"Mass ... akh ... aku mohon—" Suzy melunglai dalam dekapan Brian. Lututnya goyah serasa tak mampu lagi untuk menopang tubuh ramping itu sendirian."Katakan apa yang kamu inginkan, Istriku? Ingatlah bahwa kita sepasang suami istri sah, kamu milikku dan aku sepenuhnya juga milikmu. Tak perlu malu untuk meminta kepadaku," rayu Brian sembari menyusupkan telapak tangannya melalui belahan kemeja sutera longgar yang dikenakan wanita cantik itu. Dia membelai rusuk Suzy lalu meremas perlahan gundukan lembut di atasnya.Sentuhan yang telah lama tak dirasakan olehnya membuat Suzy mengenang kembali kisah asmaranya yang indah bersama Brian. Dia pun membalik badannya menghadap pria dengan sejuta pesona tersebut dan mengalungkan kedua lengannya di leher Brian.Begitu alamiah mereka melepas segala kerinduan yang menggelegak dalam dada dengan sebuah ciuman. Bibir-bibir itu beradu satu sama lain hingga terdengar riuh seperti berkecipak. Dan Brian tahu bahwa dia telah memenangkan kembali hati istrinya.
"Suzy, kamu jaga diri baik-baik ya selama di Jakarta. Kalaupun kamu memang ingin tinggal bersama papa kandungmu dan nggak di rumah keluarga Teja Kusuma, aku nggak masalah. Papa dan mamaku sudah menyesali kesalah pahaman tempo hari. Kamu mau maafkan mereka 'kan, Suz?" ujar Brian saat akan melepas kepergian istrinya di ruang tunggu Bandara Ngurah Rai.Dengan tulus Suzy membalas, "Aku sudah memaafkan papa mama kamu kok, Mas. Karena mereka pun sebetulnya orang baik dan tidak ingin rumah tangga kita hancur. Terutama Mama Vanessa, beliau wanita lemah lembut dan bijaksana.""Iya, papaku yang sukanya temperamental dan nggak sabaran. Untungnya sifat mamaku mengimbangi kekurangan suaminya itu. Ya sudah, panggilan boardingnya sudah ada tuh. Kamu berangkat gih, Sayang!" Brian pun mengecup mesra bibir istrinya sekian puluh detik lamanya sebelum dengan berat hati melepas Suzy ke gerbang keberangkatan penumpang pesawat tujuan Jakarta.Setelah sosok istrinya menghilang di balik gerbang tersebut, Bria
Bella menyeringai licik di bangku kabin pesawat yang dia tumpangi menuju ke Jakarta. Harapannya mendapatkan Brian di Bali telah pupus, yang tersisa hanyalah dendam kesumat kasih tak sampai.'Aku untungnya nggak bodoh, Mas. Rekaman suara dan foto mesra kita bahkan video panas saat kita indehoi sudah kubuat salinannya rangkap dua. Kamu nggak bakalan bisa menemukan di mana aku menyembunyikan file-file itu. Jadi sekalipun HP-ku dibanting sama si brengsek Hendrawan, aku masih ada cadangan filenya! Kita lihat reaksi Suzy Malika saat melihat suami tercintanya beraksi di atas tubuh perempuan lain, apa dia masih mau sama kamu, Mas?! HA-HA-HA!' batin Bella dengan keji.Sore itu di kediaman Livingstone, Suzy yang sedang mengobrol santai di ruang kerja papanya yang ada di rumah mendapat pesan masuk dari nomor tak dikenal. Dia membacanya dan mengerti bahwa itu dari Bella Angelina. "Pa, apa boleh Serena minta tolong temani bertemu seseorang?" tanya Suzy dari seberang meja kerja papanya.Tuan Harry
"Are you okay, Darling?" tanya Tuan Harry Livingstone setelah dia berhasil mengejar Suzy yang menghambur keluar dari cafe tempat pertemuannya dengan Bella Angelina. Dengan mata berkaca-kaca Suzy memeluk erat papanya. Dia tak kuasa menahan lagi kesedihannya pasca menemui selingkuhan suaminya tadi. Sekalipun nampak tegar di hadapan Bella, tetapi dia terluka. Setiap pengkhianatan suami selalu menyisakan kesedihan bagi istri mana pun. "Calm down, Baby. Kita pulang ya sekarang?" Papa Suzy merangkul bahu puterinya lalu berjalan bersama menuju ke lobi keluar mall di mana sopirnya dia perintahkan menjemput mereka di sana.Di perjalanan pulang, Suzy lebih banyak terdiam dan enggan bercerita kepada papanya detail pertemuannya dengan Bella. Kenyataannya adalah Brian menikmati perselingkuhannya bersama pelakor itu dari suara rekaman yang tadi dia dengarkan secara langsung. Maka Tuan Harry pun berkata, "Tadi Papa juga dengar percakapan kalian berdua. Jawabanmu ke Bella sudah tepat, kenapa harus
"Hai, Suzy Sayang! Gimana penerbangannya tadi? Kuharap lancar dan menyenangkan!" sapa Brian ketika dia menjemput istrinya di depan gerbang kedatangan penumpang pesawat domestik di Bandara Ngurah Rai."Everything is great, Mas!" sahut Suzy menyunggingkan senyum manisnya.Kemudian pasangan suami istri yang masih betah menjalani LDR itu bertukar pelukan hangat dan ciuman bibir yang menggairahkan tanpa memedulikan lirikan orang yang berlalu lalang di sekitar mereka. Brian merangkul bahu istrinya dengan protektif sembaru menyeret koper medium size milik Suzy di tangan kirinya."Mas Brian, gimana proyeknya? Sudah sampai mana perkembangan pembangunan resortnya di Tanah Lot?" tanya Suzy perhatian setelah mereka berdua duduk di bangku penumpang Pajero Sport yang dikemudikan oleh Hendrawan.Brian pun bercerita bahwa para karyawannya telah menyelesaikan hampir tiga perempat bangunan berupa dinding dengan kerangka atap yang belum dipasang gentingnya sama sekali. Minggu depan akan mulai penutupan
"Suzy Sayang, hati-hati di jalan ya! Sampai jumpa Jumat depan," pesan Brian saat mengantar keberangkatan istrinya di Bandara Ngurah Rai. Pelukan hangat suaminya membuat Suzy enggan pulang ke Jakarta, tetapi masih ada kuliah tersisa satu semester hingga dia wisuda. "Oke, Mas. Kamu juga jaga kesehatan ya, pasti sibuk kerjaannya di proyek. Ya sudah, Suzy boarding ke pesawat sekarang. Bye, Mas Brian!" pamit wanita itu lalu melambaikan tangannya sembari melangkah pelan menuju ke antrean pemeriksaan tiket akhir.Selepas kepergian Suzy, dia pun bergegas ke parkiran mobil Bandara untuk menjumpai Hendrawan yang akan mengantarnya ke lokasi proyek pembangunan resort. Ada banyak pekerjaan menantinya di Senin pagi itu. Biasanya memang Suzy pulang hari Minggu malam, hanya saja mereka terlalu rindu untuk cepat-cepat terpisah lagi hingga kepulangan Suzy tertunda.Brian naik ke bangku sebelah pengemudi dan menyapa Hendrawan yang nampak berseri-seri wajahnya entah mengapa, "Hen, kita berangkat sekaran
"Brian, sekarang Papa sedang ada di rumah sakit menemani Serena. Dia mengalami tabrak lari mobil dan didiagnosa patah kaki kanan kiri dibagian tulang paha kanan dan tulang betis kiri, selain itu dia juga gegar otak," tutur Tuan Harry Livingstone melalui sambungan telepon ke suami puterinya.Jantung Brian serasa dipukul keras ketika mendengar kabar buruk dari Jakarta. Dia lalu menjawab papa mertuanya, "Sore ini juga, Brian akan terbang ke Jakarta. Tolong kirim nama rumah sakit tempat Serena dirawat, Pa!""Baiklah, kutunggu di rumah sakit. Hati-hatilah di jalan, okay?" balas Tuan Harry Livingstone lalu menutup panggilan teleponnya. Pria yang seharusnya berulang tahun ke 49 itu hari ini berjalan mondar- mandir di depan pintu ruang operasi. Asisten pribadinya Evan O'Brient menemaninya dalam diam duduk di bangku tunggu operasi.Sungguh kado ulang tahun yang buruk, pikir Harry. Dia sangat bersedih hati karena ketika telah berhasil menemukan puteri kandungnya yang berpuluh tahun terhilang j
Dengan sigap Tuan Harry Livingstone menangkap tubuh Bella sesuai teriakan Brian tadi. Wanita itu meronta-ronta sekuat tenaga hingga nyaris membuat papa Suzy kewalahan. Maka dia pun memukul tengkuk Bella hingga pingsan."Siapa wanita liar ini, Brian? Apa wanita yang pernah menjalin affair denganmu dulu?" tanya Tuan Harry Livingstone penasaran. Dia masih memeluk tubuh lunglai Bella yang tak sadarkan diri."Iya, benar. Maaf merepotkan Anda, Pa. Dia yang menabrak Serena, sebaiknya kita geledah kantongnya dulu. Kurasa dia pasti masih menggunakan mobil yang dipakai untuk melakukan kejahatannya tadi siang," ujar Brian, dia menunggu Tuan Harry memeriksa saku-saku pakaian Bella. Ternyata benar ada sebuah kunci remote mobil.Tuan Harry menekan remote untuk membuka pintu mobil dari jarak jauh. Dan sebuah mobil bertipe Avanza warna hitam menyala lampunya. "Itu dia mobil yang menjadi barang bukti kejahatan tabrak larinya!" ujar Brian seraya menunjuk mobil yang terparkir di arah jam sebelas dari p