Share

BAB 26

Penulis: Drama Hati
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-15 05:42:19

Aku terbangun ketika hawa dingin menyapu kulitku melalui pintu loteng yang belum tertutup. Aku mengucek-ucek mataku, lantas mengalihkan pandang pada jam dinding. Pukul tujuh malam. Pantas saja hawa semakin dingin.

Reinard sudah tidak ada di sampingku, padahal aku ingat, sore tadi setelah kami saling membahagiakan di atas tempat tidur, ia juga ikut tidur di sampingku. Ia pasti sudah bangun lebih dulu dan membiarkanku tidur nyenyak tanpa menganggu.

“Sudah bangun?” suara Reinard menguar di telingaku. Pria itu sudah berdiri di depan pintu sambil tersenyum. Wajahnya kelihatan segar dan ia sudah berganti baju lebih santai.

“Kenapa tidak membangunkanku?” aku menyandarkan tubuhku di badan kasur. “Ini sudah malam.”

Reinard berjalan ke arahku dan duduk di pinggiran tempat tidur.

“Aku lihat kamu begitu nyenyak, aku tidak tega.” Ia menoel hidungku. “Apa kamu lapar?”

Aku memegang perut. “H

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Idaman   BAB 27

    Aku melihat mobil Reinard berhenti di depan café. Dari balik kaca jendela lebar ini, aku bisa melihatnya turun dari mobil dengan gaya yang begitu alami namun mampu membuat siapapun yang melihatnya berdecak karena tergoda. Ia terlihat piawai melepas sunglass yang dipakainya lalu memasukkan barang itu ke saku kemejanya. Tampilannya pun begitu stylish dengan kemeja garis yang dimasukkan ke dalam celana jeans belel warna light blue dengan sepatu kets putih yang memperlihatkan kesan santai.“Suamiku tampan ya pa?” kataku dengan senyum nakal pada papa yang sejak tadi duduk di seberangku.Papa hanya mencebik. Satu jam yang lalu pria yang usianya lebih dari setengah abad ini menelponku dan mengajakku beserta Reinard untuk makan siang bersama. Awalnya aku menolak karena siang ini aku ingin pergi berbelanja bulanan bersama suamiku. Namun ketika Reinard mendapat telepon dari Wina tentang pasien, ia akhirnya menyuruhku untuk bertemu papa dulu dan akan menyusul.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Suami Idaman   BAB 28

    Aku mengatur irama jantungku ketika sosok ini sudah berdiri di depanku dengan senyumannya yang terlihat menyimpan banyak misteri. Sejujurnya aku tidak pernah mengenal orang ini—bahkan namanya saja aku tidak tahu. Hanya saja, aku teringat pesan dari Reinard untuk menjauh tiap bertemu dengannya, membuatku harus menjaga jarak dan menyimpulkan bahwa orang ini berbahaya..Sosok yang berdiri di depanku ini adalah pengemis itu. Pria pengemis yang terlihat menemui suamiku dan berbicara serius dengannya waktu itu.“Apa—yang bisa saya bantu?” aku mencoba bersikap wajar. Dari pakaian yang dikenakannya, ia tidak akan meminta-minta seperti biasanya.Pria itu kembali tersenyum. Sebuah senyum yang sarat dengan sesuatu yang misterius menurutku. Ataukah aku hanya berlebihan, over thingking karena pesan Reinard waktu itu?“Julia bukan?” tanyanya kemudian, dan tentu saja langung membuatku terkejut. Bagaimana ia bisa tahu namaku? Sia

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Suami Idaman   BAB 29

    “Karena saya adalah mertua anda.”Kalimat itu memang bisa aku dengar dengan jelas meskipun suara lagu di café ini mengalun ke segala penjuru. Namun alih-alih meyakinkah pendengaranku, aku jutru merasa apa yang ku dengar itu salah.Mertuaku? Bagaimana bisa? Bukankah sudah jelas kalau mertuaku adalah Saputra, seorang lelaki yang menjodohkan kami, bahkan menikahkan kami. Sudah jelas pula nama belakang suamiku juga Saputra, bukannya Anton.“Mertua?” aku memandang pak Anton penuh ketidakpercayaan. “Bapak jangan bercanda.”“Apa saya terlihat bercanda sekarang?” pria itu justru balik menatapku.Aku membuang pandang ke segala penjuru. Entah ke arah mana, tapi yang jelas aku ingin menghindari tatapan mata penuh intimidasi tersebut.“Reinard anak pungut keluarga Saputra.” Suara pak Anton kembali berdenging di telingaku. “Dulu Reinard tinggal di panti asuhan.”Kembali

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • Suami Idaman   BAB 30

    Aku membuka pintu kamar hotel dengan pelan. Aroma pewangi ruangan langsung menusuk hidungku ketika pintu itu terbuka dan aku mulai masuk ke dalam. Setelah menghidupkan saklar lampu, aku segera menjatuhkan tubuhku di kasur itu dengan helaan nafas dalam. Mataku terasa panas sekarang, hasil dari menangis sepanjang jalan karena sakit hati dan dalam mode kebingungan mencari tempat bermalam.Awalnya aku bingung menentukan tujuanku malamini. Ke rumah orangtuaku? Tidak mungkin! Hal yang sangat konyol apabila papa dan mama ikut marah dan membuat keadaan menjadi runyam. Lagipula aku tidak punya jawaban ketika mereka memberondongku dengan banyak pertanyaan tentang alasanku pulang dengan mata sembab. Ke rumah Reza, aku juga tidak yakin kalau suamiku tidak akandatang ke sana. Aku yakin jika malamini ia tengah kebingungan karena ponselku juga aku matikan. Sengaja. Aku malas berhubungan dengan siapapun. Satu-satunya orang yang bisa memelukku dengan hangat adalah Eli, tapi wanita itu berada

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • Suami Idaman   BAB 31

    “Gimana Rin, suamiku udah pergi ‘kan?” tanyaku di balik telepon siang itu. Sudah beberapa jam aku menunggu kabar dari Rini apakah Reinard masih menungguku di kantor atau tidak.Aku mendengar Rini menghela nafas.“Udah mbak. Ada operasi katanya.” Sahutnya kemudian.Aku menghela nafas lega.“Mbak! Ada masalah apa sih?” tanya Rini kemudian. “Mas Reinard yang biasanya on dan enggak ada cela, tadi berantakan banget.”Aku tidak segera menjawab. Kuayunkan langkahku ke tepi jendela. Mataku menerawang jauh, pada hamparan kota Jakarta yang masih tetap terlihat begitu sibuk meskipun aku melihatnya dari ketinggian. Di bawah sana beberapa ruas jalan tampak macet. Bisa kubayangkan betapa sumpeknya terjebak macet di tengah hari seperti ini dalam kondisi dikejar deadline pekerjaan.“Biasa lah Rin. Suami istri.” Sahutku kemudian.“Iyadeeeh mbak, tapi kasihan bener lho suami mbak J

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Suami Idaman   BAB 32

    Aku berlari di koridor rumah sakit tanpa memperdulikan banyak pasang mata yang menatapku dengan heran. Pikiranku kacau, dan aku tidak bisa memikirkan apapun selain bisa segera menemui Reinard dan mengetahui bagaimana kondisinya.Setengah jam yang lalu, aku langsung melompat dari ruang kerjaku, dan meninggalkan Rosa sendirian ketika sebuah telepon dari nomor tak dikenal yang ternyata dari Wina—sang koas di rumah sakit tempat dimana Reinard bekerja mengabarkan bahwa keadaan Reinard begitu buruk.Aku tidak yakin dengan maksud Wina ‘yang begitu buruk’, intinya suamiku itu sekarang tengah dirawat di rumah sakit dengan wajah babak belur. Babak belur karena apa dan bagaimana keadaannya sekarang, aku sedang dalam perjalanan untuk memastikan.“Mbak, kamar dokter Reinard nomor berapa ya?” tanyaku ketika berhenti di depan counter perawat. Nafasku naik turun, seperti habis lari marathon. Bahkan perawat di depanku menatapku dengan aneh ketika me

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-23
  • Suami Idaman   BAB 33

    “Beneran udah mau pulang?” sindirku pada Reinard ketika ia sudah membereskan peralatan mandinya. “Enggak mau nginep lagi? Tuh mukanya belum sembuh.” Aku menunjuk-nunjuk wajahnya yang masih ada sedikit sisa lebam.“Kamu lagi ngejekin aku ya?” ia meraih jemariku lantas menarik tubuhku ke dalam pelukannya. “Nginep semalam aja sayang…. Kan kita udah baikan.”Aku terkekah sambil melepaskan pelukannya. Sejak kapan Reinard punya kebiasaan manja seperti ini. Semalaman ia benar-benar tidak mau menjauh dariku, alhasil ranjang rumah sakit yang sempit ini harus kami bagi berdua. Himpit-himpitan, namun rasanya tetap saja nyaman.“Terus hari ini kita mau ngapain?” aku mentap Reinard yang kini sedang memasukkan ponselnya ke dalam saku celana jeans.“Kamu enggak sibuk hari ini?” dia balik bertanya.Aku menggeleng. “Demi kamu, aku enggak akan sibuk.” Tawaku.Pria itu m

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-26
  • Suami Idaman   BAB 34

    “Dia ingin memiliki seorang anak dari kamu.”Kalimat dari ibu Ayu tadi siang masih menari-nari di pikiranku. Bahkan sampai malam ini, ketika kami dalam perjalanan pulang menuju Jakarta.Aku melirik Reinard yang mengemudi dengan tenang di sampingku. Suamiku ini memang berusia lebih muda dariku, namun ia ternyata lebih siap lahir batin dengan menerima kehadiran seorang anak di kehidupan kami.Beberapa kali aku memang sempat mendengar beberapa orang membicarakan tentang kekuatan seorang anak dalam sebuah keluarga. Bahwasanya anak adalah sebagai ikatan kuat hubungan antara suami-istri. Sebuah pernikahan akan sempurna dengan kehadiran seorang anak, bukan begitu?“Rei….” Dengungku pelan kemudian. Aku menatap ke arahnya.“Hmmm…” Reinard menjawabku tanpa menoleh. Rupanya ia tengah asyik dengan lagu ‘way back home’ yang terputar di dalam mobil kami.“Bagaimana menurutmu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28

Bab terbaru

  • Suami Idaman   BAB 72

    “Oke…..selamat berbelanja.” Kata Brian sebelum mengakhiri teleponnya.Siang ini aku pergi berbelanja ke supermarket untuk membeli kebutuhan harianku yang sudah menipis. Aku juga butuh beberapa coklat agar pikiranku rileks. Semenjak pertemuanku dengan Reinard dua hari yang lalu, aku jadi sulit tidur dan pikiranku bergejolak tidak tenang.Aku membeli beberapa ikat sayuran, makanan olahan, daging beku, ikan beku dan kebutuhan yang lain seperti peralatan mandi.Nge-mall untuk sekedar membeli sayuran atau sabun adalah hal paling menggembirakan bagiku. Setidaknya aku berhasil membuat perasaanku menjadi lebih tenang dan bahagia. Apalagi jika aku sudah disuguhkan dengan toko sepatu, tas ataupun toko pakaian. Yakin, aku bisa lupa diri.Setelah lebih dari satu jam asyik mengitari satu etalase ke etalase yang lain, akhirnya aku menyerah. Menuju kasir untuk membayar lalu pulang. Aku ingin bersantai sambil selonjoran kaki di rumah, menonton TV dan meminum soda.Saat siap mengambil plastic belanjaa

  • Suami Idaman   BAB 71

    Seandainya bisa, aku ingin memutar waktu kembali ke satu jam yang lalu. Dimana aku mengenyahkan perasaanku dan menggunakan logikaku untuk berfikir. Karena yang terjadi sekarang, aku menyesal dengan tindakan gegabahku dan bertemu dengan Reinard.Aku bisa melihat jika sorot mata pria yang duduk di hadapanku sekarang ini begitu bahagia. Mungkin karena aku datang setelah ia menunggu berjam-jam.“Kenapa baru datang sekarang Jul?” tanyanya dengan nada lembut.“Awalnya aku tidak ingin datang.” Sahutku ketus.“Tapi nyatanya kamu datang kan?” ia tertawa kecil.Aku membuang wajahku keluar jendela. Hujan masih terlihat rintik-rintik dan beberapa orang masih menggunakan payung agar terhindar dari basah, dan beberapa yang tidak membawa payung tengah berteduh di emperan toko yang sudah tutup.“Aku memang sengaja datang di jam segini. Aku pikir kamu sudah tidak ada.” Jawabku pada akhirnya, menahan malu.“Aku kan sudah bilang, kalau aku bakalan nungguin kamu disini Julia.”“Kalau aku tidak datang?” a

  • Suami Idaman   BAB 70

    “Halo ma……” Brian mencium pipi mamanya, lalu menarik kursi di sebelahku dan duduk di sana.“Kenapa baru datang? Mama dan Julia sudah menunggu kamu sejak tadi.” Sahut Lydia ketika putranya tersebut sudah duduk.“Tadi sore setelah kelas terakhir, Brian ada keperluan dengan rector.” Brian menoleh kepadaku. “Kamu sudah pesan makan?” tanyanya kemudian.Aku mengangguk dan mengedik kearah meja. Ada beberapa makanan yang tersaji di sana, dan semua itu Lydia-lah yang memesan. Perutku masih cukup kenyak meskipun baru terisi makanan ketika sarapan tadi. Tapi pertemuanku dengan Reinard tadi berhasil membuatku tidak berselera makan.“Kami berdua sudah pesan, tinggal kamu Brian.” Lydia yang menyahut.Brian memanggil salah satu waiters lalu memesan beberapa makanan. Selama menunggu makanan tiba, kami berbincang.“Bagaimana kesehatan mama?” Tanya Brian sambil menuang air putih ke dalam gelas.“Kata dokter mama sudah membaik kok.” Sahut Lydia. “Iya kan Julia?”Aku mengangguk. “Iya bibi.” Meskipun sebe

  • Suami Idaman   BAB 69

    Sejam lalu, Brian menelponku agar aku bisa menyisihkan waktu untuk menemani mama-nya check up ke rumah sakit. Awalnya aku bingung, apakah yang terjadi antara aku dan dia beberapa malam yang lalu itu membuat hubungan kami berubah? Apakah sebuah ciuman memang bisa merubah status seseorang dari lajang menjadi berpacaran?Aku sulit memahami itu. Namun dari yang tersirat, sepertinya Brian memang sudah menganggap aku sebagai kekasihnya. Mungkin tindakan yang aku lakukan malam itu memang sepenuhnya tidak benar, aku terlalu terpukul sehingga logikaku memang tidak jalan. Saat itu aku butuh sebuah sandaran, sebuah kekuatan. Dan nyatanya kekuatan itu hadir dari ciuman Brian yang berhasil membuat dadaku terasa nyaman.“Maaf bibi, sudah menunggu lama.” aku berjalan tergesa untuk menemui Lydia yang sudah menungguku di depan rumah sakit. Wanita itu sendirian, aku tak menemukan Yohana di sampingnya.“Tidak. Bibi juga baru datang kok.” Sahut Lydia tersenyum manis ke arahku.“Bibi Yohana kemana?” tanya

  • Suami Idaman   BAB 68

    Aku hanya tersenyum ketika melihat Claire yang sudah asyik berbincang dengan seorang pria yang baru dikenalnya. Pria itu bernama Jo dan seorang keponakan dari teman sekelas kami. Pria itu masih single dan terlihat jika Jo maupun Claire saling tertarik satu sama lain. Maka dari itu, sebagai teman yang baik aku memberi mereka ruang untuk saling berbincang, lagipula sebentar lagi Marina juga akan datang menemuiku.“Kamu seharusnya di dalam, di luar begitu dingin.” Brian datang menyusulku.Aku menoleh padanya. Aku pikir setelah apa yang dilakukannya semalam dengan tiba-tiba menungguku di depan pintu apartement, lalu memelukku akan membuatnya canggung ketika bertemu denganku. Namun kenyataannya, pria itu malah semakin memperlihatkan perasaannya kepadaku. Ia begitu hangat, bahkan sore tadi ia datang menjemputku. Mengabaikan bisik-bisik dari orang-orang di kampus yang menerka-nerka tentang hubungan kami.“Aku sedang menunggu Marina.” Sahutku.“Perempuan kemarin?” Ia mengerutkan dahinya. Memp

  • Suami Idaman   BAB 67

    Marina langsung memelukku ketika kami saling berhadapan. Pelukannya sangat erat, seakan ini wujud pelampiasan rindunya yang ia tahan untukku selama ini. Karena memang semenjak perceraian itu, aku sama sekali tidak bertemu dengannya. Bahkan saat bercerai, aku hanya mengabarinya lewat telepon dan itu benar-benar membuat Marina menangis terisak-isak.“Julia, aku tak menyangka bahwa akan bertemu denganmu lagi.” Perempuan itu melepaskan pelukannya, lalu mengusap ujung matanya yang basah. Marina tak banyak berubah. Wajah perempuan itu masih saja terlihat cantik. Hanya saja rambutnya kini berubah warna menjadi coklat terang.“Aku juga tidak menyangka jika kamu akan menelponku Marina. Bagaimana kabarmu? Dan dimana si kecil Lily?” tanyaku bertubi-tubi. Mataku beralih pandang ke sekeliling. Tapi aku tak menemukan Lily di sekitar sini. Padahal aku sudah berharap akan menemukan gadis cantik itu disana. Lily sudah berusia kurang lebih lima tahun sekarang. Dan pasti ia akan bertambah cantik dan men

  • Suami Idaman   BAB 66

    Lydia, seorang wanita berusaha setengah abad lebih, namun terlihat masih begitu muda dan cantik meskipun kali ini ia terlihat pucat dan terbaring lemah di rumah sakit.Melihat kedatanganku dan Brian, perempuan itu berusaha untuk duduk dengan dibantu seorang wanita yang usianya tak jauh berbeda. Di luar tadi Brian sempat cerita bahwa perempuan itu adalah seorang bibi yang Lydia bawa dari Indonesia, namanya Yohana.“Siapa ini Brian?” matanya berbinar saat menatapku. Kelihatan ia sangat terkejut namun juga bahagia.Aku hanya mengulum senyum sedangkan Brian tiba-tiba merangkulku, dan reflek giliran aku yang sekarang terkejut.“Brian kan sudah bilang ma, kalau ini adalah pacar Brian.”Aku melotot tidak percaya. Setidaknya Brian harus mengenalkanku sebagai sahabatnya saja, bukan pacarnya. Lagipula kami juga tidak dalam hubungan seperti itu bukan? Saat Brian menyatakan cintanya saja, aku menolak.“Brian…..”Desisku dengan alis berkerut. Tidak nyaman saja dengan apa yang dia lakukan.Bukannya

  • Suami Idaman   BAB 65

    Aku tahu jika Brian sedang tidak main-main dengan kata-katanya. Dan aku juga tahu, bahwa pria itu juga sungguh-sungguh dengan niatannya untuk menikah denganku. Namun semua hal tidak akan semudah itu. Andai saja aku tidak mengalami trauma dengan masa laluku, mungkin Brian adalah salah satu pria yang bisa kuperhitungkan. Hanya saja, untuk saat ini luka yang singgah di hatiku dua tahu lalu sama sekali belum mengering dengan sempurna. Ada saja nyeri yang masih menusuk hatiku setiap ingat tentang hal itu.Bukankah ada suatu pepatah yaitu, jika kamu masih teringat trauma masa lalumu dan hatimu sudah tidak sakit lagi, berarti lukamu sudah sembuh? Sedangkan aku, setiap mengingat saat-saat itu, hatiku masih sakit seperti biasanya.Setelah menjawab kalimat Brian dengan. “Brian, aku tidak bisa dan mungkin tidak akan pernah bisa. Lupakan aku dan carilah wanita lain yang bisa memberimu semua hal yang kamu inginkan.”, aku segera menghabiskan makanku dan mengajakny untuk pulang.Meskipun berulang ka

  • Suami Idaman   BAB 64

    Aku menatap arloji kecil yang melingkar di pergelangan tanganku. Sudah lebih dari limabelas menit dan Claire belum juga nampak batang hidungnya sama sekali. Padahal aku tahu dengan jelas bahwa Claire adalah tipe orang yang selalu tepat waktu. Bahkan sering pula ia yang menungguku. Jadi malam ini ia begitu aneh dengan telatdi acara pertemuan yang sudah kami rancang beberapa hari ini.Setelah kembali menunggu lima menit, dan mobil Claire juga belum terlihat masuk ke dalam restoran, aku mulai cemas. Jangan-jangan terjadi sesuatu dengan perempuan itu. Dengan cepat aku membuka handbag yang sejak tadi ku pegang erat, dari sana aku mengeluarkan ponselku dan dengan cepat mencari nama Claire di kontak teleponku.Setelah bunyi ‘tuuut’ ketiga perempuan itu mengangkat teleponnya.“Claire kau dimana? Aku sudah menunggu hampir setengah jam di depan restoran dengan penampilan yang……” aku berdecak dan menelisik penampilanku. Sangat formal sekali aku pikir. Karena Claire yang memintaku berpakaian demi

DMCA.com Protection Status