Share

BAB 35

Penulis: Drama Hati
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-30 10:10:08

Aku memencet tombol remote mobilku dan segera berjalan menuju ke dalam sebuah café yang tidak terlalu jauh dari kantorku. Hari ini Reza mengajakku untuk makan siang bareng sekalian ingin memperkenalkan sebuah café baru milik keponakannya.

Aku yang memang pada dasarnya sedang tidak begitu sibuk, dan tidak ada rencana untuk makan siang bersama Reinard—karena ia sibuk di rumah sakit semenjak telepon semalam, akhirnya menerima permintaan Reza untuk datang apalagi ini tentang opening sebuah tempat makan dan tentu saja aku bisa menikmati semua makanan dengan kata ‘gratis’.

“Waaaaak…..!” suara Reza begitu familiar ketika kakiku baru saja melangkah masuk. Pria yang kini mengenakan kaos coklat itu melambai ke arahku dengan senyum mengembang.

Aku membalas lambaian itu, lalu mempercepat langkah menyusulnya.

“Gila, macet banget tau!” gerutuku sambil meletakkan tas beserta kunci mobil di atas meja. Ku susu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Idaman   BAB 36

    “Kamu beneran enggak mau ikut?” sungutku sambil memasukkan beberapa baju ke dalam koper dengan sedikit membanting-banting. Mataku beralih pada Reinard yang berdiri tidak jauh dariku, menatapku sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada sambil bersandar pada kusen pintu. Sejak tadi ia hanya senyam-senyum sendiri.“Kamu yang bahagia dong, kan mau liburan.” Entah kalimatnya itu mengejek atau memang sebuah dukungan untukku agar aku tidak terus saja menekuk muka seperti ini sejak semalam.“Bahagia, kalau kamu ikut!” aku memasukkan barang terakhirku—satu set peralatan mandi, lalu menutup koper yang berukuran tidak terlalu besar itu rapat-rapat. Rencananya aku dan Rosa hanya akan menginap dua sampai tiga malam, jadi aku tidak perlu membawa banyak barang. Lagipula, jika nanti mood-ku membaik di sana, aku pasti akan kelayapan untuk shopping. Tapi dengan catatan, kalau moodku baik lho ya! Kalau tidak, aku paling cuma akan berguling-g

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Suami Idaman   BAB 37

    “Mbak, enggak ikut jalan nih?” tanya Rosa ketika dilihatnya aku cuma berguling-guling saja di kasur semenjak sampai tadi. Bosan sekali hidupku hari ini, mana Reinard belum bisa dihubungi lagi sejak aku mendarat tadi. Membuat mood-ku yang sudah buruk menjadi lebih buruk.Aku menutup majalah fashion yang ku baca lalu mendongak, menatap Rosa yang sudah berganti baju dan berbau wangi.“Lah, udah mau keluar aja? Emang enggak capek?”“Enggak lah. Namanya liburan ya enggak boleh ada kesempatan buat tiduran kayak kain pel enggak guna gitu.” Saat menyebut ‘kain pel enggak guna’ entah kenapa Rosa menatapku dengan penuh ejekan.Aku berdecak sebal. “terus-terusin deh ngeledekin mbak!” aku bangkit dari posisiku kemudian mengambil air putih di atas nakas. Sambil minum aku menatap ke luar jendela hotel. Cuaca memang begitu cerah sore ini, suasana asyik sekali jika bisa keluar lalu jalan-jalan menikmati suasana.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-03
  • Suami Idaman   BAB 38

    “Reinard?!” aku memekik tertahan. Masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat di depanku saat ini.“Kamu beneran Reinard kan?” aku menjelajah tubuhnya dari pundak hingga turun ke pinggang. “Kamu bukan genderuwo yang menyamar ‘kan?!”“Hust!” Reinard mencekal kedua tanganku. “Suaminya jauh-jauh datang, udah capek! Malah difitnah jadi genderuwo. Balik lagi nih….” Ia hendak berbalik, wajahnya terlihat kesal padaku.“Tunggu!” aku menariknya. “Kamu beneran Reinard bukan? Secara suamiku itu lagi kerja di rumah sakit.”Reinard mendengus pasrah.“Gimana bikin istriku ini percaya kalau aku bener suaminya?”“Emm…..” aku pura-pura berfikir. Sedikit jail sama suami sendiri boleh lah ya….“Kalau kamu beneran suami aku, coba sebutin berapa ukuran bra yang biasa aku pakek?!” aku menaikkan alisku dengan s

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06
  • Suami Idaman   BAB 39

    Aku menatap Reinard yang tampak memikirkan sesuatu sebelum akhirnya pria itu menggeleng padaku.“Aku juga tidak kenal Rena.” Katanya kemudian. Ia lalu berpamitan padaku untuk pergi ke minimarket.“Mbak beneran enggak ikut nonton konser?” Rosa mendekat padaku dan mengambil duduk di depanku. Kursi tempat Reinard duduk tadi.Aku menggeleng. “Ya enggak lah…” aku mengambil cangkir kopiku lalu menyesapnya dengan sepenuh hati. “Mbak udah punya rencana sendiri.”“Nyesel lho, enggak bisa lihat oppa-oppa tampan nanti.”Aku tertawa penuh dengan ejekan.“Kamu pikir mbak tertarik?” aku menaikkan salah satu alisku dan menatap Rosa dengan tegas. “Kurang tampan apa sih mas Reinard?!”Rosa mencebik namun tidak membalas kalimatku, mungkin dalam hati ia juga mengamini apa yang aku katakan. Reinard memang benar-benar pria tampan yang akan membuat banyak orang tergi

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08
  • Suami Idaman   BAB 40

    “Lah, bukannya dokter Reinard cuti dari kemarin?”Seketika jantungku seakan mencelos sampai ke dasar perut ketika mendengar Wina mengatakan hal itu padaku. Apa gadis yang berdiri di depanku ini sedang mencoba mengajakku bercanda? Tapi mustahil seorang Wina punya keinginan bercanda denganku. Secara selama ini kami tidak berada pada satu hubungan yang akrab.Tidak ingin membuat Wina curiga, aku lantas berbalik pergi. Membawa kotak bekal yang aku genggam dengan erat. Dalam perjalanan menuju lift pikiranku mengembara. Kemana suamiku? Apa yang dilakukannya sejak kemarin? Kenapa ia membohongiku?Aku berhenti di depan rumah sakit lantas mendudukkan diriku di sebuah bangku panjang. Kepalaku tiba-tiba pusing dan hatiku merasa was-was. Aku melempar pandanganku ke segala arah, mencoba mencari distraksi. Mataku tertuju pada beberapa mobil yang hilir mudik masuk ke dalam rumah sakit.Tanganku merogoh totebag yang masih menggantung di pundakku. Ku ambil pon

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-12
  • Suami Idaman   BAB 41

    Aku memunguti bajuku yang berserakan di lantai, sebelum akhirnya masuk kamar mandi. Meskipun aku tidak begitu suka melihatnya hari ini, namun aku tetap menuruti ketika ia minta jatahnya. Tugas istri yang utama adalah membahagiakan suami di atas ranjang, dan aku berusaha untuk memberikan itu sebagai istri yang baik.Setelah membersihkan diri dari ujung rambut sampai ujung kaki, aku bergegas menuju dapur dan menemui suamiku di sana yang sedang memasak omelet, nasi goreng, dan nugget goreng. Jarang-jarang melihat suamiku di dapur, dan sekalinya lihat ia langsung terlihat keren.“Nggak kerja?” tanyaku sambil duduk di kursi meja makan. Aku berusaha untuk mengaburkan nada dingin dari suaraku.Reinard menoleh sekilas sebelum akhirnya kembali menekuni irisan mentimunnya.“Enggak, hari ini mau di rumah seharian sama istriku.” Sahutnya lalu membawa dua piring nasi goreng beserta topping irisan mentimun tadi ke atas meja. Bau nasi goreng itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13
  • Suami Idaman   BAB 42

    “Maksud kamu, Reinard sering enggak masuk kerja gitu?” tanyaku dengan tatapan heran sekaligus tidak percaya. Bagaimana mungkin, padahal setiap hari suamiku pasti berangkat pagi-pagi dari rumah dengan stelan formal dan tas kerjanya. Mana mungkin ia sering tidak masuk?“Kalau enggak percaya yaudah.” Wina berbalik, hendak meninggalkanku.“Tunggu!” cegahku. Meskipun gadis di depanku ini sulit dipercaya, namun aku benar-benar butuh dia sekarang.“Jadi dalam satu bulan, ia bisa enggak masuk kerja berapa kali?” tanyaku ketika Wina kembali menghadap padaku.Gadis itu tampak berfikir. “Sering sih….” Sahutnya kemudian. “Apalagi kalau udah dapet telepon. Meskipun ada rapat penting, dokter Reinard pasti membatalkan rapat itu kemudian pergi.”Aku tidak menyahut. Hatiku terlalu sakit menerima fakta mengejutkan ini. Berarti telepon yang sering ia terima setiap waktu itu bukanlah telepo

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13
  • Suami Idaman   BAB 43

    Aku menunggu Wina dengan perasaan cemas. Sudah lebih dari sepuluh menit sejak aku meninggalkan café Rangga tadi dan melajukan mobilku di jalan raya. Namun karena aku tidak bisa berputar-putar hanya untuk menunggu ponselku berdering, akhirnya aku menghentikan mobilku di pinggir jalan.“Please Win, segera telepon aku.” Aku meremas-remas kemudiku dengan tidak sabar. Berkali-kali ku toleh ponselku yang ku letakkan di kursi samping pengemudi. Namun benda pipih itu masih diam seribu bahasa.Brrrt….brrtt…brrtt….Akhirnya!Aku bernafas lega ketika nomor Wina menari-nari di layar ponselku. Tak mau menunggu, aku langsung mengambil dan menggeser layar hijau di sana.“Win, gimana?!” tanyaku to the point.“Tan, kayaknya beneran ke Bogor deh.” Sahut Wina.Aku mengerutkan alisku. Jantungku menciut, bahkan serasa di remas.“Beneran?”“Iya. Ini udah masuk t

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18

Bab terbaru

  • Suami Idaman   BAB 72

    “Oke…..selamat berbelanja.” Kata Brian sebelum mengakhiri teleponnya.Siang ini aku pergi berbelanja ke supermarket untuk membeli kebutuhan harianku yang sudah menipis. Aku juga butuh beberapa coklat agar pikiranku rileks. Semenjak pertemuanku dengan Reinard dua hari yang lalu, aku jadi sulit tidur dan pikiranku bergejolak tidak tenang.Aku membeli beberapa ikat sayuran, makanan olahan, daging beku, ikan beku dan kebutuhan yang lain seperti peralatan mandi.Nge-mall untuk sekedar membeli sayuran atau sabun adalah hal paling menggembirakan bagiku. Setidaknya aku berhasil membuat perasaanku menjadi lebih tenang dan bahagia. Apalagi jika aku sudah disuguhkan dengan toko sepatu, tas ataupun toko pakaian. Yakin, aku bisa lupa diri.Setelah lebih dari satu jam asyik mengitari satu etalase ke etalase yang lain, akhirnya aku menyerah. Menuju kasir untuk membayar lalu pulang. Aku ingin bersantai sambil selonjoran kaki di rumah, menonton TV dan meminum soda.Saat siap mengambil plastic belanjaa

  • Suami Idaman   BAB 71

    Seandainya bisa, aku ingin memutar waktu kembali ke satu jam yang lalu. Dimana aku mengenyahkan perasaanku dan menggunakan logikaku untuk berfikir. Karena yang terjadi sekarang, aku menyesal dengan tindakan gegabahku dan bertemu dengan Reinard.Aku bisa melihat jika sorot mata pria yang duduk di hadapanku sekarang ini begitu bahagia. Mungkin karena aku datang setelah ia menunggu berjam-jam.“Kenapa baru datang sekarang Jul?” tanyanya dengan nada lembut.“Awalnya aku tidak ingin datang.” Sahutku ketus.“Tapi nyatanya kamu datang kan?” ia tertawa kecil.Aku membuang wajahku keluar jendela. Hujan masih terlihat rintik-rintik dan beberapa orang masih menggunakan payung agar terhindar dari basah, dan beberapa yang tidak membawa payung tengah berteduh di emperan toko yang sudah tutup.“Aku memang sengaja datang di jam segini. Aku pikir kamu sudah tidak ada.” Jawabku pada akhirnya, menahan malu.“Aku kan sudah bilang, kalau aku bakalan nungguin kamu disini Julia.”“Kalau aku tidak datang?” a

  • Suami Idaman   BAB 70

    “Halo ma……” Brian mencium pipi mamanya, lalu menarik kursi di sebelahku dan duduk di sana.“Kenapa baru datang? Mama dan Julia sudah menunggu kamu sejak tadi.” Sahut Lydia ketika putranya tersebut sudah duduk.“Tadi sore setelah kelas terakhir, Brian ada keperluan dengan rector.” Brian menoleh kepadaku. “Kamu sudah pesan makan?” tanyanya kemudian.Aku mengangguk dan mengedik kearah meja. Ada beberapa makanan yang tersaji di sana, dan semua itu Lydia-lah yang memesan. Perutku masih cukup kenyak meskipun baru terisi makanan ketika sarapan tadi. Tapi pertemuanku dengan Reinard tadi berhasil membuatku tidak berselera makan.“Kami berdua sudah pesan, tinggal kamu Brian.” Lydia yang menyahut.Brian memanggil salah satu waiters lalu memesan beberapa makanan. Selama menunggu makanan tiba, kami berbincang.“Bagaimana kesehatan mama?” Tanya Brian sambil menuang air putih ke dalam gelas.“Kata dokter mama sudah membaik kok.” Sahut Lydia. “Iya kan Julia?”Aku mengangguk. “Iya bibi.” Meskipun sebe

  • Suami Idaman   BAB 69

    Sejam lalu, Brian menelponku agar aku bisa menyisihkan waktu untuk menemani mama-nya check up ke rumah sakit. Awalnya aku bingung, apakah yang terjadi antara aku dan dia beberapa malam yang lalu itu membuat hubungan kami berubah? Apakah sebuah ciuman memang bisa merubah status seseorang dari lajang menjadi berpacaran?Aku sulit memahami itu. Namun dari yang tersirat, sepertinya Brian memang sudah menganggap aku sebagai kekasihnya. Mungkin tindakan yang aku lakukan malam itu memang sepenuhnya tidak benar, aku terlalu terpukul sehingga logikaku memang tidak jalan. Saat itu aku butuh sebuah sandaran, sebuah kekuatan. Dan nyatanya kekuatan itu hadir dari ciuman Brian yang berhasil membuat dadaku terasa nyaman.“Maaf bibi, sudah menunggu lama.” aku berjalan tergesa untuk menemui Lydia yang sudah menungguku di depan rumah sakit. Wanita itu sendirian, aku tak menemukan Yohana di sampingnya.“Tidak. Bibi juga baru datang kok.” Sahut Lydia tersenyum manis ke arahku.“Bibi Yohana kemana?” tanya

  • Suami Idaman   BAB 68

    Aku hanya tersenyum ketika melihat Claire yang sudah asyik berbincang dengan seorang pria yang baru dikenalnya. Pria itu bernama Jo dan seorang keponakan dari teman sekelas kami. Pria itu masih single dan terlihat jika Jo maupun Claire saling tertarik satu sama lain. Maka dari itu, sebagai teman yang baik aku memberi mereka ruang untuk saling berbincang, lagipula sebentar lagi Marina juga akan datang menemuiku.“Kamu seharusnya di dalam, di luar begitu dingin.” Brian datang menyusulku.Aku menoleh padanya. Aku pikir setelah apa yang dilakukannya semalam dengan tiba-tiba menungguku di depan pintu apartement, lalu memelukku akan membuatnya canggung ketika bertemu denganku. Namun kenyataannya, pria itu malah semakin memperlihatkan perasaannya kepadaku. Ia begitu hangat, bahkan sore tadi ia datang menjemputku. Mengabaikan bisik-bisik dari orang-orang di kampus yang menerka-nerka tentang hubungan kami.“Aku sedang menunggu Marina.” Sahutku.“Perempuan kemarin?” Ia mengerutkan dahinya. Memp

  • Suami Idaman   BAB 67

    Marina langsung memelukku ketika kami saling berhadapan. Pelukannya sangat erat, seakan ini wujud pelampiasan rindunya yang ia tahan untukku selama ini. Karena memang semenjak perceraian itu, aku sama sekali tidak bertemu dengannya. Bahkan saat bercerai, aku hanya mengabarinya lewat telepon dan itu benar-benar membuat Marina menangis terisak-isak.“Julia, aku tak menyangka bahwa akan bertemu denganmu lagi.” Perempuan itu melepaskan pelukannya, lalu mengusap ujung matanya yang basah. Marina tak banyak berubah. Wajah perempuan itu masih saja terlihat cantik. Hanya saja rambutnya kini berubah warna menjadi coklat terang.“Aku juga tidak menyangka jika kamu akan menelponku Marina. Bagaimana kabarmu? Dan dimana si kecil Lily?” tanyaku bertubi-tubi. Mataku beralih pandang ke sekeliling. Tapi aku tak menemukan Lily di sekitar sini. Padahal aku sudah berharap akan menemukan gadis cantik itu disana. Lily sudah berusia kurang lebih lima tahun sekarang. Dan pasti ia akan bertambah cantik dan men

  • Suami Idaman   BAB 66

    Lydia, seorang wanita berusaha setengah abad lebih, namun terlihat masih begitu muda dan cantik meskipun kali ini ia terlihat pucat dan terbaring lemah di rumah sakit.Melihat kedatanganku dan Brian, perempuan itu berusaha untuk duduk dengan dibantu seorang wanita yang usianya tak jauh berbeda. Di luar tadi Brian sempat cerita bahwa perempuan itu adalah seorang bibi yang Lydia bawa dari Indonesia, namanya Yohana.“Siapa ini Brian?” matanya berbinar saat menatapku. Kelihatan ia sangat terkejut namun juga bahagia.Aku hanya mengulum senyum sedangkan Brian tiba-tiba merangkulku, dan reflek giliran aku yang sekarang terkejut.“Brian kan sudah bilang ma, kalau ini adalah pacar Brian.”Aku melotot tidak percaya. Setidaknya Brian harus mengenalkanku sebagai sahabatnya saja, bukan pacarnya. Lagipula kami juga tidak dalam hubungan seperti itu bukan? Saat Brian menyatakan cintanya saja, aku menolak.“Brian…..”Desisku dengan alis berkerut. Tidak nyaman saja dengan apa yang dia lakukan.Bukannya

  • Suami Idaman   BAB 65

    Aku tahu jika Brian sedang tidak main-main dengan kata-katanya. Dan aku juga tahu, bahwa pria itu juga sungguh-sungguh dengan niatannya untuk menikah denganku. Namun semua hal tidak akan semudah itu. Andai saja aku tidak mengalami trauma dengan masa laluku, mungkin Brian adalah salah satu pria yang bisa kuperhitungkan. Hanya saja, untuk saat ini luka yang singgah di hatiku dua tahu lalu sama sekali belum mengering dengan sempurna. Ada saja nyeri yang masih menusuk hatiku setiap ingat tentang hal itu.Bukankah ada suatu pepatah yaitu, jika kamu masih teringat trauma masa lalumu dan hatimu sudah tidak sakit lagi, berarti lukamu sudah sembuh? Sedangkan aku, setiap mengingat saat-saat itu, hatiku masih sakit seperti biasanya.Setelah menjawab kalimat Brian dengan. “Brian, aku tidak bisa dan mungkin tidak akan pernah bisa. Lupakan aku dan carilah wanita lain yang bisa memberimu semua hal yang kamu inginkan.”, aku segera menghabiskan makanku dan mengajakny untuk pulang.Meskipun berulang ka

  • Suami Idaman   BAB 64

    Aku menatap arloji kecil yang melingkar di pergelangan tanganku. Sudah lebih dari limabelas menit dan Claire belum juga nampak batang hidungnya sama sekali. Padahal aku tahu dengan jelas bahwa Claire adalah tipe orang yang selalu tepat waktu. Bahkan sering pula ia yang menungguku. Jadi malam ini ia begitu aneh dengan telatdi acara pertemuan yang sudah kami rancang beberapa hari ini.Setelah kembali menunggu lima menit, dan mobil Claire juga belum terlihat masuk ke dalam restoran, aku mulai cemas. Jangan-jangan terjadi sesuatu dengan perempuan itu. Dengan cepat aku membuka handbag yang sejak tadi ku pegang erat, dari sana aku mengeluarkan ponselku dan dengan cepat mencari nama Claire di kontak teleponku.Setelah bunyi ‘tuuut’ ketiga perempuan itu mengangkat teleponnya.“Claire kau dimana? Aku sudah menunggu hampir setengah jam di depan restoran dengan penampilan yang……” aku berdecak dan menelisik penampilanku. Sangat formal sekali aku pikir. Karena Claire yang memintaku berpakaian demi

DMCA.com Protection Status