Nada menyusul Akbar, pemuda itu tidak akan Nada biarkan pergi dengan keadaan perasaan bersedih. Nada sadar, apa yang tadi ia ucapkan justru seperti mendukung kakaknya. Padahal tidak seperti itu. Nada hanya ingin membuat kesalahan pahaman mereka usai.Alih-alih memperbaiki, Nada justru membuat keadaan semakin tidak kondusif. "Akbar tunggu!" Panggil Nada.Akbar diam di tempat tapi tidak menoleh ke arah Nada."Mbak minta maaf. Jika perkataan mbak menyinggung. Bukan maksud mbak mau membela kakak mu. Mbak cuma....""Tidak apa-apa, Mbak. Mbak tidak usah minta maaf." Sela Akbar menyela perkataan Nada."Mbak mau tahu alasan Akbar begitu menentang sikap kak Ilham?" Sambung lagi Akbar pada Nada. Nada hanya menggeleng tanda ia tidak tahu menahu."Karena Akbar mencintai wanita itu. Wanita yang sedang kak Ilham dekati adalah wanita yang aku suka, wanita yang akan selalu aku jaga, wanita yang akan selalu aku lindungi. Melihat kenyataan jika Kak Ilham menyukainya tentu aku tidak bisa tenang." Ujar
"Apa benar Nada akan keluar dari rumahmu, Bar?" Tanya Ilham pada Akbar yang baru saja tiba.Langkah Akbar terhenti. Lalu tanpa sedikitpun menoleh Akbar membalas pertanyaan sang kakak."Iya, kenapa?" Tanya balik Akbar seraya kembali berjalan menuju meja kerjanya."Tidak apa-apa. Memang kakak gak boleh tanya?" Balas Ilham.Akbar menatap Ilham, ia memberikan tatapan penuh penekanan. Bukan tatapan penuh benci. Hanya merasa tidak suka dengan sikap Sang kakak."Akbar harap, kakak tidak macam-macam pada Nada. Jika tujuan kakak mendekati Nada hanya untuk menyakitinya, seperti yang sering kakak lakukan pada wanita-wanita lain. Akbar mohon urungkan niat kakak dan jauhi Nada " pinta Akbar dengan begitu seriusnya.Ilham diam beberapa detik, sebelum akhirnya ia tertawa begitu kerasnya. Akbar saja dibuat terdiam olehnya. Entah apa yang tengah sang kakak tertwakan."Sebegitu dalamnya cintamu untuk Nada? Tapi tenang saja, kali ini Kakak serius. Kakak benar-benar mencintai Nada. Kakak ingin menikahiny
Langkah Nada terlihat gontai, bahkan air matanya terus berderai. Niat untuk menemui Ilham ia justru harus mendengar sesuatu yang sangat menyakiti hatinya.Ia merasa ditipu, merasa dibohongin. Terlebih oleh Akbar. Orang yang sudah ia anggap keluarga sendiri, orang yang sudah Nada nilai pemuda baik, pemuda yang berbeda seperti pemuda pada umumnya. Kenyataannya sekarang apa? Dia dibohongi. Akbar bertingkah seolah-olah dirinya seorang hero yang membantu dirinya. Membantu untuk mencari keberadaan sang suami.Faktanya, Akbar tahu apa yang terjadi dengan suaminya itu. Lalu apa artinya, ia dan Akbar ke sana ke mari mencari sang suami? Jika kenyataan sang suami telah tiada dalam peristiwa kecelakaan kerja itu? Sungguh, Nada ingin tahu apa maksud dari semua itu. Apa benar karena sebuah rasa bersalah? Kalau iya, lantas kenapa harus capek-capek mencari keberadaan suaminya, jika dirinya saja tahu kebenarannya."Ya Allah, kenapa ini bisa terjadi? Kenapa di saat aku mulai percaya pada seseorang,
Nada mengirim pesan pada Ilham dan Akbar untuk bertemu di restoran dekat apartemen Ilham. Alasannya, supaya Nazril dan Lidya bisa bermain di arena bermain yang ada di restoran tersebut. Ilham dan Akbar bertanya-tanya tidak biasanya Nada mengirim pesan pada mereka. Baik Ilham ataupun Akbar sama sekali tidak merasa curiga. Tidak ada sedikit pun perasaan buruk.Orang yang pertama datang adalah Ilham. Ia tersenyum saat melihat Nada malah terlihat semakin cantik. Padahal Nada masih pakai baju dan dandanan seperti tadi pagi saat terkahir mereka bertemu."Apa aku terlambat?" Tanya Ilham saat ia berhasil mendudukkan bokongnya di kursi."Tidak Tuan," jawab Nada singkat."Omong-omong ada apa? Tumben minta ketemu di sini. Padahal di apartemen saja. Saat aku pulang." Tutur Ilham."Ada sesuatu hal yang ingin aku bicarakan. Kita tunggu dulu Akbar."Senyum yang sedari berkembang di bibir Ilham mendadak redup , saat mendengar nama Akbar disebut oleh Nada.."Apa kamu mengudang Akbar juga?" Tanya Ilha
Nazril terus saja menatap Nada, saat sang bunda mengemasi pakaiannya ke dalam tas. Bocah enam tahun itu tidak berani bertanya. Ia lebih memilih diam seraya terus menatap Nada.Nada yang menyadari jika Nazril terus menatapnya, mulai membuka suara. Ia tidak ingin anak lelakinya ini memiliki pemikiran yang aneh-aneh."Kamu kenapa tidak tanya ke Bunda kita mau ke mana?" Tanya Nada pada Nazril. Tak lupa wajah sedihnya Nada modif sedemikian rupa agar terlihat semua baik-baik saja. Sayangnya, itu sudah terlambat. Nazril sudah menyadari."Nazril akan ikut ke mana pun bunda pergi." Tutur Nazril begitu polos.Nada tersenyum. Ia lalu menghentikan aktivasi mengemas pakaian. Bergantian dengan menarik Nazril agar duduk di sampingnya."Maafin Bunda. Kita harus pergi dari sini. Kita tidak pantas untuk terus tinggal di sini." Ujar Nada.Dengan wajah penuh rasa bingung, Nazril mencoba untuk kembali memahami maksud dari perkataan bundanya itu."Kita akan pindah lagi, Bunda?" Tanya Nazril.Nada mengangg
Setelah dua hari berpikir dan dua hari itu juga ia tidak pulang. Akbar hari ini memutuskan untuk pulang. Ia ingin meminta maaf, ia ingin menebus dosa yang telah ia lakukan. Dan satu hal lagi. Akbar akan bilang mengenai perasaannya. Masalah diterima tidaknya itu urusan belakangan. Yang terpenting itu Nada tahu alasan dirinya menyembunyikan masalah tersebut.Tiba di depan rumah, Akbar sedikit terkejut dengan kening yang mengerut ia berpikir. Kenapa rumahnya masih gelap? Jika mati lampu harusnya semua gelap. Tapi, ini hanya rumahnya saja.Lama berpikir, hingga ia teringat sesuatu. Mungkinkah Nada pergi? Tanpa berpamitan sedikitpun.Buru-buru Akbar keluar dari mobil. Ia ingin memastikannya. Dengan perasaan takut Akbar terus berlari masuk rumah. "Mbak Nada! Nazril!" Panggil Akbar saat ia berhasil membuka pintu rumah yang tidak terkunci itu.Akbar semakin masuk, tak lupa ia menyalakan terlebih dahulu lampu rumahnya. Kosong! Sunyi!"Mbak! Nazril!" Lagi Akbar memanggil. Ia lalu naik ke lan
"Bodoh! Tol*l! Kenapa kalian tidak becus, hah?" Seseorang marah, ia bahkan sampai memukul pipi orang yang tengah ia marahi."Ampun bos! Jakarta ini luas dan untuk mencari satu orang sulit. Apa lagi tidak tahu persis tempat mereka berada," ujar salah seorang dari tiga pria yang dipukul itu."Aku tidak mau alasan apa pun! Aku sudah bayar kalian, jangan sampai aku kembali meminta uang itu! Atau ... Aku akan mengajar kalian sampai mati!" Ancamnya."Ampun bos! Kami akan mencarinya lagi. Kami akan kerahkan anak buah kami secara luas!" "Aku tunggu kabar dari kalian."Orang yang baru saj marah-marah adalah Yudi. Dan orang yang tengah Yudi cari adalah nada. Ya, demi Nada, Yudi langsung ke Jakarta dan berusaha untuk menemukan nada. Dia teramat cinta atau mungkin terlalu terobsesi. Sehingga ia begitu ingin memiliki nada, meski berulang kali Nada tolak.Yudi pula lah, alasan terbesar Nada ke Jakarta. Ia ingin terhindar dari Yudi dan dari orang-orang yang selalu menghinanya.Sudah lama berada di
"Yudi.... Kamu....""Ya, aku yang sudah sabotase kecelakaan kerja itu. Aku begitu berharap Aziz salah satu korban yang meninggal. Da saat Aziz tidak kunjung kembali, aku yakin jika dia memang sudah mati. Jadi, tidak akan ada lagi orang yang menghalangiku untuk mendapatkan kamu,'' ujar Yudi tanpa sedikitpun rasa penyesalan."Kamu jahat! Kamu tega! Kenapa kamu lakuin ini? Kenapa kamu begitu tega membuat seorang anak kehilangan ayahnya, dan kamu tega membuat aku berjuang sendiri untuk membesarkan anak ku? Kenapa Yudi!'' Nada berbicara dengan lantangnya."Salah Kamu sendiri, Nada. Padahal sejak lama aku sudah bilang agar kamu mau menikah denganku. Setidaknya dengan menikah denganku. Aku akan penuhi kebutuhan kamu dan Nazril. Kamu tidak perlu berjuang sendiri. Tapi Kamu terlalu sombong, kamu juga terlalu percaya diri terus saja mengira Aziz masih hidup. Sekarang, kamu baru tahu rasa kan?''Air mata Nada semakin luruh, tiba-tiba ia teringat pada Akbar. Ia sudah kecewa pada orang yang salah.
Satu tahun kemudian....kehidupan Nada begitu penuh warna, keputusannya untuk menikah dengan Akbar adalah sesuatu yang tepat. Bagaimana tidak Akbar begitu sangat mencintainya, sangat menyayanginya sampai-sampai Nada serasa diratukan oleh Akbar.Tepat satu tahun pernikahan mereka dan penantian lama mereka berdua akhirnya Nada dan Akbar mendapatkan berita bahagia. Di mana dokter mengatakan jika saat ini nada Tengah mengandung 4 Minggu, kebahagiaan itu tentunya terasa berkali-kali lipat.Di usianya yang mungkin menurut orang sudah tak mudah lagi, ia harus kembali merasakan mengandung dan melahirkan. Bagi Nada itu bukan suatu persoalan. karena anak adalah rezeki, anak adalah titipan yang tidak mungkin ia tolak.Selain kehidupan Nada yang penuh dengan warna dan kebahagiaan. kehidupan Sofie pun perlahan membaik, dia kini sudah mantap untuk berhijab menggunakan gamis panjang sama seperti Nada.Hubungan dengan orang tuanya pun masih sama hanya saja tidak renggang seperti dulu. sesekali Sofi s
Keesokan paginyaHari ini adalah pagi pertama Nada memerankan perannya sebagai seorang istri yang baik. Setelah tadi melakukan salat bersama sang suami, nada langsung turun dan memasak untuk sarapan keluarga kecilnya tak lupa Sofi ikut turun membantu Nada.Biasanya Kayla dan asisten rumah tangga yang melakukannya. Namun karena Nada sudah kembali maka ia melakukannya sendiri. sedangkan Kayla dia pulang begitu juga dengan Ilham dan Lidya.Mengingat kejadian semalam, Nada berharap semoga Kayla dan Ilham diberikan jalan yang terbaik. Nada begitu yakin jika Kayla bisa mengatasinya."Kenapa malah turun? Tetaplah di kamar. Jika sudah selesai Mbak panggil kamu." Titah Nada pada Sofi. Saat wanita itu tiba-tiba ada di dekatnya.Sofi menggeleng, ia malah membawa pisau dan mulai membantu Nada memotong sayuran. "Aku bukan tamu, Mbak. Jadi biarkan aku membantu. "Nada tertawa kecil, "Baiklah lakukan yang kamu mau. Mbak justru senang jika kamu seperti ini. Tidak merasa seperti tamu. Bersikaplah seola
Saat ini Akbar berada di dalam kamar dia dan nada. kamar yang harusnya menjadi saksi penyatuan mereka dan terpaksa harus tertunda karena sebuah insiden yang sama sekali tidak mereka duga.Kelopak bunga mawar berbentuk hati menghiasi kasur pengantin baru yang tertunda itu l. kelopak bunga mawar yang kemarin diganti karena yang dulu sudah mengering.Hiasan ornamen pengantin baru saja masih terpasang indah di sana. Lampu kelap kelip-tirai cantik dan juga kelopak bunga mawar segar pemandangan indah di kamar pengantin baru yang tertunda itu.Entah kenapa Akbar merasa nervous saat ingin menyambut nada, dia berulang kali menelan salivanya, berulang kali memegangi telapak tangan yang terasa dingin. Ia bingung apa yang harus mereka lakukan setelah berada di dalam kamar berdua saja?Jika boleh jujur Akbar sama sekali tidak memiliki pemikiran untuk meminta haknya yang seharusnya satu minggu lalu ia terima. Iya nervous dan bingung hanya karena untuk pertama kalinya mereka akan berada di dalam sat
Karena waktu semakin malam, Nada pun membawa Sofi ke kamar yang akan menjadi miliknya. Kamar tersebut berada di samping kamar Nazril."Ikut Mbak ya. Mbak akan tunjukkan kamar milikmu." tutur Nada "Aku malu Mbak," ucap Sofi "Kenapa harus malu? Tidak ada yang mempermalukan kamu." seru Nada karena pada dasarnya memang iya. "Aku sepertinya menyusahkan kamu, Mbak. mungkin aku lebih baik tinggal di rumah orang tuaku saja." Mendengar hal itu membuat Nada menatap Sofi dengan tatapan penuh tanda tanya.."Tinggal di rumah orang tuamu yang sama sekali gak pernah menganggap kehadiranmu. Orang tua yang selalu menyakiti perasaanmu, bukankah Mbak sudah bilang, Mbak rela kamu kembali ke orang tuamu asalkan mereka benar-benar mau menerima kamu. karena walau bagaimanapun yang namanya ikatan anak dan orang tua nggak ada yang bisa terputus. Enggak ada yang namanya mantan anak apalagi mantan orang tua. Orang tua kamu aja yang terlalu egois. pokoknya kamu tenang Mbak akan urus masalah ini. Bukan berarti
"Bagaimana, kau mendengarnya sendiri bukan? apa yang diinginkan oleh Lidya." tanya Nada kepada Kayla saat obrolannya dengan Lidya berakhir.Kayla mengganggukan kepalanya dengan posisi masih menyendirikan punggungnya pada dinding. Tubuhnya mendadak terasa lemas."Lalu apa yang harus aku lakukan? Sedangkan aku sendiri saja bingung, bagaimana caranya menyayangi dia. Ayahnya saja tidak aku cintai tidak aku sukai. Bagaimana dengan anaknya?" tanya Kayla pada Nada."Cobalah posisikan dirimu sebagai Lidya. Bagaimana posisi kamu Jika kamu seperti Lidya, orang tua salah satunya sudah meninggal, lalu salah satunya harus menikah lagi." tanya balik Nada pada Kayla ."Cobalah untuk memperbaiki diri, ya. Aku tahu, aku sendiri saja bukan manusia yang sempurna. Bukan manusia yang baik, tapi setidaknya aku selalu ingin membuat diri ini ada gunanya di mata orang lain. kandang aku selalu berpikir hidupku ingin bermanfaat bagi orang lain. Tidak apa-apa jika aku terluka yang penting orang lain bahagia, kar
Nada menatap Lidya yang baru saja pergi, bahkan menabrak dirinya tanpa mengucapkan maaf. Nada merasa telah terjadi sesuatu antara ayah dan anak itu. Hingga membuat gadis tujuh tahun itu tidak sedikitpun meminta maaf. Padahal, Lidya begitu dekat dengannya dan Lidya begitu hormat padanya.Melihat hal ini, Nada harus turun tangan. Ia harus bisa mengatasi masalah yang terjadi antara ayah dan anak ini."Ada apa dengan Lidya? Kenapa dia terlihat begitu marah?" tanya nada kepada Ilham saat ia baru saja sampai di hadapan Ilham.Ilham yang kalau itu Tengah terduduk lemas, seraya menyenderkan punggungnya pada senderan kursi, hanya bisa membalas pertanyaan Nada dengan sebuah helaan nafas yang sangat panjang. sepertinya dia belum siap untuk bercerita.Lama terdiam, akhirnya Ilham buka suara."Apa yang harus aku lakukan? Lidya marah padaku gara-gara aku akan menikah lagi. Dia enggak suka pada Kayla." Ucap Ilham dengan lemesnya dan tak bertenaga.Sudah Nada duga, jika terjadi sesuatu dengan Ilham d
"Lidya tunggu jangan lari, nak!" teriak Ilham pada Lidya yang pergi meninggalkan sang Ayah.."Jangan mengikuti Lidya, yah! Pergi urus saja wanita itu!" teriak lagi Lidya dia masih terus berjalan."Dengerin Ayah, nak, jangan seperti ini. Ayah mohon," pinta Ilham. Ilham sedih karena anak seusia sang anak bisa memberontak seperti ini.Lidya berhenti, dia tidak lari lagi. Dia membelakangi sang ayah, sementara sang ayah terengah-engah Karena kelelahan mengejar dirinya.."Tolong dengarkan dulu perkataan ayah. Jangan seperti ini," pinta lagi Ilham.Lidya membalikkan tubuhnya hingga ia bisa bersitatap dengan sang ayah. Yang mana kala ini Tengah berjongkok, Karena kelelahan dan hampir kehabisan napas."Dengerin apa, Yah? Meskipun Ayah tidak memberitahu Lidya, tapi Lidya tahu yang namanya ibu tiri itu jahat. Contohnya teman Lidya di sekolah. Dia sering bilang kalau dia sering dipukul sama ibu tirinya. Dia juga suka bilang perhatian ayahnya hilang, lalu apa bedanya sama Lidya. Ayah sendi
Sekitar pukul tujuh malam mereka sampai di rumah Nada. Nada kini bisa menginjakkan lagi kakinya di rumahnya, setelah seminggu lebih ia di Bogor.Di depan pintu sudah ada Nazril. Ia langsung berlari dan memeluk Nada. Kedua menangis bahagia."Bunda, Nazril rindu bunda. Bunda tidak apa-apa kan? Bunda enggak akan pergi-pergi lagi kan?" Ujar Nazril dalam pelukan Nada."Bunda janji, tidak akan ke mana-mana lagi. Bunda akan selalu bersama Nazril." Ucap Nada seraya mengecup kening Nazril. "Nazril apa kabar, sehatkan? Selama bunda gak ada Nazril kuat kan? Bunda Percaya kamu pasti selalu mendoakan Bunda. Dan qodarullah inilah kekuatan doamu. Bunda bisa pulang dan bertemu kembali dengan Nazril," lanjut lagi Nada dengan tidak hentinya membanjiri pipi Nazril dengan ciuman kerinduan. Antara bunda dan anaknya.Pelukan mereka terurai, Nada mengusap-usap kepala dan pipi Nazril. Ia tengah meyakinkan dirinya jika ini bukanlah mimpi tapi sungguhan."Apakah Nazril hanya merindukan bunda? Ayah enggak?" Uca
Nada, Akbar dan Sofi berjalan beriringan. Jika Nada digenggam oleh Akbar. Maka Sofi digenggam oleh Nada. Sofi merasa sedang diperhatikan oleh seorang kakak. Ia menyukainya.Dari kejauhan Ilham melihat tiga orang ini berjalan ke arahnya. Namun,. Ilham tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada itu. Ilham pikir mungkin itu temannya Nada. Tapi.... teman yang mana? Inikan di Bogor. Mana mungkin Nada memiliki teman di sini selain Sofi.Saking memikirkan karena tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada. Ilham sampai tidak menyadari kedatangannya mereka. Lalu tepukan di bahu Ilham mampu menyadarkan dirinya.Rupanya itu Akbar, yang menepuk pundak Ilham lalu berbisik " Jaga mata, jaga hati. Ingat di Jakarta ada yang menunggu."Bugh...Ilham memukul punggung Akbar. Karena sang adik sudah lancang berkata seperti itu. Lalu Akbar kembali berbisik. "Dia Sofi, gadis yang tadi. Cantik kan?" Akbar malah semakin menggoda sang kakak.Akbar menyukainya saat menggoda Sang kakak, ia bahkan selal