Akbar tidak bisa tenang, bahkan pekerjaannya sama sekali tidak tersentuh. Pikirannya terus tertuju pada Nada. Rindu yang tak tertahankan itu ingin segera terobati lagi. Sekarang dia punya saingan, jika dilihat saingannya bukanlah pria sembarangan. Jika dibandingkan dengan dirinya, tentunya berbeda cukup jauh. Pria itu terlihat matang. Sukses dan masih banyak lagi keunggulannya. Lalu dirinya? Entah apa yang harus dibanggakan. Tapi, Akbar yakin seyakin-yakinnya. Ia pasti bisa mendapatkan Nada. "Argh! Ini tidak bisa dibiarkan." Gumamnya. Akbar lalu beranjak, ia memilih untuk pergi m nemuin Nada. Akbar yakin pukul sepuluh masih ada di sekolah. Karena Nazril belum waktunya untuk pulang.Saat hendak keluar, Akbar berpasan dengan Ilham. Bukan lagi berpasan tapi hampir bertabrakan."Eh, mau ke mana?" Tanya Ilham pada Akbar."Akbar mau Pergi, Kak. Hati dan pikiran Akbar sedang tidak baik-baik saja." Ujar Akbar."Kau sakit? Mau ke rumah sakit?" Tanya Ilham, ia khawatir. Ilham masih punya ra
Nada, Akbar dan Nazril ada di sebuah taman kota. Untuk pertama kalinya juga Nazril mau bermain. Tidak ada sedikitpun rasa takut di wajah Nazril, yang ada sebuah wajah berseri-seri.Nada senang melihat Nazril bisa kembali ceria. Ia tidak menyangka jika pertemuannya dengan Akbar dalam sekejap mata saja mampu mengubah.Padahal, Nada hampir frustrasi. Ia tidak tahu caranya lagi untuk menyembuhkan Nazril dari rasa trauma nya itu.Akbar yang sedari tadi menunggu Nada bercerita. Sudah mulai tak sabar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi selama dua tahun kebelakang itu. Apakah terjadi sesuatu yang besar? Jika iya, maka apa? Akbar ingin tahu."Nada, apa Kamu akan diam terus? Katanya mau cerita? Selagi Nazril sibuk bermain." Ujar Akbar hingga menyadarkan Nada dari pikirannya. Nada menoleh ke arah Akbar. Dan tertawa getir. "Bisakah kamu memanggilku Mbak seperti dulu? Jika kamu memanggilku seperti itu terdengar aneh,'' pinta Nada pada Akbar."Aku kan sudah bilang. Di mataku kamu seorang wa
"Apa kamu tidak akan menyesal? Coba pikirkan baik-baik. Aku hanya seorang janda. Kira-kira apa yang bagusnya dari seorang janda seperti ku ini?"Nada berusaha untuk membuka jalan pikiran Akbar. Ia mencoba untuk meyakinkan lagi Akbar akan pilihannya."Aku tidak akan pernah menyesal. Dan kamu sama sekali tidak bisa aku bandingkan dengan wanita manapun. Kamu terlalu sempurna."ungkap Akbar."Aku janda....""Lantas kenapa kalau kamu janda? Aku sudah katakan berulang kali jika aku tidak mempermasalahkannya. Mau kamu janda atau gadis sekali pun, aku tetap memilihmu." Sela Akbar menyela perkataan Nada."Kamu tidak akan mengerti, Bar....""Bagaimana aku mau mengerti jika kita saja belum menjalaninya." Sela lagi Akbar.Nada sudah kehabisan kata-kata lagi. Begitu sulit menjelaskan pada Akbar. Apa ini tandanya ia harus menerima Akbar? Akbar begitu tulus bahkan ia rela menjaga perasaannya kepada dirinya. Ia rela menjaga hati agar tidak kelain hati. Bukankah itu sudah jelas? Perlu bukti apa lagi?
Firman kembali ke kantor dengan sebuah amarah. Dia tidak rela jika Nada malah terlihat akrab dengan pria selain dirinya. Ya, orang yang tadi melihat interaksi Nada dan Akbar adalah Firman.Firman berniat untuk menjemput Nada dan Nazril. Namun, dalam perjalanan menuju sekolah Nazril ia justru harus melihat pemandangan yang membuat hatinya panas.Prank...."Kurang ajar! Brengsek! Kenapa pria itu selalu selangkah lebih dulu? Kenapa dia merebut segalanya,? Aku yang sudah setengah mati menunggu tapi malah orang lain yang dia pilih. Apa jangan-jangan... nada memang tidak berniat menerimaku? Apa dia memang ingin mempermainkan ku? Dia ingin memberikan aku harapan palsu?" Gumam Firman, bahkan memikirkannya saja tangannya sampai terkepal erat jangan lupakan napasnya yang naik turun menahan amarahnya."Baiklah,, karena kamu yang memulai duluan maka kamu harus merasakan akibatnya. Selama ini aku mencoba untuk bertahan, mencoba untuk bersabar. Padahal, aku bukan tipe pria pengemis cinta. Tapi han
Firman kini berada di restoran yang sudah ia janjikan dengan Nada. Berulang kali ia melirik ke arah tangannya, di mana sebuah jam mahal terpasang di sana.Ia menunggu kedatangan Nada dengan tak sabaran, menunggu adalah sesuatu yang sangat ia benci. Namun, entah kenapa ia mampu menunggu Nada selama dua tahun ini. Meskipun hasil dari menungggunnya adalah sebuah kesia-siaan.Pada akhirnya, Nada tidak memilih dirinya. Karena sudah tidak sabaran, Firman bermaksud untuk menelpon Nada. IA ingin menanyakan keberadaan Nada. Apa masih di rumah atau dalam perjalanan menuju restoran tempat mereka ketemuan.Belum juga sempat Firman menghubungi Nada, orang yang ditunggunya kepalang datang. Firman pun langsung menoleh ke arah datangnya Nada."Assalamualaikum, maaf aku sepertinya terlambat." Ujar Nada. Ia meminta maaf karena telat setengah jam.Firman tersenyum, "Tidak apa-apa, duduklah!" Oerinths Firman dan Nada pun langsung duduk."Aku benar-benar gak enak, kita janjian pukul delapan dan ini sudah
Pulang dari kantor Akbar tidak langsung ke rumah miliknya. Ia memutuskan untuk ke rumah Ilham. Ia ingin pamer jika dirinya akan menikah dengan Nada.Dia ingin semua orang tahu jika dirinya akan menikah dengan wanita yang sangat ia cintai. Penantian panjangnya sebentar lagi akan berakhir. Akbar masuk rumah Ilham, saking hatinya sedang senang. Ia sama sekali tidak mengucapkan salam. Bahkan Lidya dan Ilham yang tengah duduk di ruang keluarga saja tidak terlihat olehnya. Melihat hal aneh pada Akbar membuat Ilham melempar Akbar dengan sendal miliknya. Ilham sengaja melepas sendal yang ia pakai.Puk!"Aww," Akbar langsung merintih, ia memegangi kepalanya yang terkena lemparan sendal. Memang tidak sakit tapi sukses membuat Akbar tersadar."Dasar adik tidak ada akhlak! Masuk main masuk aja. Memang kamu kira Kakak dan Lidya setan!" Gerutu kesal Ilham.Akbar menoleh mengikuti sumber suara. Akbar bisa melihat jelas jika di sofa ada Ilham dan Lidya. "Ya Allah, maaf, gak lihat! Akbar kira gak
Nada menggenggam erat baju gamisnya. Tatkala ia teringat sesuatu. Jika tadi, saat di restoran Firman melakukan sesuatu hingga membuatnya tak sadarkan diri. Dan kini, saat ia tersadar malah berada di dalam mobil. Ia tidak tahu akan dibawa ke mana. Nada tidak menyangka jika Firman begitu nekat melakukan hal ini.Tak lama, mobil berhenti. Firman keluar, lalu ini dijadikan kesempatan Nada untuk menghubungi seseorang. Ia buru-buru mengambil handphonenya, saat ia hendak menskol mencari nomor Firman tiba-tiba datang.Maka tanpa melihat, Nada asal pencetak nomor dan langsung menyembunyikan handphonenya di bawah jok mobil. Saat Firman masuk ia dikejutkan dengan Nada yang langsung menikamnya menggunakan power bank tepat di kepala Firman.Firman langsung menoleh dan memberikan tatapan nyalangnya. Ia juga terkejut karena Nada bangun lebih cepat."Nada! Kau! ""Kamu mau bawa aku ke mana Firman? Tolong turunkan aku!" Pinta Nada pada Firman.Firman yang saat ini masih sibuk memegangi kepalanya yang
Nada terbaring di ranjang king size dalam keadaan tidak sadar. Sementara, Firman ia tengah menatap Nada dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Firman tersenyum penuh arti. Perlahan, ia berjalan mendekat ke arah Nada. Ia naik ke atas ranjang. Sejurus kemudian duduk dan kembali menatap Nada."Apa pun itu, dan bagaimana pun caranya kau harus jadi milikku. Hanya dengan cara ini kau bisa jadi milikku Nada." Gumam Firman.Tangan firman lalu terulur, ia melepas jilbab yang dikenakan Nada. Terlihat wajah mengagumi pada wanita di hadapannya ini.", kenapa kamu terlihat semakin cantik? Jika seperti ini maka aku ingin memilikimu seutuhnya," racau Firman Puas merancau dan menatap Nada. Tangannya kini mulai tertuju pada kancing gamis Nada. Tanpa rasa takut Firman mulai membuka satu persatu kancing baju Nada. Senyuman lebar terus tercipta di bibir Firman. Bahkan tatapan penuh mesum kini menyelimuti pikiran dan matanya."Sungguh, aku tidak bisa berhenti mengagumimu, Nada. Kau memang sudah memilik
Satu tahun kemudian....kehidupan Nada begitu penuh warna, keputusannya untuk menikah dengan Akbar adalah sesuatu yang tepat. Bagaimana tidak Akbar begitu sangat mencintainya, sangat menyayanginya sampai-sampai Nada serasa diratukan oleh Akbar.Tepat satu tahun pernikahan mereka dan penantian lama mereka berdua akhirnya Nada dan Akbar mendapatkan berita bahagia. Di mana dokter mengatakan jika saat ini nada Tengah mengandung 4 Minggu, kebahagiaan itu tentunya terasa berkali-kali lipat.Di usianya yang mungkin menurut orang sudah tak mudah lagi, ia harus kembali merasakan mengandung dan melahirkan. Bagi Nada itu bukan suatu persoalan. karena anak adalah rezeki, anak adalah titipan yang tidak mungkin ia tolak.Selain kehidupan Nada yang penuh dengan warna dan kebahagiaan. kehidupan Sofie pun perlahan membaik, dia kini sudah mantap untuk berhijab menggunakan gamis panjang sama seperti Nada.Hubungan dengan orang tuanya pun masih sama hanya saja tidak renggang seperti dulu. sesekali Sofi s
Keesokan paginyaHari ini adalah pagi pertama Nada memerankan perannya sebagai seorang istri yang baik. Setelah tadi melakukan salat bersama sang suami, nada langsung turun dan memasak untuk sarapan keluarga kecilnya tak lupa Sofi ikut turun membantu Nada.Biasanya Kayla dan asisten rumah tangga yang melakukannya. Namun karena Nada sudah kembali maka ia melakukannya sendiri. sedangkan Kayla dia pulang begitu juga dengan Ilham dan Lidya.Mengingat kejadian semalam, Nada berharap semoga Kayla dan Ilham diberikan jalan yang terbaik. Nada begitu yakin jika Kayla bisa mengatasinya."Kenapa malah turun? Tetaplah di kamar. Jika sudah selesai Mbak panggil kamu." Titah Nada pada Sofi. Saat wanita itu tiba-tiba ada di dekatnya.Sofi menggeleng, ia malah membawa pisau dan mulai membantu Nada memotong sayuran. "Aku bukan tamu, Mbak. Jadi biarkan aku membantu. "Nada tertawa kecil, "Baiklah lakukan yang kamu mau. Mbak justru senang jika kamu seperti ini. Tidak merasa seperti tamu. Bersikaplah seola
Saat ini Akbar berada di dalam kamar dia dan nada. kamar yang harusnya menjadi saksi penyatuan mereka dan terpaksa harus tertunda karena sebuah insiden yang sama sekali tidak mereka duga.Kelopak bunga mawar berbentuk hati menghiasi kasur pengantin baru yang tertunda itu l. kelopak bunga mawar yang kemarin diganti karena yang dulu sudah mengering.Hiasan ornamen pengantin baru saja masih terpasang indah di sana. Lampu kelap kelip-tirai cantik dan juga kelopak bunga mawar segar pemandangan indah di kamar pengantin baru yang tertunda itu.Entah kenapa Akbar merasa nervous saat ingin menyambut nada, dia berulang kali menelan salivanya, berulang kali memegangi telapak tangan yang terasa dingin. Ia bingung apa yang harus mereka lakukan setelah berada di dalam kamar berdua saja?Jika boleh jujur Akbar sama sekali tidak memiliki pemikiran untuk meminta haknya yang seharusnya satu minggu lalu ia terima. Iya nervous dan bingung hanya karena untuk pertama kalinya mereka akan berada di dalam sat
Karena waktu semakin malam, Nada pun membawa Sofi ke kamar yang akan menjadi miliknya. Kamar tersebut berada di samping kamar Nazril."Ikut Mbak ya. Mbak akan tunjukkan kamar milikmu." tutur Nada "Aku malu Mbak," ucap Sofi "Kenapa harus malu? Tidak ada yang mempermalukan kamu." seru Nada karena pada dasarnya memang iya. "Aku sepertinya menyusahkan kamu, Mbak. mungkin aku lebih baik tinggal di rumah orang tuaku saja." Mendengar hal itu membuat Nada menatap Sofi dengan tatapan penuh tanda tanya.."Tinggal di rumah orang tuamu yang sama sekali gak pernah menganggap kehadiranmu. Orang tua yang selalu menyakiti perasaanmu, bukankah Mbak sudah bilang, Mbak rela kamu kembali ke orang tuamu asalkan mereka benar-benar mau menerima kamu. karena walau bagaimanapun yang namanya ikatan anak dan orang tua nggak ada yang bisa terputus. Enggak ada yang namanya mantan anak apalagi mantan orang tua. Orang tua kamu aja yang terlalu egois. pokoknya kamu tenang Mbak akan urus masalah ini. Bukan berarti
"Bagaimana, kau mendengarnya sendiri bukan? apa yang diinginkan oleh Lidya." tanya Nada kepada Kayla saat obrolannya dengan Lidya berakhir.Kayla mengganggukan kepalanya dengan posisi masih menyendirikan punggungnya pada dinding. Tubuhnya mendadak terasa lemas."Lalu apa yang harus aku lakukan? Sedangkan aku sendiri saja bingung, bagaimana caranya menyayangi dia. Ayahnya saja tidak aku cintai tidak aku sukai. Bagaimana dengan anaknya?" tanya Kayla pada Nada."Cobalah posisikan dirimu sebagai Lidya. Bagaimana posisi kamu Jika kamu seperti Lidya, orang tua salah satunya sudah meninggal, lalu salah satunya harus menikah lagi." tanya balik Nada pada Kayla ."Cobalah untuk memperbaiki diri, ya. Aku tahu, aku sendiri saja bukan manusia yang sempurna. Bukan manusia yang baik, tapi setidaknya aku selalu ingin membuat diri ini ada gunanya di mata orang lain. kandang aku selalu berpikir hidupku ingin bermanfaat bagi orang lain. Tidak apa-apa jika aku terluka yang penting orang lain bahagia, kar
Nada menatap Lidya yang baru saja pergi, bahkan menabrak dirinya tanpa mengucapkan maaf. Nada merasa telah terjadi sesuatu antara ayah dan anak itu. Hingga membuat gadis tujuh tahun itu tidak sedikitpun meminta maaf. Padahal, Lidya begitu dekat dengannya dan Lidya begitu hormat padanya.Melihat hal ini, Nada harus turun tangan. Ia harus bisa mengatasi masalah yang terjadi antara ayah dan anak ini."Ada apa dengan Lidya? Kenapa dia terlihat begitu marah?" tanya nada kepada Ilham saat ia baru saja sampai di hadapan Ilham.Ilham yang kalau itu Tengah terduduk lemas, seraya menyenderkan punggungnya pada senderan kursi, hanya bisa membalas pertanyaan Nada dengan sebuah helaan nafas yang sangat panjang. sepertinya dia belum siap untuk bercerita.Lama terdiam, akhirnya Ilham buka suara."Apa yang harus aku lakukan? Lidya marah padaku gara-gara aku akan menikah lagi. Dia enggak suka pada Kayla." Ucap Ilham dengan lemesnya dan tak bertenaga.Sudah Nada duga, jika terjadi sesuatu dengan Ilham d
"Lidya tunggu jangan lari, nak!" teriak Ilham pada Lidya yang pergi meninggalkan sang Ayah.."Jangan mengikuti Lidya, yah! Pergi urus saja wanita itu!" teriak lagi Lidya dia masih terus berjalan."Dengerin Ayah, nak, jangan seperti ini. Ayah mohon," pinta Ilham. Ilham sedih karena anak seusia sang anak bisa memberontak seperti ini.Lidya berhenti, dia tidak lari lagi. Dia membelakangi sang ayah, sementara sang ayah terengah-engah Karena kelelahan mengejar dirinya.."Tolong dengarkan dulu perkataan ayah. Jangan seperti ini," pinta lagi Ilham.Lidya membalikkan tubuhnya hingga ia bisa bersitatap dengan sang ayah. Yang mana kala ini Tengah berjongkok, Karena kelelahan dan hampir kehabisan napas."Dengerin apa, Yah? Meskipun Ayah tidak memberitahu Lidya, tapi Lidya tahu yang namanya ibu tiri itu jahat. Contohnya teman Lidya di sekolah. Dia sering bilang kalau dia sering dipukul sama ibu tirinya. Dia juga suka bilang perhatian ayahnya hilang, lalu apa bedanya sama Lidya. Ayah sendi
Sekitar pukul tujuh malam mereka sampai di rumah Nada. Nada kini bisa menginjakkan lagi kakinya di rumahnya, setelah seminggu lebih ia di Bogor.Di depan pintu sudah ada Nazril. Ia langsung berlari dan memeluk Nada. Kedua menangis bahagia."Bunda, Nazril rindu bunda. Bunda tidak apa-apa kan? Bunda enggak akan pergi-pergi lagi kan?" Ujar Nazril dalam pelukan Nada."Bunda janji, tidak akan ke mana-mana lagi. Bunda akan selalu bersama Nazril." Ucap Nada seraya mengecup kening Nazril. "Nazril apa kabar, sehatkan? Selama bunda gak ada Nazril kuat kan? Bunda Percaya kamu pasti selalu mendoakan Bunda. Dan qodarullah inilah kekuatan doamu. Bunda bisa pulang dan bertemu kembali dengan Nazril," lanjut lagi Nada dengan tidak hentinya membanjiri pipi Nazril dengan ciuman kerinduan. Antara bunda dan anaknya.Pelukan mereka terurai, Nada mengusap-usap kepala dan pipi Nazril. Ia tengah meyakinkan dirinya jika ini bukanlah mimpi tapi sungguhan."Apakah Nazril hanya merindukan bunda? Ayah enggak?" Uca
Nada, Akbar dan Sofi berjalan beriringan. Jika Nada digenggam oleh Akbar. Maka Sofi digenggam oleh Nada. Sofi merasa sedang diperhatikan oleh seorang kakak. Ia menyukainya.Dari kejauhan Ilham melihat tiga orang ini berjalan ke arahnya. Namun,. Ilham tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada itu. Ilham pikir mungkin itu temannya Nada. Tapi.... teman yang mana? Inikan di Bogor. Mana mungkin Nada memiliki teman di sini selain Sofi.Saking memikirkan karena tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada. Ilham sampai tidak menyadari kedatangannya mereka. Lalu tepukan di bahu Ilham mampu menyadarkan dirinya.Rupanya itu Akbar, yang menepuk pundak Ilham lalu berbisik " Jaga mata, jaga hati. Ingat di Jakarta ada yang menunggu."Bugh...Ilham memukul punggung Akbar. Karena sang adik sudah lancang berkata seperti itu. Lalu Akbar kembali berbisik. "Dia Sofi, gadis yang tadi. Cantik kan?" Akbar malah semakin menggoda sang kakak.Akbar menyukainya saat menggoda Sang kakak, ia bahkan selal