"Yudi.... Kamu....""Ya, aku yang sudah sabotase kecelakaan kerja itu. Aku begitu berharap Aziz salah satu korban yang meninggal. Da saat Aziz tidak kunjung kembali, aku yakin jika dia memang sudah mati. Jadi, tidak akan ada lagi orang yang menghalangiku untuk mendapatkan kamu,'' ujar Yudi tanpa sedikitpun rasa penyesalan."Kamu jahat! Kamu tega! Kenapa kamu lakuin ini? Kenapa kamu begitu tega membuat seorang anak kehilangan ayahnya, dan kamu tega membuat aku berjuang sendiri untuk membesarkan anak ku? Kenapa Yudi!'' Nada berbicara dengan lantangnya."Salah Kamu sendiri, Nada. Padahal sejak lama aku sudah bilang agar kamu mau menikah denganku. Setidaknya dengan menikah denganku. Aku akan penuhi kebutuhan kamu dan Nazril. Kamu tidak perlu berjuang sendiri. Tapi Kamu terlalu sombong, kamu juga terlalu percaya diri terus saja mengira Aziz masih hidup. Sekarang, kamu baru tahu rasa kan?''Air mata Nada semakin luruh, tiba-tiba ia teringat pada Akbar. Ia sudah kecewa pada orang yang salah.
Keadaan Akbar membaik secara berangsur. Ia kini bersedia untuk makan, ia juga jarang melamun. Sepertinya, sugesti yang diberikan Ilham berpengaruh besar. Mungkin Akbar merasa apa yang dikatakan sang kakak ada benarnya.Terpuruk seperti ini bukanlah solusi yang tepat. Ibaratnya, dunia tidak akan hancur hanya karena orang yang kita cintai pergi. Hidup masih berlanjut dan terus berada di lubang keterpurukan sesuatu yang tidak tepat.Yang harusnya kita yakin yaitu, kita harus percaya dan yakin jika seseorang yang kita cintai meskipun pergi jauh, jika memang mereka berjodoh. Tuhan akan punya caranya sendiri untuk menyatukan.Tentunya dengan cara yang tidak akan kita duga. "Bagaimana keadaanmu sekarang, Bar? Kakak harap kamu lebih baik." Ucap Ilham tatkala ia menjenguk Akbar.Akbar menoleh ke arah datangnya Ilham. Ia tersenyum seulas. Dalam hatinya ia merasa malu sendiri karena sang Kiki kini tahu jika dirinya begitu lemah hanya karena wanita."Alhamdulilah, sekarang sudah jauh lebih baik
Nazril melangkah pergi, namun Nada menahannya. Ia malah memeluk Nazril dan terus meminta maaf pada Nazril. Ia merasa jadi ibu yang tidak baik karena sudah melibatkan anak seusia Nazril dalam bahaya. Bahkan ia meminta pada Nazril untuk berbohong.."Maafkan bunda, Nazril. Sungguh ini kali pertama dan terakhir Bunda melibatkan Nazril. Ini juga kali pertama dan terakhir Bunda meminta Nazril untuk berbohong. Sungguh jika keadaan tidak mendesak seperti ini, Bunda tidak akan melakukan itu." Nada menangis tersedu-sedu di pelukkan Nazril. Bocah enam tahu itu seolah mengerti kesedihan bundanya, ia berusaha untuk menghibur. Ia tahu ini posisi yang sulit.."Jangan menangis, Bunda. Bagi Nazril, Bunda adalah Bunda terhebat, terkuat dan terbaik. Nazril tahu alasan bunda seperti ini. Nazril akan melupakannya."Nada mengurangi pelukannya, ia lalu membelai wajah Nazri dengan begitu lembutnya "Terima kasih."Nazril mengangguk. "Nazril pergi dulu, bunda. Biar kita bisa secepatnya pergi dari sini.""Iya
Nada menggeliat, ia perlahan membuka kedua matanya. Namun, ia menyadari sesuatu. Ia merasa berada di atas benda yang empuk. Padahal seingatnya,Nia berada di dalam mobil. Perlahan matanya ia edarkan ke setiap sudut . Nada langsung beranjak saat ia menyadari jika dirinya tidak lagi berada di dalam mobil. Melainkan di sebuah kamar mewah dan besar."Astaghfirullah, aku di mana? Kenapa ada di sini?" Tanya Nada pada dirinya sendiri."Nazril, ke mana dia?" Nada celingukan mencari Nazril.Otaknya tiba-tiba berpikir. Apa mungkin dirinya tertangkap oleh Yudi. Dan Yudi membawanya ke tempat baru dan kembali memisahkan Nazril dengan dirinya?Buru-buru Nada beranjak. Ia ingin protes dan kembali membawa Nazril."Yudi, apa pria itu menemukan aku dan Nazril? Tidak! Ini tidak boleh dibiarkan. Nazril, bunda akan bawa kamu. Bunda pasti bisa menemukan kamu." Gumamnya. Lalu segera beranjak.Saat Nada hendak membuat pintu, rupa-rupanya terdahuli seseorang dari luar. Nada pun pasang kuda-kuda, takut itu adal
Nada terus memeluk surat dari Aziz dengan linangan air mata. Ia tidak bisa membayangkan hal apa saja yang telah suaminya lalui. Penderitaan kah, hinaan kah? Sungguh Nada tidak tahu. Namun, nada yakin telah begitu banyak sesuatu yang sudah suaminya lalui."Mas, kenapa kamu punya pikiran seperti itu? Kenapa kamu tidak berusaha untuk mencoba menemui ku? Demi Allah apa pun yang terjadi kepadamu,.aku akan senantiasa menerimanya. Karena aku benar mencintai kamu," Gumam Nada disela penyesalan Nada. Nada lalu melipat kembali surat dari Aziz. Kemudian ia simpan kembali ke dalam amplop warna merah muda itu. Sekarang, dia sudah tenang.. karena mengetahui tentang sang suami. Meksipun sedih karena faktanya sang suami sudah menghadap sang pencipta.Disimpannya amplop merah muda itu ke dalam laci nakas . Ia berniat hari ini untuk menziarahi makam Aziz. Nada keluar dari kamar untuk menemui pak tua yang sama sekali tidak ia ketahui namanya.Saat Nada mencari pak tua. Nada memperhatikan setiap sudut
Nada mencoba untuk menata kembali hidupnya. Ia berusaha untuk tidak terus menengok kebelakang. Atau terus berada lubang kenangan buruk yang ia alami.Ia pun berjanji, akan mengelola harta yang sudah ditinggalkan suaminya untuk kepentingan banyak orang. Dia tidak akan hanya memperkaya diri. Tapi, ia berharap dengan rezekinya bisa membahagiakan orang banyak.Ia pun percaya, jika sang suami mendapatkan ini semua dengan cara halal dan baik..dia tahu betul bagaimana sifat sang suami."Pak Deni, jujur aku gak bisa berbisnis. Sekolah bisnis pun aku tidak bisa. Jika bersedia maukah pak Deni membimbing ku? Mengajariku bagaimana cara berbisnis itu. Suamiku mempercayai pada bapak itu artinya bapak memang layak untuk dipercaya.''"Apa Nyonya benar-benar percaya sama saya? Bagaimana jika saya curang?" Ujar Deni.Nada tersenyum. "Aku yakin pak Deni bukan orang seperti itu."Deni merasa terharu karena Nada mempercayai dirinya. Ia memang tidak akan pernah berkhianat. Dia begitu banyak utang segala pa
Akbar bergeming, tubuhnya mendadak mati rasa. Bahkan ia merasa jika napasnya berhenti beberapa detik. Akbar harap ini bukanlah mimpi. Ia harap apa yang saat ini tengah ia lihat adalah nyata. Wanita itu, wanita yang tengah berbicara dengan Firman adalah wanita yang selama dua tahun ini ia tunggu. Wanita yang selama ini berhasil membuat dirinya menutup mata da. Hatinya untuk wanita mana pun kecuali Nada.Secara spontan, Akbar mulai berjalan mendekat. Ia ingin melihat dari jarak paling dekat. Wajah wanita yang sangat ia rindukan. Senyum yang dua tahu lalu sirna, kini kembali terbit. Mata yang dua tahu lalu selalu terlihat sendu kini terlihat berbinar. Bahkan langkah kakinya yang dua tahun lalu terlihat tidak bertenaga kini dalam hitungan detik berubah. Langkahnya terlihat penuh tujuan dan masa depan.Semua itu karena ia melihat wanita yang ada di dua tahun lalu. Tepat, saat Akbar berada di jarak paling dekat dengan Nada. Nada mulai menyadari ada sesuatu yang aneh, ia merasa tengah diper
Nada dan Akbar sengaja menjauh dari keramaian. Mereka memilih duduk di bangku taman gedung Firma FF itu. Awalnya keduanya merasa Canggung, sekian lama tidak bertemu membuat mereka serasa menjadi dua orang asing baru bertemu."Bagaimana kabarmu?" ucap Akbar dan Nada secara bersamaan.Mereka pun saling menatap saat secara bersamaan berbicara pertanyaan yang sama. Seketika Akbar langsung tersenyum kikuk sementara Nada terlihat tenang. "Ke mana saja selama dua tahun ini, Mbak? Akbar mencari Mbak, tapi keberadaan Mbak seolah-olah hilang ditelan bumi. Tidak tahu kah Akbar hampir tidak waras karena tidak menemukan Kamu, Mbak. Tidak tahukah Akbar hampir sekarat karena terus merindukan kamu?" Nada terkekeh mendengar pernyataan Akbar, ia merasa geli sendiri seorang Akbar bisa berbicara seperti itu. Akbar yang Nada kenal bukanlah Akbar yang serapuh itu Apalagi hanya karena wanita. "Ternyata waktu mampu mengubah seseorang. Akbar yang aku kenal tidak mungkin seperti itu kan?" tanya Nada."Akbar
Satu tahun kemudian....kehidupan Nada begitu penuh warna, keputusannya untuk menikah dengan Akbar adalah sesuatu yang tepat. Bagaimana tidak Akbar begitu sangat mencintainya, sangat menyayanginya sampai-sampai Nada serasa diratukan oleh Akbar.Tepat satu tahun pernikahan mereka dan penantian lama mereka berdua akhirnya Nada dan Akbar mendapatkan berita bahagia. Di mana dokter mengatakan jika saat ini nada Tengah mengandung 4 Minggu, kebahagiaan itu tentunya terasa berkali-kali lipat.Di usianya yang mungkin menurut orang sudah tak mudah lagi, ia harus kembali merasakan mengandung dan melahirkan. Bagi Nada itu bukan suatu persoalan. karena anak adalah rezeki, anak adalah titipan yang tidak mungkin ia tolak.Selain kehidupan Nada yang penuh dengan warna dan kebahagiaan. kehidupan Sofie pun perlahan membaik, dia kini sudah mantap untuk berhijab menggunakan gamis panjang sama seperti Nada.Hubungan dengan orang tuanya pun masih sama hanya saja tidak renggang seperti dulu. sesekali Sofi s
Keesokan paginyaHari ini adalah pagi pertama Nada memerankan perannya sebagai seorang istri yang baik. Setelah tadi melakukan salat bersama sang suami, nada langsung turun dan memasak untuk sarapan keluarga kecilnya tak lupa Sofi ikut turun membantu Nada.Biasanya Kayla dan asisten rumah tangga yang melakukannya. Namun karena Nada sudah kembali maka ia melakukannya sendiri. sedangkan Kayla dia pulang begitu juga dengan Ilham dan Lidya.Mengingat kejadian semalam, Nada berharap semoga Kayla dan Ilham diberikan jalan yang terbaik. Nada begitu yakin jika Kayla bisa mengatasinya."Kenapa malah turun? Tetaplah di kamar. Jika sudah selesai Mbak panggil kamu." Titah Nada pada Sofi. Saat wanita itu tiba-tiba ada di dekatnya.Sofi menggeleng, ia malah membawa pisau dan mulai membantu Nada memotong sayuran. "Aku bukan tamu, Mbak. Jadi biarkan aku membantu. "Nada tertawa kecil, "Baiklah lakukan yang kamu mau. Mbak justru senang jika kamu seperti ini. Tidak merasa seperti tamu. Bersikaplah seola
Saat ini Akbar berada di dalam kamar dia dan nada. kamar yang harusnya menjadi saksi penyatuan mereka dan terpaksa harus tertunda karena sebuah insiden yang sama sekali tidak mereka duga.Kelopak bunga mawar berbentuk hati menghiasi kasur pengantin baru yang tertunda itu l. kelopak bunga mawar yang kemarin diganti karena yang dulu sudah mengering.Hiasan ornamen pengantin baru saja masih terpasang indah di sana. Lampu kelap kelip-tirai cantik dan juga kelopak bunga mawar segar pemandangan indah di kamar pengantin baru yang tertunda itu.Entah kenapa Akbar merasa nervous saat ingin menyambut nada, dia berulang kali menelan salivanya, berulang kali memegangi telapak tangan yang terasa dingin. Ia bingung apa yang harus mereka lakukan setelah berada di dalam kamar berdua saja?Jika boleh jujur Akbar sama sekali tidak memiliki pemikiran untuk meminta haknya yang seharusnya satu minggu lalu ia terima. Iya nervous dan bingung hanya karena untuk pertama kalinya mereka akan berada di dalam sat
Karena waktu semakin malam, Nada pun membawa Sofi ke kamar yang akan menjadi miliknya. Kamar tersebut berada di samping kamar Nazril."Ikut Mbak ya. Mbak akan tunjukkan kamar milikmu." tutur Nada "Aku malu Mbak," ucap Sofi "Kenapa harus malu? Tidak ada yang mempermalukan kamu." seru Nada karena pada dasarnya memang iya. "Aku sepertinya menyusahkan kamu, Mbak. mungkin aku lebih baik tinggal di rumah orang tuaku saja." Mendengar hal itu membuat Nada menatap Sofi dengan tatapan penuh tanda tanya.."Tinggal di rumah orang tuamu yang sama sekali gak pernah menganggap kehadiranmu. Orang tua yang selalu menyakiti perasaanmu, bukankah Mbak sudah bilang, Mbak rela kamu kembali ke orang tuamu asalkan mereka benar-benar mau menerima kamu. karena walau bagaimanapun yang namanya ikatan anak dan orang tua nggak ada yang bisa terputus. Enggak ada yang namanya mantan anak apalagi mantan orang tua. Orang tua kamu aja yang terlalu egois. pokoknya kamu tenang Mbak akan urus masalah ini. Bukan berarti
"Bagaimana, kau mendengarnya sendiri bukan? apa yang diinginkan oleh Lidya." tanya Nada kepada Kayla saat obrolannya dengan Lidya berakhir.Kayla mengganggukan kepalanya dengan posisi masih menyendirikan punggungnya pada dinding. Tubuhnya mendadak terasa lemas."Lalu apa yang harus aku lakukan? Sedangkan aku sendiri saja bingung, bagaimana caranya menyayangi dia. Ayahnya saja tidak aku cintai tidak aku sukai. Bagaimana dengan anaknya?" tanya Kayla pada Nada."Cobalah posisikan dirimu sebagai Lidya. Bagaimana posisi kamu Jika kamu seperti Lidya, orang tua salah satunya sudah meninggal, lalu salah satunya harus menikah lagi." tanya balik Nada pada Kayla ."Cobalah untuk memperbaiki diri, ya. Aku tahu, aku sendiri saja bukan manusia yang sempurna. Bukan manusia yang baik, tapi setidaknya aku selalu ingin membuat diri ini ada gunanya di mata orang lain. kandang aku selalu berpikir hidupku ingin bermanfaat bagi orang lain. Tidak apa-apa jika aku terluka yang penting orang lain bahagia, kar
Nada menatap Lidya yang baru saja pergi, bahkan menabrak dirinya tanpa mengucapkan maaf. Nada merasa telah terjadi sesuatu antara ayah dan anak itu. Hingga membuat gadis tujuh tahun itu tidak sedikitpun meminta maaf. Padahal, Lidya begitu dekat dengannya dan Lidya begitu hormat padanya.Melihat hal ini, Nada harus turun tangan. Ia harus bisa mengatasi masalah yang terjadi antara ayah dan anak ini."Ada apa dengan Lidya? Kenapa dia terlihat begitu marah?" tanya nada kepada Ilham saat ia baru saja sampai di hadapan Ilham.Ilham yang kalau itu Tengah terduduk lemas, seraya menyenderkan punggungnya pada senderan kursi, hanya bisa membalas pertanyaan Nada dengan sebuah helaan nafas yang sangat panjang. sepertinya dia belum siap untuk bercerita.Lama terdiam, akhirnya Ilham buka suara."Apa yang harus aku lakukan? Lidya marah padaku gara-gara aku akan menikah lagi. Dia enggak suka pada Kayla." Ucap Ilham dengan lemesnya dan tak bertenaga.Sudah Nada duga, jika terjadi sesuatu dengan Ilham d
"Lidya tunggu jangan lari, nak!" teriak Ilham pada Lidya yang pergi meninggalkan sang Ayah.."Jangan mengikuti Lidya, yah! Pergi urus saja wanita itu!" teriak lagi Lidya dia masih terus berjalan."Dengerin Ayah, nak, jangan seperti ini. Ayah mohon," pinta Ilham. Ilham sedih karena anak seusia sang anak bisa memberontak seperti ini.Lidya berhenti, dia tidak lari lagi. Dia membelakangi sang ayah, sementara sang ayah terengah-engah Karena kelelahan mengejar dirinya.."Tolong dengarkan dulu perkataan ayah. Jangan seperti ini," pinta lagi Ilham.Lidya membalikkan tubuhnya hingga ia bisa bersitatap dengan sang ayah. Yang mana kala ini Tengah berjongkok, Karena kelelahan dan hampir kehabisan napas."Dengerin apa, Yah? Meskipun Ayah tidak memberitahu Lidya, tapi Lidya tahu yang namanya ibu tiri itu jahat. Contohnya teman Lidya di sekolah. Dia sering bilang kalau dia sering dipukul sama ibu tirinya. Dia juga suka bilang perhatian ayahnya hilang, lalu apa bedanya sama Lidya. Ayah sendi
Sekitar pukul tujuh malam mereka sampai di rumah Nada. Nada kini bisa menginjakkan lagi kakinya di rumahnya, setelah seminggu lebih ia di Bogor.Di depan pintu sudah ada Nazril. Ia langsung berlari dan memeluk Nada. Kedua menangis bahagia."Bunda, Nazril rindu bunda. Bunda tidak apa-apa kan? Bunda enggak akan pergi-pergi lagi kan?" Ujar Nazril dalam pelukan Nada."Bunda janji, tidak akan ke mana-mana lagi. Bunda akan selalu bersama Nazril." Ucap Nada seraya mengecup kening Nazril. "Nazril apa kabar, sehatkan? Selama bunda gak ada Nazril kuat kan? Bunda Percaya kamu pasti selalu mendoakan Bunda. Dan qodarullah inilah kekuatan doamu. Bunda bisa pulang dan bertemu kembali dengan Nazril," lanjut lagi Nada dengan tidak hentinya membanjiri pipi Nazril dengan ciuman kerinduan. Antara bunda dan anaknya.Pelukan mereka terurai, Nada mengusap-usap kepala dan pipi Nazril. Ia tengah meyakinkan dirinya jika ini bukanlah mimpi tapi sungguhan."Apakah Nazril hanya merindukan bunda? Ayah enggak?" Uca
Nada, Akbar dan Sofi berjalan beriringan. Jika Nada digenggam oleh Akbar. Maka Sofi digenggam oleh Nada. Sofi merasa sedang diperhatikan oleh seorang kakak. Ia menyukainya.Dari kejauhan Ilham melihat tiga orang ini berjalan ke arahnya. Namun,. Ilham tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada itu. Ilham pikir mungkin itu temannya Nada. Tapi.... teman yang mana? Inikan di Bogor. Mana mungkin Nada memiliki teman di sini selain Sofi.Saking memikirkan karena tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada. Ilham sampai tidak menyadari kedatangannya mereka. Lalu tepukan di bahu Ilham mampu menyadarkan dirinya.Rupanya itu Akbar, yang menepuk pundak Ilham lalu berbisik " Jaga mata, jaga hati. Ingat di Jakarta ada yang menunggu."Bugh...Ilham memukul punggung Akbar. Karena sang adik sudah lancang berkata seperti itu. Lalu Akbar kembali berbisik. "Dia Sofi, gadis yang tadi. Cantik kan?" Akbar malah semakin menggoda sang kakak.Akbar menyukainya saat menggoda Sang kakak, ia bahkan selal