. Nilai ujian assesment semester 8 Suzy sangat bagus sehingga diputuskan layak diwisuda dengan menilik seluruh nilai mata kuliah lengkap beserta nilai sidang skripsinya yang sempurna, A. Akan tetapi, wisuda itu pun dijalani secara daring saja dari Amerika Serikat dan duduk di kursi roda."Selamat atas wisudamu, Darling. Papa sangat bangga karena kamu telah berjuang mendapatkan gelar Sarjana Psikologi di tengah segala kelemahan yang kamu derita, Serena!" ujar Tuan Harry Livingstone penuh rasa haru hingga mata coklatnya berkaca-kaca."Terima kasih atas dukungan dan juga pendampingan Papa untukku. Itu sangat berarti buatku pribadi. Ini saat-saat te
"Hooeekk hooeekk hooeekk!" Suara mual-mual di pagi hari dari arah dalam kamar mandi itu membangunkan Indra dari tidur panjangnya pasca semalam puas bermain kuda-kudaan bersama istri kesayangannya. Dia pun segera bangkit dari tempat tidur dan refleks menoleh ke kotak tempat tidur bayi. Namun, Gregory masih terlelap tanpa suara di dalam sana."Tha, apa kamu sakit?" tanya Indra cemas dari ambang pintu kamar mandi sebelum menghampiri perempuan muda yang sedang berjongkok menghadap ke kloset yang terbuka itu.Wajah istrinya pucat pasi dan tangannya pun dingin. Indra yang tak kunjung mendapat jawaban dari Thalita pun kesal lalu menegurnya, "Kok nggak dijawab sih? Kamu kenapa ini, Tha?""Ini kayaknya morning sick, Mas. Ngerti nggak sih?" jawab Thalita dengan lemas. Kemudian dia berkumur di wastafel dengan air keran. Suaminya menggendong Thalita kembali ke tempat tidur lalu membaringkan tubuhnya yang lemah di tengah ranjang. Indra terdiam karena bingung memikirkan istrinya yang hamil lagi s
"OEEEKKK ...OEEKK!" Suara tangis bayi nyaring terdengar di tengah malam sunyi.Gregory kecil terbangun karena lapar dan juga pampersnya sudah penuh. Dia tidur di kotak keranjang khusus yang ditutupi kelambu tipis anti nyamuk warna biru muda. Sudah hampir lima menit penuh dia menangis, tetapi mama cantiknya masih tertidur nyenyak dalam pelukan papa gantengnya. Indra yang mengetahui masa nifas Thalita telah usai tak mau melewatkan kesempatan menghajar wanita cantik kesayangannya beronde-ronde di atas ranjang malam ini. Alhasil, putera sulung mereka terabaikan karena orang tuanya kelelahan bercinta."Ohh ... bising banget sih kayak ada kucing jantan minta kawin! Hoamph!" Indra merepet sambil menguap karena kantuk, dia tidak menyadari bahwa itu adalah suara tangis anaknya sendiri.Thalita pun terbangun karena gerakan lasak badan besar suaminya di sampingnya. Dia mendengar tangisan buah hatinya dan langsung bangkit dari tempat tidur. Sementara Gregory yang kesal diabaikan bermenit-menit l
Dengan sigap Tuan Harry Livingstone menangkap tubuh Bella sesuai teriakan Brian tadi. Wanita itu meronta-ronta sekuat tenaga hingga nyaris membuat papa Suzy kewalahan. Maka dia pun memukul tengkuk Bella hingga pingsan."Siapa wanita liar ini, Brian? Apa wanita yang pernah menjalin affair denganmu dulu?" tanya Tuan Harry Livingstone penasaran. Dia masih memeluk tubuh lunglai Bella yang tak sadarkan diri."Iya, benar. Maaf merepotkan Anda, Pa. Dia yang menabrak Serena, sebaiknya kita geledah kantongnya dulu. Kurasa dia pasti masih menggunakan mobil yang dipakai untuk melakukan kejahatannya tadi siang," ujar Brian, dia menunggu Tuan Harry memeriksa saku-saku pakaian Bella. Ternyata benar ada sebuah kunci remote mobil.Tuan Harry menekan remote untuk membuka pintu mobil dari jarak jauh. Dan sebuah mobil bertipe Avanza warna hitam menyala lampunya. "Itu dia mobil yang menjadi barang bukti kejahatan tabrak larinya!" ujar Brian seraya menunjuk mobil yang terparkir di arah jam sebelas dari p
"Brian, sekarang Papa sedang ada di rumah sakit menemani Serena. Dia mengalami tabrak lari mobil dan didiagnosa patah kaki kanan kiri dibagian tulang paha kanan dan tulang betis kiri, selain itu dia juga gegar otak," tutur Tuan Harry Livingstone melalui sambungan telepon ke suami puterinya.Jantung Brian serasa dipukul keras ketika mendengar kabar buruk dari Jakarta. Dia lalu menjawab papa mertuanya, "Sore ini juga, Brian akan terbang ke Jakarta. Tolong kirim nama rumah sakit tempat Serena dirawat, Pa!""Baiklah, kutunggu di rumah sakit. Hati-hatilah di jalan, okay?" balas Tuan Harry Livingstone lalu menutup panggilan teleponnya. Pria yang seharusnya berulang tahun ke 49 itu hari ini berjalan mondar- mandir di depan pintu ruang operasi. Asisten pribadinya Evan O'Brient menemaninya dalam diam duduk di bangku tunggu operasi.Sungguh kado ulang tahun yang buruk, pikir Harry. Dia sangat bersedih hati karena ketika telah berhasil menemukan puteri kandungnya yang berpuluh tahun terhilang j
"Suzy Sayang, hati-hati di jalan ya! Sampai jumpa Jumat depan," pesan Brian saat mengantar keberangkatan istrinya di Bandara Ngurah Rai. Pelukan hangat suaminya membuat Suzy enggan pulang ke Jakarta, tetapi masih ada kuliah tersisa satu semester hingga dia wisuda. "Oke, Mas. Kamu juga jaga kesehatan ya, pasti sibuk kerjaannya di proyek. Ya sudah, Suzy boarding ke pesawat sekarang. Bye, Mas Brian!" pamit wanita itu lalu melambaikan tangannya sembari melangkah pelan menuju ke antrean pemeriksaan tiket akhir.Selepas kepergian Suzy, dia pun bergegas ke parkiran mobil Bandara untuk menjumpai Hendrawan yang akan mengantarnya ke lokasi proyek pembangunan resort. Ada banyak pekerjaan menantinya di Senin pagi itu. Biasanya memang Suzy pulang hari Minggu malam, hanya saja mereka terlalu rindu untuk cepat-cepat terpisah lagi hingga kepulangan Suzy tertunda.Brian naik ke bangku sebelah pengemudi dan menyapa Hendrawan yang nampak berseri-seri wajahnya entah mengapa, "Hen, kita berangkat sekaran