Meski Rock gagal mendapat detail yang lebih jauh tentang misi yang dihadapi Richard, Rock mengatakan pada Richard bahwa dia mempercayai insting Richard.Saat itu, Richard memilih untuk berjalan-jalan di sekitar Front Desk. Ketika melihat penjaga Front Desk telah berganti, Richard berjalan menghampiri perempuan muda yang tengah berjaga.“Selamat malam, Tuan. Apakah ada yang perlu kami bantu?” tanya resepsionis hotel kepada Richard.Richard menggaruk kepala lalu memajukan tubuhnya untuk berbicara dalam suara pelan. “Nona, istriku baru saja mendengar kabar burung tentang kematian seseorang di Phoenix Hotel beberapa waktu terakhir. Dia merengek ketakutan, apa kau punya jawaban diplomatis yang bisa membuat istriku berhenti ketakutan?” tanya Richard dengan suara amat pelan.Resepsionis perempuan itu pun sedikit tergeragap setelah mendengar pertanyaan Richard. Dengan sedikit kebingungan ia memberi jawaban semampunya.“Tuan, sebenarnya pejabat pajak itu bukan tewas setelah mengonsumsi minuman
“Nona, berkacalah dulu sebelum berbicara. Lihat, kalian berdua berada di level yang jauh berbeda.” Richard melirik Judi dan sengaja memandangi gadis itu dari atas ke bawah, lalu beralih kepada Daisy. “Jika aku harus membuat penilaian untuk kalian berdua, angka untuk nona itu adalah 10 sementara angka untukmu adalah minus 100! Jangan berharap bisa bersaing dengannya!”Judi merasakan amarah di dadanya meledak. “Bajingan! Memangnya apa hakmu untuk memberi penilaian pada kecantikanku, huh?! Kau hanya tamu yang kebetulan ikut menikmati gala dinner gratis di sini!”Karena mendengar suara ribut-ribut di dekat lift, Daisy tergerak untuk menoleh. Ia pun terkejut setelah melihat postur pria yang berdiri berhadap-hadapan dengan dua perempuan cantik. Daisy berlari kecil sambil berteriak.“Richard…. Di sini kau rupanya!” Daisy yang baru tiba di sebelah Richard tampak mengerutkan dahi melihat dua gadis yang kini memandangnya dengan tatapan yang sulit dipahami. “Eh? Kalian teman Richard?”Molly mene
Sebelumnya, Lesley telah meminta Daisy untuk menyiapkan sebuah pidato singkat di hadapan para tamu undangan gala dinner di Phoenix Hotel. Tetapi, beberapa saat sebelum memasuki hall gala dinner, Daisy membuat keputusan baru.Setelah meminta Lesley untuk menunggu sejenak, Daisy mengajak Richard untuk berbicara berdua saja di sebuah lorong yang sepi.Daisy memejamkan mata beberapa detik lalu meraih telapak tangan suaminya. Ekspresi Daisy amat serius ketika ia akhirnya bertanya pada Richard.“Apakah kau sedang mengemban misi yang berbahaya?” tanya Daisy dengan masih menggenggam tangan sang suami.Richard menggaruk leher menggunakan tangannya yang lain. Sejujurnya, ia bahkan tak bisa menebak apakah misinya berbahaya atau tidak. Tetapi, karena clue pertama yang ia dapat adalah kasus yang berhubungan dengan ‘kematian’ yang mengarah ke ‘pembunuhan’, maka bisa dikatakan bahwa misi Richard kali itu memang berbahaya.Akhirnya, Richard menganggukkan kepala, membuat Daisy menghirup udara cukup la
“Daisy, ada sesuatu yang harus kupastikan. Apakah kau bersedia masuk ke ruang gala dinner sendiri?” tanya Richard buru-buru.Daisy memicingkan mata sejenak, dengan berat hati ia akhirnya mengangguk. “Jangan buat aku menunggu lama, janji?” pinta Daisy sembari mengangkat jari kelingkingnya ke arah Richard.Richard menyambut jari kelingking itu lalu mengikatnya dengan jari kelingking miliknya. “Aku janji. Nona Lesley, tolong antar istriku ke dalam. Setelahnya, terserah Daisy apakah ia ingin kau menemaninya atau tidak.”Lesley mengangguk, ia melihat Richard tampak tengah terburu-buru sehingga mengajak Daisy untuk segera memasuki ruang gala dinner. Di lain sisi, Richard tampak berjalan cepat menyusul seorang gadis yang masih sibuk menelepon seseorang.Untuk bisa membuntuti gadis itu, Richard pura-pura berjalan cepat di belakang gadis itu sembari membuka ponsel, seolah-olah ia sedang sibuk memainkan ponselnya. Dengan menaruh konsentrasi tinggi, Richard memfokuskan pendengarannya agar bisa m
Di waktu yang sama di lain tempat yaitu di hall gala dinner, para tamu undangan saling bergossip mempertanyakan siapa sebenarnya yang telah mentraktir mereka makan mewah di Phoenix Hotel. Menikmati gala dinner di hotel terbaik kota South River merupakan hal luar biasa di mata orang kaya papan atas sekalipun.Tak heran, ketika mereka mendapat informasi bahwa seseorang telah memesan gala dinner dan mengundang lima ratus tamu terpilih, mereka saling menebak, siapa sosok ‘crazy rich’ yang melakukannya.“Mungkin dia relasi dari kekasihku, ya, jika dipikir-pikir, kekasihku memang memiliki lingkaran pertemanan dengan pebisnis sukses lintas negara.” Seorang perempuan tampak menyombongkan kekasihnya di mata teman-teman satu lingkarannya.“Giselle, kita semua memiliki lingkaran pertemanan dengan tokoh-tokoh kaya rasa. Bisa jadi dia yang memesan gala dinner ini adalah teman kekasihmu, atau juga teman kami, itu wajar. Yang aku heran adalah, bagaimana dia bisa menyelinap ke sini?” tanya seorang wa
“Nona, apa kau ada di sini berkat sugar daddy-mu?! Oh my gosh! Memang benar kata orang-orang, perempuan jalang saat ini banyak yang berparas lugu!” Salah seorang sahabat Giselle terang-terangan menuduh Daisy denga tuduhan yang kotor.“Nona-Nona, harap jaga mulut kalian sebab jika suamiku tahu ada orang yang menghina istrinya, ia tak akan segan-segan membuat kalian menyesal.” Daisy yang sudah menahan amarah sejak beberapa waktu lalu, kini ia tak bisa lagi membendung kekesalannya dan secara terang-terangan ia terdengar memberi ancaman pada Giselle dan teman-temannya.“Giselle! Lihat, kita sedang diancam oleh istri seorang Cleaning Service! Ha ha ha, bukankah ini menggelikan?!”Giselle turut tertawa lalu menjawab. “Daisy, laporkan saja apa yang kami lakukan pada suamimu! Aku juga tak akan segan-segan mengadukan ancamanmu pada kekasihku!”Saat itu juga, Giselle memanggil kekasihnya yang sedang bercengkrama dengan beberapa rekan kerjanya. Kekasih Giselle tampak meminta izin untuk pergi dan
Seorang pria dengan kemeja putih dan berdasi merah tampak berjalan dari arah selatan dengan menenteng sebuah nampan berisi es krim tiramisu. Tak ada yang menarik dari sosok lelaki itu terlepas dari penampilannya yang rapi.Saat melihat Daisy masih menunjukkan mata berbinar bahagia ke arah pramusaji itu, Giselle memijit keningnya beberapa kali sebagai respon atas rasa heran yang mendera pikirannya.Giselle yang penasaran lantas bertanya pada Daisy, “Bagaimana bisa kau tampak amat bangga memiliki suami berprofesi sebagai pramusaji seperti dia? Oh, bukankah itu aib memalukan bagi keluarga Miller?”Daisy nyaris tersedak oleh air ludahnya sendiri. Buru-buru Daisy melirik ke arah jari telunjuknya lantas matanya mengurutkan ke mana jari telunjuk itu tertuju.Daisy nyaris tersedak untuk ke dua kalinya setelah melihat bahwa arah jari telunjuknya memang mengarah pada dua sosok pria sekaligus. Pria pertama adalah Richard Forger yang mengenakan stelan jas bernuansa classy dan serasi dengan postur
“Pertanyaan bodoh! Apakah kau punya riwayat mata rabun yang parah, Daisy? Lihat pria berkharisma itu, wanita normal mana yang tak bergetar jantungnya jika berada di dekat pria itu?!”“Daisy, pergi saja dari sini dan bantu suamimu mengantar canapé! Aku ingin mengundang Tuan Muda tampan itu ke meja ini dan kau harus pergi karena kami semua tak ingin kau bertindak norak di depan Tuan Muda itu!”Giselle menganggukkan kepala beberapa kali sebagai tanda ia setuju dengan saran teman-temannya. Satu tangan Giselle tengah membuat gerakan mengusir ke arah Daisy, sebuah senyum sinis mengembang di bibir Giselle saat ia kemudian berkata, “Daisy, apa yang kau tunggu? Pergi dari meja ini atau Tuan Muda tampan itu akan tersinggung mendapati ada istri cleaning service ada di sini.”‘Oh, apa yang akan kalian katakan jika mengetahui bahwa pria yang kalian puji setinggi langit itu nyatanya adalah seorang cleaning service yang juga kalian hujat?’ Daisy membatin sembari memijit kepalanya sendiri, merasa kes
Ketika Richard dan Daisy tiba di kota Roxburgh, semua sosok-sosok penting di kota besar itu datang ke bandara demi menyambut kedatangan mereka. Para tokoh penting di kota Roxburgh menunduk memberi hormat, membuat orang-orang awam keheranan dan menerka-nerka sehebat apa latar belakang sosok yang baru saja turun dari pesawat. Daisy merangkul siku Richard, menyatakan betapa bahagianya dia berada di sisi suaminya. Ketika mereka tiba di mansion mewah mereka, Daisy dan Richard menemukan ada tumpukan hadiah yang membanjiri halaman depan rumah mereka. Richard segera menghubungi Wendy Adams, meminta gadis itu untuk membagi-bagikan tumpukan hadiah kepada orang-orang yang membutuhkan. Saat semuanya telah beres, Daisy berujar kepada sang suami sembari membanting tubuhnya ke atas ranjang, “Akhirnya semua selesai juga… Ah… Aku ingin beristiraat.” Richard melirik Daisy lalu tersenyum nakal, “Siapa bilang kau boleh beristirahat?” “Eh?” Daisy menelan ludah saat Richard tiba-tiba telah mendekat ke
Richard dan Daisy telah tiba di ruang pesta beberapa puluh menit sebelum acara dimulai. Karena belum banyak tamu yang datang, Daisy tak begitu menduga jika pesta malam itu akan dihadiri oleh puluhan kepala negara dan ratusan konglomerat dunia.Ketika sedang menikmati anggur dan kudapan-kudapan kecil, mata Richard menangkap pemandangan yang mengejutkan. Ia melihat ada dua sosok perempuan yang sedang bertingkah norak. Richard nyaris tersedak, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum jahat, untuk pertama kalinya, Richard merasa tindakan ayahnya cukup berguna.Melihat kedua perempuan itu kini sedang berjalan menuju ke arahnya, Richard segera berbisik kepada Daisy. “Aku ingin ke toilet, nikmatilah semua yang ingin kau nikmati.”Richard pergi begitu saja sementara Daisy tak begitu memedulikan kepergian suaminya sebab pandangannya tertuju pada sekelompok orang yang tengah duduk di meja bundar yang sama.‘Bukankah wajah-wajah mereka tak asing?’ Daisy membatin. Keningnya berkerut saat mencoba mem
Hari masih pagi ketika Richard turun dari mobil dan berjalan menuju ke halaman kastil mendiang ibunya. Saat tiba di halaman kastil, bibir Richard refleks membentuk sebuah senyuman saat ia melihat Daisy sedang mengajari Alexander King menanam bunga.Ketika Daisy melihat kedangan sang suami, wajahnya berbinar-binar gembira. Tangan Daisy melambai-lambai lalu mengajak Richard untuk turut menanam bunga.“Tidak, terima kasih. Itu bukan gayaku,” sahut Richard merespon ajakan Daisy. “Aku akan masuk ke dalam, selesaikan saja kegiatanmu,” imbuh Richard seraya berjalan ke arah kastil. Sudah lama sekali ia tak berkunjung ke kediaman mendiang ibunya.“Menantuku, ayah akan pulang. Temuilah suamimu. Dan, jangan lupa sampaikan padanya tentang acara makan malam kecil-kecilan yang akan kuadakan nanti malam.” Alexander King melepas sarung tangan yang ia kenakan lalu berpamitan untuk kembali pulang ke kastil utama.Daisy mengerutkan dahi karena ada satu poin penting yang membuatnya terkejut. “Ayah belum
Kastil Manoko… Terlepas dari insiden penyerangan Richard kepada Alexander King, proses pemakaman Hazelle King tetap berlangsung dengan khidmat. Daun-daun pohon maple yang berjatuhan menjadi pelengkap prosesi pemakaman Hazelle pada senja hari itu. Satu demi satu para pengiring telah pergi hingga menyisakan dua orang saja yang masih berada di area pemakaman keluarga Naga Langit. Mereka adalah Richard Forger dan Alexander King. Mulanya, Alexander King terlihat ingin meninggalkan makam terlebih dahulu, namun, ucapan Richard menahan langkahnya. “Apa tujuanmu memilihku menjadi pewaris tahta Naga Langit?” tanya Richard tanpa menoleh ke belakang ke arah sang ayah. Alexander King diam mematung, keduanya kini saling memunggungi satu sama lain. Karena Alexander King tak memberi jawaban, Richard bergumam lagi. “Kau meremehkan putra sulungmu, Pak Tua. Hazelle jauh lebih pantas menjadi penerus Naga Langit. Harus kuakui, keputusanmu benar-benar bodoh!” Alexander King tersenyum tipis. “Kau benar
Suara ledakan keras yang baru saja terdengar di telinga Daisy memang bersumber dari kastil utama Naga Langit. Lebih tepatnya, di halaman depan kastil.Tak hanya mendengar satu kali, Daisy dan Rock mendengar ada ledakan yang bertubi-tubi. Meski demikian, Rock sama sekali tak melakukan apa-apa selain membiarkan hal itu terjadi, sebab ia sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi di halaman kastil Naga Langit.!!Tubuh Alexander King terhempas menabrak dinding kastil Naga Langit, menciptakan kerusakan parah pada dinding yang terhantam tubuhnya. Karena kekuatan yang menghempaskan tubuhnya begitu kuat, timbul ledakan keras setiap kali tubuh Alexander King menghantam dinding kastil.Bebatuan dan debu-debu menghambur ke udara. Kehancuran demi kehancuran terus terjadi seiring dengan terhempasnya tubuh Alexander King berkali-kali.Tak ada yang berani mengambil sikap atas apa yang menimpa Alexander King, sebab pria itu memang meminta semua pasukannya untuk tak melakukan apa-apa.“Hazelle tewas
Tak hanya mengevakuasi para anggota Red Skull yang nyaris tenggelam ke laut, pasukan Tom Haley juga menemukan Rock yang berada dalam keadaan terikat di salah satu kapal milik Red Skull. Begitu Rock bebas, ia bergerak cepat menghubungi Alexander King yang berada di Manoko, mengabarkan tentang rencana kedatangan Richard dan Daisy ke sana.“Aku sudah tahu. Termasuk, kematian Hazelle, aku juga sudah mengetahuinya.”Itu adalah kalimat yang diucapkan oleh Alexander King saat Rock berhasil menghubunginya. Saat itu, Alexander King menutup telepon Rock lalu melanjutkan menyesap teh hijau sembari menatap langit hitam di balkon kamarnya.Satu demi satu keluarga yang ia cintai telah mati. Hanya menyisakan Richard seorang, tetapi Richard justru memutuskan untuk keluar dari silsilah keluarga Alexander King.“Lucu sekali…” gumam Alexander King seperti sedang menertawai kehidupannya sendiri. Terlepas dari itu semua, ia cukup menikmati keheningan malam itu sembari menanti kedatangan jasad putra kandun
Perlahan-lahan, matahari tenggelam mengiringi kematian Hazelle King. Dalam suasana berkabung, Richard mengirim telepati kepada pasukan Red Skull dan meminta mereka untuk bergegas menjauh dari pulau Sangorufu. Tak lama lagi, bom dipulau itu akan mengeluarkan gelombang kejut yang cukup besar.Beberapa detik sebelum ledakan besar terjadi di pulau Sangorufu, beberapa kapal pasukan Red Skull telah berhasil membuat jarak aman dari ledakan, termasuk kapal Richard yang sedari awal telah digerakkan oleh kekuatan Richard untuk menjauh dari pulau Sangorufu.Namun, beberapa kapal lain mengalami nasib buruk karena gagal membuat jarak aman dan akhirnya terdampak ledakan besar. Penumpang-penumpang kapal itu menjerit lalu berjatuhan ke laut. Puing-puing kapal yang terbakar berserakan di atas permukaan laut, membuat para korban yang jatuh semakin kesulitan untuk menyelamatkan diri.Beruntung, tak lama berselang datanglah tim evakuasi yang dipimpin oleh Tom Haley.Tom Haley yang mendapat laporan adanya
Tanpa diduga oleh siapa pun, terdengar suara letusan tembakan dari arah kapal tempat Richard mengistirahatkan Hazelle dan Daisy. Kekhawatiran Richard kian membesar ketika ia mendengar jeritan Daisy mengiringi suara tembakan itu.Mengingat, suara tembakan tak pernah menjadi pertanda baik bagi siapa pun, Richard melesatkan tubuhnya ke kapal tempat Daisy dan Hazelle berada.Benar saja, ketika Richard telah tiba di dek kapal, ia melihat Daisy dan Hazelle bersimbah darah. Jantung Richard seperti berhenti berdetak saat ia melihat lubang merah menganga di dada Hazelle King.Meski Hazelle menampakkan senyum damai, Richard menghambur menghampiri Hazelle yang terkulai di atas dek kapal.“Hazelle mencoba untuk melindungiku, Richard… Dia terluka karena aku… Ini salahku…” Daisy menundukkan kepala hingga kepalanya nyaris menyentuh lantai kapal. Tangisan Daisy pecah sebagaimana ia merasa bersalah terhadap Hazelle dan Richard.“Daisy…” Hazelle menggelengkan kepala menatap adik iparnya, seolah memberi
Jack Moriarty merasa nyawanya tak mungkin terselamatkan. Ketika ia tahu kematian sudah datang semakin dekat, beberapa waktu lalu dia akhirnya membuat kesepakatan dengan Richard. Jack Moriarty bersedia membantu Richard semampu dirinya, sebagai timbal balik, Jack meminta Richard untuk menyelamatkan Kelly dan janin yang ada di dalam perut Kelly, kekasih Jack.Richard setuju, dan begitulah, keduanya lantas saling bekerja sama untuk menemukan solusi terbaik menyelamatkan orang-orang yang mereka sayangi.‘Jack, cepat katakan apa yang ingin kau katakan!’ Richard tak sabar untuk mendengar pesan telepati dari Jack. Hanya saja, bukannya mendengar pesan dari Jack, Richard justru dikejutkan oleh suara lain.“Richard Forger…!”Hammer Moriarty telah terbebas dari kelumpuhan. Wajahnya berseri-seri saat melihat betapa ambisiusnya Richard yang ingin menyelamatkan Hazelle King. “Hei, bukankah ada obrolan kita yang terputus? Kau lupa?”Richard menoleh ke arah Hammer Moriarty dengan dahi berkerut.“Forge