"Maaf, kami bukan pasangan dengan orientasi seksual bebas seperti itu, Mister Carlos!" jawab Brian tegas. Dia tak peduli dibilang kolot atau sejenisnya. Namun, baginya berhubungan intim harus satu lawan satu supaya tidak seperti binatang yang tak berakhlak.Tawa Carlos pun terdengar nyaring di restoran Irama Laut tersebut. Dia memang hanya bermaksud menguji Brian tadinya, ternyata pria tersebut menampik tawarannya yang kontroversial. "Jangan dimasukkan ke hati, Mister Brian. Aku hargai pendirianmu itu! Baiklah, nanti aku akan hubungi saja manager villamu itu agar dia mencarikanku wanita lokal yang bisa menghangatkan ranjangku malam ini."Mendengar kedua pria tersebut berakhir damai tanpa menyetujui tawaran threesome tadi, Suzy pun menghela napas lega. Dia pun mengajak Brian kembali ke Bali Heavenly Bliss Villa seusai suaminya membayar tagihan makan siang mereka.Di parkiran mobil obyek wisata Pantai Keramas, Brian pun berpamitan dengan Carlos sebelum naik ke mobil dari villa miliknya,
(Part -Thalita Teja Kusuma dan Indra Gustavo)"Pokoknya lo mesti nikah sama gue hari ini, Tha!" desak Indra Gustavo masih mendekap tubuh polos yang baru saja digumulinya di atas ranjang. Hari sudah pagi jelang siang, tetapi kedua anak manusia itu abai akan aktivitas rutin mereka masing-masing. Thalita bolos kuliah dan belum pulang ke rumahnya sejak semalam, sedangkan Indra tidak berangkat ke kantornya juga. Namun, bukan masalah bagi Indra karena dia sendiri bos di tempat kerjanya. Perusahaan kontraktor dan properti itu milik keluarga Gustavo yang diwariskan mutlak kepadanya karena dia anak tunggal tanpa saudara kandung."Lo ini beneran sedeng deh, Ndra!" tukas Thalita yang sontak mendapat jitakan di kepalanya oleh kepalan tangan Indra."Jangan asal panggil gue pake nama! Lo tuh jauh lebih muda dibanding gue keleus. Panggil Mas Indra Sayaaang gitu kek!" tegur Indra sambil mencubiti pipi Thalita dengan gemas hingga jadi kemerahan.Wajah Thalita mencebik menatap pria itu. "Emang lo siap
(Thalitha Teja Kusuma-Indra Gustavo)Sesuai rencana semula Indra mengantar calon istrinya ke salon bridal untuk dirias pengantin serta mengenakan gaun pengantin sewaan di sana. Dia juga menyewa tuxedo untuk baju pengantin pria di tempat yang sama, hanya saja enggan dirias wajahnya. Baginya itu seperti cewek jika memakai bedak, lipstik dan sejenisnya.Indra menunggu di sofa waiting room sementara Thalita selesai dirias di dalam ruang rias khusus untuk bridal. Hari ini dia hanya mengerjakan pekerjaan via iPad miliknya dengan membuka email corporate dan membalas pesan yang bisa dia jawab cepat. "Mas Indra!" panggil Thalita yang sudah selesai dirias.Kepala pria itu tersentak dan mengalihkan pandangannya dari iPad ke arah suara tersebut. "Wow, lo cakep banget!" puji Indra terkesima dengan penampilan calon pengantinnya usai dirias dalam balutan gaun pengantin model mermaid dress off shoulder warna putih gading."Makasih, Mas. Berangkat sekarang apa gimana nih?" balas Thalita dengan wajah
"Suz, bangun yuk! Kita mandi bareng di shower sebentar sebelum berangkat touring seharian. Aku sudah atur rangkaian jalan-jalannya semalam ke Hendrawan," ajak Brian seraya membangunkan istrinya yang bergelung di badan kekarnya tanpa busana.Brian pun mengalami morning horny secara alamiah, tetapi dia merasa percintaan mereka semalam sudah cukup. Kasihan kalau Suzy terlampau lelah melayani birahi yang staminanya sekuat kuda jantan ras murni. Dia ingin menikmati bulan madunya yang hanya singkat ini dengan penuh kenikmatan sewajarnya.Tubuh ramping itu menggeliat dalam dekapan Brian sambil mengerang pelan. "Capek badanku, Mass ... gendong?" ucapnya manja yang mendapat senyuman gemas dari suaminya dan kecupan di kening serta bibir."Boleh, yuk kita mandi terus siap-siap," balas Brian lalu meraup tubuh Suzy ke gendongannya untuk masuk ke kamar mandi.Di dalam shower box, dia menurunkan kaki Suzy hingga menapak ke lantai. Segera saja Brian memutar keran shower hingga air hangat tercurah mem
"Tenang, Pak Brian. Sepertinya Mister Carlos puas dengan servis wanita yang saya carikan untuk beliau. Baru saja mereka check out dari villa dan wanita itu diajak kembali ke Ubud," lapor Bli Catur, manager villa milik Brian di daerah Pantai Pabean."Ohh, kabar bagus berarti, Bli! Nanti saya transfer bonus ke rekening pribadi Bli Catur deh, terima kasih atas bantuannya ya!" balas Brian sebelum mengakhiri teleponnya. Dia tersenyum puas, untuk sementara Carlos pasti akan melupakan mengenai istri bayarannya yang cantik itu. Dari belakang punggung Brian, kedua lengan Suzy melingkari perut ratanya yang kotak-kotak berjejer seperti roti sobek berwarna kecokelatan. "Mas Sayang kayak happy banget sih. Ada apa?" tanya wanita itu penasaran."Ada deh, Suz. Oya, kita nonton pertunjukan Tari Kecak yuk. Pemandangan senjanya mantap sekali di Pantai Kuta, sudah lama aku nggak ke mari. Lebih bikin merinding pas dengar suara rancak teriakan para pria penari Kecak itu nanti, Suz!" tutur Brian merangkul
Suzy menghela napas panjang sebelum masuk ke dalam kamar mandi yang tadi dihempaskan pintunya hingga tertutup oleh suaminya. Dia menurunkan gagang pintu lalu menutup kembali pintu itu di balik punggungnya."Mas—" Wanita itu memanggil Brian yang sedang berdiri tertunduk di hadapan cermin wastafel dan kedua tangannya memegangi tepi meja marmer kelabu itu.Kedua lengan Suzy dengan lembut dan hati-hati melingkari tubuh Brian dari balik punggung bidang pria itu. "Maafkan aku, kalau sudah bikin Mas salah paham. Bukan maksudku menghina kamu—""Hmm ... masa laluku berkaitan dengan wanita begitu traumatis, Suz. Jangan kamu singgung lagi tentang wanita di masa laluku. Dia pernah menduakan aku dengan pria lain, yang tadinya bersahabat denganku. Rupanya memang wanita itu racun dunia! HA-HA-HA," tutur Brian tertawa pahit. Jiwanya merasakan kembali pedihnya trauma cinta masa lalunya.Psikologi adalah bidang kuliah yang dipelajari oleh Suzy selama 3 tahun belakangan ini. Dia mengetahui dasar-dasar t
Sekitar pukul 11.00 WIB pesawat yang membawa Brian dan Suzy serta Hendrawan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Mereka akhirnya kembali usai berbulan madu singkat di Pulau Bali."Kita ke mana dulu, Pak Brian?" tanya Hendrawan ketika mereka bertiga sudah naik di mobil jemputan Pak Seno, sopir pribadi Brian."Turunin gue di kantor, kalo Suzy boleh pulang ke rumah atau terserah ke mana, tanya aja nanti!" jawab Brian karena masih ingin memeriksa pekerjaan anak buahnya di kantornya.Maka Suzy pun menjawab, "Hendrawan, saya turun di depan gang kost-kostan aja. Ada barang yang harus dikemas buat pindahan ke rumah Mas Brian!""Ohh, baik, Mbak Suzy. Nanti biar diantar sama Pak Seno," sahut Hendrawan sopan.Setelah perjalanan yang cukup lama berjibaku dengan kemacetan jalan raya ibu kota, Brian pun sampai di depan pintu masuk gedung kantor grup Teja Kusuma. Dia pun berpamitan kepada istrinya sebelum turun dari mobil, "Suzy Sayang, nanti pindahannya hati-hati ya. Minta tolong Pak Seno buat angku
"Hai, Mbak Suzy. Sudah jam makan malam, yuk turun dulu buat dinner bareng aku. Bang Brian mah jangan ditunggu, dia pulangnya pasti telat!" ajak Thalita yang mengunjungi kamar kakaknya di lantai 2 setelah dia mandi.Memang kamar Thalita dan kakaknya bersebelahan, dia baru saja pulang dari kampus karena ada pindahan kuliah sore dari dosennya. Dia pun mencoba mengakrabkan diri dengan kakak ipar barunya yang cantik dan anehnya tidak pernah dipamerkan Brian ke keluarga mereka.Suzy yang sedang bersiap-siap untuk berangkat ke tempat kerjanya pun mencoba meluangkan waktu untuk beramah tamah dengan adik suaminya. "Oke, yuk turun aja, Tha! Aku soalnya jam delapan nanti mesti pergi keluar ada acara penting sama temen," jawab Suzy menutupi tujuannya bepergian malam-malam begitu.Kedua perempuan cantik bertubuh ramping itu menuruni tangga dan berjalan menuju ke meja makan di bagian belakang rumah megah tersebut. Para pelayan sedang sibuk menghidangkan masakan buatan koki rumah yang baru saja mata
Liburan tanggal merah nasional kali ini, Indra mengundang kakak iparnya untuk bercengkrama bersama keluarga kecilnya di halaman belakang rumah yang dia buat seperti danau buatan dengan anjungan kayu Jati dari Kalimantan yang dia pesan khusus dulu."Hai, Thalita, Indra! Wow, gila gede banget rumah kalian yang baru!" seru Suzy ketika menjumpai pasangan itu di area santai di halaman belakang rumah megah mereka.Thalita tertawa riang menyambut kakak iparnya dengan pelukan hangat. Dia pun menjawab, "Yang bosenan dan suka nomaden Mas Indra tuh, Mbak Suz!""Wajarlah, anak kita sudah empat jadi butuh ruang gerak yang lebih luas 'kan, Cayangku!" jawab Indra ringkas dan logis.Keempat buah hati mereka; Gregory, Aiden, Peter, dan Chloe bermain bebas di lantai kayu yang dipelitur licin berhadapan langsung dengan danau. Bocah-bocah imut dan Gregory 9 tahun yang tertua itu nampak girang didatangi oleh kedua sepupu mereka yaitu William dan Jeremy. Tawa ceria diselingi bahasa anak-anak memeriahkan su
Sosok yang dijemput oleh Hendrawan di Bandara Soekarno-Hatta sore itu bukan sembarang perempuan. Jantung pemuda yang sudah lama menjomblo belasan tahun lamanya tersebut berdetak kencang seakan nyaris lompat dari dadanya menatap sosok berambut brown gold panjang sepunggung dengan sepasang mata birunya."Hello, Handsome! Terima kasih sudah menjemputku lagi. Apa kabar?" Miss Veronica Barnfield melemparkan senyum manisnya kepada Hendrawan seraya berjabat tangan."Hai juga, Cantik. Kabarku baik. Wow, rambut kamu sudah panjang semenjak kita berpisah di Denpasar. Jadi ada pekerjaan dengan Boss Brian ya makanya kamu datang ke Jakarta?" balas Hendrawan seraya mengambil alih koper dari tangan Vero.Namun, wanita berdarah Inggris itu enggan menjawabnya langsung. Dia hanya tersenyum misterius seraya berkata, "Ada deh pokoknya!""Kalau bukan karena pekerjaan, kenapa dong kamu jauh-jauh ke Jakarta, Baby?" tanya Hendrawan dengan penasaran. Dia memasukkan koper ke bagasi belakang mobil pribadinya yai
"Halo, apa kabar, Mas Brian?" sapa Suzy Malika dengan keceriaan yang susah payah dia tampilkan.Brian pun membalasnya dengan senyuman tulus usai menghela napas. Ada kesedihan yang tersirat dalam raut wajahnya. Namun, Brian tetap membalas sapaan istrinya yang selalu menjadi wanita terindah di hidupnya, "Hai, Suzy Sayang. Kabarku selalu baik. Selamat datang kembali di Jakarta. Ayo kita pulang ke rumahku!" "Apa kamu yakin bisa merawat puteriku di rumahmu, Brian? Andaipun tidak mampu, aku masih kuat untuk merawat Serena. Hubungi saja nomor ponselku kalau kamu berubah pikiran, okay?" ujar Tuan Harry Livingstone dengan nada tegas yang pasti dipahami oleh menantunya."Baik, Pa. Saya mengerti, biarkan saya mencoba merawat Serena terlebih dahulu," jawab Brian sekalipun nampak ketidak yakinan dalam ucapannya yang ditangkap oleh ayah dan anak itu.Suzy mengangguk meyakinkan papanya untuk melepaskan kepergiannya bersama Brian. Akhirnya Tuan Harry Livingstone menepuk-nepuk bahu Brian sebelum beli
Proses fisioterapi kedua kaki Suzy Malika yang cedera akibat tabrak lari yang dilakukan oleh Bella telah berlangsung selama nyaris setahun. Atas izin dari fakultas, Suzy menjalani kuliah secara daring terkait keterbatasan fisik yang dia alami. Namun, sisa satu semester kuliah yang harus dia jalani pada akhirnya berhasil ditutup dengan sempurna. Nilai ujian assesment semester 8 Suzy sangat bagus sehingga diputuskan layak diwisuda dengan menilik seluruh nilai mata kuliah lengkap beserta nilai sidang skripsinya yang sempurna, A. Akan tetapi, wisuda itu pun dijalani secara daring saja dari Amerika Serikat dan duduk di kursi roda."Selamat atas wisudamu, Darling. Papa sangat bangga karena kamu telah berjuang mendapatkan gelar Sarjana Psikologi di tengah segala kelemahan yang kamu derita, Serena!" ujar Tuan Harry Livingstone penuh rasa haru hingga mata coklatnya berkaca-kaca."Terima kasih atas dukungan dan juga pendampingan Papa untukku. Itu sangat berarti buatku pribadi. Ini saat-saat te
"Hooeekk hooeekk hooeekk!" Suara mual-mual di pagi hari dari arah dalam kamar mandi itu membangunkan Indra dari tidur panjangnya pasca semalam puas bermain kuda-kudaan bersama istri kesayangannya. Dia pun segera bangkit dari tempat tidur dan refleks menoleh ke kotak tempat tidur bayi. Namun, Gregory masih terlelap tanpa suara di dalam sana."Tha, apa kamu sakit?" tanya Indra cemas dari ambang pintu kamar mandi sebelum menghampiri perempuan muda yang sedang berjongkok menghadap ke kloset yang terbuka itu.Wajah istrinya pucat pasi dan tangannya pun dingin. Indra yang tak kunjung mendapat jawaban dari Thalita pun kesal lalu menegurnya, "Kok nggak dijawab sih? Kamu kenapa ini, Tha?""Ini kayaknya morning sick, Mas. Ngerti nggak sih?" jawab Thalita dengan lemas. Kemudian dia berkumur di wastafel dengan air keran. Suaminya menggendong Thalita kembali ke tempat tidur lalu membaringkan tubuhnya yang lemah di tengah ranjang. Indra terdiam karena bingung memikirkan istrinya yang hamil lagi s
"OEEEKKK ...OEEKK!" Suara tangis bayi nyaring terdengar di tengah malam sunyi.Gregory kecil terbangun karena lapar dan juga pampersnya sudah penuh. Dia tidur di kotak keranjang khusus yang ditutupi kelambu tipis anti nyamuk warna biru muda. Sudah hampir lima menit penuh dia menangis, tetapi mama cantiknya masih tertidur nyenyak dalam pelukan papa gantengnya. Indra yang mengetahui masa nifas Thalita telah usai tak mau melewatkan kesempatan menghajar wanita cantik kesayangannya beronde-ronde di atas ranjang malam ini. Alhasil, putera sulung mereka terabaikan karena orang tuanya kelelahan bercinta."Ohh ... bising banget sih kayak ada kucing jantan minta kawin! Hoamph!" Indra merepet sambil menguap karena kantuk, dia tidak menyadari bahwa itu adalah suara tangis anaknya sendiri.Thalita pun terbangun karena gerakan lasak badan besar suaminya di sampingnya. Dia mendengar tangisan buah hatinya dan langsung bangkit dari tempat tidur. Sementara Gregory yang kesal diabaikan bermenit-menit l
Dengan sigap Tuan Harry Livingstone menangkap tubuh Bella sesuai teriakan Brian tadi. Wanita itu meronta-ronta sekuat tenaga hingga nyaris membuat papa Suzy kewalahan. Maka dia pun memukul tengkuk Bella hingga pingsan."Siapa wanita liar ini, Brian? Apa wanita yang pernah menjalin affair denganmu dulu?" tanya Tuan Harry Livingstone penasaran. Dia masih memeluk tubuh lunglai Bella yang tak sadarkan diri."Iya, benar. Maaf merepotkan Anda, Pa. Dia yang menabrak Serena, sebaiknya kita geledah kantongnya dulu. Kurasa dia pasti masih menggunakan mobil yang dipakai untuk melakukan kejahatannya tadi siang," ujar Brian, dia menunggu Tuan Harry memeriksa saku-saku pakaian Bella. Ternyata benar ada sebuah kunci remote mobil.Tuan Harry menekan remote untuk membuka pintu mobil dari jarak jauh. Dan sebuah mobil bertipe Avanza warna hitam menyala lampunya. "Itu dia mobil yang menjadi barang bukti kejahatan tabrak larinya!" ujar Brian seraya menunjuk mobil yang terparkir di arah jam sebelas dari p
"Brian, sekarang Papa sedang ada di rumah sakit menemani Serena. Dia mengalami tabrak lari mobil dan didiagnosa patah kaki kanan kiri dibagian tulang paha kanan dan tulang betis kiri, selain itu dia juga gegar otak," tutur Tuan Harry Livingstone melalui sambungan telepon ke suami puterinya.Jantung Brian serasa dipukul keras ketika mendengar kabar buruk dari Jakarta. Dia lalu menjawab papa mertuanya, "Sore ini juga, Brian akan terbang ke Jakarta. Tolong kirim nama rumah sakit tempat Serena dirawat, Pa!""Baiklah, kutunggu di rumah sakit. Hati-hatilah di jalan, okay?" balas Tuan Harry Livingstone lalu menutup panggilan teleponnya. Pria yang seharusnya berulang tahun ke 49 itu hari ini berjalan mondar- mandir di depan pintu ruang operasi. Asisten pribadinya Evan O'Brient menemaninya dalam diam duduk di bangku tunggu operasi.Sungguh kado ulang tahun yang buruk, pikir Harry. Dia sangat bersedih hati karena ketika telah berhasil menemukan puteri kandungnya yang berpuluh tahun terhilang j
"Suzy Sayang, hati-hati di jalan ya! Sampai jumpa Jumat depan," pesan Brian saat mengantar keberangkatan istrinya di Bandara Ngurah Rai. Pelukan hangat suaminya membuat Suzy enggan pulang ke Jakarta, tetapi masih ada kuliah tersisa satu semester hingga dia wisuda. "Oke, Mas. Kamu juga jaga kesehatan ya, pasti sibuk kerjaannya di proyek. Ya sudah, Suzy boarding ke pesawat sekarang. Bye, Mas Brian!" pamit wanita itu lalu melambaikan tangannya sembari melangkah pelan menuju ke antrean pemeriksaan tiket akhir.Selepas kepergian Suzy, dia pun bergegas ke parkiran mobil Bandara untuk menjumpai Hendrawan yang akan mengantarnya ke lokasi proyek pembangunan resort. Ada banyak pekerjaan menantinya di Senin pagi itu. Biasanya memang Suzy pulang hari Minggu malam, hanya saja mereka terlalu rindu untuk cepat-cepat terpisah lagi hingga kepulangan Suzy tertunda.Brian naik ke bangku sebelah pengemudi dan menyapa Hendrawan yang nampak berseri-seri wajahnya entah mengapa, "Hen, kita berangkat sekaran