Ketika memasuki gua besar di tengah-tengah pulau Corvo, Tom Haley akhirnya mencium aroma-aroma yang tadinya sempat disebutkan oleh Richard. Sebagai laki-laki yang juga mengenal beberapa jenis minuman beralkohol, Tom Haley berkali-kali menelan ludah karena menyadari semua tebakan Richard Forger benar. Hanya saja, Richard telah mengenali aroma itu jauh sebelum mereka tiba di sana.Saat itu, suasana di dalam lorong gua terbilang sunyi sehingga langkah kaki mereka terdengar nyaring di telinga. Richard berniat memecah keheningan dengan bertanya kepada Bruce Lazar yang tengah berjalan memimpi di depan.“Tuan Lazar, anda belum menjawab pertanyaanku beberapa waktu lalu. Apakah anda sudah pernah bertemu dengan Tuan Alexander King?!”Bruce Lazar menoleh sejenak ke belakang lalu tertawa kecil, “Untuk saat ini, kami semua sedang menunggu kesempatan Yang Mulia Richard King untuk memanggil Tuan Alexander datang ke markas kami. Sayangnya, Yang Mulia mengatakan bahwa Tuan Alexander King sedang sibuk
Richard merasa ia sudah pernah mendengar suara seseorang yang baru saja memanggil dari dalam itu. Hanya saja, karena ia memang telah bertemu dengan begitu banyak orang, butuh beberapa waktu baginya untuk mengenali atau menebak siapa pemilik suara itu.“Forger, kau melamun? Yang Mulia sudah memanggil kita…”Richard Forger terkesiap setelah Tom Haley memanggilnya. Keduanya kemudian berjalan pelan-pelan menuju ke sisi dalam ruangan. Suara jeritan dan desahan semakin terdengar memekakkan telinga seiring mereka berjalan semakin dalam. Seharusnya, itu adalah jenis suara-suara yang akan membuat para pria bergairah dan berkeringat, tetapi, dalam situasi tersebut, semuanya justru terlihat jijik dan merasa terganggu.Ternyata, semakin mereka memasuki lorong sempit itu, mereka kini justru tiba di sebuah ruangan luas yang lumayan mewah lengkap dengan singgasana dan tempat tidur berbalut kelambu merah. Interior bagian dalam ruangan tersebut menyerupai desain ruangan ala timur tengah. Tak akan ada
Bruce Lazar menyesal karena ia lupa bercerita bahwa semua anak buah Richard King wajib bersujud ke tanah setiap kali mereka berbicara dengan Richard King. Itu karena derajat orang-orang dari Naga Langit memang lebih tinggi dari masyarakat normal dan mereka layak untuk disembah oleh siapapun yang bukan keluarga Naga Langit, setidaknya, itu yang sering didengar Bruce Lazar dari bossnya.“Hei, apa laki-laki yang di sana itu tuli? Dia tampaknya tak mendengar perintahmu, Bruce!” Richard King palsu memicingkan mata demi memandangi soso pria diborgol yang berdiri dengan kepala memandang ke lantai. Melihat ada borgol di tangan pria itu, Richard King palsu tertawa lalu berteriak lagi, “Ah, dia hanya seorang pesuruh rupanya! Hm… Baiklah, biar kakiku yang membenturkan kepalanya ke tanah!”Dugaan Richard benar, ia memang mengenal sosok yang mengaku sebagai Richard King tersebut. Terakhir ia bertemu dengan pria itu adalah di kota Roxburgh. Hanya saja, sepertinya pria itu memodifikasi beberapa bagi
“Jika seseorang telah mengetahui betapa berbahayanya menyinggung keluarga Naga Langit, bisa dipastikan orang tersebut tak akan memiliki nyali untuk melakukannya. Dan, jika kau berani berbuat sejauh ini, bukankah itu artinya ketakutanmu tadi terlalu dibuat-buat, Luis Jung?”Pria yang telah berpura-pura menjadi Richard King adalah Luis Jung, mantan CEO Westfield Corporation yang pernah menderita malu akibat dihajar ayahnya di pesta pernikahan Richard dan Daisy.“Untuk apa aku berpura-pura takut?” tanya Luis Jung dengan nada datar. Hal itu semakin menguatkan hipotesis yang ada di kepala Richard.Richard menduga bahwa Luis Jung memiliki dekengan berkekuatan besar sehingga berani mengaku-ngaku sebagai putra Alexander King.“Bajingan, bangun!” Richard menarik kerah Bathrobe Luis Jung dan mengangkatnya hingga posisi tubuh Luis Jung sejajar dengan Richard.BAM!Benturan keras dari kepala Richard mendarat tepat di rahang Luis Jung, membuat pria itu tersungkur lagi ke tanah. Tetapi kali itu, bu
“Luis Jung, kau telah memanggil pasukan level SSS milikmu menggunakan benda ini bukan?” tanya Richard seraya menenteng benda sebesar ponsel mini. “Lalu, agar aku tak bersikap waspada, kau merengek pada Bruce Lazar seolah-olah kau telah tunduk di kakiku? Saat aku berpikir aku telah menang, pasukan level SSS-mu datang? Ha ha ha, tipuan sampah seperti ini kau gunakan padaku?!” Richard menendang tubuh Luis Jung. Luis Jung sudah mulai mengeluarkan darah dari hidung dan mulut tetapi tak sedikit pun ada rasa takut atau khawatir di wajahnya. “Ha ha ha, kalaupun kau membunuhku hari ini, apa kau kira kau bisa keluar hidup-hidup dari pulau Corvo? Sudah sekian lama aku ingin membalas dendam padamu, tak kukira kau justru datang sendiri untuk menggali kuburanmu!” Richard yang hampir menghantamkan tendangan lagi tetapi ia menahan diri. Sejenak, Richard menoleh ke arah Tom Haley yang hingga saat itu masih menjadi penonton. Tom Haley diam membeku tanpa tahu harus berbuat apa. Yang jelas, ia dilanda
Pertama-tama, Richard menanyakan pada Zephys tentang peta kekuatan seluruh pasukan Luis Jung yang sedang berada di pulau Corvo. Lalu, Richard juga menanyakan tentang gambaran geografis pulau Corvo agar Richard bisa memperkirakan langkah-langkah selanjutnya andai ia dihadapkan pada pertarungan di hutan Corvo.Hal lain yang membuat Richard penasaran adalah tata ruang ruangan Luis Jung yang tak tampak seperti gua. Ternyata, itu memang bukan bagian dari Gua Corvo. Berkat pengakuan Zephys, Richard akhirnya tahu beberapa hal yang berkaitan dengan ruangan itu termasuk di dalamnya, pintu darurat, system pencahayaan dan system ventilasi udara.“Oh, jadi begitu rupanya…” gumam Richard dengan senyum tipis setelah ia mendengar beberapa pengakuan Zephys.Ada beberapa hal penting lain yang telah Richard tanyakan kepada Zephys, sebagian besar Richard telah berhasil mendapatkan jawabannya tetapi sebagian kecil lainnya, Zaphys belum sempat memberi jawaban karena terinterupsi oleh kedatangan puluhan pa
-- nomor bab sebelum ini salah ketik, tapi isinya benar, seharusnya Bab 214--Bab 215Berbagai macam praduga mulai menggelayuti beberapa pikiran para pasukan Luis Jung.“Ditipu?! Apa maksudmu? Jangan harap kau bisa bicara sembarangan pada kami!”Richard menyeringai lebar. “Jika aku mati di sini, tak satu pun dari kalian akan keluar hidup-hidup. Ingat, jika aku bisa datang ke ruangan ini dan menghajar boss kalian, bagaimana bisa kalian berpikir aku hanya datang sendirian?!”Richard mulai membual, dalam situasi kalah jumlah seperti itu, membual adalah salah satu cara terbaik untuk mengintimidasi musuh. Menciptakan kegelisahan dan rasa was-was di hati pasukan itu.“Ha ha ha, apa kau pikir kami takut, huh?!” si kepala pasukan mencoba untuk mempertahankan kewarasannya dan menolak intimidasi dari Richard. “Lebih baik kau mati sekarang juga!”Si kepala pasukan menodongkan senjata api ke arah Richard dan bersiap untuk melepas tembakan. Saat itu terjadi, Richard berteriak lantang.“Sekarang!!!
“Kalian bersepuluh, masih ada puluhan entah ratusan jebakan yang sudah kupersiapkan. Belum lagi, beberapa pasukanku juga mengintai gua ini. Tak ada kesempatan bagia kalian untuk hidup, kecuali kalian bersedia menjalankan perintahku!”“Kami bersedia…”“Tuan, kami bersedia…”“Sungguh, kami akan melakukan apapun asal Tuan tidak menghabisi nyama kami…”Sepuluh sisa pasukan itu melempar senjata yang mereka miliki, mereka lantas bersujud ke tanah demi memohon kesempatan kedua pada Richard.“Pilihan yang bijak,” seru Richard dengan wajah menyunggingkan senyum tipis.“Terima kasih atas kemurahan hati anda, Tuan…”“Jadi, apa yang harus kami lakukan, Tuan?”Richard menarik napas dalam, lalu menoleh pada Tom Haley dan berkata, “Tom, pastikan Luis Jung tak hanya pingsan. Habisi nyawanya!”Tom Haley merasakan tubuhnya membeku. Ia tak menduga Richard yang ia pandang sebagai sosok yang terkesan santai dan cuek, ternyata memiliki sisi gelap seperti itu.“Apa anda yakin akan menghabisi nyawa pria ini?