"Serena, kamu di sini rupanya! Papa ingin mengajakmu sarapan bersama," ujar Tuan Harry Livingstone seraya melangkah masuk ke ruang tamu kediamannya. Matanya bertemu dengan Brian yang segera bangkit dari sofa dan segera menyalaminya sopan."Selamat pagi, Mister Livingstone. Maaf saya bertamu pagi-pagi sekali!" ucap Brian dengan tak enak hati. Dia memang tiba begitu pagi karena kuatir Suzy tak ada di rumah bila kesiangan.Pria berdarah Amerika Serikat yang sekilas genetiknya mirip dengan Suzy itu pun merangkul bahu puterinya sambil berkata, "Darling, kita ajak Brian sarapan pagi bersama saja ya? Kalian berbincang santailah, Papa tak akan mengganggu!""Iya, Pa. Aku nggak masalah," sahut Suzy yang dipanggil dengan nama Serena semenjak tinggal di kediaman ayah kandungnya. Dia pun mengajak Brian pindah ke ruang makan bersama mereka.Beberapa pelayan rumah berjejer mengelilingi mereka bertiga di meja makan untuk membantu bila ada peralatan makan atau minta minuman atau makanan yang kurang da
"Welcome, Bang Brian! Lho Mbak Suzy mana nih? Kok nggak diajak ke acara grand opening resort sih?!" sambut Thalita seraya memeluk kakak laki-lakinya. Mendengar pertanyaan yang sudah dapat dia duga sebelum berangkat ke acara perayaan pembukaan resort Mister Rodrigo di Uluwatu, Brian hanya mengendikkan bahunya dan menjawab, "Suzy lagi sibuk banget di Jakarta. Jadi kebetulan nggak bisa terbang ke Bali, Tha!""Ohh gitu, ya udah nggakpapa. Bang Brian kutemani deh, soalnya Mas Indra sibuk sama bosnya tuh!" ujar Thalita sambil mengelus perut besarnya di balik kain gaun semata kaki bermodel off shoulder longgar warna baby pink.Brian pun bertanya, "Keponakanku kapan nih jadwal lahirannya, Tha?""Sebenernya sudah kelewat beberapa hari dari HPL dokter kandungan. Tapi belum ada kontraksi gitu, Bang. Ya, ditunggu aja!" jawab Thalita sembari mengajak Brian duduk di deretan kursi nomor tiga dari depan panggung.Acara grand opening telah dimulai dan dibuka oleh MC dari Surabaya yang juga bagian dar
"Wah, Thalita sudah lahiran! Aku mau nengokin si dedek bayi ahh—" Suzy bergegas bangun dari tempat tidurnya usai membaca pesan yang dikirimkan Brian dini hari tadi. Dia segera mandi di bawah shower dengan air dingin lalu merias wajahnya dengan gaya natural.Sebuah tiket pesawat Jakarta-Denpasar dipesan olehnya dari aplikasi booking online lalu Suzy turun ke lantai bawah untuk menjumpai papanya. Ternyata Tuan Harry Livingstone sedang membaca surat kabar via aplikasi internet di tablet pc di tangannya sambil menikmati secangkir kopi hitam arabika favoritnya."Selamat pagi, Pa. Wow sudah rapi pagi begini! Apa ada meeting?" sapa Suzy sambil menghampiri sofa ruang tengah. Kemudian dia duduk di samping Harry."Pagi juga, Dear Serena. Iya, Papa ada meeting pukul 09.00 WIB. Apa kamu juga ada keperluan pagi ini, sudah rapi dan cantik begini?" balas Tuan Harry Livingstone sembari mengamati penampilan puterinya.Suzy pun menceritakan rencananya berangkat ke Bali pagi ini karena adik iparnya baru
"Mass ... akh ... aku mohon—" Suzy melunglai dalam dekapan Brian. Lututnya goyah serasa tak mampu lagi untuk menopang tubuh ramping itu sendirian."Katakan apa yang kamu inginkan, Istriku? Ingatlah bahwa kita sepasang suami istri sah, kamu milikku dan aku sepenuhnya juga milikmu. Tak perlu malu untuk meminta kepadaku," rayu Brian sembari menyusupkan telapak tangannya melalui belahan kemeja sutera longgar yang dikenakan wanita cantik itu. Dia membelai rusuk Suzy lalu meremas perlahan gundukan lembut di atasnya.Sentuhan yang telah lama tak dirasakan olehnya membuat Suzy mengenang kembali kisah asmaranya yang indah bersama Brian. Dia pun membalik badannya menghadap pria dengan sejuta pesona tersebut dan mengalungkan kedua lengannya di leher Brian.Begitu alamiah mereka melepas segala kerinduan yang menggelegak dalam dada dengan sebuah ciuman. Bibir-bibir itu beradu satu sama lain hingga terdengar riuh seperti berkecipak. Dan Brian tahu bahwa dia telah memenangkan kembali hati istrinya.
"Suzy, kamu jaga diri baik-baik ya selama di Jakarta. Kalaupun kamu memang ingin tinggal bersama papa kandungmu dan nggak di rumah keluarga Teja Kusuma, aku nggak masalah. Papa dan mamaku sudah menyesali kesalah pahaman tempo hari. Kamu mau maafkan mereka 'kan, Suz?" ujar Brian saat akan melepas kepergian istrinya di ruang tunggu Bandara Ngurah Rai.Dengan tulus Suzy membalas, "Aku sudah memaafkan papa mama kamu kok, Mas. Karena mereka pun sebetulnya orang baik dan tidak ingin rumah tangga kita hancur. Terutama Mama Vanessa, beliau wanita lemah lembut dan bijaksana.""Iya, papaku yang sukanya temperamental dan nggak sabaran. Untungnya sifat mamaku mengimbangi kekurangan suaminya itu. Ya sudah, panggilan boardingnya sudah ada tuh. Kamu berangkat gih, Sayang!" Brian pun mengecup mesra bibir istrinya sekian puluh detik lamanya sebelum dengan berat hati melepas Suzy ke gerbang keberangkatan penumpang pesawat tujuan Jakarta.Setelah sosok istrinya menghilang di balik gerbang tersebut, Bria
Bella menyeringai licik di bangku kabin pesawat yang dia tumpangi menuju ke Jakarta. Harapannya mendapatkan Brian di Bali telah pupus, yang tersisa hanyalah dendam kesumat kasih tak sampai.'Aku untungnya nggak bodoh, Mas. Rekaman suara dan foto mesra kita bahkan video panas saat kita indehoi sudah kubuat salinannya rangkap dua. Kamu nggak bakalan bisa menemukan di mana aku menyembunyikan file-file itu. Jadi sekalipun HP-ku dibanting sama si brengsek Hendrawan, aku masih ada cadangan filenya! Kita lihat reaksi Suzy Malika saat melihat suami tercintanya beraksi di atas tubuh perempuan lain, apa dia masih mau sama kamu, Mas?! HA-HA-HA!' batin Bella dengan keji.Sore itu di kediaman Livingstone, Suzy yang sedang mengobrol santai di ruang kerja papanya yang ada di rumah mendapat pesan masuk dari nomor tak dikenal. Dia membacanya dan mengerti bahwa itu dari Bella Angelina. "Pa, apa boleh Serena minta tolong temani bertemu seseorang?" tanya Suzy dari seberang meja kerja papanya.Tuan Harry
"Are you okay, Darling?" tanya Tuan Harry Livingstone setelah dia berhasil mengejar Suzy yang menghambur keluar dari cafe tempat pertemuannya dengan Bella Angelina. Dengan mata berkaca-kaca Suzy memeluk erat papanya. Dia tak kuasa menahan lagi kesedihannya pasca menemui selingkuhan suaminya tadi. Sekalipun nampak tegar di hadapan Bella, tetapi dia terluka. Setiap pengkhianatan suami selalu menyisakan kesedihan bagi istri mana pun. "Calm down, Baby. Kita pulang ya sekarang?" Papa Suzy merangkul bahu puterinya lalu berjalan bersama menuju ke lobi keluar mall di mana sopirnya dia perintahkan menjemput mereka di sana.Di perjalanan pulang, Suzy lebih banyak terdiam dan enggan bercerita kepada papanya detail pertemuannya dengan Bella. Kenyataannya adalah Brian menikmati perselingkuhannya bersama pelakor itu dari suara rekaman yang tadi dia dengarkan secara langsung. Maka Tuan Harry pun berkata, "Tadi Papa juga dengar percakapan kalian berdua. Jawabanmu ke Bella sudah tepat, kenapa harus
"Hai, Suzy Sayang! Gimana penerbangannya tadi? Kuharap lancar dan menyenangkan!" sapa Brian ketika dia menjemput istrinya di depan gerbang kedatangan penumpang pesawat domestik di Bandara Ngurah Rai."Everything is great, Mas!" sahut Suzy menyunggingkan senyum manisnya.Kemudian pasangan suami istri yang masih betah menjalani LDR itu bertukar pelukan hangat dan ciuman bibir yang menggairahkan tanpa memedulikan lirikan orang yang berlalu lalang di sekitar mereka. Brian merangkul bahu istrinya dengan protektif sembaru menyeret koper medium size milik Suzy di tangan kirinya."Mas Brian, gimana proyeknya? Sudah sampai mana perkembangan pembangunan resortnya di Tanah Lot?" tanya Suzy perhatian setelah mereka berdua duduk di bangku penumpang Pajero Sport yang dikemudikan oleh Hendrawan.Brian pun bercerita bahwa para karyawannya telah menyelesaikan hampir tiga perempat bangunan berupa dinding dengan kerangka atap yang belum dipasang gentingnya sama sekali. Minggu depan akan mulai penutupan
Liburan tanggal merah nasional kali ini, Indra mengundang kakak iparnya untuk bercengkrama bersama keluarga kecilnya di halaman belakang rumah yang dia buat seperti danau buatan dengan anjungan kayu Jati dari Kalimantan yang dia pesan khusus dulu."Hai, Thalita, Indra! Wow, gila gede banget rumah kalian yang baru!" seru Suzy ketika menjumpai pasangan itu di area santai di halaman belakang rumah megah mereka.Thalita tertawa riang menyambut kakak iparnya dengan pelukan hangat. Dia pun menjawab, "Yang bosenan dan suka nomaden Mas Indra tuh, Mbak Suz!""Wajarlah, anak kita sudah empat jadi butuh ruang gerak yang lebih luas 'kan, Cayangku!" jawab Indra ringkas dan logis.Keempat buah hati mereka; Gregory, Aiden, Peter, dan Chloe bermain bebas di lantai kayu yang dipelitur licin berhadapan langsung dengan danau. Bocah-bocah imut dan Gregory 9 tahun yang tertua itu nampak girang didatangi oleh kedua sepupu mereka yaitu William dan Jeremy. Tawa ceria diselingi bahasa anak-anak memeriahkan su
Sosok yang dijemput oleh Hendrawan di Bandara Soekarno-Hatta sore itu bukan sembarang perempuan. Jantung pemuda yang sudah lama menjomblo belasan tahun lamanya tersebut berdetak kencang seakan nyaris lompat dari dadanya menatap sosok berambut brown gold panjang sepunggung dengan sepasang mata birunya."Hello, Handsome! Terima kasih sudah menjemputku lagi. Apa kabar?" Miss Veronica Barnfield melemparkan senyum manisnya kepada Hendrawan seraya berjabat tangan."Hai juga, Cantik. Kabarku baik. Wow, rambut kamu sudah panjang semenjak kita berpisah di Denpasar. Jadi ada pekerjaan dengan Boss Brian ya makanya kamu datang ke Jakarta?" balas Hendrawan seraya mengambil alih koper dari tangan Vero.Namun, wanita berdarah Inggris itu enggan menjawabnya langsung. Dia hanya tersenyum misterius seraya berkata, "Ada deh pokoknya!""Kalau bukan karena pekerjaan, kenapa dong kamu jauh-jauh ke Jakarta, Baby?" tanya Hendrawan dengan penasaran. Dia memasukkan koper ke bagasi belakang mobil pribadinya yai
"Halo, apa kabar, Mas Brian?" sapa Suzy Malika dengan keceriaan yang susah payah dia tampilkan.Brian pun membalasnya dengan senyuman tulus usai menghela napas. Ada kesedihan yang tersirat dalam raut wajahnya. Namun, Brian tetap membalas sapaan istrinya yang selalu menjadi wanita terindah di hidupnya, "Hai, Suzy Sayang. Kabarku selalu baik. Selamat datang kembali di Jakarta. Ayo kita pulang ke rumahku!" "Apa kamu yakin bisa merawat puteriku di rumahmu, Brian? Andaipun tidak mampu, aku masih kuat untuk merawat Serena. Hubungi saja nomor ponselku kalau kamu berubah pikiran, okay?" ujar Tuan Harry Livingstone dengan nada tegas yang pasti dipahami oleh menantunya."Baik, Pa. Saya mengerti, biarkan saya mencoba merawat Serena terlebih dahulu," jawab Brian sekalipun nampak ketidak yakinan dalam ucapannya yang ditangkap oleh ayah dan anak itu.Suzy mengangguk meyakinkan papanya untuk melepaskan kepergiannya bersama Brian. Akhirnya Tuan Harry Livingstone menepuk-nepuk bahu Brian sebelum beli
Proses fisioterapi kedua kaki Suzy Malika yang cedera akibat tabrak lari yang dilakukan oleh Bella telah berlangsung selama nyaris setahun. Atas izin dari fakultas, Suzy menjalani kuliah secara daring terkait keterbatasan fisik yang dia alami. Namun, sisa satu semester kuliah yang harus dia jalani pada akhirnya berhasil ditutup dengan sempurna. Nilai ujian assesment semester 8 Suzy sangat bagus sehingga diputuskan layak diwisuda dengan menilik seluruh nilai mata kuliah lengkap beserta nilai sidang skripsinya yang sempurna, A. Akan tetapi, wisuda itu pun dijalani secara daring saja dari Amerika Serikat dan duduk di kursi roda."Selamat atas wisudamu, Darling. Papa sangat bangga karena kamu telah berjuang mendapatkan gelar Sarjana Psikologi di tengah segala kelemahan yang kamu derita, Serena!" ujar Tuan Harry Livingstone penuh rasa haru hingga mata coklatnya berkaca-kaca."Terima kasih atas dukungan dan juga pendampingan Papa untukku. Itu sangat berarti buatku pribadi. Ini saat-saat te
"Hooeekk hooeekk hooeekk!" Suara mual-mual di pagi hari dari arah dalam kamar mandi itu membangunkan Indra dari tidur panjangnya pasca semalam puas bermain kuda-kudaan bersama istri kesayangannya. Dia pun segera bangkit dari tempat tidur dan refleks menoleh ke kotak tempat tidur bayi. Namun, Gregory masih terlelap tanpa suara di dalam sana."Tha, apa kamu sakit?" tanya Indra cemas dari ambang pintu kamar mandi sebelum menghampiri perempuan muda yang sedang berjongkok menghadap ke kloset yang terbuka itu.Wajah istrinya pucat pasi dan tangannya pun dingin. Indra yang tak kunjung mendapat jawaban dari Thalita pun kesal lalu menegurnya, "Kok nggak dijawab sih? Kamu kenapa ini, Tha?""Ini kayaknya morning sick, Mas. Ngerti nggak sih?" jawab Thalita dengan lemas. Kemudian dia berkumur di wastafel dengan air keran. Suaminya menggendong Thalita kembali ke tempat tidur lalu membaringkan tubuhnya yang lemah di tengah ranjang. Indra terdiam karena bingung memikirkan istrinya yang hamil lagi s
"OEEEKKK ...OEEKK!" Suara tangis bayi nyaring terdengar di tengah malam sunyi.Gregory kecil terbangun karena lapar dan juga pampersnya sudah penuh. Dia tidur di kotak keranjang khusus yang ditutupi kelambu tipis anti nyamuk warna biru muda. Sudah hampir lima menit penuh dia menangis, tetapi mama cantiknya masih tertidur nyenyak dalam pelukan papa gantengnya. Indra yang mengetahui masa nifas Thalita telah usai tak mau melewatkan kesempatan menghajar wanita cantik kesayangannya beronde-ronde di atas ranjang malam ini. Alhasil, putera sulung mereka terabaikan karena orang tuanya kelelahan bercinta."Ohh ... bising banget sih kayak ada kucing jantan minta kawin! Hoamph!" Indra merepet sambil menguap karena kantuk, dia tidak menyadari bahwa itu adalah suara tangis anaknya sendiri.Thalita pun terbangun karena gerakan lasak badan besar suaminya di sampingnya. Dia mendengar tangisan buah hatinya dan langsung bangkit dari tempat tidur. Sementara Gregory yang kesal diabaikan bermenit-menit l
Dengan sigap Tuan Harry Livingstone menangkap tubuh Bella sesuai teriakan Brian tadi. Wanita itu meronta-ronta sekuat tenaga hingga nyaris membuat papa Suzy kewalahan. Maka dia pun memukul tengkuk Bella hingga pingsan."Siapa wanita liar ini, Brian? Apa wanita yang pernah menjalin affair denganmu dulu?" tanya Tuan Harry Livingstone penasaran. Dia masih memeluk tubuh lunglai Bella yang tak sadarkan diri."Iya, benar. Maaf merepotkan Anda, Pa. Dia yang menabrak Serena, sebaiknya kita geledah kantongnya dulu. Kurasa dia pasti masih menggunakan mobil yang dipakai untuk melakukan kejahatannya tadi siang," ujar Brian, dia menunggu Tuan Harry memeriksa saku-saku pakaian Bella. Ternyata benar ada sebuah kunci remote mobil.Tuan Harry menekan remote untuk membuka pintu mobil dari jarak jauh. Dan sebuah mobil bertipe Avanza warna hitam menyala lampunya. "Itu dia mobil yang menjadi barang bukti kejahatan tabrak larinya!" ujar Brian seraya menunjuk mobil yang terparkir di arah jam sebelas dari p
"Brian, sekarang Papa sedang ada di rumah sakit menemani Serena. Dia mengalami tabrak lari mobil dan didiagnosa patah kaki kanan kiri dibagian tulang paha kanan dan tulang betis kiri, selain itu dia juga gegar otak," tutur Tuan Harry Livingstone melalui sambungan telepon ke suami puterinya.Jantung Brian serasa dipukul keras ketika mendengar kabar buruk dari Jakarta. Dia lalu menjawab papa mertuanya, "Sore ini juga, Brian akan terbang ke Jakarta. Tolong kirim nama rumah sakit tempat Serena dirawat, Pa!""Baiklah, kutunggu di rumah sakit. Hati-hatilah di jalan, okay?" balas Tuan Harry Livingstone lalu menutup panggilan teleponnya. Pria yang seharusnya berulang tahun ke 49 itu hari ini berjalan mondar- mandir di depan pintu ruang operasi. Asisten pribadinya Evan O'Brient menemaninya dalam diam duduk di bangku tunggu operasi.Sungguh kado ulang tahun yang buruk, pikir Harry. Dia sangat bersedih hati karena ketika telah berhasil menemukan puteri kandungnya yang berpuluh tahun terhilang j
"Suzy Sayang, hati-hati di jalan ya! Sampai jumpa Jumat depan," pesan Brian saat mengantar keberangkatan istrinya di Bandara Ngurah Rai. Pelukan hangat suaminya membuat Suzy enggan pulang ke Jakarta, tetapi masih ada kuliah tersisa satu semester hingga dia wisuda. "Oke, Mas. Kamu juga jaga kesehatan ya, pasti sibuk kerjaannya di proyek. Ya sudah, Suzy boarding ke pesawat sekarang. Bye, Mas Brian!" pamit wanita itu lalu melambaikan tangannya sembari melangkah pelan menuju ke antrean pemeriksaan tiket akhir.Selepas kepergian Suzy, dia pun bergegas ke parkiran mobil Bandara untuk menjumpai Hendrawan yang akan mengantarnya ke lokasi proyek pembangunan resort. Ada banyak pekerjaan menantinya di Senin pagi itu. Biasanya memang Suzy pulang hari Minggu malam, hanya saja mereka terlalu rindu untuk cepat-cepat terpisah lagi hingga kepulangan Suzy tertunda.Brian naik ke bangku sebelah pengemudi dan menyapa Hendrawan yang nampak berseri-seri wajahnya entah mengapa, "Hen, kita berangkat sekaran